BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pokok pendidikan di Indonesia terbagi menjadi empat
bagian yaitu yang berkaitan dengan pemerataan pendidikan, mutu pendidikan,
efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan. Keempat masalah pokok tersebut
merupakan kesepakatan nasional yang perlu di prioritaskan penanggulangannya
(Elfachmi, 2016:73). Masalah pemerataan pendidikan berkaitan dnegan persoalan
bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada seluruh warga negara untuk memeproleh pendidikan sehingga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk
menunjang pembangunan (Elfachmi, 2016:74). Sementara itu, mutu pendidikan
berkaitan dengan hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan
(Elfachmi, 2016:75). Sedangkan permaslaahan efisiensi pendidikan berhubungan
dengan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan pendidikan (Elfachmi, 2016:76). Dan permasalahan
yang keempat yaitu relevansi pendidikan yaitu masalah yang berkaitan dengan
sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan keluaran/output yang sesuai
dnegan kebutuhan pembangunan (Elfachmi, 2016:77). Keempat permasalahan
pendidikan tersebut merupakan permasalahan yang kompleks dan merupakan
masalah-masalah yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Munculnya masalah-masalah di atas disebabkan oleh beberapa faktor.
Secara umum menurut Elfachmi (2016:77-78), hal itu disebabkan oleh faktor
mikro dan faktor makro. Faktor mikro merupakan maslah yang berlangsung di
dalam sistem pendidikan itu sendiri. Sedangkan faktor makro merupakan masalah
yang berkaitan dengan makro pembangunan yakni masalah di luar sistem
pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor yang berkaiatan dengan makro
pembangunan yaitu berkaiatan dengan perkembangan IPTEK dan seni, laju
pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan
sarana kehidupan (Elfachmi, 2016:78).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, rumusan
masalah yang diajukan yaitu:
1. Bagaimanakah problematika yang berhubungan dengan peserta didik dalam
pendidikan dasar?
2. Bagaimanakah solusi dari problematika yang berhubungan dengan peserta
didik dalam pendidikan dasar?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan di atas, tujuan
penulisan makalah ini yaitu:
1. Mendeskripsikan problematika yang berhubungan dengan peserta didik
dalam pendidikan dasar.
2. Mendeskripsikan solusi dari problematika yang berhubungan dengan peserta
didik dalam pendidikan dasar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 (OECD, 2006). Hasil dari ketiga
lembaga tersebut menunjukkan kualitas atau mutu output berupa peserta didik
termasuk dalam kategori rendah.
Melihat dari rendahnya tingkat kualitas peserta didik di atas, maka ada
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dalam sistem pendidikan nasional,
yang seharusnya mengarah kepada pendidikan nasional yang bermutu. Pendidikan
nasional yang bermutu salah satunya dapat dilihat dari keluarannya (output) yang
bermutu, yakni dilihat dari lulusan bermutu yang diakui di tingkat nasional,
regional, dan internasional. Dalam konteks ini, pendidikan nasional yang
lulusannya bermutu merupakan suatu keniscayaan karena tanpa menghasilkan
lulusan yang bermutu, program pendidikan bukan dipandang sebagai investasi
sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan daya saing bangsa, melainkan
dipandang sebagai pemborosan dilihat dari segi biaya, tenaga, dan waktu.
Selanjutnya untuk menghasilkan lulusan bermutu, dalam sistem pendidikan
nasional perlu dipertajam upaya-upaya penjaminan mutu (quality assurance) dan
pengendalian mutu (quality control). Penjaminan mutu mengharuskan upaya
penentuan standar kemampuan dari sisi masukan (entry level) pembelajar untuk
setiap jenjang pendidikan, standar isi yang terukur, standar proses yang mengacu
pada pencapaian standar isi, standar kompetensi lulusan yang secara sistemik
berkaitan dengan standar isi dan standar-standar lain, seperti standar pendidik,
sarana dan prasarana serta pembiayaan yang difokuskan guna menghasilkan
output pendidikan yang juga bermutu. Standar-standar tersebut telah termaktub
dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Tunggal, 2006). Untuk memastikan pencapaian standar nasional
pendidikan yang berorientasi pada output pendidikan yang bermutu tersebut, perlu
diupayakan sistem evaluasi yang bermutu dan kredibel sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-undang nomor 20/2003, Bab XVI, pasal 57, butir 1, yang
menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
8
Oleh karena itu, dengan berbagai cara, faktor-faktor tersebut harus diatur, agar
supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya. Demikian pula halnya
dengan faktor-faktor nonsosial dalam belajar, seperti misalnya: keadaan udara,
suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya),
peralatan yang digunakan untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku,
alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).
Keseluruhan faktor-faktor tersebut, dapat membantu proses/hasil belajar secara
maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-
syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan
ramai. Demikian pula dengan alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin
diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis,
psikologis, dan paedagogis. Faktor-faktor fisiologis, seperti keadaan tonus
jasmani pada umumnya, melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasamani
(fisik) yang sehat dan segar akan berbeda pengaruhnya dengan keadaan jasmani
yang kurang sehat dan kurang segar; keadaan jasmani yang lelah akan lain
pengaruhnya daripada yang tidak lelah.
Pada sisi lain, dalam hubungannya dengan faktor fisiologis adalah
berfungsi tidaknya pancaindera dengan baik. Pancaindera juga merupakan
komponen-komponen fisiologis yang menentukan berlangsungnya aktivitas
belajar dengan baik. Seperti juga dengan faktor-faktor lain, faktor psikologis juga
besar peranannya dalam pencapaian hasil belajar anak, seperti: motivasi, sikap,
disiplin belajar, dan lainnya menentukan kelancaran dalam proses belajar. Anak-
anak yang mengalami gangguan psikologis, akan mengalami kesulitan dalam
belajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan yang cermat dan sistematik.
Frandsen (dalam Suryabrata, 2004), menyatakan bahwa hal yang
mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut: (1) adanya sifat khas
ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas (2) adanya sifat kreatif
yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju; (3) adanya keinginan
untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman-teman; (4) adanya
keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun dengan kompetisi; (5) adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran; dan (6) adanya ganjaran atau
10
hukuman sebagai akhir daripada belajar. Faktor lain yang juga memegang peranan
penting dalam pencapaian prestasi akademik adalah pola belajar. Ada pelajar yang
terbiasa belajar secara teratur walaupun tidak ada tes di hari berikutnya, tetapi ada
juga pelajar yang hanya belajar bila akan ada ujian. Prestasi belajar akan lebih
baik bila pelajar memiliki pola belajar yang teratur setiap harinya daripada tidak
memiliki pola belajar dan hanya belajar pada waktu-waktu tertentu yang dianggap
perlu.
mereka perlu terus menerus melakukan kebohongan untuk membuat imej diri
yang terlihat lebih positif di lingkungan sosial.
Anak yang suka berbohong ini adalah problematika yang sulit untuk
ditangani karena ini adalah sifat yang sudah ada dalam dirinya. Mungkin juga ini
adalah cara seorang anak untuk melindungi dirinya sendiri. Kebiasaan bohong ini
sangat sering dilakukan oleh seorang anak. Bahkan ada satu kasus pernah terjadi
di SDN 1 Glanggang bahwa siswa berbohong dan akhirnya mengadu domba
temannya dengan guru dalam suatu kasus. Dalam permasalahan ini menyebabkan
kerugian bagi temannya.
c. Bertengkar dengan teman
Menurut Willis (2005) perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan
yang menggangu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian
menunjukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan.
Pada problematika berikut yang hampir setiap hari terjadi pada siswa yaitu
bertengkar dengan teman mulai dari pertengkaran biasa sampai pertengkaran
besar. Bertengkar dengan teman ini terjadi karena seorang anak merasa diganggu
dengan temannya atau dia suka mengganggu temannya karena memang dia suka
mengganggu temannya. Hal tersebut menyebabkan teman menangis sehingga
membuat pelajaran menjadi terganggu dan dapat menyebabkan RPP guru kadang
tidak sesuai waktunya karena ada permasalahan-permasalahan ini.
Untuk masalah pertengkaran yang besar yaitu pernah suatu hari ada siswa
yang di olok-olok kakak kelasnya sehingga dia merasa marah dan merasa dibully
akhirnya dia emosi dan lari ke rumah mengambil pisau dan di todong ke
temannya yang mengolok-ngolok itu. Dan akhirnya guru, kepala sekolah bahkan
pedagang luar sekolah ikut dalam melerai.
d. Terbawa sinetron (sudah mulai suka temannya yang berlawanan jenis, geng,
dsb)
Problematika berikut adalah problematika yang terjadi akibat dari teknolgi.
Problematika berikut dapat merusak pikiran siswa yang akibatnya berpengaruh
pada nilai siswa. Hal ini juga menyebabkan penyimpangan yang sangat berbahaya
bagi siswa. Karena seorang anak saat melihat sesuatu pasti dia jadi penasaran dan
menjadi ikut – ikutan apalagi kalau sesuatu hal tersebut vila. Hal tersebut yang
12
g. Malas belajar
Problematika berikut ini yang sangat sering terjadi di sekolah – sekolah.
Pasti disetiap kelas dalam seminggu akan ada anak yang tidak mengerjakan tugas
rumah. Ada juga siswa yang dikelas tidak mau membaca atau belajar mengerjakan
tugas – tugasnya, hal inilah yang dinamakan anak malas belajar.
Dari hasil observasi di atas, terlihat bahwa ada masalah yang berkaitan
dengan masalah belajar dan masalah moral. Berkaitan dengan maslah belajar
maka berhubungan dengan kegiatan belajar dan pembelajaran. Secara umum
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu adanya faktor internal dari dalam diri
individu itu, dan faktor ekstern yang berasal dari luar individu. Sementara itu
berkaitan dengan masalah moral, degradasi moral pada peserta didik merupakan
suatu keprihatinan yang sangat mendalam bagi sebuah bangsa, karena pemuda
adalah harapan bangsa dan dapat menyebabkan kehancuran bangsa, jika
pemudanya hancur. Faktor-faktor global penyebab degradasi moral jika dipilah
antara lain disebabkan oleh tersebar luasnya pandangan materialistis tanpa
spiritualitas, ukuran kesuksesan lebih di ukur pada kesuksesan materiil dan
mengenyampingkan moralitas, konsep moralitas kesopanan menjadi longgar
karena terpengaruh budaya barat akibat dari mudahnya mencari informasi melalui
ICT, budaya global menawarkan kenikmatan semu melalui 3F (food, fashion dan
fun), tingkat persaingan semakin tinggi, karena terbukanya sekat lokal dan
kebanyakan bersifat online, masyarakat lebih bersifat individualistis dan kurang
peduli dengan lingkungannya, sehingga kontrol moral terutama pada remaja
menjadi rendah, keluarga kurang dapat memberi pengarahan, karena masing-
masing orang tua sudah mempunyai kesibukannya sendiri atau bahkan broken
home, dan sebagian besar sekolah tidak sepenuhnya dapat mengontrol perilaku
siswa, karena keterbatasan waktu, sumber daya dan sumber dana ataupun kurang
menekankan pentingnya moralitas (Muthohar 2016:326).
14
d) Standard dan praktek penilaian hasil belajar siswa secara nasional yang
dilakukan dengan memperhatikan berbagai kompetensi siswa, perlu
diperbaiki. Mengacu pada soal TIMSS 2003, dapat ditunjukkan bahwa soal
pilihan ganda pun dapat mengukur kemampuan bernalar siswa dan
pemecahan masalah (Tjalla, 2010).
e) Perlunya diupayakan pengadaan buku teks dan fasilitas kelas (media dan cara
pemanfaatannya), hal ini terkait dengan kondisi kepemilikan buku yang
masih rendah di kalangan siswa dan keterbatasan media belajar di sekolah-
sekolah. Di samping itu, pengadaan ini mendukung pelaksanaan kurikulum
yang memperhatikan aspek kontek dan kognitif secara seimbang (Tjalla,
2010).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Permasalahan pokok pendidikan di Indonesia terbagi menjadi empat
bagian yaitu yang berkaitan dengan pemerataan pendidikan, mutu pendidikan,
efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan. Keempat masalah pokok tersebut
merupakan kesepakatan nasional yang perlu di prioritaskan penanggulangannya
(Elfachmi, 2016:73). Berkaiatan dengan peserta didik, problematika dapat dilihat
dari kacamata umum dan khusus. Problematika umum peserta didik yang ada di
Indonesia yaitu berkaitan dengan masih adanya peserta didik yang putus sekolah
dan rendahnya mutu peserta didik dilihat dari hasil PISA, TIMSS, dan PIRLS.
Sementara itu, problematika khusus pada peserta didik adalah problematika yang
terjadi dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Problematika khusus dalam peserta
didik ini adalah permasalahan – permasalahan yang dilakukan oleh siswa itu
sendiri. Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maka masalah-masalah yang ada
cenderung mengarah kepada masalah belajar dan pembelajaran.
Beberapa solusi yang dapat menjadi alternatif dalam penanganan peserta
didik yang putus sekolah yaitu penguatan sekolah gratis yang telah berkembang,
kegiatan bimbingan dan konseling, penguatan lingkungan pendidikan (tri pusat
pendidikan). Alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pemanfaatan dan
penggunaan fasilitas pendidikan, penggunaan berbagai model pembelajaran yang
alternatif dan menarik minat siswa, dan penguatan sistem zonasi yang sudah ada.
Sementara itu, beberapa rekomendasi yang perlu diajukan dalam hubungannya
dengan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, berdasar hasil studi yang
dilakukan oleh Tjalla (2010) adalah sebagai berikut memperlihatkan perlunya
dilakukan pembenahan secara sistemik dalam hubungannya dengan permasalahan
pendidikan, perlunya pemberian kesempatan yang luas kepada para guru untuk
dapat mengembangkan kompetensinya, pada pengembangan kurikulum, perlu
dilakukan penyeimbangan dalam hubungannya dengan aspek konten, kognitif,
motorik, dan sikap serta aspek konteks, standard dan praktek penilaian hasil
21
22
B. Saran
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran
berkaiatan dengan peserta didik sangatlah banyak dan kompleks. Makalah ini
menyajikan tentang gambaran masalah umum dan khusus. Masalah umum
berkaitan dengan posisi sentral peserta didik dalam sistem pendidikan, sedangkan
masalah khusus berkaitan dengan hasil observasi di sekolah. Dengan adanya
masalah ini diharapkan dapat dijadikan landas tumpu jika ada masalah serupa.
Sedangkan bagi penulis lain, diharapkan dapat memberikan perspektif lain dalam
penanganan masalah tersebut.
23
DAFTAR RUJUKAN
Bagoe, Rizal. 2013. Faktor – Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Desa Suka
Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. (online),
(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIS/articel/viewFile /3054/3030.pdf.),
diakses tanggal 9 Maret 2019.
Burhannudin, 2008. Penetaan Anak Tidak dan putus Sekolah di Kota Mataram
dan Kabupaten Sumbawa Besar Usia 5-12 Tahun. (online),
(http://www.puslitjaknov.org/data/file /2008/makalah_peserta/30_Burhan
udin_Pemetaan.pdf/), diakses tanggal 1 Maret 2019.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kemdikbud. 2018. Data Jumlah Siswa Putus Sekolah Menurut Tingkat Tiap
Propinsi. Online, (http://statistik.data.kemdikbud.go.id/index.php/page/sd),
diakses tanggal 9 Maret 2019.
23
24
Martin, Michael O., Mullis, Ina V., dan Chrostowski, Steven J. 2008. TIMSS
2007:International Science Report. Chestnut Hill, MA: Boston College.
Martin, Xavier Sala., dkk. 2008. The Competitiveness Index: Measuring the
Productive Potential of Nations. Dalam The Global Competitiveness
Report 2008-2009. Dari
http://www.weforum.org/pdf/gcr/2008/rankings.pdf. Tanggal 9 Oktober
2008.
Muthohar, Sofa. 2016. Antisipasi degradasi moral di era global. Nadwa, 7 (2):
321-334.
OECD. 2004. Learning for Tomorrow’s World: First Results from PISA 2003.
Paris, France: OECD.
OECD. 2005. PISA 2003 Data Analysis Manual. Paris, France: OECD.
OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume
1. Paris, France: OECD.
Tjalla, Awaluddin 2010. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-
Hasil Studi Internasional. Makalah diseminarkan dalam Temu Ilmiah
Nasional Guru II: Membangun Profesionalitas Insan Pendidikan Yang
Berkarakter dan Berbasis Budaya, 24–25 November 2010, Tangerang
Selatan.