Anda di halaman 1dari 3

Larutan

Dalam praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan larutan sejati dan
eliksir. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai
pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan eliksir adalah sediaan
berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat
tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet.
(Moh. Anief, 2008)
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah
dekstrometorfan dan bahan tambahan yang digunakan adalah sirupus simpleks, Metil
Paraben, propil paraben, asam sitrat, serta aquadest.
Dalam pembuatan sediaan larutan dibuat terlebih dahulu sirupus simplex
(65% sukrosa). Sukrosa yang digunakan dalam pembuatan larutan ini sebanyak 162,5
gram, ditambahkan metal paraben 0,625 g, kemudian dilarutkan dalam 87,5 ml air
panas dan digunakan untuk membuat 5 sediaan larutan dengan menggunakan botol
multi dose dan zat tambahan yang berbeda dan diamati selama 3 hari. Metil paraben
ditambahkan sebagai zat pengawet (anti jamur) sehingga membuat larutan lebih stabil
dibandingkan dengan larutan tanpa zat pengawet.
Dari hasil pengamatan larutan A diperoleh hasil yang menyatakan bahwa pada
hari ke 1, 2 dan 3 tidak tumbuh mikroorganisme pada larutan. Hal ini menandakan
bahwa pengawet yang ditambahkan yaitu berupa kombinasi metyl paraben (anti
jamur) dan profil paraben (anti bakter) bekerja dengan baik sehingga larutan tetap
jernih atau tidak ditumbuhi mikroba. Dikarenakan kadar gula yang sedikit, maka
tidak terjadi kristalisasi pada sediaan ini. Selain diamati pertumbuhan
mikroorganisme dan terbentuknya kristal gula pada leher botol, pengamatan juga
dilakukan dengan mengamati organoleptik sediaan. Pada sediaan A mempunyai bau
strawberry, rasa manis agak pahit, warna merah muda. Bau strawberry berasal dari
flavouring agent yang ditambahkan. Terdapatnya rasa agak pahit pada larutan
dikarenakan kurangnya sirupus simplek yang ditambahkan, yang seharusnya 65%
menjadi 10% karena hilangnya air pada saat pemanasan. kemudian warna merah
muda yang dihasilkan berasal dari pewarna makanan yang ditambahkan untuk
menutupi penampilan yang tidak menarik pada larutan .
Selanjutnya, pada hasil pengamatan larutan B dan C hampir sama dengan
larutan A. Diperoleh hasil yang menyatakan bahwa pada hari ke 1, 2 dan 3 tidak
tumbuh mikroorganisme atau masih tetap jernih. Hal ini menandakan bahwa
pengawet yang ditambahkan yaitu metyl paraben dan profil paraben bekerja dengan
baik sehingga larutan tetap stabil dan tidak ditumbuhi mikroba. Selain diamati
pertumbuhan mikroorganisme, pengamatan juga dilakukan dengan mengamati
organoleptik sediaan. Pada sediaan B dan C mempunyai bau strawberry, rasa manis
agak pahit, warna merah muda. Bau strawberry berasal dari flavouring agent yang
ditambahkan. Terdapatnya rasa agak pahit pada larutan dikarenakan kurangnya
sirupus simplek yang ditambahkan, yang seharusnya 65% menjadi 10% karena
hilangnya air pada saat pemanasan atau terjadinya penguapan. kemudian warna
merah muda yang dihasilkan berasal dari pewarna makanan yang ditambahkan untuk
menutupi penampilan yang tidak menarik pada larutan .
Selain dilakukan pengamatan terhadap organoleptic dan kejernihan,
dilakukan juga pengamatan terhadap volume terpindahkan, viskositas, bobot jenis,
dan pH pada hari ke 1. Berdasarkan pengamatan volume terpindahkan yaitu dengan
cara memindahkan sediaan dari wadah asli ke dalam gelas ukur 100 ml, didapatkan
hasil 100% untuk ketiga larutan tersebut. Pengamatan ini dilakukan untuk menjamin
bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda jika dipindahkan dari
wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket atau
tidak kurang dari 95%.
Pada pengamatan viskositas yaitu dengan metode hoeppler, prinsip dari
metode ini yaitu dengan mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam
tabung pada temperature tetap dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan oleh
bola untuk menempuh jarak tertentu melalui cairan pada tabung (D. Young, 2002).
Penggunaan metode hoppler ini didasarkan atas tipe cairan yang digunakan yaitu
cairan newton. Hasil yang didapatkan yaitu pada larutan A nilai viskositasnya 0,219
poise, larutan B; 0,210 poise, dan larutan C; 0,213 poise.
Pada pengujian bobot jenis, menggunakan piknometer. Yaitu dengan cara
menimbang piknometer kosong, piknometer berisi aquadest, dan piknometer berisi
sediaan yang selanjutnya dilakukan perhitungan. Hasilnya didapatkan bahwa pada
larutan A bobot jenisnya 1,002, pada larutan B ; 1,000, dan pada larutan C ; 1,000.
Terdapatnya bobot jenis yang lebih dari 1 dimana yang merupakan bobot jenis
pelarut utamanya yaitu air dikarenakan tedapatnya zat lain pada sediaan.
Pada pengujian pH dengan menggunakan menggunakan indicator universal,
yaitu dengan mencelupkan indicator universal kemudian setelah itu dicocokan
dengan table universal. Hasilnya didapatkan bahwa ketiga larutan mempunyai pH 3,
pH ini tidak sesuai dengan pH optimum zat aktif dekstrometorfan. Karena menurut
Farmakope Indonesia III dekstormetorfan stabil pada pH 5,2 – 6,5. Ketidak sesuaian
ini dikarenakan tidak ditambahkannya dapar pada larutan.

Daftar Pustaka:

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press

Dirjen POM. 1976. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta. Departemen


Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai