Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar-dasar perencanaan pembelajaran ?
2. Apa pengertian pendekatan sistem ?
3. Apa ciri-ciri sistem pembelajaran ?
4. Apa masalah-masalah pengajaran dan pemecahannya ?
5. Apa Strategi dasar merancang sistem pengajaran ?
6. Apa aplikasi pendekatan sistem dalam pembelajaran PAI ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dasar-dasar perencanaan pembelajaran
2. Mengetahui pengertian pendekatan sistem
3. Mengetahui ciri-ciri sistem pembelajaran
4. Mengetahui masalah-masalah pengajaran dan pemecahannya
5. Memahami strategi dasar merancang sistem pengajaran
6. Memahami aplikasi pendekatan dalam pembelajaran PAI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar-Dasar Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran masih jarang, tetapi ada beberapa konsep yang dapat membantu
guru dalam meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pembelajaran. Konsep tersebut
mempunyai dua pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan dan pengetahuan
professional tentang pembelajaran. Keputusan yang diambil oleh guru ada beberapa macam, mulai
dari yang sederhana seperti pengorganisasian activitas kelas, sedangkan keputusan pada tingkat
kompleks menentukan apa yang akan dipelajari peserta didik.

Dalam konteks pembelajaran, perencanaan bisa diartikan sebagai suatu proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran
dan penilaian pada alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang yaitu:

Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara


sistematik yang digunakan secara khusus dengan dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran
untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini, perlu dilakukan analisis
kebutuhan dari proses belajar dengan alur sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Termasuk di dalamnya eveluasi terhadap aktivitas-aktivitas pengajaran.

Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pembelajaran yang


dikembangkan dengan memberikan hubungan pembelajaran dari waktu ke waktu dalam suatu
proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa kegiatan sudah sesuai
dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.

Dalam kaitan ini, ada beberapa hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah
bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan materi
pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat
berfungsi secara optimal.
Adapun dasar-dasar perencanaan pembelajaran yang harus di persiapkan adalah:

1. Materi Pembelajaran
Dalam mendesain materi, langkah pertama yang diambil sebelum mengajar mulai
mendesain materi-materi pembelajaran dalam bentuk apapun, seharusnya mulai
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak
langsung dengan pembelajaran yang akan di lampaui. Semua informasi tersebut belum
lengkap jika materi pembelajaran yang ada belum di komunikasikan dengan visi, misi, dan
profil pembelajaran.
2. Kompetensi Tujuan Pembelajaran atau Hasil Belajar
Merujuk kepada defenisi Mendiknas (SK.04/U/2002), kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat agar
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu.
Kompetensi merupakan kemampuan peserta didik untuk mengerjakan sesuatu yang baik
sabagai hasil dari proses pembelajaran atau pendidikan yang di ikutinya.

Stephen P. Becker dan Jack Gordon berpendapat pada kompetensi itu ada beberapa unsur-
unsur atau elemen-elemen yang terkandung didalamny, yaitu:
• Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran di bidang kognitif
• Pengertian ( understanding), yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki oleh siswa.
• Keterampilan (skill), yaitu kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan
yang di bebankan kepadanya.
• Nilai (value), yaitu suatu norma yang di yakini secara psikologis telah menyatu dalam diri
individu.
• Minat (interest), yaitu keadaan yang mendasari motivasi individu, keinginan yang
berkesinabungan, dan orientasi psikologis.
Untuk mendesain pembelajaran perlu di cermati taksonomi kompetensi dari dua aspek yaitu ranah
(domain) dan tingkat kemudahan maupun kesulitan setiap perubahan ranah atau domain. Untuk
mendesain dengan model tujuan instruksional ada dua komponen yaitu:
• Tujuan instruksional umum
• Tujuan instruksional khusus
Tujuan instruksional umum adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tujuan
pembelajaran lebih umum tentang hasil pembelajaran dari satu mata pelajaran dalam rentang
waktu pembelajaran tertentu, seperti 1 semester. Adapun tujuan instruksional khusus adalah
kumpulan pernyataan yang menggambarkan hasil belajar yang spesifik. Di samping itu, tujuan
instruksional khusus juga bersifat terukur dan dapat di evaluasi karna pernyataan – pernyataannya
biasanya menggambarkan unit pembahasan yang terbatas atau spesifik.

3. Strategi Pembelajaran atau Metode Pembelajaran


Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang
berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu
tindakan, ia akan menimbang seperti apa kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun
tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan
teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian,
saat menyusun strategi perlu mempertimbangkankan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari
luar.

• Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan oleh guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien.
• Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
• Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya
dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
• Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri
atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan
kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
• Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian di atas. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu
strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian
tujuan

4. Evaluasi Pembelajaran
Terdapat tiga kata kunci yang berkaitan dengan desain evaluasi, yaitu tes (test), pengukuran
(measurement), dan evaluasi (evaluation).
• Tes adalah satu pertanyaan atau lebih berupa tugas yang setiap butirnya mempunyai jawaban
yang benar untuk memperoleh informasi tentang kemampuan atau kompetensi (sebelum atau
sesudah belajar).
• Pengukuran adalah pemberian angka kepada satu pertanyaan atau tugas menurut aturan, atau
formula, atau standar, atau kriteria yang jelas. Karakteristik pengukuran biasanya menggunakan
angka atau skala tertentu, atau menggunakan satu aturan, atau formula, atau pengalaman tertentu.
Ada beberapa macam ukuran :
a) Ukuran standar, seperti meter, kilogram, dan takaran.
b) Ukuran tidak standar, seperti : depa, jangkal, dan langkah.
c) Ukuran perkiraan berdasarkan pengalaman, seperti mengukur tanda jeruk yang memiliki rasa
manis dan kulit halus, kuning, dan besar.
• Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan baik atau buruk atas hasil belajar dengan
menggunakan instrument tes atau non tes setelah mengadakan pengukuran tertentu.
Untuk dapat mengadakan penilaian, seseorang terlebih dahulu mengadakan pengukuran atas
instrument tes atau non tes.

B. Pengertian Pendekatan Sistem

Sedangkan pengertian sistem awalnya berasal dari bahasa Yunani (sustēma) dan bahasa Latin
(systēma). Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang terpadu dan
berproses untuk mencapai tujuan (Gordon, 1990; Puxty, 1990). Bagian suatu sistem yang
melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha pencapaian tujuan disebut komponen. Dengan
adanya sistem yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang masing-masing
komponen mempunyai fungsi khusus.

Pendekatan sistem merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bekerja
sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan tertentu.” Menurut lembaga
administrasi negara : ”sistem pada hakikatnya adalah seperangkat komponen, elemen, yang satu
sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling tergantung, sehingga
keseluruhaanya merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai
peranan atau tujuan tertentu. Gagne dan Atwi Suparman mengatakan bahwa sistem pengajaran
adalah suatu peristiwa yang mempengaruhi siswa hingga terjadilah proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik, terdapat tiga ciri khas dalam sistem pengajaran yaitu:
a. rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan unsur sistem
pengajaran sesuai dengan rencana khusus
b. saling ketergantungan
c. tujuan

Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang saling
berinteraksi, saling terkait, atau saling bergantung membentuk keseluruhan yang kompleks.
Mc Ashan mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana yang di
komposisi oleh satu set elemen yang harmonis, mempresentasikan kesatuan unit, masing-
masing elemen mempunyai tujuan tersendiri yang semuanya berkaitan secara berurutan
dalam bentuk yang logis

Berdasarkan komponen-komponen dalam sistem pembelajaran, selanjutnya kita dapat


menentukan langkah atau strategi dalam penyusunan perencanaan pembelajaran yaitu
sebagai berikut :
1. Merumuskan Tujuan Khusus.
Dasar merancang Pembelajaran, tugas pertamanya ialah merumuskan tujuan pembelajaran
khusus berserta materi pelajarannya. Dengan menentukan tujuan pembelajaran khusus, maka
akan menjadi rumusan indikator hasil pelajaran. Fungsi rumusan pembelajaran khusus
adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran umum, dengan demikian, maka
pencapaian tujuan-tujuan khusus dalam proses pembelajaran akan mejadi indikator
pencapaian tujuan umum.
2. Pengalaman Belajar
Langkah yang kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memlih pengalaman
belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya
mencatat dan menghafal, tapi perlu juga proses berpengalaman. Oleh sebab itu, siswa di
dorong secara aktif melakukan kegiatan tertentu. Walaupun tujuan pembelajaran itu sekedar
memahami data atau fakta, tapi sebaiknya hal itu tidak cukup hanya diberikan oleh guru saja,
tapi siswa harus didorong untuk mencari fakta tersebut dengan cara sendiri, seperti melalui
wawancara, observasi, dan lain sebagainya.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Langkah ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem
adalah menetukan kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang
sesuai.

4. Orang-orang yang Terlibat


Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam
menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang akan
membantu dalam proses pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar
meliputi Instruktur atau guru, dan juga tenaga professional.
5. Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran.
Penentuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan beberapa hal-hal sebagai berikut :
a. Keberagaman kemampuan intelektual peserta didik
b. Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik
c. Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
d. Berbagai alternative pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e. Bahan dan alat dapat dimanfaatkan.
f. fasilitas fisik yang tersedia
6. Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembelajaran.
7. Perencanaan evaluasi dan Pengembangan
Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah perencanaan pembelajaran.
Melalui evaluasi, kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan
keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

C. Ciri-Ciri Sistem Pembelajaran

Menerut Hamalik (2001:65-66) Menyebutkan ciri-ciri sistem pembelajaran sebagai berikut :


(1) Rencana
Rencana dalam pembelajaran mengandung unsur-unsur penataan ketenagaan, material dan
prosedur, yang merupakan unsur-unsur system pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
(2) Kesaling ketergantungan (interdependence)
Antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur
bersifat esensial, dan
(3) Tujuan
Sistem pembelajaran mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem
pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang system ialah mengorganisasi
tenaga, material dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.
D. Masalah-Masalah Pengajaran Dan Pemecahannya

a. Masalah Belajar
Apakah yang dimaksud dengan masalah belajar ?. Masalah Belajar adalah suatu kondisi
tertentu yang dialami oleh seseoarang murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya.
Masalah ini terkadang muncul dari diri peserta didik atau diri murid sendiri dan dapat juga muncul
dikarenakan pengaruh dari lingkungannya.
Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
b. Sangat cepat belajar, yaitu murid-murid yang memiliki prestasi akademik cukup
tinggi, mereka memiliki IQ diatas rata-rata dan memerlukan tugas-tugas khusus
yang terancana.
c. Keterlambatan akademik. Yaitu murid-murid yang memiliki tingkat intelegensi
normal tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara baik.
d. Lambat belajar. Yaitu murid yang mempunyai IQ dibawah rata-rata sehingga perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan khusus
e. Penempatan Kelas. Yaitu murid-murid yang umur, kemampuan, ukuran dan minat-
minat sosial yang terlalu besar atau terlelu kecil untuk kelas yang ditempati.
f. Kurang motif dalam belajar. Yaitu murid-murid yang kurang semangat dalam
dalam belajar, mereka seperti jera dan malas.
g. Sikap dan kebiasaan buruk, yaitu murid-murid yang kegiatan atau perbuatannya
berlawanan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya seperti suka marah, menunda
tugas, belajar pada saat ujian saja.
h. Kehadiran di madrasah. Yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita
sakit dalam jangka waktu lama, sehingga kehilangan banyak waktu belajar.

1. Identifikasi Murid Bermasalah


Masalah diatas dapat disimpilkan bahwa timbulnya masalah belajar bisa terjadi dari murid
sendiri dan dari luar diri murid. Hal-hal ini bisa diketahui dengan mencara mengidentifikasi
murid yang bermasalah. Penentuan siapa saja murid yang mempunyai masalah dengan
pembelajaran dapat dilakukan dengan prosedural sebagai berikut :
2. Penilain Hasil Akhir
Guru sebagai komponen dari sistem pembelajaran diharapkan dapat melaksanakan hasil
penilain secara berkesinambungan. Salah satu tujuannya adalah adalah agar mengetahui
sejauh mana murid mencapai hasil belajar yang sesuai denga perencanaan wal pembelajaran.
Dalam hal ini ada dua acuan yang digunakan :
a. Penilain Acuan Patokan (PAP)
Penilain ini, berdasarkan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Murid
akan dikatan berhasil atau menguasai materi, yang telah ditetapkan,. Patokan ini diyantakan
dengan presentasi minimal. 75 %, 80%, 90%, dan sebagainya
b. Penilain Acuap Normal (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) adalah penlaian yang dilakukan untuk mengetahui posisi
kemampuan seseorang dibandingkan dengan temannya dikelas tersebut. PAN ini berasumsi
bahwa kemampuan orang itu berbeda beda dan dapat digambarkan menurut distribusi norma.
Perbedaan ini harus ditunjukan oleh hasil pengukuran, misalnya setelah mengikuti
pendidikan selama satu semester peserta didik diadakan penilaian. Hasil ujian seseorang
dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat diketahui posisi seseorang. Acuan ini
biasanya digunakan pada ujian untuk seleksi, karena sesuai dengan tujuannya ujian seleksi
adalah untuk membedakan kemampuan seseorang dan untuk mengetahui hasil belajar
seseora
c. Pemanfaatan Hasil Intelegensi
Belajar di pengaruhi oleh intelegensi atau kemampuan dasar. Semakin tinggi kemampuan
dasar semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh
d. Pengamatan
Penilaian ini berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama masa pembelajaran
sehingga akan dapat mengetahu perindividu murid sehingga guru dapat menentukan untuk
bimbingan dan konseling, dan alayanan belajar khusus.
e. Faktor-faktor sumber Murid bermasalah dalam belajar
Setelah menilai atau mengetahui siswa yang bermasalah dalam belajar dan sejenisnya,
maka sebelum memberikan bimbingan atau konseling, terlebih dahulu harus mengatahui
sebab-sebab kenapa murid mendapat kesulitan dalam belajar. Hal ini perlu dilakukan agar
bisa memberikan sesuatu yang memang menjadi kebutuhan murid, misalnya anak yang
mempunyai kesulitan membaca dikarenakan kendala mata, maka guru tidak dapat
membantu hanya dengan memberikan tambahan waktu agar murid cepat bisa membaca.
Pada dasarnya masalah dalam belajar itu dapat terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi, dan faktor-faktor itu dapat digolongkan menjadi dua macam : Pertama,
Faktor-faktor yang bersumber dari dari murid itu sendiri. Dan yang kedua, faktor yang
bersumber dari luar diri murid. :
a. Faktor-faktor yang Bersumber dari Murid
1) Tingkat Kecerdasan rendah
2) Kesehatan sering terganggu
3) Kekurangan Fisik
4) Gangguan alat perseptual
5) Tidak Menguasai cara-cara belajar yang baik
b. Faktor-faktor yang Bersumber dari Luar diri Mudir
1) Faktor Lingkungan Keluarga.
a) Kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai
b) Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tua
c) Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak
d) Orang tua pilih kasih
2) Faktor Lingkungan Sekolah atau Madarsah dan Masayarakat.
Masalah-masalah yang dialami murid dalam belajar bukan hanya bersumber dari
lingkungan keluarga atau keadaan murid, tetapi juga bisa timbul atau bersumber dari faktor
lingkungan sekolah atau madrasah antara lain : kurikulum kurang sesuai, guru kurang
menguasai bahan pelajaran, metode mengajar yang kurang sesuai dan alat dan media kurang
memadai.

d. Membantu Murid Mangatasi Masalah Pembelajaran


Setelah mengetahui masalah yang dihadapi oleh murid, maka guru harus membantu murid
sesuai dengan kebutuhan, karena setiap murid mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
sehingga pencapaiannya pun berbeda-beda.
Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi murid dalam belajar, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran
pengayaan, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar baik, dan peningkatan motivasi belajar.
a. Progam Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada
seseorang atau beberapa orang murid yang mengalai kesulitan belajar. Kekhususan dari
pengajaran ini terletak pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, meode, dan media
penyampaian. Seperti yang telah di bahas diatas bahwa murid yang dilayani adalaha murid
yang mangalami kesulitan belajar dan memahami. Bahan atau materi yang akan disampaikan
dapat bervarisai antara seseorang murid dengan murid yang lain, tergantung masalah apa
yang dihadapi oleh murid.
1) Cara yang di tempuh.
Kegiatan pokok dalam pengajaran perbaikan terletak pada usaha mempernaiki kesalahan-
kesalahan atau penyimpangan yang terjadi pada murif berkenaan dengan mata pelajaran yang
di pelajarinya. Oleh sebab itu, guru tidak perlu lagi banyak menggunakan metode ceramah
atau metode diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid. Guru juga tidaj perlu
mengulang semua bahan ajar yang sudah disampaikan. Pengajaran dipusat kepada
komponen-komponen atau bagian-bagian yang belum dikuasai dengan baik pelh murid.
Dengan jalan memberikan penjelasan seperluanya, mengadakan tanya jawab, demontrasi,
latihan, pemberian tugas dan evaluasi.
Berdasarkan dengan hal ini DEPDIKNAS (2004) mengemukakan dua cara yang dapat
ditempuh, yaitu :
a) Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yangbelum atau
mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu.
b) Pemberian tugas tau perlakuan (treatment) secar khusus yang sifat penyederhanaan dari
pelaksanaan pembelajaran reguler.
- Penyederhanaan Isi / Materi Pembelajaran untuk KD tertentu
- Penyederhanaan cara penyajian
- Penyederhanaan soal / pertanyaan yang diberikan.
2) Materi dan waktu pelaksanaan progam perbaikan
Progam perbaikan dapat dilaksanakan pada :
a) Setelah mengikuti tes / ujian kompetensi dasar tertentu
b) Setelah mengikuti tes / ujian blok atau sejumlah kopetensi dasar dalam satu kesatuan
c) Setelah mengikuti tes / ujian kompetensi dasar atau blok terakhir. Khusus untuk
perbaikan terakhir ini hanya di berlakukakn untuk kompetensi dasar atau blok terakhir darii
kopetensi dasar atau blok-blok yang ada pada semester tertentu.
b. Progam Pengayaan
Progam ini diperuntuhkan kepada murid yang cepat dalam memahami materi
pembelajaran.
a. Cara Yang ditempuh
a) Membaca subpokok bahasan lain yang bersidat perluasan atau pendalaman dari sub
pokok bahasan yang dipelajari
b) Melaksanakan kerja praktek atau percobaan-percobaan
c) Mengerjakan soal latihan
b. Materi dan waktu pelaksanaan progam pembelajaran
a) Materi yang diberikan sesuai denggan kompetensi dasar yang dipelajari
b) Waktu pelaksanaan progam pengayaan :
- Setelah mengikuti tes / ujian kompetensi dasar tertentu
- Setelah mengikuti tes / ujian blok atau kesatuan KD tertentu
- Setelah mengikuti tes / ujian kompetensi dasar atau blok terakhir. pada semester
tertentu.
c. Progam Akselerasi
Progam akselerasi memberiakan kesempatan kepada peserta didik untuk melalu masa
belajar disekolah dengan waktu yang relatif capat. Progam ini di terapkan kepada murid
yang mempunyai kemampuan diatasa rata-rata.
Agar progam ini terlaksana dengan baik, maka di butuhkan persiapan dan perencanaan
yang baik dan cermat serta terperinci.

E. Strategi Dasar Merancang Sistem Pembelajaran


Berdasarkan komponen-komponen dalam sistem pembelajaran, selanjutnya kita dapat
menentukan langkah atau strategi dalam penyusunan perencanaan pembelajaran yaitu
sebagai berikut :
1. Merumuskan Tujuan Khusus.
Dasar merancang Pembelajaran adalah, tugas pertama adalah merumuskan tujuan
pembelajaran khusus berserta materi pelajaranya. dengan menentukan tujuan pembelajaran
khusus akan menjadi rumusan indikator hasil pelajaran. Fungsi rumusan pembelajaran
khusus adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran umum, dengan demikian,
maka penecapaian tujuan-tujuan khusus dalam proses pembelajaran, merupakan indikator
pencapaian tujuan umum.
2. Pengalaman Belajar
Langkah yang kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memlih pengalaman
belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya
mencatat dan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman. Oleh sebab itu, siswa harus di
dorong secara aktif melakukan kegiatan tertentu. Walaupun tujuan pembelajaran hanya
sebatas memahami data atau fakta, akan tetapi sebaiknya hal itu tidak cukup hanya diberikan
saja oleh guru, akan tetapi siswa didorong untuk mencari dan menemukan sendiri fakta
tersebut, misalnya melalui wawancara, observasi, dan lain sebagainya.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Langkah ketiga dalam menyusn perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem
adalah menetukan kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang
sesuai.
4. Orang-orang yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam
menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang akan
membantu dalam proses pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar
meliputi Instruktur atau guru, dan juga tenaga professional.
5. Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran.
Penentuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan beberapa hal-hal sebagai berikut :
a. Keberagaman kemampuan intelektual peserta didik
b. Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik
c. Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
d. Berbagai alternative pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e. Bahan dan alat dapat dimanfaatkan.
f. fasilitas fisik yang tersedia
6. Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembelajaran.
7. Perencanaan evaluasi dan Pengembangan
Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah perencanaan pembelajaran.
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

F. Aplikasi Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran PAI

Menurut Oemar Hamalik, langkah-langkah perencanaan (desain) pembelajaran termasuk


pelajaran PAI sebagai berikut:

Pada tahap perencanaan, komponen-komponen pembelajaran PAI yang harus


direncanakan oleh guru PAI melalui pendekatan sistem antara lain:

1. Menetapkan tujuan pembelajaran PAI

Sebagai langkah awal dalam desain pembelajaran, guru PAI harus menelaah kurikulum
untuk mengetahui tujuan dan kompetensi mata pelajaran. Kemudian, ia mengembangkannya
dalam bentuk silabus sebagai uraian program yang mencantumkan mata pelajaran, tingkat
satuan pendidikan, semester, pengelompokan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
materi pokok, indikator, strategi pembelajaran, alokasi waktu, sumber dan media, serta sistem
penilaian.

Secara umum, PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,


dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Tujuan umum ini akan dijabarkan dalam
kompetensi dasar pada setiap topik bahan ajar sesuai tingkat kelas dan semester siswa yang
meliputi kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pelajaran PAI

Materi/bahan ajar dalam pembelajaran PAI adalah terdiri dari al-Qur’an dan al-Hadist,
keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlaq dan sejarah yang lebih menekankan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam Islam. Semua materi ini harus
direncanakan secara sistematik sesuai dengan kelas, semester, alokasi waktu, sumber belajar,
media, dan karakteristik siswa yang akan menerima materi pelajaran. Disamping itu,
pengorganisasian materi PAI harus dikelola dari yang mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak,
dari simpel ke kompleks.

3. Merencanakan peran pendidik dan siswa dalam kegiatan pembelajaran

Pendidik dan siswa merupakan subyek utama yang sangat berperan dan saling
membutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI, sebab tanpa peran aktif
keduanya tidak akan terjadi mobilisasi pembelajaran. Karena itu, guru harus mempu
membangun kerjasama yang sinergis dengan siswa dalam semua aksi transformasi keilmuan
dan sikap sehingga siswa dapat mencapai berbagai kompetensi pembelajaran yang tertuang
dalam kurikulum.

4. Menentukan strategi pembelajaran PAI

Strategi ini merupakan tehnik mengelola kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa dalam interaksi pembelajaran. Menentukan strategi ini mencakup pendekatan dan
metode pembelajaran PAI yang akan digunakan agar sesuai sumber daya sekolah dan keadaan
peserta didik. Di dalam pembelajaran PAI, banyak pendekatan dan metode yang dapat
diterapkan, tetapi metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, dan diskusi.

5. Menetapkan tehnik evaluasi hasil pembelajaran PAI

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang
telah diberikan oleh guru PAI. Penilaian pembelajaran harus direncanakan dengan tepat agar
instrumen penilaiannya reabel dan valid untuk mengukur kemampuan siswa dengan mengacu
pada penilaian yang berbasis kelas, yakni penilaian proses dan hasil ujian siswa.
6. Memilih fasilitas, media, dan lingkungan pembelajaran PAI

Perencanaan terhadap fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran PAI yang tepat akan
mampu memberikan pengalaman belajar dan mempermudah peserta didik untuk menerima
pelajaran yang disampaikan guru. Pemilihan fasilitas, media, dan lingkungan pembelajaran
PAI dimaksudkan untuk menghemat dana, waktu, dan tempat atau guru dapat merencanakan
kegiatan pembelajaran PAI sesuai dengan kondisi dan sumberdaya sekolah yang tersedia.[1]

Pada tahap pelaksanaannya, guru PAI harus melaksanakan proses pembelajarannya dengan
berpedoman pada rancangan pembelajaran yang sudah disusun dengan pendekatan sistem.
Bentuk rancangan yang dipergunkan saat ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Model satuan pelajaran ini merupakan istilah yang perkenalkan melalui KBK
dan KTSP yang saat ini harus dipahami oleh semua guru.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana atau program yang disusun oleh
guru untuk satu atau dua kali pertemuan untuk mencapai target satu kompetensi dasar. RPP
diturunkan dari silabus yang telah disusun dan bersifat aplikatif di kelas. Secara sistematik,
sebuah RPP memiliki komponen-komponen sebagai berikut; Identitas mata pelajaran, standar
kompetensi mata pelajaran, kompetensi dasar setiap topik materi, dan indikator yang hendak
dicapai setiap materi, pokok materi, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, sumber
belajar, dan evlauasi. Semua komponen ini harus dirancang oleh guru PAI dalam bentuk RPP
yang akan dijadikan pedoman selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada setiap
semester.

Pada komponen kegiatan pembelajaran, sebuah RPP menyajikan langkah-langkah


operasional yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap, yaitu; awal, inti, dan akhir.
Pada kegiatan awal, guru PAI membuka pelajaran dengan salam dan doa, menyiapakan kondisi
kelas dan siswa, memberikan appersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi
pertemuan yang berjalan. Pada kegiatan inti, guru PAI harus mampu mengelola aksi belajar
siswa, sehingga berperan aktif mengikuti pembelajaran. Karena itu, guru PAI senatiasa
memulai materi pelajaran dengan memberikan penjelasan singkat, memperkenalkan dan
mencontohkan cara menggunakan media peraga, membagi siswa menjadi beberapa kelompok
belajar, berdiskusi, memberikan tugas latihan, membuka sesi tanya jawab, meminta siswa
memperagakan media melalui praktik kelas. Pada kegiatan akhir, guru PAI melaksanakan
prosedur penutupan yang berorientasi pada pemantapan pemahaman siswa dan tindaklanjut
materi. Kegiatan akhir ini mencakup; penyimpulan materi yang sudah dipelajari, memberikan
tindaklanjut berupa tugas praktik/latihan dan PR serta mengakhiri pembelajaran dengan doa
dan salam.

Pada tahap evaluasi, guru PAI merancang sistem penilaiannya dengan mengacu pada
pendekatan sistem. Artinya, sebelum melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran siswa, guru
PAI harus menganalisa kembali beberapa komponen yang turut mempengaruhi prestasi belajar
siswa seperti; tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan dan kompetensi belajar, ketepatan
materi yang sudah disajikan dengan tujuan dan kompetensi tersebut, relevansi strategi
pembelajaran yang sudah digunakan dengan media dan sumber belajar siswa, penguasaan
siswa terhadap materi yang akan diujikan.

Guru PAI menilai kemampuan siswa dengan mengacu pada konsep penilaian berbasis
kelas yang terfokus pada dua aspek penilaian, yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa. Penilaian proses dimulai sejak awal masa pembelajaran dengan mengukur
perkembangan aspek afektif siswa melalui internalisasi dan penghayatan nilai beragama siswa
selama di sekolah dan unjuk kerja psikomotorik yang sudah dihasilkan berupa aksi ibadah yang
bersifat mahdhah, gambar islami, etika sosial dalam bergaul di sekolah ataupun di masyarakat.

Penilaian proses ini disebut juga dengan penilaianAuthentic Assesment yang mengandung
makna bahwa penilaian yang mengacu pada pembelajaran yang telah terjadi, menyatu ke
dalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan serta arahan kepada siswa untuk
maju. Authentic Assesment sekaligus dipergunakan sebagai alat kontrol untuk melihat
kemajuan siswa dan feedback bagi praktek pengajaran selanjutnya. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assesment tidak
dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi
dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk mencari
informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan
pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan
ditekankan kepada sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.

Perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI tentu akan menilai pengetahuan
dan keterampilan (performance) yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Penilai
tidak hanya guru, tetapi dapat juga teman atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik:

1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran PAI berlangsung.

2. Bisa digunakan untuk ujian formatif maupun sumatif.

3. Yang diukur keterampilan dan performansi beragama.

4. Terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran PAI

5. Dapat digunakan sebagai feed back pembelajaran PAI selanjutnya.

Penilaian hasil belajar siswa lebih cenderung mengukur kemajuan belajar kognitif siswa
yang terkadang pencapain hasil nominalnya sering direkayasa dengan berbagai siasat oleh
siswa ketika mengikuti ujian akhir. Kondisi yang perlu dipahami oleh setiap guru PAI dalam
menilai hasil belajar siswa melalui berbagai bentuk item soal ini, yaitu ketepan dan kebenaran
soal ujian yang berkaitan dengan tujuan dan kompetensi pelajaran PAI yang termuat dalam
kurikulum/silabus dan materi ajar yang sudah dipelajari siswa selama mengikuti pembelajaran
di kelas.

PENUTUP

A. Kesimpulan

B.
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi


Aksara, 2002.
Hisyam Zaeni, Bermawy Munthe Sekar Ayu Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Majid abdul Perencanaan pembelajaran Bandung PT Remaja rosdakarya, 2008.
Mel Silberman Active Learning , Startegi pembelajaran Aktif,( terjemanahn
sarjuliet)yokyakarta yapindess, 2004).

Anda mungkin juga menyukai