Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

OLEH :
NI WAYAN MUJANI
P07120216021
TK. 3A/ D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2013).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung
bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapinya. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa
lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 2013).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 2013).
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen,
2013).
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 2013).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
(Stuart & Sundeen, 2013)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2012).
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito,
L.J, 2006).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
2. Penyebab
Adapun penyebab harga diri rendah pada seseorang adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah,
meliputi:
1) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau
trauma kepala.
2) Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan
adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang; kurang mempunyai tanggung jawab personal;
ketergantungan pada orang lain; penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri
yang tidak realistis; pengaruh penilaian internal individu.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial
ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
b. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan
masalah. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti:
pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang,
cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri
sendiri (Stuart dan Sundeen, 2013). Stresor pencetus dapat berasal dari
sumber internal atau eksternal sebagai berikut:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga
jenis transisi peran:
a) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3. Pohon Masalah
1.
ISOLASI SOSIAL :MENARIK
DIRI
--------------------------- Affect

HARGA DIRI RENDAH


-- ------------------------ Core Problem

KOPING INDIVIDU TIDAK .-- ----------------------- Etiologi


EFEKTIF

4. Klasifikasi
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba.
Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada pasien gangguan
fisik.
b. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai
cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon yang maladaptive, Kondisi ini dapat ditemukan
pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan
jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015)
5. Rentang Respon Harga Diri Rendah
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap
konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan
maladaptif.
a. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima
oleh norma- norma sosial dan kebudayaan.
b. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.

Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan


sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur
medis dan keperawatan (Stuart, 2013).

6. Tanda dan Gejala


Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien
harga diri rendah adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan
kurang percaya diri. (misalnya : malu, sedih karena rambut menjadi
rontok /botak akibat pengobatan penyakit kronis)
b. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada
dibawah orang lain.(misalnya : saya tidak mampu, saya tidak bisa,
saya memang bodoh, saya tidak tahu apa-apa)
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka
menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain.
e. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan
yang dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam
memilih sesuatu.
g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri
kehidupan.
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j. Ketegangan peran yang dirasakan.
k. Pandangan hidup pesimis.
l. Keluhan fisik
m. Penolakan terhadap kemampuan personal
n. Destruktif terhadap diri sendiri
o. Menarik diri secara social
p. Penyalahgunaan zat
q. Menarik diri dari realitas
r. Khawatir

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada pasien
dengan gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif
terhadap kehidupan yang terdiri dari :
a. Persepsi
b. Kesadaran pasien akan emosi dan perasaan
c. Menyadari masalah dan perubahan sikap
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan
pasien meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :
a. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan
keterbukaan dan saling percaya.
b. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu
membantu pasien untuk menerima perasaan dan pikirannya.
c. Perencanaan realita (realita planing) membantu pasien bahwa hanya
saja di yang dapat merubah bukan rang lain.
d. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu pasien
melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan
mempertahankan respon adaptif.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic
c. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki pasien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah kronik/ situasional
3. Rencana Keperawatan
No. DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEP.
1. Harga Diri TUM : Setelah ... x interaksi Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Rendah Pasien memiliki diharapkan pasien dapat dengan mengungkapkan prinsip merupakan dasar untuk
Kronis/ konsep diri membina hubungan saling komunikasi therapeutic : kelancaran hubungan interaksi
Situasional yang positif percaya dengan kriteria 1. Sapa pasien dengan ramah dan selanjutnya.
hasil : baik secara verbal dan non
1. Ekspresi wajah
TUK 1 : verbal.
Pasien dapat bersahabat 2. Perkenalkan diri dengan
2. Menunjukan rasa
membina sopan.
senang 3. Tanyakan nama lengkap pasien
hubungan saling
3. Ada kontak mata
dan nama panggilan yang
percaya 4. Mau berjabat tangan,
disukai pasien.
mau menyebut nama,
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
mau menjawab salam 5. Jujur dan menepati janji.
5. Mau duduk 6. Tunjukkan sikap empati dan
berdampingan dengan menerima pasien apa adanya.
7. Beri perhatian pada pasien dna
perawat
6. Mau mengutarakan perhatikan kebutuhan dasar
masalah yang pasien
dihadapi.
TUK 2 : Setelah ... x interaksi 1. Diskusikan kemampuan dan 1. Mendiskusikan tingkat
Pasien dapat
diharapkan pasien mampu aspek positif yang dimiliki kemampuan pasien seperti
mengidentifikas
mengidentifikasi pasien. menilai realitas, control
i kemampuan kemampuan dan aspek 2. Bersama pasien membuat diri atau integritas ego
dan aspek positif yang dimilikinya daftar tentang: diperlukan sebagai dasar
a. Aspek positif pasien,
positif yang dengan kriteria hasil: asuhan keperawatannya
1. Pasien dapat keluarga, lingkungan 2. Mendiskusikan tingkat
dimilikinya
b. Kemampuan yang dimiliki
menyebutkan aspek kemampuan pasien tentang
pasien
positif dan aspek positif yang dimiliki
3. Usahakan memberikan pujian
kemampuan yang pasien. Keluarga dan
yang realistic, dan hindari
dimiliki pasien lingkungan
penilaian negatif
2. Aspek positif 3. Pujian yang realistik tidak
keluarga. menyebabkan pasien
3. Aspek positif
melakukan kegiatan hanya
lingkungan yang
karena ingin mendapatkan
dimiliki pasien.
pujian.
TUK 3 : Setelah .... x interaksi 1. Diskusikan dengan pasien 1. Keterbukaan dan
Pasien dapat
diharapkan pasien dapat kemampuan yang masih dapat pengertian tentang
menilai
menilai kemampuan yang dilakukan dalam sakit. kemampuan yang dimiliki
kemampuan 2. Bantu pasien menyebutkannya
digunakan dengan kriteria adalah prasarat untuk
yang digunakan dan beri penguatan terhadap
hasil: berubah.
1. Pasien menilai kemampuan diri yang 2. Mengingatkan pasien
kemampuan yang diungkapkan pasien kembali pada kemampuan
3. Perlihatkan respon yang
dapat digunakan di RS yang ada pada dirinya,
2. Pasien menilai kondusif dan upayakan
sehingga memotivasi
kemampuan yang menjadi pendengar yang aktif
peningkatan harga diri
dapat digunakan 3. Meyakinkan pasien,
dirumah pasien. bahwa kita benar-benar
ingin membantu mengatasi
masalah pasien
TUK 4 : Setelah .... x interaksi 1. Rencanakan bersama pasien 1. Membentuk individu yang
Pasien dapat
diharapkan Pasien mampu aktifitas yang dapat dilakukan bertanggung jawab
menetapkan dan
membuat rencana kegiatan setiap hari sesuai dengan terhadap dirinya sendiri.
merencanakan 2. Pasien perlu bertindak
harian kemampuan: kegiatan mandiri,
kegiatan sesuai secara realistik dalam
kegiatan dengan bantuan
dengan kehidupannya.
sebagaian, kegiatan yang
3. Contoh perilaku yang
kemampuan
membutuhkan bantuan total.
dilihat pasien akan
yang dimiliki 2. Tingkatkan kegiatan sesuai
memotivasi pasien untuk
dengan toleransi kondisi
melaksanakan kegiatan.
pasien.
3. Beri contoh pelaksanaan
kegiatan yang boleh dilakukan
pasien.

TUK 5 : Setelah .... x interaksi 1. Beri kesempatan pada pasien 1. Memberikan kesempatan
Pasien dapat
diharapkan pasien dapat untuk mencoba kegiatan yang kepada pasien mandiri
melakukan
melakukan kegiatan telah direncanakan. dapat meningkatkan
kegiatan sesuai 2. Pantau kegiatan yang
sesuai jadwal yang telah motivasi dan harga diri
dengan dengan dilaksanakan pasien
dibuat pasien.
3. Beri pujian atas keberhasilan
rencana yang 2. Reinforcement positif
pasien
telah dibuat dapat meningkatkan harga
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah diri pasien.
3. Memberikan kesempatan
pasien pulang.
kepada pasien untuk tetap
melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan.
TUK 6 : Setelah .... x interaksi 1. Beri pendidikan kesehatan 1. Mendorong keluarga untuk
Pasien dapat
diharapkan pasien mampu pada keluarga tentang cara mampu merawat pasien
memanfaatkan
memanfaatkan sistem merawat pasien dengan harga mandiri di rumah.
sistem 2. Support system keluarga
pendukung yang ada di diri rendah.
pendukung 2. Bantu keluarga memberikan akan sangat
keluarga
yang ada dukungan selama pasien mempengaruhi dalam
dirawat. mempercepat proses
3. Bantu keluarga menyiapkan
penyembuhan pasien.
lingkungan rumah. 3. Meningkatkan peran serta
keluarga dalam merawat
pasien di rumah.
TUK 7: Setelah .... x interaksi 1. Diskusikan dengan pasien dan 1. Memudahkan dalam
Pasien mampu
diharapkan pasien mampu keluarga tentang dosis, pemberian therapy
memanfaatkan 2. Pasien teratur dalam
memanfaatkan obat frekuensi, dan manfaat obat
obat dengan 2. Anjurkan pasien meminta minum obat, sehingga
dengan benar dengan
benar sendiri obat pada perawat dan menunjang keberhasilan
kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga merasakan menfaatnya therapy
3. Anjurkan pasien dengan 3. Menunjang keberhasilan
dapat menyebutkan
bertanya kepada dokter tentang program terapeutik
manfaat, dosis, dan
efek dan efek samping obat
efek samping obat yang dirasakan
2. Pasien dapat 4. Bantu pasien menggunakan
mendemonstrasikan obat dengan prinsip 12 B
penggunaan obat
3. Pasien termotivasi
untuk berbicara
dengan perawat
apabila dirasakan ada
efek samping obat
4. Pasien memahami
akibat berhentinya
obat
5. Pasien dapat
menyebutkan prinsip
12 benar penggunaan
obat
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC

Keliat & Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press

NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:

Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna dll. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Bangli,

Mengetahui,

Nama Pembimbing/ CI Mahasiswa

……………………………… ………………………………

NIP. NIM.

Nama Pembimbing/ CT

………………………………
NIP.

Anda mungkin juga menyukai