Anda di halaman 1dari 9

VIII Analisis Data dan Pembahasan

Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi
kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui suatu proses kimia.
Hidrolisis juga dapat didefinisikan sebagai terurainya garam dalam air yang
menghasilkan asam atau basa. Selain itu hidrolisis juga dapat diartikan sebagai reaksi
antara senyawa dan air yang membentuk reaksi kesetimbangan. Senyawa yang
digunakan dapat berupa senyawa organik maupun anorganik.
Pada percobaan ini yang dilakukan adalah percobaan hidrolisis etil asetat dalam
2 suasana, yaitu suasana asam lemah dan suasana asam kuat. Percobaan ini bertujuan
untuk mengetahui orde reaksi pada hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah,
dan hidrolisis etil asetat pada suasana asam kuat.
A. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah
Dalam melakukan percobaan terhadap hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam lemah, sebelumnya peralatan praktikum harus dibersihkan terlebih dahulu, agar
terhindar dari zat pengotor yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil percobaan
yang disebabkan larutan terkontaminasi oleh zat pengotor tersebut. Percobaan ini
diawali dengan memasukkan 50 mL asam asetat (CH3COOH) 2 M yang berupa
larutan tak berwarna ke dalam erlenmeyer yang diberi tanda “A”. Langkah
selanjutnya yaitu menambahkan 45 mL aquades berupa larutan yang tak berwarna ke
dalam erlenmeyer A. Kemudian larutan didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Dari perlakuan ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang tak berwarna pada
erlenmeyer A denganpersamaan reaksi berikut ini :
𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞) + 𝐻2 𝑂(𝑙) → 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞)
Langkah selanjutnya yaitu 5 mL larutan etil asetat yang tak berwarna dan
beraromakhas dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah diberi tanda “B”,
selanjutnya larutan pada erlenmeyer B didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Larutan didiamkan dalam suhu ruang selama 15 menit.
Setelah 15 menit, larutan pada erlenmeyer B dituangkan ke dalam erlenmeyer
A. Kemudian larutan diaduk agar homogen. Dari perlakuan ini, dihasilkan larutan
campuran yang tetap tidak berwarna. Pada percobaan ini, fungsi penambahan
CH3COOH sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi untuk reaksi hidrolisis etil
asetat, dengan cara memilih tahap reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih
rendah, sehingga kompleks teraktivasi lebih mudah terbentuk dan reaksi menjadi lebih
cepat. Proton H+ dari asam asetat disumbangkan dalam reaksi hidrolisis tersebut
sehingga membantu H+ dari H2O untuk menghidrolisis etil asetat. Asam asetat juga
akan memberikan suasana asam lemah dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat
jika direaksikan dengan air akan terjadi proses hidrolisis.
Langkah selanjutnya yaitu larutan campuran pada erlenmeyer A didiamkan
selama 5 menit, kemudian diambil sebanyak 5 mL larutan pada erlenmeyer A.
Dimasukkan kedalam erlenmeyer C yang sebelumnya di isi dengan 50 mL air aquades
dingin. Dari pencampuran ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang tak berwarna
dengan persamaan reaksi berikut :
H+
CH3 COOC2 H5 (aq) + H2 O (l) → CH3 COOH (aq) + C2 H5 OH (aq)

Penambahan aquades dingin ke dalam larutan pada erlenmeyer A bertujuan


memperlambat reaksi hidrolisis antara campuran larutan etil asetat, asam asetat dan
NaOH. Kemudian, larutan pada erlenmeyer C ditambah dengan 2 tetes larutan indikator
PP. Penambahan indikator PP ini berfungsi sebagai penentu telah tercapainya titik akhir
dari proses titrasi yang dapat ditandai dengan berubahnya warna larutan yang mulanya
tak berwarna menjadi berwarna pink soft. Kemudian, larutan pada erenmeyer C dititrasi
dengan menggunakan larutan NaOH 0,2 M yang tak berwarna. Langkah titrasi tersebut
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar asam asetat yang akan dihasilkan, dan yang
akan menunjukkan terurainya etil asetat sehingga kita dapat menghitung orde dari
reaksi tersebut. Titrasi dihentikan apabila telah terjadi perubahan warna dari yang awal
mula tidak berwarna mengalami perubahan menjadi berwarna pink soft. Setelah proses
titrasi dilakukan, larutan yang dihasilkan berupa larutan yang berwarna pink soft.
Perubahan warna pada larutan menunjukkan bahwa H+ telah habis bereaksi dengan
larutan NaOH. Persamaan reaksi sebagai berikut :
CH3 COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3 COONa (aq) + H2 O (l)
Percobaan ini dilanjutkan dengan memanipulasi waktu pengambilan larutan etil
asetat dengan asam asetat yaitu dengan rentang waktu 10, 20, 30, 50 dan 65 menit.
Sehingga diperoleh data sebagai berikut :
t (menit) V NaOH (mL)
0 11,2
10 11,1
20 10,9
30 11
50 11,4
65 11,1

Mol ekivalen CH3COOH produk yang dihasilkan dalam hidrolisis dapat


diperoleh dengan: molek NaOH = molek produk + molek katalis, dengan cara
memasukkan rumus: NNaOH x VNaOH = NCH3COOH x VCH3COOH+ NCH3COOC2H5 x
VCH3COOC2H5.
Berdasarkan teori yang ada, semakin bertambahnya waktu pada pada saat
memanipulasi data maka volume NaOH yang dihasilkan oleh titran pada saat titrasi
akan bertambah atau lebih banyak dari sebelumnya. Akan tetapi pada percobaan yang
telah dilakukan didapatkan volume yang tidak memasuki range yang akan dicoba
dibahas pada diskusi.
Untuk penentuan orde dengan metode non grafik (trial and error). Dimana
nilai a dan x yang didapat dari percobaan dimasukkan satu per satu kedalam
persamaan orde 1 sampai orde 2. Jika mendapatkan harga k yang konstan dari t = 0
sampai t = tak hingga maka itulah ordenya. Dalam perhitungan ini digunakan tabel
sebagai berikut. Berdasarkan hasil perhitungan orde 1 dengan metode integral non
grafik menggunakan persamaan :
𝑘𝑡 = ln 𝑎 − ln(𝑎 − 𝑥)
Diperoleh harga k dari reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah adalah:
t(menit) k orde 1

10 0,00010313
50 0,00002063
65 0,00006371

Untuk Penentuan orde 2 dengan menggunakan metode integral non grafik


menggunkan persamaan:
1 1
𝑘= −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
Diperoleh data harga k untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah adalah :

t(menit) k orde 2

10 0,000106
50 0,000021
65 0,000072

Berdasarkan data yang telah diperoleh, tidak dapat menunjukkan bahwa


hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah, mempunyai orde 1 maupun orde 2,
karena nilai k yang diperoleh mempunyai rentang yang sangat jauh berbeda hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dibahas dalam diskusi.

B. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat


Dalam melakukan percobaan terhadap hidrolisis etil asetat dalam suasana asam
lemah, sebelumnya peralatan praktikum harus dibersihkan terlebih dahulu, agar
terhindar dari zat pengotor yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil percobaan
yang disebabkan larutan terkontaminasi oleh zat pengotor tersebut. Percobaan ini
diawali dengan memasukkan 50 mL asam klorida (HCl) 0,5 M yang berupa larutan tak
berwarna ke dalam erlenmeyer yang diberi tanda “A”. Langkah selanjutnya yaitu
menambahkan 45 mL aquades berupa larutan yang tak berwarna ke dalam erlenmeyer
A. Kemudian larutan didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit. Dari perlakuan ini,
dihasilkan suatu larutan campuran yang tak berwarna pada erlenmeyer A. Hal ini sesuai
dengan persamaan reaksi berikut ini :
HCl (aq) + H2 O (l) → HCl (aq)
Langkah selanjutnya yaitu 5 mL larutan etil asetat yang tak berwarna
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah diberi tanda “B”, selanjutnya larutan pada
erlenmeyer B didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit. Setelah 15 menit, larutan
pada erlenmeyer B diambil sebanyak 5 mL dan dituangkan ke dalam erlenmeyer A.
Pada percobaan ini, fungsi penambahan HCl sebagai katalis yang mempercepat laju
reaksi untuk reaksi hidrolisis etil asetat, dengan cara memilih tahap reaksi yang
memiliki energi aktivasi yang lebih rendah, sehingga kompleks teraktivasi lebih mudah
terbentuk dan reaksi menjadi lebih cepat. Proton H+ dari asam klorida disumbangkan
dalam reaksi hidrolisis tersebut sehingga membantu H+dari H2O untuk menghidrolisis
etil asetat. Asam klorida juga akan memberikan suasana asam kuat dalam hidrolisis etil
asetat sedangkan etil asetat jika direaksikan dengan air akan terjadi proses hidrolisis.
Langkah selanjutnya yaitu larutan campuran pada erlenmeyer A didiamkan selama 5
menit, kemudian diambil sebanyak 10 mL larutan pada erlenmeyer A. Dimasukkan
kedalam erlenmeyer C yang sebelumnya diisi dengan 50 mL air aquades dingin yang
berupa larutan tak berwarna. Dari pencampuran ini, dihasilkan suatu larutan campuran
yang tak berwarna. Hal ini sesuai dengan persamaan reaksi berikut :
H+
CH3 COOC2 H5 (aq) + H2 O (l) → CH3 COOH (aq) + C2 H5 OH (aq)
Penambahan aquades dingin ke dengan larutan pada erlenmeyer A bertujuan
memperlambat reaksi hidrolisis antara campuran larutan etil asetat, asam klorida dan
NaOH. Kemudian, larutan pada erlenmeyer C ditambah dengan 2 tetes larutan indikator
PP. Penambahan indikator PP ini berfungsi sebagai penentu telah tercapainya titik akhir
dari proses titrasi yang dapat ditandai dengan berubahnya warna larutan yang mulanya
tak berwarna menjadi berwarna pink soft. Kemudian, larutan pada erenmeyer C dititrasi
dengan menggunakan larutan NaOH 0,2 M yang tak berwarna. Langkah titrasi tersebut
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar asam klorida yang akan dihasilkan, dan
yang akan menunjukkan terurainya etil asetat sehingga kita dapat menghitung orde dari
reaksi tersebut. Setelah proses titrasi dilakukan, larutan yang dihasilkan berupa larutan
yang berwarna pink soft. Titrasi dihentikan apabila telah terjadi perubahan warna dari
yang awal mula tidak berwarna mengalami perubahan menjadi berwarna pink soft.
Perubahan warna pada larutan menunjukkan bahwa H+ telah habis bereaksi dengan
larutan NaOH. Persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2 O (l)
Percobaan ini dilanjutkan dengan memanipulasi waktu pengambilan larutan etil
asetat dengan asam klorida yaitu dengan rentang waktu 10, 20, 30, 50, dan 65 menit.
Sehingga diperoleh data sebagai berikut :

t (menit) V NaOH (mL)


0 11,6
10 11,2
20 12,8
30 12,3
50 12,8
65 12,6

Mol ekivalen HCl produk yang dihasilkan dalam hidrolisis dapat diperoleh
dengan: molek NaOH = molek produk + molek katalis, dengan cara memasukkan
rumus: MNaOH x VNaOH = M HCl x V HCl + MCH3COOC2H5 x VCH3COOC2H5

Berdasarkan teori yang ada, semakin bertambahnya waktu pada pada saat
memanipulasi data maka volume NaOH yang dihasilkan oleh titran pada saat titrasi
akan bertambah atau lebih banyak dari sebelumnya. Akan tetapi pada percobaan yang
telah dilakukan didapatkan beberapa volume yang tidak memasuki range yang akan
dicoba dibahas pada diskusi.

Untuk penentuan orde dengan metode non grafik (trial and error). Dimana nilai
a dan x yang didapat dari percobaan dimasukkan satu per satu kedalam persamaan orde
1 sampai orde 2. Jika mendapatkan harga k yang konstan dari t = 0 sampai t = tak
hingga maka itulah ordenya. Dalam perhitungan ini digunakan tabel sebagai berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan orde 1 dengan metode integral non grafik menggunakan
persamaan :

𝑘𝑡 = ln 𝑎 − ln(𝑎 − 𝑥)
Diperoleh harga k dari reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah
adalah:

t(menit) k orde 1
20 -0,00005156
50 -0,00002063
65 -0,00006371

Untuk Penentuan orde 2 dengan menggunakan metode integral non grafik


menggunkan persamaan:

1 1
𝑘= −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
Diperoleh data harga k untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat
adalah :

t(menit) k orde 2
20 0,000047
50 0,000019
65 0,000044

Berdasarkan data yang telah diperoleh, tidak dapat menunjukkan bahwa


hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah, mempunyai orde 1 maupun orde 2,
karena nilai k yang diperoleh mempunyai rentang yang sangat jauh berbeda hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dibahas dalam diskusi.

Sedangkan berdasarkan perhitungan dengan metode grafik untuk orde 1


diperoleh grafik.

t ln (a-x)
1200 -0,06188
3000 -0,06188
3900 -0,24846

ln (a-x)
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-0.05

-0.1

-0.15

y = -6E-05x + 0.0359
-0.2 R² = 0.5714

-0.25

-0.3
Sedangkan berdasarkan perhitungan dengan metode grafik untuk orde 2
diperoleh grafik.
t 1/(a-x)
1200 1,06383
3000 1,06383
3900 1,282051

1.4

y = 7E-05x + 0.9495
1.2 R² = 0.5714

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

IX. Diskusi
Ada beberapa kemungkinan kesalahan yang dapat menyebabkan hasil
dari praktikum kami tidak sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dibuat
sebelumnya. Kemungkinan tersebut, yaitu:
1. Pada penambahan etil asetat pada erlenmeyer yang berisi larutan asam lemah
maupun kuat kemudian dihomogenkan. Pada saat melakukan titrasi, larutan
campuran etil asetat dengan asam lemah maupun asam kuat belum ter-
homogen-kan dengan sempurna. Hal inilah yang membuat volume NaOH
yang digunakan tidak berada pada range yang ditentukan yaitu antara 12,5 mL
– 17,5 mL.
2. Ketika menggunakan larutan NaOH tidak diketahui konsentrasinya secara
pasti pada saat melakukan titrasi. Hal ini lah yang membuat volume NaOH
yang digunakan tidak berada pada range yang ditentukan yaitu antara 12,5 mL
– 17,5 mL.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan kami dapat disimpulkan bahwa :
1. Orde reaksi untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah secara teori
adalah berorde 2, sedangkan Orde reaksi untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam lemah secara eksperimen yang diharapkan adalah berorde 2.
2. Orde reaksi untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat secara teori adalah
berorde 2, sedangkan Orde reaksi untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam
kuat secara eksperimen yang diharapkan adalah berorde 2.
3. Metode yang lebih baik diguntuk menentukan orde reaksi hasil eksperimen adalah
metode integral grafik.

XI. Jawaban Pertanyaan


Soal :
Jika dilihat dari hasil percobaan apa yang membedakan antara percobaan 3A
dan percobaan 3B? Berikan penjelasan dan kaitkan dengan kajian pustaka anda!
Jawab :
Perbedaannya terletak pada volume NaOH yang dibutuhkan. Dalam menitrasi
asam kuat volume NaOH yang digunakan lebih banyak dari pada dalam penitrasian
asam lemah. Hal tersebut dikarenakan H+ pada suasana asam kuat yang ada pada
NaOH tidak langsung menetralisir asam asetat produk tapi harus menitrasi asam
klorida lebih dulu. Berbeda dengan asa, lemah yang H+ pada NaOH langsung
menetralisir asam asetat produknya. Itulah yang menyebabkan volume NaOH yang
diibutuhkan pada suasana asam kuat lebih banyak dari pada asam lemah.

Anda mungkin juga menyukai