Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

Mata Kuliah : ERGONOMI


Dosen Pembimbing : Yulianti
Peminatan : Kesehatan Lingkungan
“Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri
Secara Umum”

Disusun Oleh :
Nurafifah 14120100069
Wa Ode Safariah 14120100077
Ety Apriyani 14120100082

Kelas : W2

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia
dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai
tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan
nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan
produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta
kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk,
jangkauan tangan yang tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dan lain-lain.
Sehingga dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri pada
punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya
rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan
lingkungan kerjanya.
Penyakit akibat kerja dapat mempengaruhi kemampuan kerja
seorang pekerja. Penyakit yang diakibatkan pekerjaan diartikan sebagai
efek negatif dari kegiatan kerja terhadap kesehatan fisik manusia antara
lain keluhan nyeri pada berbagai otot ataupun terjadinya kelelahan
otot(fatique). Kelelahan otot dapat timbul akibat kontraksi otot yang
berlebihan atau pun kontraksi otot terus-menerus dalam jangka waktu
yang cukup lama. Proporsi kasus gangguan muskuloskeletal akibat kerja
berdasarkan data ILO tahun 2003 menduduki peringkat pertama yakni
hampir 45% dari total kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan.
Revolusi industri yang berlangsung lebih dari dua abad yang lalu
telah membawa perubahan-perubahan dalam banyak hal. Awal
perubahan yang paling menyolok adalah diketemukannya rancang
bangun (rekayasa/engineering) mesin uap sebagai sumber energi untuk
berproduksi, sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energi-otot
ataupun energi alam. Lebih jauh lagi manusia bisa menggunakan sumber
energi secara lebih fleksibel, dipindahkan ataupun ditempatkan
dimanapun lokasi aktivitas produksi akan diselenggarakan. Ditemukannya
mesin uap merupakan awal dikenalnya sumber tenaga utama (prime
mover) yang mampu meningkatkan mobilitas dan produktivitas kerja
manusia. Hal lain yang patut dicatat adalah diterapkannya rekayasa
tentang tata cara kerja (methods engineering) guna meningkatkan
produktivitas kerja yang lebih efektif-efisien dengan menganalisa kerja
sistem manusia-mesin sebagai sebuah sistem produksi yang terintegrasi.
Dari hasil para ahli Taylor, Frank & Lillian Gilbreth, Fayol, Muntersberg,
Granjean, Barnes, Mundel, Kroemer, McCormick, Sanders dan lain-lain
telah dihasilkan paradigm-paradigma baru dalam berbagai penelitian kerja
dengan fokus pada manusia sebagai penentu tercapainya produktivitas
dan kualitas kerja (quality of work life) yang lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep ergonomi secara umum di terapkan di industri?
2. Bagaimana penerapan ergonomi dalam industri?
3. Apa yang mempengaruhi ergonomi dalam penerapannya di industri?
4. Apakah ada efek yang timbul dalam penerapan ergonomi di industri?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup
Globalisasi telah membawa semua persoalan menjadi semakin
kompleks, persaingan semakin keras, dan memerlukan perubahan-
perubahan baik dalam struktur organisasi, manajemen maupun sumber
daya pendukung operasional di lini produksi. Industri yang dahulunya
dioperasikan dengan konsep pemanfaatan sumber daya (material, energi,
modal, dan manusia) yang serba terbatas untuk itu sistem produksi harus
benar-benar dioperasikan secara efektif dan efisien dalam era global ini
haruslah kemudian dikembangkan dengan penguasaan infomasi
(knowledge based industry) dan jaringan kerja (networking) yang lebih
baik.
Begitu juga sistem produksi yang dahulunya dikembangkan melalui
konsep produksi masal (mass-production) dengan bertumpu pada
pembuatan produk-produk standard, cenderung kemudian harus ditata
kembali secara fleksibel dan responsif ke upaya pemenuhan kepuasan
customer yang sangat beragam (mass-customization) dengan pasar yang
lebih luas (mass-marketing). Begitu juga organisasi industri yang awalnya
dirancang mengikuti pola struktur hirarki-birokrasi yang menempatkan
manusia sebagai pekerja (karyawan) pabrik, selanjutnya beranjak dan
bergeser maju dalam pola struktur jaringan kerja (network). Disini aktivitas
kerja manusia dan begitu pula struktur organisasi kerjanya akan beraliansi
dalam sebuah mata rantai kerja sama dengan semangat kebersamaan
(collaboration & partnership).
Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan
kompleks, maka Industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun
penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada salah satunya yaitu
pendekatan ergonomi. Pendekatan ergonomi dalam perancangan
teknologi di industri telah menempatkan rancangan produk dan sistem
kerja yang awalnya serba rasional-mekanistik menjadi tampak lebih
manusiawi. Disini faktor yang terkait dengan fisik (faal/fisiologi) maupun
perilaku (psikologi) manusia baik secara individu pada saat berinteraksi
dengan mesin dalam sebuah rancangan sistim manusia-mesin dan
lingkungan kerja fisik akan dijadikan pertimbangan utama. Persoalan
perancangan tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya juga
akan terus terarah pada segala upaya untuk mengimplementasikan
konsep “human-centered engineered systems” dalam perancangan
teknologi produk maupun proses dengan mengkaitkan faktor manusia
didalamnya.
Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya
berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang
berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di
Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya
yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap
orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-
optimalnya (Nurmianto, 1996).
Desain suatu pekerjaan manusia harus menjadikan manusia
sebagai pusat dalam perancangannya, berarti bahwa segala sesuatu
yang dirancang seperti metode kerja, peralatan, lingkungan fisik dan
organisasi kerjanya harus dapat mengakomodasi kemampuan dan
keterbatasan manusia agar manusia dapat melakukan pekerjaannya
dengan efektif dan efisien. Sedangkan ergonomi industri mempelajari
tentang penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam perancangan kerja di
industri agar dapat diperoleh lingkungan kerja yang lebih aman, sehat dan
produktif. Kebutuhan untuk menerapkan ergonomi industri makin
meningkat terutama untuk menurunkan biaya produksi dengan
menciptakan efisiensi kerja, mengurangi ongkos asuransi kesehatan kerja
dan dapat meningkatkan moral serta motivasi kerja serta menciptakan
keamanan kerja /work safety.
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau
dari pihak menajemen perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh
pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak
mengindahkan peraturan kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen.
Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen,
biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja
yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi
ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja di atas 50 Kg
tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada
pekerja.
Identifikasi bahaya risiko pekerjaan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan melakukan Hazard Identification and
Risk Assessment Control (HIRAC). Analisis risiko kerja dilakukan dengan
mengidentifikasi semua faktor risiko yang ada dalam proses kerja,
melakukan penilaian risiko kerja dan melakukan pengendalian faktor
risiko. Menurut Neuman (2006) identifikasi faktor risiko ergonomi dapat
dilakukan dengan cara evaluasi lingkungan kerja, evaluasi sistem kerja,
evaluasi gangguan kesehatan dengan menggunakan kuisioner Nordic
Body Map, dan lain-lain. Evaluasi lingkungan kerja bertujuan untuk
menilai apakah suatu lingkungan kerja berpotensial untuk menimbulkan
gangguan kesehatan ditinjau dari aspek ergonomi. Kuisioner Nordic Body
Map bertujuan untuk menilai apakah ada terdapat dampak dari faktor
ergonomi kerja terhadap timbulnya keluhan gangguan muskuloskeletal
pada pekerja.
Penerapan ergonomi dalam industry yaitu :
1. Posisi Kerja
Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai
berikut:
1) Laki-laki dewasa 40 kg
2) Wanita dewasa 15-20 kg
3) Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
4) Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
1) Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
2) Frekuensi pergerakan diminimalisasi
3) Jarak mengangkat beban dikurangi
4) Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin
dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
5) Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari
pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
 Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1) Posisi kaki yang benar
2) Punggung kuat dan kekar
3) Posisi lengan dekat dengan tubuh
4) Mengangkat dengan benar
5) Menggunakan berat badan
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
1) Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan
beban kerjanya
2) Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai
dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
3) Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan,
khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja
diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri
pekerja dan kinerja pekerja
2. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja
3. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan
pekerja saat bekerja
4. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan
kesesuaian antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
5. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja
untuk meningkatkan produktivitas.
6. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat
kerja
7. Meningkatkan faktor keselamatan kerja
8. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan
kesejahteraan untuk individu dan institusi. (www.wsib.on.ca)
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat
diperoleh 3 keuntungan yaitu:
i. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
ii. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
iii. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran
ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan sehat.
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan
kecenderungan untuk mengalami beberapa keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur
tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada
pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator
pekerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan
pembawa/pemikul keranjang, datarnya telapak kaki pada para
penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi
para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer,
tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang
kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi
kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji,
enjilidan buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD
(Cummulative Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak
teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat
trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup besar untuk
menimbulkan rasa sakit.
 Trauma pada jaringan timbul karena:
 Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
 Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
 Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
 Contoh-contoh dari CTD:
 Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
 Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pada bahu
meradang).
 Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
 Carpal Tunnel Syndrome
 Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
 White finger (pembuluh darah di jari rusak).
Berdasarkan Antropometri, Biomekanika, Fisiologi Kerja,
Pencegahan dan Pengendalian Bahaya. Dengan diterapkannya
ergonomi, sistem kerja dapat menjadi lebih produktif dan efisien. Dilihat
dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompok-
kan dalam beberapa bidang penelitian, yaitu:
o Antropometri
o Biomekanika
o Fisiologi
o Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
1. Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut
pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari
tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang
digunakan manusia. Antropometri dibagi atas dua bagian utama, yaitu:
a) Antropometri Statis (struktural). Pengukuran manusia pada posisi
diam, dan linier permukaan tubuh.
b) Antropometri Dinamis (fungsional). Yang dimaksud dengan
antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan
kegiatannya.
Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah
aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan
peralatan.Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi
faktor dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk
pengguna. Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan
sampel data yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Umur. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada
kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
2. Jenis kelamin. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang
lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
3. Rumpun dan Suku Bangsa
4. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
5. Kondisi waktu pengukuran.
Metode Perancangan dengan Antropometri (Antropometric
Method) terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan
data antropometri, yaitu:
1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan
individual) yang terbaik secara ergonomi.
2. Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Perancangan untuk
populasi sendiri memiliki tiga pilihan yaitu:
a) Design for extreme individuals.
b) Design for adjustable range.
c) Design for average
2. Biomekanika
Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum
fisika dan konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan
gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas.
Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat material
handling, seperti pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau
pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun
kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia, namun
tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat dihilangkan
dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan.
Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar
dalam durasi waktu kerja tertentu, misalnya penanganan atau
pemindahan material secara manual. Usaha fisik ini banyak
mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang menjadi isu
besar di negara-negara industri belakangan ini.
3. Fisiologi
 Pengukuran Konsumsi Energi
Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat
digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan
ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan
yang erat antara satu dengan lainnya. Apabila dilihat dari energi yang
dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi
dibandingkan kerja fisik. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada
fungsi alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui perubahan :
a) Konsumsi oksigen.
b) Denyut jantung.
c) Pengeluaran Energi.
d) Peredaran udara dalam paru-paru.
e) Temperatur tubuh.
f) Konsentrasi asam laktat dalam darah.
g) Komposisi kimia dalam darah & air seni.
h) Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang
berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu
bekerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan
pengukuran :
a) Kecepatan denyut jantung
b) Konsumsi oksigen
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang
penting dan pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun dalam
penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa
digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut
jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut
jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada
saat istirahat. (Widyasmara, 2007).
 Pengukuran Beban Psikologis
Aspek psikologi dalam suatu pekerjaan dapat berubah
setiap saat. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
psikologi tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri
pekerja (internal) atau dari luar diri pekerja/lingkungan (eksternal). Baik
factor internal maupun eksternal sulit untuk dilihat secara kasat mata,
sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor
yang dapat diukur secara objektif, atau pun dari tingkah laku dan
penuturan pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan. Pengukuran
beban psikologi dapat dilakukan dengan :
 Pengukuran beban psikologi secara objektif
a. Pengukuran denyut jantung.
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan
meningkatnya level pembebanan kerja.
b. Pengukuran waktu kedipan mata.
Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi
dengan kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi kedipan lebih
pendek.
c. Pengukuran dengan metoda lain.
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki
sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada
suatu saat sulit untuk diikuti oleh mata biasa.
4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor
resiko.
1. Pengendalian secara Teknik
Teknik kontrol adalah mekanisme yang lebih disukai untuk
mengendalikan bahaya ergonomis. Ini mungkin memerlukan merancang
ulang stasiun kerja, metode kerja, dan alat untuk mengurangi tuntutan
pekerjaan, seperti tenaga, pengulangan, dan posisi yang aneh. Seperti
pada gambar dibawah ini salah satu cara dalam bekerja secara
ergonomis dengan cara pengadaan suatu alat (yaitu berupa tempat
duduk/kursi seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini).

Gambar: Bekerja secara Ergonomis (kiri) dan Tidak Ergonomis


(kanan)
2. Pengendalian secara Administrasi
- Penggantian personil untuk berbagai macam pekerjaan dengan
persyaratan fisik yang berbeda.
- Membuat jadwal kerja / jadwal istirahat istirahat.
- Pelatihan personil untuk menggunakan metode kerja yang sesuai /
cocok.
3. Desain Kantor Kerja. Kantor kerja harus mudah
disesuaikan untuk mengakomodasi pekerja dalam melakukan tugas.
4. Pelatihan
- Pelatihan harus memungkinkan setiap orang untuk
mengenali faktor risiko dan memahami prosedur yang
digunakan untuk meminimalkan resiko.
- Pelatihan penyegaran harus disediakan setiap tahun dan
pelatihan ulang harus dilakukan ketika personil ditugaskan
ke pekerjaan baru dengan risiko yang berbeda, atau risiko
baru ditemukan.
B. Solusi Pemecahan Masalah

Ada dua prinsip utama yang harus diterapkan pada saat industri
ingin mengimplementasikan rancangan sistem kerja dengan pendekatan
ergonomis, yaitu:
a. harus disadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci
penentu sukses didalam operasionalisasi sistem manusia-mesin
(produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual, semi-
automatics (mechanics) ataupun full-automatics, dan

b. harus diketahui terlebih dahulu sistem operasional seperti apa yang


kelak dapat dioperasikan dengan lebih baik oleh manusia; namun
disisi lain dengan melihat kekurangan, kelemahan maupun
keterbatasan manusia maka barulah perlu dipertimbangkan untuk
mengalokasikan operasionalisasi fungsi tersebut dengan
menggunakan mesin/alat yang dirancang secara spesifik.
Penerapan ergonomi di indonesia masih tertinggal jauh,
dibandingkan di luar negeri. Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan
program ergonomi yaitu :
i. Sebagai upaya proaktif untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan
gangguan kesehatan.
ii. Pelaksanaannya didasarkan pada hasil ilmu pengetahuan dan hasil
penelitian yang terbaik
iii. Bekerjasama dengan pekerja dan departemen terkait
iv. Fleksibel dan hindari satu ukuran untuk semua
v. Program yang dilaksanakan harus terjangkau dan sesuai kekuatan
sumberdaya yang dimiliki
vi. Program yang dilaksanakan harus jelas, singkat dan sederhana.
(OSHA, 2004)
Adapun 3 langkah awal untuk membangun program ergonomi di
tempat kerja:
a. Membangun komitmen dari manajemen (ini sangat diperlukan dalam
setiap penerapan program, karena sistem yang baik harus ditunjang
oleh dukungan dari top management).
b. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisipasi
dari seluruh karyawan.(memeberikan pengetahuan kepada pekerja
akan pentingnya penerapan ergonomi demi meningkatkan produktivitas
di tempat kerja).
c. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk penerapan program
ini ( team P2K3/ Health and Safety Executive).
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat


bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif
dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai
lembaga yang bertanggung jawab jawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
2. Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan
disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak
manajemen, karena pekerja tidak hati hati atau mereka tidak
mengindahkan peraturan kerja yang telah di buat oleh pihak
manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang di timbulkan dari
pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat alat keselamatan
kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen
masih belum mempertimbangkan segi ergonominya.
B. Saran

Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap


industri harus melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai
sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada (termasuk
pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem
kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja,
lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan), tata letak
komponen dan ruang kerja (workplace and workspace). Evaluasi
ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk industri tersebut,
mulai dari industri manufaktur, industri jasa, ataupun industri proses.
DAFTAR PUSTAKA

Endra.Febri,2011,Penerapan Ergonomi Dalam Kesehatan,(online)


www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF
Suhadri.Bambang,2008, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri,
(online)
http://ebookbrowse.com/perancangan-sistem-kerja-dan-ergonomi-
industri-pdf

Syafei. Yani,2007, Aplikasi Konsep Ergonomi dalam Pengembangan Design


Produk akan Memberikan Nilai Jual Produk yang Tinggi & Keunggulan
Bersaing,(online)
http://yanisyafei.atwiki.com/file/open/1/APLIKASIKONSEPERGONOMI
.pdf

W.Sritomo,2006, Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas dan


Kualitas Kerja di Industri,(online)
http://www.its.ac.id/personal/files/pub/AplikasiErgonomidalamPengemb
anganProduktivitas.pdf

Zuhair,2006, Pentingnya Bidang Ergonomika pada Lingkup LITBANG Menuju


Era Industrialisasi,(online)
http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/PENTINGNYA-BIDANG-
ERGONOMIKA.pdf

Anda mungkin juga menyukai