Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MEKAH BAGIAN II

Makalah ini diajukan sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah


Sejarah Peradaban Islam

OLEH:
KELOMPOK IV (EMPAT)

ANITA MARIANI 70200117022


SITTI KHADIJAH 70200117024
RIZAL HAMZAH 70200117076

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah yang telah
memberikan kepada kita semua nikmat iman dan nikmat Islam, sehingga pada saat
kali ini kita masih dapat menjalankan aktivitas untuk mengharapkan ridho Allah dan
juga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas kelompok pada mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul “Dakwah Nabi Muhammad SAW di
Mekah bagian II” dengan tepat waktu.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kehancuran dan dari jalan yang
gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yakni Agama Islam.
Semoga atas tersusunnya makalah ini menjadi pembelajaran bagi kita semua
dari segala hal yang terjadi di sekeliling kita. Mudah-mudahan makalah ini bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, dapat mengambil pembelajaran
bagi kita semua. Di samping itu penulis juga menyadari makalah ini tidak terlepas
dari segala kekurangan, oleh karenanya segala bentuk kritikan dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Samata, 12 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj .................................................................... 3
B. Tamsil dan HIkmah Isra’ Mi’raj ........................................................... 9
C. Kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Mekah................ 11
D. Hikmah Dakwah Nabi Muhammad di Mekah .................................... 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana sejarah awal
Rasulullah SAW sampai ia diangkat menjadi rasul serta sejarah bagaimana rasulullah
menyampaikan/menyebarkan agama islam melalui dakwah-dakwahnya. Kehidupan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau dimuliakan oleh Allah dengan
nubuwwah dan risalah terbagi menjadi dua periode yang masing-masing memiliki
keistimewaan tersendiri secara total, yaitu periode Mekah dan Periode Madinah. Dan
masing-masing periode mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-masing
tahapan memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari yang lainnya.
Hal itu akan tampak jelas setelah kita melakukan penelitian secara seksama dan detail
terhadap kondisi yang dilalui oleh dakwah dalam kedua periode tersebut.
Sekitar tahun 570 M Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan
terkenal diantara kota-kota di Negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di
Selatan dan Siria di utara.dengan adanya ka’bah di tengah kota,Mekkah menjadi
pusat keagamaan Arab, di dalamnya terdapat 360 berhala,mengelilingi ka’bah.
Mekkah kelihatan makmur dan kuat.agama dan masyarakat Arab pada masa itu
mencerminkan realitas kesukuan masyarakat Jazirah Arab dengan luas satu juta mil
persegi. Kota ini merupakan tempat pertama Rasulullah SAW menyebarkan agama
Islam dan menyampaikan dakwahnya sekaligus juga merupakan tempat kelahiran
Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Itulah yang melatarbelakangi penulis dalam
pembuatan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Peristiwa Isra’ dan Mi’raj?
2. Apa saja Tamsil dan Hikmah dari Isra’ Mi’raj?

1
3. Apa saja Kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Mekah?
4. Apa saja Hikmah dari Dakwah Nabi Muhammad SAW

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
2. Mengetahui Tamsil dan Hikmah dari Isra’ Mi’raj
3. Mengetahui kemajuan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di Mekah
4. Mengetahui Hikmah dari Dakwah Nabi Muhammad SAW

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Isra’ Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW
mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.1
Kata “Isra” berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan malam,
sedangkan menurut istilah Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau Baitul Maqdis di Palestina.
Mi’raj berarti naik atau menuju ke atas. Menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi
Muhammad SAW dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy (Sidrotul Munthoha)
untuk menghadap Allah SWT. Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah SWT untuk
Nabi Muhammad SAW.2
Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut Al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra’
Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M.
menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun
ke-10 kenabian, dan inilah yang popular. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman
al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah
Radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2
bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban shalat lima waktu. Al-
Mubrakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra’ Mi’raj. Tetapi
tidak ada satu pun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan
tanggal terjadinya Isra’ Mi’raj.3

1
Syamsuez Salihima, Hadits-Hadits Sejarah, (Makassar: Alauddin University Press, 2013),
hlm. 21.
2
Kementerian Agama RI, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014), hlm. 26.
3
Syamsuez Salihima, (Makassar: Alauddin University Press, 2013), hlm. 21.

3
Pada malam itu, ketika Rasulullah SAW tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi
beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang laksana kilat, lalu Jibril
menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke
langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang agung.4 Allah Swt.
menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya.

‫ار ْكنَا‬ َ ‫س ْب َحانَ الَّذِي أَس َْر ٰى ِبعَ ْب ِد ِه لَي اًْل ِمنَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َمس ِْج ِد ْاْل َ ْق‬
َ َ‫صى الَّذِي ب‬ ُ
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫س ِمي ُع ْال َب‬
َّ ‫َح ْولَهُ ِلنُ ِر َيهُ ِم ْن آ َيا ِتنَا ۚ ِإنَّهُ ُه َو ال‬
Artinya: ”Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah
Kami berkahi sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-
Isra’ : 1).

‫) إِ ْن‬٣( ‫ع ِن ْال َه َوى‬


َ ‫) َو َما يَ ْن ِط ُق‬٢( ‫احبُ ُك ْم َو َما غ ََوى‬
ِ ‫ص‬ َ ‫) َما‬١( ‫َوالنَّ ْج ِم إِذَا ه ََوى‬
َ ‫ض َّل‬
ِ ُ‫) َو ُه َو ِباْلف‬٦( ‫) ذُو ِم َّرةٍ فَا ْست َ َوى‬٥( ‫شدِيد ُ ْالقُ َوى‬
‫ق‬ َ ُ‫علَّ َمه‬
َ )٤( ‫ي يُو َحى‬ ٌ ‫ُه َو إِال َو ْح‬
‫) َفأ َ ْو َحى ِإ َلى َع ْب ِد ِه َما‬٩( ‫سي ِْن أَ ْو أ َ ْدنَى‬ َ ‫) َف َكانَ َق‬٨( ‫) ث ُ َّم دَنَا َفتَدَلَّى‬٧( ‫اْل ْع َلى‬
َ ‫اب َق ْو‬
‫ب ْالفُ َؤاد ُ َما َرأَى‬
َ َ‫) َما َكذ‬١٠( ‫) َو َلقَ ْد َرآهُ أ َ ْو َحى‬١٢( ‫علَى َما َي َرى‬ ُ ‫) أ َفَت ُ َم‬١١(
َ ُ‫ارونَه‬
‫) ِإ ْذ َي ْغشَى‬١٥( ‫) ِع ْندَهَا َجنَّةُ ْال َمأ ْ َوى‬١٤( ‫) ِع ْندَ ِسد َْر ِة ْال ُم ْنتَ َهى‬١٣( ‫ن َْزلَةا أ ُ ْخ َرى‬
‫ت َر ِبِّ ِه ْال ُكب َْرى‬
ِ ‫) لَقَ ْد َرأَى ِم ْن آ َيا‬١٧( ‫طغَى‬ َ ‫غ ْال َب‬
َ ‫ص ُر َو َما‬ َ ‫) َما زَ ا‬١٦( ‫سد َْرة َ َما َي ْغشَى‬
ِّ ِ ‫ال‬
)١٨(

Artinya: "1. Demi bintang ketika terbenam. 2. Kawanmu (Muhammad) tidak


sesat tidak (pula) keliru. 3. Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut
keinginannya. 4. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan

4
Kementerian Agama RI, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 26.

4
(kepadanya). 5. Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. 6. Yang
mempunyai keteguhan, maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli
(rupa yang bagus dan perkasa). 7. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. 8.
Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat. 9. Sehingga
jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi). 10. Lalu, disampaikannya
wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah. 11.
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. 12. Maka apakah kamu
(Musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang dilihatnya itu?. 13. Dan
sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu
lain. 14. (Yaitu) di sidratilmuntaha. 15. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. 16.
(Muhammad melihat Jibril) ketika sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. 17. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. 18. Sungguh, dia telah melihat
sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm : 1-18).
Di kalangan ulama generasi awal terdapat perbedaan pandangan mengenai
permasalahan “apakah Nabi Muhammad melaksanakan Isra’ Mi’raj secara jasmani
ataukah secara rohani. Di kalangan mereka terdapat tiga kelompok pandangan.
Adapun pandangan yang terkuat adalah bahwa perjalanan malam dilakukan Nabi
secara jasmaniah dalam keseluruhan perjalanan tersebut (yakni Isra’ dan Mi’raj).
Beberapa Ayat Al-Qur’an, hadis shahih, dan pandangan yang mu’tamad
menunjukkan kebenaran pandangan ini.5

5
Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah Muhammad SAW
KeistimewaanPersonal Keteladanan Berisalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 160-
161.

5
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah shalat lima diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat
perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.6 Allah SWT berfirman :

َ‫ق الَّ ْي ِل َوقُ ْر ٰانَ ْالفَ ْج ِۗ ِر ِإ َّن قُ ْر ٰانَ ْالفَ ْج ِر َكان‬


ِ ‫س‬ َ ‫غ‬َ ‫ش ْم ِس ِإ ٰلى‬ َّ ‫ص ٰلوة َ ِلدُلُ ْو ِك ال‬ َّ ‫أَقِ ِم ال‬
‫عسٰ ى أ َ ْن يَّ ْب َعثَ َك َرب َُّك َم َقا اما َّم ْح ُم ْوداا‬ َ ‫َم ْش ُه ْوداا َو ِمنَ الَّ ْي ِل فَت َ َه َّج ْد ِب ٖه نَافِلَةا لَ َۖ َك‬
Artinya :“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu
disaksikan (oleh Malaikat. Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajjudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkatmu
ke tempat yang terpuji.” (QS. al-Israa’: 78-79).
Ada beberapa alasan dibalik terjadinya Isra’ Mi’raj ini, diantaranya; untuk
mengukuhkan perlawanan panjang Rasulullah SAW, memuliakan beliau karena
beliau begitu tegar dan konsisten selama tahun-tahun yang cukup panjang,
meringankan berbagai problem dan penderitaan yang menyakitkan yang beliau alami
saat berhadapan dengan kekuatan syirik dan kesesatan. Allah SWT mengangkat
beliau ke langit untuk memperlihatkan kepada beliau sisi-sisi keagungan kerajaan-
Nya yang mencengangkan kepada beliau rahasia-rahasia penciptaan serta masa depan
manusia yang baik dan jahat.7
Kaitan antara tahun duka cita dengan Isra’ Mi’raj Nabi adalah untuk
menghibur hati Nabi yang sedang berduka cita ketika itu dengan memperlihatkan
beberapa Rasul yang juga mendapat tantangan dari kaumnya sekaligus memohon
pertolongan Allah SWT menghadapi tantangan orang-orang kafir itu.8

6
Syamsuez Salihima, (Makassar: Alauddin University Press, 2013), hlm. 22.
7
Sayid Mundzir al-Hakim, Seri 14 Teladan Abadi 1 Muhammad Rasulullah SAW Sang
Adiinsan, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2016), hlm. 189.
8
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm.
39.

6
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril yang pertama
menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di lima
tempat :
1. Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah al-Munawarah.
2. Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika dikejar tentara
Fir’aun.
3. Thursina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat.
4. Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as.
5. Masjidil Aqsha di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam
tersebut.9
Di setiap persinggahan Nabi Muhammad Saw. selalu melakukan shalat dua
rakaat. Nabi Muhammad Saw. juga disuguhi dua buah gelas yang berisi susu dan
arak, Nabi Muhammad Saw. mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian
Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad Saw. karena beliau
telah memilih yang baik bagi dirinya dan umatnya.10
Setelah menjadi imam shalat Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju
Sidratul munthaha untuk menghadap Allah SWT. Dalam perjalanan menuju sidrotul
munthaha Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit
yaitu :
1. Langit pertama, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Adam as.
2. Langit kedua, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yahya as dan Nabi Isa as
3. Langit ketiga, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yusuf
4. Langit keempat, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Idris as.
5. Langit kelima, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Harun as.
6. Langit keenam, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Musa as.
7. Langit ketujuh, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Ibrahim as.

9
Kementerian Agama RI, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 26-27.
10
Kementerian Agama RI, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 27.

7
Setelah melewati ke tujuh lapis langit tersebut Rasulullah SAW diajak ke Baitul
Makmur tempat para malaikat melaksanakan thawaf. Kemudian Rasulullah SAW
naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut
serta. Kemudian Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Allah SWT, dalam
pertemuan tersebut Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW
untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu. Ketika hendak turun Nabi
Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang
telah diperintahkan Allha SWT kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Musa
menyuruh Rasulullah SAW, untuk kembali menghadap Allah SWT untuk memohon
keringanan perintah shalat, Allah SWT memberi keringanan kepada Nabi
Muhammad SAW menjadi lima waktu untuk setiap harinya. Dan Allah SWT
menjanjikan pahala yang sama bagi umat Nabi Muhammad SAW seperti
melaksanakan shalat 50 waktu.11
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam waktu singkat telah
tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai peristiwa itu kaum kafir
Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Nabi Muhammad SAW
Abu Jahal menantang kepada Nabi Muhammad SAW untuk menceritakan peristiwa
itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat Mekkah berkumpul maka Nabi
Muhammad SAW menceritakan peristiwa itu dengan rinci dan tiada yang terlewati.
Mendengar cerita Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam yang masih lemah
imannya banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya tetap tidak
tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu, sebab mereka telah yakin tentang
kebenaran Nabi Muhammad SAW. Cerita lain dari peristiwa ini terhadap apa yang
dilakukan Abu Bakar Ash Shidiq, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang
lain, setelah ia datangi orang-orang yang masih ragu dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, ia
mendatangi Rasulullah SAW dan meminta penjelasan langsung dari beliau. Setelah
mendengar sendiri dari Rasulullah SAW Abu Bakar Ash Shidiq langsung

11
Kementerian Agama RI, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 28.

8
menerimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW memanggilnya dengan sebutan
”Ash-Shidiq”.12

B. Tamsil dan Hikmah Isra’ Mi’raj


1. Tamsil dalam Isra’
a. Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memotong padi (panen) terus
menerus, beliau bertanya kepada Jibril, “siapakah mereka itu?” Jibril
menjawab; “Mereka itu adalah umatmu yang gemar beramal jariah yang
kemudian mereka terus menerus memetik pahalanya dari Allah SWT”.
b. Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memukul kepalanya terus
menerus, lantas beliau bertanya pada Jibril ”Siapakah mereka itu ya Jibril?”
dijawabnya “Mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang kelak
sangat menyesal dengan memukul kepalanya sendiri terus menerus sekalipun
terasa sakit olehnya”.
c. Nabi Muhammad SAW melihat kuburan yang sangat harum baunya, lalu
beliau bertanya ”Apakah itu ya Jibril?” jawabnya, “Itu kuburan Masithoh dan
anaknya. Dia mati karena disiksa dengan digodok oleh Fir’aun karena ia
mempertahankan imannya kepada Allah SWT.
d. Nabi Muhammad SAW melihat orang yang di hadapannya ada dua buah
hidangan, sebelah kanannya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan
busuk, orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Rasulullah
bertanya : ”Ya, Jibril siapakah mereka itu?”. Jibril menjawab : ”Ya,
Rasulullah, itu bagaikan umatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih
pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal baik dan berpahala”.
2. Tamsil dalam Mi’raj
Nabi Muhammad SAW melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok
dan melihat ke kiri merasa sedih dan menangis tersedu sedu, tetapi bila menengok

12
Kementerian Agama RI, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 28.

9
dan melihat ke kanan dia berseri seri gembira dan tersenyum senyum. Nabi
bertanya : “Siapakah orang itu, ya Jibril?”, jawab Jibril :”Ya Rasulullah dia itu
bapakmu yang pertama yaitu Nabi Adam AS. Bila beliau melihat ke kiri sedih,
karena melihat anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila
menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak cucunya di dunia yang
berbuat baik dan beramal shaleh”.
3. Hikmah dari Isra’ Mi’raj
Ada banyak hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu sebagai berikut :
a. Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad
SAW yang disebabkan oleh meninggalnya pembelanya yang utama yaitu,
pamannya Abu Thalib dan isterinya siti Khadijah. Allah SWT ingin
meyakinkan utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang
dibawanya tidak akan dapat dikalahkan oleh siapapun.
b. Allah SWT hendak memperlihatkan ke-Maha KuasaNya kepada Nabi
Muhammad SAW agar ia tetap yakin bahwa Allah akan tetap menolongnya
dalam menghadapi musuh-musuh yang menghalangi dan membendung
dakwah islam.
c. Allah SWT mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad SAW
dengan para Nabi dan Rasul terdahulu agar dapat menambah semangat dan
keyakinannya.
d. Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW bekas-bekas
kejayaan bangsa-bangsa terdahulu yang hancur karena kedurhakaannya
kepada Allah SWT dan RasulNya.
e. Menguji para pengikut Nabi Muhammad SAW apakah mereka itu beriman
kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran
mereka belum dapat mengerti dan memahami kejadian tersebut.
f. Nabi Muhammad SAW dapat bertemu langsung kepada Allah SWT.

10
g. Allah SWT menyampaikan perintah melakukan sholat lima waktu kepada
Nabi dan umatNya.13

C. Kemajuan yang Dicapai Nabi Muhammad SAW di Mekah


Dalam perjuangan Rasulullah SAW, paling tidak ada tiga hal yang telah
beliau rubah :
1. Dalam bidang Aqidah (kepercayaan).
Masyarakat Jahiliyah waktu itu meyakini adanya banyak Tuhan, atau yang
dikenal dengan musyrik (politeisme). Kemudian, berkat perjuangan Rasulullah
SAW., mereka mentauhidkan Allah atau mengimani adanya Allah, Dzat Yang
Maha Esa.
2. Dalam bidang hukum.
Kalau waktu itu, mereka sama-sekali tidak mengenal hukum, yang kuat menindas
yang lemah, maka berkat perjuangan Rasulullah SAW mereka menjadi
masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.
3. Dalam bidang akhlak atau moral.
Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang sama
sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, gemar berjudi, minum Khamer, dan
berzina. Tetapi berkat perjuangan Rasulullah SAW mereka menjadi orang-orang
yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah ini
sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sampai saat
ini.
Ternyata setelah peristiwa Isra’ mi’raj, muncul perkembangan besar bagi
dakwah Islam. Karena sejumlah penduduk Yatsrib yang terdiri dari suku Aus dan
Khazraj yang berhaji ke Makkah, mereka menemui Nabi dan masuk Islam dalam tiga
gelombang.14

13
Kementerian Agama RI, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), hlm. 28-29.
14
Syamruddin Nasution, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm. 40.

11
Pertama, pada tahun ke-11 kenabian, 6 orang dari suku Khazraj menemui
Nabi dan menyatakan diri masuk Islam. Mereka mengharapkan Nabi agar bersedia
mempersatukan kaum mereka yang saling bermusuhan di Yatsrib.
Kedua, pada tahun ke-12 kenabian, terdiri dari 10 orang suku Khazraj, 2 orang
suku Aus dan seorang wanita menemui Nabi dan menyatakan ikrar kesetiaan kepada
Nabi; “Kami tidak akan mencuri, tidak berbuat zina, tidak akan membunuh anak-anak
kami, tidak akan fitnah memfitnah dan tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad
SAW Rombongan ini kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah Nabi di Yatsrib.
Ketiga, pada tahun ke-13 kenabian, sebanyak 73 orang dari Yatsrib meminta
kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Saat ini Nabi ditemani pamannya
Abbas yang belum lagi masuk Islam. Abbas meminta kepada merega agar benar-
benar membela Nabi, baru dia izinkan hijrah ke Madinah. Selanjutnya Nabi minta
perjanjian dari mereka; “Saya ingin mengambil perjanjian dari kamu semua, bahwa
kamu akan menjaga saya sebagaimana kamu menjaga keluarga dan anak-anak kamu
sendiri”. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala macam ancaman. Nabi
menyetujui usul yang mereka ajukan.15
Setelah kaum Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi dan orang-
orang Yatsrib itu, mereka semakin gila melancarkan intimidasi terhadap kaum
muslimin. Hal ini membuat Nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah
ke Yatsrib. Dalam waktu dua bulan, lebih kurang 150 orang kaum muslimin telah
meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tinggal bersama Nabi di
Makkah. Keduanya menemani dan membela Nabi sampai Nabi hijrah ke Yatsrib
karena kafir Quraisy sudah merencanakan akan membunuhnya.16
Dalam musyawarah kafir Quraisy yang berencana hendak membunuh Nabi,
Abdul Jahal mengusulkan agar pembunuhan dilakukan oleh seluruh kabilah Arab
melalui wakil masing-masing. Dengan cara begini, keluarga Nabi tidak akan mampu
menuntut balas atas kematiannya. Berita tentang rencana pembunuhan Nabi itu

15
Syamruddin Nasution, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm. 40.
16
Syamruddin Nasution, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm. 41.

12
diberitahukan Allah Swt. kepada Nabi dan diperintahkan agar segera meninggalkan
kota Makkah.17

D. Hikmah Dakwah Nabi Muhammad di Mekah


Hikmah yang dapat diperoleh dari sejarah dakwah Rasulullah pada periode
Mekah, antara lain sebagai berikut.
a. Menyadari bahwa melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan
agama Allah pasti akan mendapat pertolongan Allah SWT.
b. Memahami bahwa tugas seseorang rasul hanya sekadar menyampaikan risalah
dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah), bahkan
kepada keluarga atau orang yang sangat dicintainya.
c. Memahami bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih
menjadi utusan atau rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).

‫سا ٓ ُء َو‬ َ ‫س ۡت ُہ ُم ۡال َب ۡا‬ ُ ِ‫ا َ ۡم َحس ِۡبت ُ ۡم ا َ ۡن ت َ ۡد ُخلُوا ۡال َجنَّ َۃ َو لَ َّما يَ ۡات‬
ُ ‫ک ۡم َّمث َ ُل الَّذ ِۡينَ َخلَ ۡوا ِم ۡن قَ ۡب ِل‬
َّ ‫ک ۡمؕ َم‬
‫ّٰللاؕ ا َ َ ۤال ا َِّن‬
ِ ّٰ ‫س ۡو ُل َو الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َمعَ ٗہ َم ٰتی نَصۡ ُر‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫الض ََّّرآ ُء َو ُز ۡل ِزلُ ۡوا َحتّٰی َيقُ ۡو َل‬
ٌ ‫ّٰللاِ قَ ِر ۡي‬
‫ب‬ ّٰ ‫نَصۡ َر‬
Artinya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS.2 :214).
d. Memahami bahwa Nabi Muhammad SAW sangat bijaksana, pandai
menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa
menimbulkan kebosanan (QS An Nahl: 125).

17
Syamruddin Nasution, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm. 41.

13
َ ‫سنَ ِة َۖ َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّ ِتي ِه‬
َ ‫ي أ َ ْح‬
‫س ُن ۚ ِإ َّن‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِبي ِل َر ِبِّ َك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ ‫ا ْدعُ ِإلَ ٰى‬
َ‫س ِبي ِل ِه َۖ َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهتَدِين‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫َرب ََّك ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
e. Meneladani Nabi Muhammad SAW yang bergelar uswatun hasanah. Artinya,
Tingkah laku dan amal perbuatan Rasulullah SAW sehari-hari adalah teladan
yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
f. Melalui dakwah Rasulullah SAW umat manusia, khususnya umat Islam
mendapatkan informasi mengenai agama yang diridhai Allah.
g. Melalui dakwah Islam, Rasulullah SAW memberikan pemahaman tentang hak
dan persamaan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki.
h. Islam menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan pemberantas
perbudakan.
i. Melalui penghapusan perbudakan, maka siapapun manusia status derajatnya di
mata Allah adalah sama.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isra’ Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW
mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Ada beberapa alasan dibalik terjadinya Isra’ Mi’raj ini, diantaranya; untuk
mengukuhkan perlawanan panjang Rasulullah SAW, memuliakan beliau karena
beliau begitu tegar dan konsisten selama tahun-tahun yang cukup panjang,
meringankan berbagai problem dan penderitaan yang menyakitkan yang beliau alami
saat berhadapan dengan kekuatan syirik dan kesesatan. Allah SWT mengangkat
beliau ke langit untuk memperlihatkan kepada beliau sisi-sisi keagungan kerajaan-
Nya yang mencengangkan kepada beliau rahasia-rahasia penciptaan serta masa depan
manusia yang baik dan jahat.

B. Saran
Setelah kita mengetahui bagaimana sejarah awal Rasulullah SAW sampai ia
diangkat menjadi rasul serta sejarah bagaimana Rasulullah
menyampaikan/menyebarkan agama Islam melalui dakwah-dakwahnya sebaiknya
kita meneladani sifat Rasulullah bahwa beliau kesabaran dan keuletan dalam berjuang
menegakkan agama Allah pasti akan mendapatkan pertolongan Allah SWT dan juga
kita menjadikan Rasulullah SWT sebagai suri teladan kita dalam mengarungi hidup
ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, Mundzir. (2016). Seri 14 Teladan Abadi 1 Muhammad Rasulullah SAW


Sang Adiinsan. Jakarta: Nur Al-Huda.
Al-Yahsubi, Qodi ‘Iyad Ibn Musa. (2002). Keagungan Kekasih Allah Muhammad
SAW Keistimewaan Personal Keteladanan Berisalah. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Kementerian Agama RI. (2014). Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta:
Kementerian Agama
Nasution,Syamruddin. (2013). Sejarah Peradaban Islam, Riau: Yayasan Pusaka
Riau.
Salihima,Syamsuez. (2013). Hadits-Hadits Sejarah, Makassar: Alauddin University
Press.

16
Lampiran Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan tamsil dan jelaskan bentuk kesuksesan Nabi
Muhammad SAW di Mekah !
Jawab :
Tamsil adalah perumpamaan atau contoh peristiwa yang terjadi di masa lalu atau
yang akan menimpanya di akhirat sesuai dengan apa yang dilakukannya selama
hidup di dunia.
Adapun bentuk kesuksesan Nabi Muhammad SAW di Mekah adalah sebagai
berikut :
1. Dalam bidang Aqidah (kepercayaan).
Masyarakat Jahiliyah waktu itu meyakini adanya banyak Tuhan, atau yang
dikenal dengan musyrik (politeisme). Kemudian, berkat perjuangan
Rasulullah SAW., mereka mentauhidkan Allah atau mengimani adanya Allah,
Dzat Yang Maha Esa.
2. Dalam bidang hukum.
Kalau waktu itu, mereka sama-sekali tidak mengenal hukum, yang kuat
menindas yang lemah, maka berkat perjuangan Rasulullah SAW mereka
menjadi masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.
3. Dalam bidang akhlak atau moral.
Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang
sama sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, gemar berjudi, minum Khamer,
dan berzina. Tetapi berkat perjuangan Rasulullah SAW mereka menjadi
orang-orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan
oleh Rasulullah ini sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan
manusia sampai saat ini.
2. Bagaimana cara Rasulullah SAW melakukan isra’ mi’raj apakah lewat mimpi
atau lewat jasmani dan rohani dan apakah Rasulullah bertemu langsung dengan
Allah SWT dan bagaimana caranya berpindah dari langit satu ke langit yang lain
?

17
Jawab :
Di kalangan ulama generasi awal terdapat perbedaan pandangan mengenai
permasalahan “apakah Nabi Muhammad melaksanakan Isra’ Mi’raj secara
jasmani ataukah secara rohani. Di kalangan mereka terdapat tiga kelompok
pandangan. Adapun pandangan yang terkuat adalah bahwa perjalanan malam
dilakukan Nabi secara jasmaniah dalam keseluruhan perjalanan tersebut (yakni
Isra’ dan Mi’raj). Beberapa Ayat Al-Qur’an, hadis shahih, dan pandangan yang
mu’tamad menunjukkan kebenaran pandangan ini. Adapun pertanyaan apakah
Rasulullah SAW melihat Allah SWT secara langsung Wallahu A’lam bisshawab.
Allah dan Rasul-Nya lah yang tahu apa yang terjadi saat itu. Adapun pertanyaan
bagaimana cara Rasulullah berpindah dari langit satu ke langit yang lain adalah
menggunakan Buraq yang ditemani oleh Malaikat Jibril, untuk penjelasan
spesifiknya bagaimana cara Rasulullah berpindah dari langit ke langit itu Wallahu
A’lam bisshawab.
3. Apa itu Buraq?
Jawab :
ُ ‫ ]الب َُر‬yang artinya kilat jadi buraq dapat diartikan
Buraq atau Buroq [arab: ‫اق‬
sebagai hewan yang dikendarai Rasulullah SAW yang memiliki kecepatan
secepat kilat. Buraq termasuk binatang ghaib, yang tidak akan pernah kita jumpai
di alam ini. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menaikinya ketika isra’ mi’raj, itu bagian dari keistimewaan dan mukjizat beliau
dari Allah, yang tentu saja tidak mungkin bisa ditiru orang lain.
Mengingat ini masalah ghaib, sikap yang harus kita kedepankan adalah mengikuti
dan meyakini apa yang disebutkan dalam dalil. Artinya, kita hanya boleh
meyakini sesuai informasi yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diantara bentuk dan sifat buraq yang disebutkan dalam hadis shahih,
1. Bentuknya seperti binatang tunggangan
2. Ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. (Bighal
adalah peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai)

18
3. Berwarna putih
4. Langkah kakinya, sejauh ujung pandangannya.
5. Bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan
Diantara hadis yang menceritakan sifat-sifat di atas,
a. Hadis dari Malik bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian isra mi’raj. Salah satu cuplikan
kisahnya,
ُ ‫ الب َُر‬:‫ار‬
‫اق‬ ِ ‫الح َم‬ َ َ‫َوأ ُ ِتيتُ بِدَابَّ ٍة أ َ ْبي‬
ِ َ‫ د ُونَ البَ ْغ ِل َوفَ ْوق‬،‫ض‬
Dibawakan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari
bighal dan lebih tinggi dari pada keledai. Yaitu buraq. (HR. Bukhari 3207)
b. Hadis dari Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫ َيقَ ُع خ‬،‫ َود ُونَ ْال َب ْغ ِل‬،‫ار‬
ُ‫َط ُوه‬ ِ ‫ فَ ْوقَ ْال ِح َم‬،‫اق‬ َ ‫ث ُ َّم أ ُ ِتيتُ ِبدَابَّ ٍة أ َ ْب َي‬
ُ ‫ ْالب َُر‬:ُ‫ يُقَا ُل لَه‬،‫ض‬
َ ُ‫ فَ ُح ِم ْلت‬،‫ط ْر ِف ِه‬
‫علَيْه‬ َ ‫صى‬ َ ‫ِع ْندَ أ َ ْق‬
Kemudian dibawakan kepadaku seekor hewan tunggangan putih, namanya
Buraq. Lebih tinggi dari pada keledai dan lebih pendek dari bighal. Satu langkah
kakinya di ujung pandangannya. Lalu aku dinaikkan di atasnya. (HR. Ahmad
17835, Muslim 164, dan yang lainnya).
c. Sesampainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjidil aqsha, beliau
shallallahu ’alai wa salam mengikat buraqnya di tempat yang biasa digunakan
para nabi untuk mengikat tunggangannya. Beliau mengatakan
ُ ‫طتُهُ ِب ْال َح ْلقَ ِة الَّ ِتي َي ْر ِب‬
‫ط ِب ِه ْاْل َ ْن ِب َيا ُء‬ ْ ‫فَ َر َب‬
Aku mengikat buraq di salah satu pintu masjid baitul maqdis, tepat di mana para
nabi mengikatkan hewan tunggangan mereka (Muslim no. 162, Abu Ya’la dalam
musnadnya 3375)
4. Apakah perintah shalat hanya diperintahkan kepada Rasulullah SAW dan
umatnya tidak diperintahkan kepada Nabi sebelumnya dan mengapa ketika
sampai di masjidil Aqsa, beliau shalat mengimami para nabi yang lain.
Bagaimana beliau bisa shalat padahal beliau belum mendapat perintah shalat dan

19
mengapa pada langit pertama Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam as
dan bagaimana hukumnya orang yang memperingati isra’ mi’raj?

Jawab :
Untuk pertanyaan pertama, perlu diketahui bahwa syariat shalat sudah dikenal
sebelum peristiwa isra’ mi’raj tapi pelaksanaannya belum shalat 5 waktu. Pernah
ada seseorang yang bertanya kepada A’isyah tentang shalat malam Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab
Pernahkah anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah
mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan shalat malam selama setahun,
sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat akhir surat ini
selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan untuk shalat malam
seperti disebutkan pada akhir surat ini, sehingga shalat malam hukumnya
anjuran, setelah sebelumnya kewajiban. (HR. Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah
1127).
Kemudian keterangan lainnya juga terdapat dalam hadis panjang yang
menceritakan dialog antara Heraklius dengan Abu Sufyan, ketika dia mendapat
surat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Heraklius bertanya kepada
Abu Sufyan, “Apa yang diperintahkan nabi itu kepada kalian?” Jawab Abu
Sufyan, yang saat itu sedang berdagang di Syam,

