Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian Persekutuan Perdata


Persekutuan perdata adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki profesi
yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama.
Bentuk kerjasama mencari untung yang paling sederhana adalah persekutuan perdata, letak
kesederhanaannya ialah baik cara-cara pendiriannya maupun cara-cara pembubarannya
tidak memerlukan persyaratan formal, tapi cukup dengan lisan. Lazimnya pendirian suatu
persekutuan perdata dilakukan dengan suatu akte (notaris) hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam hal pembuktian jika terjadi perselisihan pendapat diantara para anggota
dikemudian hari.
Ketentuan mengenai persekutuan perdata ini diatur dalam KUH perdata buku iii. Bab
8 pasal 1618 s.d 1652. Berdasarkan ketentuan pasal 1618 KUH perdata bahwa yang
dimaksud dengan persekutuan perdata ialah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau
lebih mengikatkan diri untuk mamasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud
membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Dari ketentuan pasal 1618 KUHPdt tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa persekutuan perdata itu adalah merupakan persetujuan,
sedangkan persetujuan dimaksud adalah mengenai hal tertentu yaitu dalam hal menjalankan
perusahaan. Oleh sebab itu mengenai persetujuan yang terdapat dalam persekutuan perdata
itu termasuk dalam persetujuan yang bersifat khusus.
Dalam suatu persekutuan perdata para anggotanya dalam hal membuat suatu
persetujuan untuk menentukan sesuatu untuk kepentingann perusahaannya pemerintah atau
undang-undang tidak akan mencampuri tentang apapun yang dikehendaki oleh para
anggotanya. Pemerintah atau undang-undang dalam hal tersebut memberi keleluasaan
kepada para anggota persekutuan untuk berbuat apapun yang dikehendakinya. Sepanjang
isi perbuatannya itu tidak bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum dan
kesusilaan dalam masyarakat. Seandainya pemerintah sampai turut campur dalam suatu
persekutuan perdata tersebut hanya terbatas hal-hal yang berkaitan dengan penyempurnaan
dari pada persekutuan tersebut. Misalnya: dalam hal cara membagi keuntungan dan
kerugian yang harus seimbang dengan besarnya modal yang dimasukan dalam
persekutuan, ketentuan siapa yang menjadi pengurus persekutuan mengingat dalam
persekutuan perdata itu, semua anggota mempunyai hak yang sama.

1
Berdasarkan ketentuan pasal 1618 KUHPdt bahwa dalam persekutuan perdata itu
semua anggotanya mempunyai kewajiban memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan.
Sesuatu yang dimaksudkan disini dapat berupa uang, barang, goodwilling, konsesi, cara
kerja, tenaga biasa dll. Dalam hal cara membagi keuntungan harus seimbang dengan
besarnya modal yang dimasukan kedalam persekutuan. Suatu hal yang dilarang adalah jika
adanya keuntungan hanya diperuntukkan bagi seorang anggota persekutuan saja.

2. Jenis – Jenis dan Bentuk – Bentuk Persekutuan Perdata


a. Jenis persekutuan perdata menurut pasal 1622 BW dan 1623 BW ada 2 yaitu :
 Maatschap Umum (Pasal 1622 BW)
Persekutuan perdata (Maatschap) umum ini adalah dimana
persekutuan dimana para sekutu memasukkan seluruh hartanya atau
bagian yang sepadan dengannya tanpa adanya suatu perincian apapun.
Maatschap umum meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu
sebagai hasil usaha mereka selama maatchap berdiri. Maatschap jenis ini
usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas) yang penting
inbrengnya ditentukan secara jelas/terperinci.
 Maatschap Khusus (Pasal 1623 BW)
Maatschap khusus (bijzondere maatschap) adalah maatschap yang
gerak usahanya ditentukan secara khusus, bisa hanya mengenai barang-
barang tertentu saja, atau pemakaiannya, hasil yang akan didapat dari
barang-barang itu, atau mengenai suatu usaha tertentu atau
penyelenggaraan suatu perusahaan atau pekerjaan tetap. Jadi,
penentuannya ditekankan pada jenis usaha yang dikelola oleh maatshap
(umum atau khusus), bukan pada inbrengnya. Mengenai inbreng, baik
pada maatschap umum maupun maatschap khusus harus ditentukan
secara jelas/terperinci. Kedua maatschap ini dibolehkan. Yang tidak
dibolehkan adalah maatschap yang sangat umum yang inbrengnya tidak
diatur secara terperinci seperti yang disinggung oleh Pasal 1621 BW.

2
b. Bentuk – Bentuk Persekutuan Perdata
 Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan
suatu pekerjaan bebas (profesi). Dalam bentuk ini, asosiasinya tidak
menjalankan perusahaan tetapi mengutamakan anggotanya dan tidak
menjadikan elemen modal organisatorisnya sebagai unsur utama.
Misalnya asosiasi akuntan, dokter, pengacara dan lain-lain.
 Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan
dan terus menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut
dikatakan menjalankan perusahaan. Misalnya pengusaha A dan B
membentuk persekutuan untuk melakukan usaha di bidang lain.
 Perjanjian kerja sama dari suatu transaksi sekali segera setempat.
Contoh: kerja sama membeli barang bersama-sama kemudian dijual
dengan mendapatkan laba.

3. Ciri - Ciri dan Sifat Persekutuan Perdata


a. Ciri – ciri Persekutuan Perdata antara lain :
 Adanya perjanjian antara dua orang atau lebih.
 Para pihak memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng).
 Tujuan memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan dari hasil usaha yang dilakukan secara
bersama – sama.
Dalam Pasal 1619 ayat (1) KUH Perdata yang berisikan “usaha persekutuan
usaha yang halal dan dibuat untuk manfaat bersama para pihak”, pasal yang
menjelaskan bahwa bidang usaha yang dapat dilakukan oleh persekutuan
sesuatu yang bermanfaat bagi para sekutu.
Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana seperti yang dijelaskan
dalam Pasal 1619 ayat (2) KUH Perdata, yaitu “masing-masing sekutu
diwajibkan memasukkan uang, barang, dan keahliannya ke dalam
persekutuan”.

3
b. Sifat Persekutuan Perdata
 Bertujuan mencari keuntungan secara material untuk dibagikan kepada
anggota.
 Tidak komersial yaitu bertujuan untuk membantu kelancaran
kepentingan anggota.
 Cara pendirian sederhana.
 Cara pembubarannya tidak memerlukan persyaratan formal.
 Cara pendirian persekutuan perdata dimulai saat ditandatanganinya akta
pendirian di notaris dan selanjutnya didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan negeri.

4. Syarat Mendirikan Persekutuan Perdata


Menurut pasal 1618 BW, Maatschap adalah persekutuan yang didirikan atas dasar
perjanjian. Perjanjian untuk mendirikan Maatschap harus memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut :
a. Harus memenuhi ketentuan dalam pasal 1320 KUH Perdata.
b. Tidak dilarang oleh hukum.
c. Tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban umum.
d. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.
e. Keuntungan itu harus dibagi bagikan antara para anggota-anggotanya.

5. Pembagian Keuntungan dalam Persekutuan Perdata


Dalam pasal 1633 ayat 1 KUH Perdata menyebutkan bahwa sebaiknya pembagian
keuntungan dan kerugian oleh sekutu diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan,
dengan ketentuan tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang
sekutu saja, akan tetapi berdasarkan Pasal 1633 ayat 2 boleh diperjanjikan jika seluruh
kerugian hanya ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.
Apabila tidak ada perjanjian yang mengatur cara pembagian keuntungan tersebut, maka
berlakulah ketentuan Pasal 1633 ayat 1 KUH Perdata yang menentukan bahwa pembagian

4
tersebut harus dilakukan berdasarkan asas keseimbangan dengan ketentuan bahwa
pemasukan uang / benda yang terkecil.
Selain itu, Pasal 1635 KUH Perdata menjelaskan bahwa janji untuk membagi keuntungan
hanya pada satu pihak maka perjanjian tersebut akan batal demi hukum, sedangkan
perjanjian untuk membagi kerugian hanya pada satu pihak diperbolehkan.

6. Pengurusan Persekutuan Perdata


1. Pengurus dari sekutu
a. Statute: sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur sekaligus
bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata. Tidak dapat diberhentikan
kecuali atas dasar alasan-alasan berdasarkan hukum.
b. Mandater: sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur dengan akta
tersendiri (akta khusus) sesudah persekutuan perdata berdiri. Kedudukannya
sama dengan pemegang kuas, sehingga sewaktu-waktu dapat dicabut.
2. Pengurus bukan sekutu
Orang luar yang dianggap cakap dan diangkat sebagai pengurus persekutuan
perdata yang ditetapkan dengan akta perjanjian khusus (pemberi kuasa) atau
ditetapkan dalam akta pendirian persekutuan perdata.

7. Tanggung Jawab Sekutu


Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, maka
sekutu yang bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukannya tersebut,
walaupun dia mengatakan melakukannya untuk kepentingan persekutuan.
Perbuatan tersebut dapat mengikat sekutu lain apabila :
1. Ada surat kuasa dari sekutu lain.
2. Hasil perbuatannya dinikmati oleh sekutu lain.
Apabila beberapa orang sekutu mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, maka
dapat dipertanggungjawabkan secara merata walaupun pemasukan tidak sama, kecuali
secara tegas ditetapkan imbangan tanggungjawab masing-masing sekutu.

5
8. Berakhirnya Persekutuan Perdata
Berakhirnya persekutuan perdata: Berdasarkan ketentuan pasal 1646 KUHPdt
persekutuan perdata menjadi bubar apabila:
1. Karena jangka waktu berdirinya persekutuan perdata tersebut sudah habis.
2. Karena barang yang menjadi objek persekutuan perdata itu menjadi lenyap,
atau telah diselesaikannya perbuatan yang menjdai pokok persekutuan perdata
tersebut.
3. Karena salah seorang anggota persekuruan perdata meninggal dunia, dikuratil,
jatuh falit.
4. Karena anggota persekutuan perdata itu sendiri meminta agar persekutuan itu
dibubarkan.

6
DAFTAR PUSTAKA

HMN. Purwosutjipto. 1988. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Buku 2


tentang Bentuk-Bentuk Badan Hukum. Jakarta : Djambatan.
Prof. Subekti. 1985. Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa.
Richard Burton Simatupang. 2007.Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta
R.T. Sutantya R. Hadi Kusuma dan Dr. Sumantoro.1991. Pengertian Pokok Hukum
Perusahaan Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai