Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang


terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau
karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam
tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O)
dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV)
menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.

Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri


pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara
fungsi dan kegunaan itu ialah sebagai sumber kalori atau energi, sebagai
bahan pemanis dan pengawet, sebagai bahan pengisi dan pembentuk,
sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai
sumber serat bagi makhluk hidup.

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh manusia.


Manusia memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari makanan
pokok yang dikonsumsi, seperti dari beras, jagung, sagu, ubi, dan lain
sebagainya. Akan tetapi bukan berarti karbohidrat hanya terdapat pada
golongan bahan makanan yang telah disebutkan di atas, pada golongan buah
dan beberapa jenis sayur dan kacang- kacangan juga terdapat kandungan
karbohidrat meskipun kandungannya tidak sebanyak golongan serealia dan
umbi (Apriyanto, 1999).

Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat


sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga
macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Untuk dapat mengetahui kandungan karbohidrat
dalam suatu bahan makanan dapat dilakukan berbagai macam uji kuantitatif.

87
Pada praktikum kali ini metode analisa kuantitatif karbohidrat yang
dilakukan adalah metode Luff Schoorl.

Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang


terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau
karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat
sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida,
polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang dapat dicerna
adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut


dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan
glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan
manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang
penting (Hartati, 2002).

1.2 Tujuan

A. Tujuan Umum

Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu meganalisa kandungan


glukosa dari suatu bahan menggunakan metode luff schoorl.

B. Tujuan Khusus

Untuk membantu para ahli gizi makanan agar dapat menganalisa kadar
karbohidrat dengan metode kuantitatif Luff Schoorl dengan cara menghitung
kadar gula pereduksi dalam suatu bahan makanan.

88
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri


dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan
hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini
dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida
(CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida
dengan rumus (CH2O)n.

Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri


pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi
dan kegunaan itu ialah sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis
dan pengawet, sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil,
sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat bagi makhluk hidup.

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh manusia. Manusia


memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari makanan pokok yang
dikonsumsi, seperti dari beras, jagung, sagu, ubi, dan lain sebagainya. Akan tetapi
bukan berarti karbohidrat hanya terdapat pada golongan bahan makanan yang
telah disebutkan di atas, pada golongan buah dan beberapa jenis sayur dan
kacang- kacangan juga terdapat kandungan karbohidrat meskipun kandungannya
tidak sebanyak golongan serealia dan umbi (Apriyanto, 1999).

Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat


sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam,
yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat
sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer.
Untuk dapat mengetahui kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makanan

89
dapat dilakukan berbagai macam uji kuantitatif. Pada praktikum kali ini metode
analisa kuantitatif karbohidrat yang dilakukan adalah metode Luff Schoorl.

Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri


dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan
hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat dapat digolongan
menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks
atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber
energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam
kelompok yang dapat dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati
sebagai sumber energi yang penting.

Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi.


Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa
yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti
Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa,
fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai
kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula
ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip
analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan untuk
mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat
mereduksinya.

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui


penetapan kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula reduksi dengan
metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi
dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula
reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-
Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama

90
penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida
yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod
dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui
bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila larutan
berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih
banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel yang
menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula
reduksi (Khopkar, 1999).

Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat


sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam,
yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat
sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2
yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri


karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas
dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara
jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Rivai, 2005).

Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar


karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan
bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar
karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl
terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan
menggunakan prosedur Lae-Eynon.

Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan
fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula
akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008)

91
laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur
tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi
yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5).

Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel


melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat
dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode
yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah
metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan
untuk menentukan kandungan gula dalam sampel.

Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media


alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II)
yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline
pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin
dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan
kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I)
iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya
didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005).

Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat


ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah
bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi
positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi
selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode
osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus
fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl,
Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).

Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat
menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-
masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai
beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot
molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas.

92
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode
Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan
cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi
Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar.
Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam
larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang
bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya
dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996).

Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.


Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2.
I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya
prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan
menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses
iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.

Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang
bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya
dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan
larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang
tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan
indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.

Gugus hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan fruktosa
pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang relative,karena
keduanya saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas atom C-1 pada
gugus glukosanya, sehingga laktosa bersifat pereduksi sedangkan sakarosa
nonpereduksi. Inversi sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak
dapat berbentuk Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi, 2007).

93
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan waktu

Praktikum : 6 (enam)

Topik : Penetapan Kadar Karbohidrat

Hari/Tanggal : Senin, 17 April 2017

Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Banjarmasin

3.2 Alat dan Bahan


A. Metode Luff Schoorl
1. Alat :
 Beaker glass
 Labu iod
 Labu ukur
 Buret
 Pipet volume
 Pipet ukur
 Corong
 Lampu Bunsen
 Kaki tiga
 Botol semprot
 Neraca
 Pipet tetes

94
2. Pereaksi :
 Kl 20%
 Kl 10%
 HCl 4N
 Na Thiosulfat 0,1N
 K Bromat 0,1N
 Amilum 1%
 NaOH 30%
 Asam sulfat 4N
 Luff Schoorl

3. Sampel :
 Sampel love

3.3 Cara Kerja


A. Penetapan kadar (setengah larutan)
1. Memasak sampel sebanyak 5 gr dengan 100 ml HCl 4N sampai
hancur
2. Mendinginkan sampel kemudian memasukkannya kedalam labu ukur
250 ml / 100 ml. Masukkan sampel sampai tanda batas dan
menyaring sampel seperlunya
3. Memipet 5 ml hasil saringan dan memasukkannya kedalam labu ukur
100 ml dan kemudian menetralkannya dengan memasukkan NaOH
30% sampai tanda batas.
4. Meneteskan 3 tetes indikator PP dan mengocok sampai berubah
warna menjadi merah muda.
5. Memipet 5 ml sampel tersebut kedalam labu iod
6. Menambahkan 7,5 ml aquadest dan 12,5 ml Luff Schoorl
7. Memanaskannya diatas lampu Bunsen sampai mendidih ± 5-10
menit

95
8. Mendinginkan larutan tersebut, kemudian menambahkan 7,5 ml Kl
20% dan 12,5 ml Asam sulfat 4N, dan menutupnya dengan kertas
9. Mentitrasi larutan dengan Na. Thiosulfat 0,1N sampai berwarna
kuning jerami
10. Menambahkan 0,5 ml amilum 1%, mentitrasi kembali sampai
menjadi warna biru tepat hilang dan mencatat volume titrasinya
11. Melakukan titrasi blanko dengan 12,5 ml aquadest dan 12,5 ml Luff
Schoorl dan mengerjakannya seperti sampel

B. Standarisasi (setengah larutan)


1. Memipet 5 ml Kalium bromate 0,1N dalam labu iod dan
menambahkan aquadest ±50 ml
2. Menambahkan 2,5 ml asam sulfat 4N dan 5 ml Kl 10%, menutup
larutan dengan kertas
3. Mentitrasi dengan Na Thiosulfat 0,1N sampai kuning jerami dan
menambahkan 0,5 ml amilum 1%
4. Mentitrasi kembali sampai warna hijau tepat hilang dan mencatat
volume titrasinya.

96
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Perhitungan

a. Standarisasi

Standarisasi 1 Standarisasi 2

T0 = 0 ml T0 = 11,5 ml

T1 = 11,5 ml T1 = 22 ml

T = T1 – T0 T = T1 – T0

T = 11,5 ml – 0 ml T = 22 ml – 11,5 ml

T = 11,5 ml T = 10,5 ml

𝑇 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 1+𝑇 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 2


Rata-rata = 2

11,5 𝑚𝑙+10,5 𝑚𝑙
Rata-rata = 2

Rata-rata = 11 ml.

b. Kuantitatif karbohidrat

Primer

Berat = 24,5344 gr

BE = 49

Volume = 1000 ml = 1 l

Sekunder

ml titrasi penetapan kadar = 26 ml

97
ml titrasi blanko = 27,6 ml

ml pipet = 5 ml

ml titrasi = 11 ml

𝑔𝑟 24,5344
 N primer = 𝐵𝐸 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = = 0,5007
49 𝑥 1

 N sekunder = N primer x ml pipet ~ N thio x ml titrasi


= 0,5007 x 5 ~ N thio x 1

0,5007 𝑥 5
N thio = = 0,2275
1

𝑁 𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 0,09


 Factor = = = 0,9
0,1 0,1

 Mg gula = (ml blanko – ml sampel) x F


= (27,6 – 26) x 0,9
= 1,6 x 0,9
= 1,44

c. Tabel Luff (antara 1 dan 2)

1 = 2,4

2 = 4,8

 Mg gula = (1,44 – 1) x (4,8 – 2,4)


= 0,44 x 2,4
= 1,056
 Pengenceran
Labu iod = 100 ml
Pipet = 5 ml
100 100
100 = x = 400
5 5

d. Total gula

𝑚𝑔 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑥 𝑃𝑎 𝑥 100 1,056 𝑥 400


Total gula = 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 5,022
x 100% = 84,10 x 100% = 84,1%

98
e. Total KH / pati

Total KH / pati = total gula x 0,9 = 84,1% x 0,9 = 75,69%

f. Sukrosa

Sukrosa = total gula x 0,95 = 84,1% x 0,95 = 79,895%

4.2 Pembahasan

Uji karbohidrat yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-
2891-1992 yaitu analisis total karbohidrat dengan metode Luff Schoorl.
Pada tahun 1936, Internartional Commission for Uniform Methods of Sugar
Analysis mempertimbangkan metode Luff Schoorl sebagai salah satu
metode yang digunakan untuk menstandarkan analisis gula pereduksi karena
metode Luff Schoorl saat itu menjadi metode yang resmi dipakai di pulau
Jawa.

Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa metode Luff Schoorl


dapat diaplikasikan untuk produk pangan yang mengandung gula dengan
bobot molukuler yang rendah dan pati alamu / modifikasi. Kemampuan
mereduksi dari gugus aldehid dan keton digunakan sebagai landasan dalam
mengkuantitasi gula sederhana yang terbentuk. Tetapi reaksi reduksi antara
gula dan tembaga sulfat sepertinya tidak stokiometris dan sangat tergantung
pada kondisi reaksi. Faktor utama yang mempengaruhi adalah waktu
pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode ini dalam
analisis gula adalah berkat kesabaran para ahli kimia yang memeriksa sifat
empiris dari reaksi dan oleh karena itu dapat menghasilkan reaksi yang
reprodusibel dan akurat (Southgate, 1976).

Dalam pengujian karbohidrat dengan metode Luff Schoorl ini pH


larutan harus diperhatikan dengan baik karena pH yang terlalu rendah akan

99
menyebabkan titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya dan begitu
sebaliknya. Pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan yaitu terjadinya
reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrosif).

Pada pengamatan yang dilakukan kali ini, didapat hasil standarisasi


yang dilakukan sebanyak 2x rata-ratanya adalah 11 ml. Untuk kuantitatif
karbohidrat, N primernya 0,5007 dan N thio sebesar 0,2275 serta mg
gulanya sebesar 1,44 mg.

Untuk metode Luffnya dari hasil pengamatan dan perhitungannya


didapat hasil mg gula sebesar 1,056 mg.

Sampel yang digunakan pada pengamatan praktikum penetapan


kadar karbohidrat ini digunakan sampel berlabelkan “LOVE”. Total gulanya
ada sebesar 84,1%, total KH / patinya sebesar 75,69%, dan total sukrosa
yang ada sebesar 79,895%.

100
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum penetapan kadar karbohidrat ini dapat ditarik


kesimpulan yaitu penentuan kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl
dilakukan dengan menghidrolisis sampel “LOVE” menjadi monosakarida
yang dapat mereduksi oksida pada Luff yaitu Cu2+ menjadi Cu+.

101
DAFTAR PUSTAKA

http://indhpsari.blogspot.co.id/2013/06/analisa-karbohidrat-glukosa-metode-
luff.html?m=1

http://kimiaterpadusmakma3c2013.blogspot.co.id/2013/12/kadar-
karbohidrat.html?m=1

102

Anda mungkin juga menyukai