‫ َواتْ ُر ُكوا َما يَقُو ُل آبَاؤُ ُك ْم ؛ َويَأ ْ ُم ُرنَا‬، ‫ش ْيئاا‬ َّ ‫ ا ْعبُد ُوا‬: ‫يَقُو ُل‬
َ ‫ّٰللاَ َو ْحدَهُ َو َال ت ُ ْش ِر ُكوا ِب ِه‬
‫صلَ ِة‬ ِ َ‫ق َو ْال َعف‬
ِّ ِ ‫اف َوال‬ َّ ‫ص ًَلةِ َو‬
ِّ ِ ‫الز َكاةِ َوال‬
ِ ْ‫صد‬ َّ ‫ِبال‬
Nabi itu mengajarkan, “Beribadahlah kepada Allah semata dan jangan
menyekutukannya dengan sesuatu apapun, tinggalkan apa yang menjadi ajaran
nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk shalat, zakat, bersikap
jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari 7 dan
Muslim 1773)

20
Kisah ini menunjukkan bahwa perintah terpenting yang diserukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya adalah shalat, sebagaimana beliau
memerintahkan mereka untuk bersikap jujur, menjaga kehormatan… Ajaran ini
menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai pengikut agama selain islam. Karena
Abu Sufyan ketika dialog itu masih musyrik, dan Heraklius beragama Nasrani.
Dan sejak diutus beliau senantiasa memerintahkan untuk bersikap jujur dan
menjaga kehormatan, beliau juga senantiasa shalat, sebelum shalat diwajibkan
(shalat 5 waktu). (Fathul Bari Ibn Rajab, 2/303).
Sebagian ulama mengatakan, kewajiban shalat pertama kali adalah 2 rakaat di
waktu subuh dan 2 rakaat sore hari. Berdasarkan keterangan Qatadah seorang
tabiin, muridnya Anas bin Malik. Puasa pertama kali yang diperintahkan adalah
puasa 3 hari setiap bulan, dan shalat 2 rakaat di waktu pagi dan 2 rakaat di waktu
sore. (Tafsir At-Thabari, 3/501). Meskipun ada ulama yang menolak keterangan
Qatadah ini. Apapun itu, intinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat telah mengenal shalat sebelum peristiwa isra mi’raj.
Untuk pertanyaan kedua, mengapa pada langit pertama Rasulullah SAW bertemu
dengan Nabi Adam as karena Nabi Adam as mendapat kesempatan awal
bercengkerama dengan keturunan terbaiknya di langit pertama. Pertemuan ini
dilatarbelakangi oleh posisi Nabi Adam as sebagai manusia pertama sekaligus
leluhur pertama Nabi Muhammad saw. Hal ini sebagai bentuk manifestasi “relasi”
beliau dengan leluhur dalam perjalanannya menuju maqam yang luhur. Selain itu,
pertemuan ini juga sebagai isyarat akan terjadi sesuatu hal pada Nabi Muhammad
saw yang dulu juga pernah menimpa Nabi Adam as. Dulu Nabi Adam as terusir
dari surga hingga diturunkan ke bumi, sedangkan Nabi Muhammad saw nantinya
akan terusir dari Makkah hingga akhirnya beliau hijrah ke Madinah. Kesulitan
yang dialami keduanya adalah terpisah dari tanah airnya, yang menjadi saksi
tumbuh-kembangnya. Namun pada akhirnya, keduanya akan kembali ke tempat
asalnya, Nabi Adam as kembali ke surga dan Nabi Muhammad saw kembali
untuk menaklukkan Makkah.

21
Untuk pertanyaan ketiga, bagaimanakah hukum memperingati Isra’ Mi’raj, ada
dua pendapat mengenai hal ini, ada golongan yang membolehkan dan ada juga
golongan yang tidak membolehkannya. Adapun menurut kelompok kami, hukum
memperingati Isra’ Mi’raj adalah boleh-boleh saja apabila maksud dari perayaan
atau memperingatinya dengan tujuan salah satu syi’ar agama untuk mengenang
peristiwa Rasulullah SAW saat menerima perintah shalat dan tidak menganggap
bahwa peringatan Isra’ Mi’raj itu adalah salah satu ibadah kepada Allah SWT
yang wajib dilaksanakan.
5. Apa tujuan Rasulullah tawaf bersama malaikat?
Jawab :
Sebenarnya Rasulullah SAW tidak melakukan tawaf bersama malaikat akan tetapi
setelah menjadi imam shalat Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju
Sidratul munthaha untuk menghadap Allah SWT. Dalam perjalanannya
Rasulullah melewati tujuh lapis langit. Setelah melewati ke tujuh lapis langit
tersebut Rasulullah SAW diajak ke Baitul Makmur tempat para malaikat
melaksanakan thawaf. Jadi, Rasulullah hanya diajak ke tempat dimana para
malaikat biasanya melaksanakan thawaf, Rasulullah tidak melaksanakan thawaf
di tempat tersebut.

22

Anda mungkin juga menyukai