Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 2

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 2

1.2 Tujuan ........................................................................................... 3

1.3 Manfaat ......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4

2.1 Pengertian Etika Lingkungan................................................... 4

2.2 Penerapan Etika Lingkungan ................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 8

3.2 Saran ......................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu


berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya
alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat
manusiauntuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai
komponenterbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat
dibutuhkan denganjumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu,
udara merupakansumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang
sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan
pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis
etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau
mengganti norma- norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan
kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan
‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah.
Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya
sebagian spesies dari muka bumi seperti langkanya pohon trembesi. Oleh karena itu
masyarakat Madura menanam tuntas 15.000 pohon trembesi melingkari pulau Madura.

2
1.2 Tujuan
1. Untuk menjaga kelestarian pohon trembesi sebagai wujud etika lingkungan
di lingkungan sekitar.
2. Menerapkan pentingnya etika lingkungan untuk keberlangsungan hidup
seluruh ciptaanNya.
3. Untuk meningkatkan kepedulian dan rasa hormat pada alam.
1.3 Manfaat
1. Terjaganya kelestarian pohon trembesi sebagai wujud etika lingkungan.
2. Terlaksanakannya etika lingkungan untuk keberlangsungan makhluk hidup.
3. Meningkatnya kepedulian dan rasa hormat pada alam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan

Etika lingkungan merupakan pedoman tentang cara berpikir, bersikap,


dan bertindak yang didasari atas nilai-nilai positif untuk mempertahankan
fungsi dan kelestarian lingkungan. Nilai-nilai positif tersebut dapat berasal
dari berbagai sumber seperti nilai agama, budaya, dan moral yang menjadi
petunjuk manusia dalam memandang dan memperlakukan lingkungan(Keraf,
2010). Etika lingkungan sebagai sebuah pedoman yang berfungsi sebagai
kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia, yang dibatasi oleh
komunitas sosial manusia. Etika lingkungan hidup menuntut agar etika dan
moralitas diberlakukan juga bagi komunitas biotis dan komunitas ekologis.
Dengan adanya etika lingkungan diharapkan 1) manusia dapat menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajibannya terhadap lingkungan; 2)
membatasi tingkah laku dan upaya manusia untuk mengendalikan beerbagai
kegiatan agar dapat tetap berada dalam batas kelentingan atau keseimbangan
lingkungan.

Umumnya secara teoritis terdapat tiga model teori etika lingkungan


yang menjadi sudut pandang manusia, yaitu:

a. Shallow Environmental Ethics/ Antroposentrisme

Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah suat pandangan yang


meletakkan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Pandangan ini
berisi pemikiran bahwa segala kebijakan yang diambil mengenai lingkungan
hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan kepentingannya. Teori ini
menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya tanpa memperdulikan
terhadap alam

4
b. Intermediate Environmental Ethics/ Biosentrisme

Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan alam


sebagai sesuatu yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari
kepentingan manusia. Biosentrisme menolak antroposentrisme. Teori
biosentrisme berpandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja,
ada banyak hal dari jenis makhluk hidup yang memiliki kehidupan.

c. Deep Environmental Ethics/ Ekosentrisme

Ekosentrisme memandang makhluk hidup(biotik) dan makhluk tak


hidup(abiotik), antara satu dengan yang lainnya saling terkait. Menurut
ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya semua yang
hidup dan tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. Etika ini
mengusahakan keseimbangan kepentingan individu dengan kepentingan
keseluruhan dalam ekosistem.

Terdapat proses tentang adanya etika lingkungan dalam bentuk


kearifan manusia dalam menyikapi dan memperlakukan lingkungannya.
Proses tersebut melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Egoism/individualism: manusia dengan sifat ini berdasarkan “keakuan”


tetapi penuh kesadaran akan ketergantungannya pada makhluk hidup yang
lain .
b. Humanisme: solidaritas sesama manusia
c. Sentientisme: kepedulian terhadap makhluk hidup yang mempunyai
sistem saraf atau perasaan. Misalnya, kucing dan harimau
d. Vitalisme: kepedulian terhadap makhluk hidup yang tidak mempunyai
sistem saraf atau perasaan. Misalnya, tumbuhan
e. Altruisme: kepedulian terhadap semua ciptaan Tuhan YME yang meliputi
sumber daya alam hayati dan nonhayati

5
2.2 Penerapan Etika Lingkungan

Sebagai wujud etika lingkungan, penanaman 15.446 pohon trembesi atau


melebihi target sebanyak 15.000 batang dilakukan di Madura.

"(Setelahnya) kami tetap berkomitmen untuk melakukan perawatan


menyeluruh pada semua pohon yang kami tanam sampai 2019. Ini sama
dengan yang sudah kami lakukan di Jawa Tengah hingga Merak dan
Banyuwangi," ujar Wakil Presiden Djarum Foundation FX Supandji.

Titik awal penanaman sekaligus perawatan secara rutin tersebut, papar


Supandji, dimulai dari sisi barat Pulau Madura. Setelah Bangkalan, kegiatan

6
tersebut akan menyusur seluruh Madura, yakni Sampang, Pamekasan,
Sumenep, Ketapang, lalu balik ke titik awal di Bangkalan.

"Komitmen yang paling dituntut itu adalah perawatannya. Ini karena pohon
baru bisa benar-benar menyerap karbon dioksida setelah berdaun dan
bertangkai di umur rerata 3 tahun," ucap Supandji.

Ayu Dewi Utari, Kepala Balai Besar Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Jawa Timur, yang hadir pada diskusi dan prosesi penanaman
tersebut mengatakan bahwa makin berkurangnya pohon dan tingginya
pencemaran udara dan tanah adalah masalah akut di perkotaan dan sekitarnya.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Etika lingkungan merupakan kebijakan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya. Etika lingkungan dapat dilakukan dengan penanaman
pohon, salah satunya pohon trembesi. Oleh sebab itu, diperlukan menjaga,
menyayangi, dan melestarikan lingkungan. Karena lingkungan ini diciptakan
tidak hanya untuk manusia saja, tetapi seluruh komponen alam di dunia ini.

3.2 SARAN
Diharapkan dari penanaman pohon trembesi di Madura menjadi contoh
positif bagi masyarakat di Indonesia serta bisa menemukan ide, pikiran, dan
cara baru agar lebih meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ekawati, N. 2009. Deep Ecology Sebagai Dasar Mengatasi Permasalahan Illegal


Logging di Indonesia. Skripsi Fakultas Filsafat. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.

Hargrove, Eugene C. 1989. Etika Lingkungan Dasar. Prentice Hall: New Jersey.

Herimanto, Winarto. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: BumiAksara.2010.

Keraf, A. S. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Ruky, Achmad S. 2000. Menjadi Manajer Internasiona. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Soeriaatmadja, R.E. 2003. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai