I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan (Gaffar,
1999). Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan
dan penganalisaan data. Pada pengumpulan data akan diperoleh data
subjektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien atau orang
tua pasien. Data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data
subjektif pada pasien asma biasanya diperoleh data anak dikeluhkan
sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan dan
gelisah. Dari data objektif diperoleh data mengi/wheezing berulang,
ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat (takipnea),
sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari pengkajian keperawatan
pada anak, yaitu :
A. Biodata
Berisi nama klien, umur, alamat klien, jenis kelamin,
agama, pendidikan, suku bangsa, dan identitas penanggung jawab
yang meliputi nama ayah dan ibu, umur, alamat, agama, serta
pekerjaan.
Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita
dapat menderita asma pada suatu saat selama masa kanak-kanak.
Sebelum pubertas sekitar dua kali anak laki-laki yang lebih
banyak terkena daripada anak wanita, setelah itu insiden menurut
jenis kelamin sama.
Asma dapat timbul pada segala umur, yaitu 30% penderita
bergejala pada umur 1 tahun, sedang 80-90% anak asma
mempunyai gejala pertamanya sebelum umur 4-5 tahun.
B. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama yang sering terjadi pada anak
yang mengalami asma meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat
pada dada, dan adanya keluhan sulit untuk bernafas.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan
terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak,
kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing,
penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan
kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah, batuk,
terutama di malam hari, yaitu batuk menggonggong yang pada
awalnya kering kemudian menjadi batuk berdahak dengan sputum
terbuka.
F. Mental Psikologi
Berisi pola interaksi, pola kognitif, pola emosi, konsep
diri, dan pola pertahanan keluarga.
G. Sosial
Berisi mengenai lingkungan kultural atau budaya, dan
lingkungan rumah.
Tinggal di dalam ruang lingkup lingkungan yang penuh
polusi oleh asap juga dapat membuat saluran pernafasan
seseorang menjadi sensitif dan mudah terjadi peradangan. Selain
itu tinggal di dalam rumah yang kotor dan berdebu juga
berpotensi menyebabkan seseorang terkena asma begitu juga
dengan asap rokok, kendaraan, pembakaran hutan atau sampah
yang jauh lebih berbahaya terhadap saluran pernafasan dan dapat
menyebabkan infeksi.
H. Riwayat Hospitalisasi
1. Perpisahan
Perlu dikaji tentang respon anak terhadap perpisahan dengan
orangtua dan anggota keluarga, penyebab kecemasan yang
berhubungan dengan perpisahan, dan respon atau tahap
protes seperti irritabilitas, marah meledak-ledak, menarik
diri, menangis, reaksi terkejut.
2. Fisiologis
Biasanya anak mengalami perubahan fisiologis meliputi
kegelisahan, palpitasi, semburat merah atau pucat,
diaforesis, insomnia, peningkatan frekuensi jantung,
perubahan intonasi suara, gemetar, peningkatan frekuensi
pernafasan.
3. Lingkungan yang asing
Perlu dikaji tentang keadaan situasional meliputi keadaan
personal atau lingkungan, lingkungan baru saat pertama
kali masuk rumah sakit, serta orang-orang baru petugas
rumah sakit.
4. Tindakan
Perlu dikaji tentang prosedur tindakan, perawatan di rumah
sakit, prosedur invasif, prosedur operasi, anastesi, dan
radiasi, serta respon anak terhadap prosedur atau tindakan
yang dilakukan seperti menolak dilakukan prosedur invasif
bahkan menyerang perawat.
I. Pengetahuan Keluarga
Pengetahuan keluarga yang baik tentang asma dapat
meningkatkan perilaku pencegahan asma. Hal ini menunjukkan
pentingnya edukasi mengenai masalah asma dalam setiap
konsultasi karena tingginya pendidikan saja tenyata tidak cukup
untuk memperbaiki pencegahan penyakit asma.
K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum tanda-tanda
vital, yaitu tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, serta
tingkat kesadaran. Pada anak asma biasanya ditemukan
adanya peningkatan tekanan darah, nadi menurun dan
tekanan nadi berat, takikardi.
2. Kepala
Perlu diobservasi bentuk kepala simetris atau tidak,
adakah tanda-tanda mikrosepali atau makrosepali, adakah
dispersi bentuk kepala, apakah ada tanda-tanda kenaikan
tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung,
bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum,
adakah trauma kepala, penonjolan, serta lesi atau luka.
3. Rambut
Perlu dikaji warna, kelebatan, kebersihan, distribusi
serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan
rasa sakit pada pasien.
4. Wajah
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus,
apakah ada gangguan nervus cranial, paralisis fasialis.
5. Mata
Perlu dikaji bagaimana bentuk mata, alis mata, adakah
entropion ataupun ekstropion, bagaimana keadaan sklera, dan
konjungtiva.
6. Telinga
Perlu dikaji bentuk telinga, apakah ada serumen atau
tidak, periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-
tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di
daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
7. Hidung
Apakah ada deformitas, septum deviasi, pernapasan
cuping hidung, adakah polip yang menyumbat jalan napas,
apakah keluar sekret, bagaimana konsistensi dan jumlahnya.
Biasanya pada anak asma terdapat pernapasan cuping hidung.
8. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus, adakah sianosis,
bagaimana keadaan lidah dan tonsil, adakah stomatitis,
perdarahan dan ulkus, berapa jumlah gigi yang tumbuh,
apakah ada caries gigi.
9. Leher
Perlu dikaji bentuk leher simetris atau tidak, adakah
tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid maupun
kelenjar limfe. Adakah pembesaran vena jugularis. Biasanya
terdapat ketegangan leher atau punggung kaku.
10. Paru
Pada inspeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana
gerak pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksi intercostale. Inspeksi dada terutama untuk melihat
postur bentuk dan kesimetrisan, biasanya ditemukan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
interkostalis, peningkatan irama pernapasan dan frekuensi
pernapasan. serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Pada palpasi ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal pada dada yang sakit.
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
Pada auskultasi ditemukan adanya suara napas
tambahan. Pada anak asma bunyi wheezing dapat terdengar
jelas.
11. Jantung
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis,
normal berada pada ICS 5 midclavikula kiri selebar 1 cm,
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pembesaran
jantung.
Pada palpasi, menghitung frekuensi jantung,
kedalaman, dan iramanya, serta perlu juga memeriksa thrill
atau getaran ictus cordis.
Pada perkusi menentukan atas jantung dimana daerah
jantung terdengar pekak, bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
Pada auskultasi menentukan suara jantung I dan II
apakah tunggal atau gallop dan apakah ada suara jantung
tambahan, adakah suara jantung III yang merupakan gejala
payah jantung serta adakah suara murmur yang menunjukkan
adanya peningkatan arus turbulensi darah. Pada anak asma
biasanya ditemukan distritmia.
12. Abdomen
Pada inspeksi apakah abdomen membuncit atau
mendatar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol
atau tidak, adakah benjolan atau massa.
Pada palpasi adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa, bagaimana turgor kulit perut, adakah pembesaran lien
dan hepar, adakah distensia abdomen serta kekakuan otot
pada abdomen
Pada perkusi, suara normal abdomen adalah timpani,
adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara
pekak.
Pada auskultasi mendengarkan suara peristaltik usus
dimana normalnya 5-35 kali per menit.
13. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya, bagaimana keadaan turgor kulit. Biasanya
ditemukan turgor kulit jelek, membran mukosa kering, dan
sianosis.
14. Ekstremitas
Apakah terdapat edema, paralise, deformitas, apakah
ada nyeri gerak pada ekstremitas, bagaimana pemeriksaan
capillary refill time, bagaimana suhunya pada daerah akral.
15. Genetalia
Adakah kelainan bentuk, edema, apakah ada sekret
yang keluar dari vagina, serta tanda-tanda infeksi.
L. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
1) Kristal - kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinopil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell
(sel cetakan) dari cabang bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang
tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis.
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di
atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
4) Pada pemeriksaan faktor - faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya
normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut :
1) Bila asma disertai dengan bronkitis, maka bercak -
bercak pada hilus akan bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran
infiltrate pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum,
pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya
terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,
yakni terdapatnya RBB (Right Bundle Branch
Block).
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya
depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum
dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler
atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri
tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
M. Terapi Medis
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun
keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya
maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik
a. Hindarkan pasien dari faktor pencetus
b. Melakukan pemberian cairan
c. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien
untuk mengeluarkan sputum dengan baik
d. Beri oksigen bila perlu
e. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
f. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per
hari
g. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
2. Pengobatan farmakologik
Pengobatan farmakologik dapat dilakukan dengan
menggunakan obat golongan bronkodilator, yaitu obat yang
melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin
(bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Obat yang
berupa semprotan yaitu MDI (Metered dose inhaler).
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts
Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol
(partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya
dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin
Retard), Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat. Cara pemakaian obat bentuk
suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan
asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung
bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah
makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang
cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu
hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk
penderita asma alergi terutama anak- anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang
lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu
bulan.
d. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali
1mg per hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.