RESUME
DISUSUN OLEH :
A. Gambaran Umum
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau removable partial
denture merupakan gigi tiruan yang digunakan untuk menggantikan satu atau
lebih gigi beserta jaringan sekitar di bawahnya. Penggunaan GTSL dapat
dilakukan sendiri oleh pasien, baik ketika memasukkan ataupun
mengeluarkan.dari rongga mulut. GTSL digunakan sebagai gigi tiruan karena
dapat menggantikan fungsi gigi asli yang telah hilang, meliputi fungsi mastikasi,
estetik, fonetik, serta dapat mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar
tetap sehat. Selain itu, penggunaan GTSL difungsikan untuk mencegah terjadinya
migrasi pada gigi akibat adanya gigi yang hilang dan dapat meningkatkan
distribusi beban kunyah (Gunadi dkk., 2012).
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur pendukungnya,
didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas dari mulut dan dipasangkan
kembali oleh pasien sendiri. (The Glossary of Prosthodontic, 2005). Dalam bidang
prostodonsia pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan bertujuan untuk
memperbaiki estetika, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta melindungi
jaringan pendukung di bawah gigi tiruan sebagian lepasan. (Setiawan, 2013)
Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang di gunakan untuk menggantikan
sebagian atau seluruh gigi asli yang sudah hilang serta mengembalikan
perubahanperubahan struktur jaringan yang terjadi akibat hilangnya gigi asli
(Ozkan, 2012). Macam-macam gigi tiruan lepasan yaitu: gigi tiruan lengkap
lepasan, gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan lengkap lepasan adalah gigi
tiruan yang menggantikan satu rahang penuh pada rahang atas maupun rahang
bawah. Namun, dapat dibuka dan dipasang kembali oleh pasien. Gigi tiruan
sebagian lepasan (GTSL) adalah sebuah protesa yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah dan dapat
dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter gigi (Ozkan, 2012).
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik
yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien
dengan kehilangan gigi. Berdasarkan bahan basis yang digunakan, gigi tiruan
lepasan dibagi dua yaitu gigi tiruan lepasan resin akrilik dan gigi tiruan lepasan
kerangka logam. Semua jenis gigi tiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari
mulut setiap selesai makan untuk dibersihkan. Memelihara gigi tiruan sebagian
lepasan kerangka logam pada dasarnya sama dengan gigi tiruan sebagian lepasan
resin akrilik (Wagner, 2012).
Bahan basis gigi tiruan resin akrilik jenis heat cured, mempunyai
kelebihan estetik yang baik, karena basis dapat didesain sesuai warna normal
gingiva, lebih ringan, dan nyaman digunakan. Namun, bahan tersebut juga
mempunyai kekurangan yaitu menyerap cairan dan mempunyai sifat porus yang
merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga
mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak Gigi tiruan kerangka logam
lebih baik dibandingkan gigi tiruan akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit, lebih
tipis, lebih rigid, dan lebih kuat, sehingga dapat dibuat disain yang tepat. Gigi
tiruan kerangka logam mempunyai beberapa kekurangan seperti, estetik kurang
baik karena logam terlihat, dan proses pembuatan yang rumit serta biaya lebih
tinggi.
Gigi tiruan lepasan merupakan suatu gigi tiruan yang menggantikan gigi
yang hilang dan jaringan pendukungnya, yang dapat dilepas maupun dipasangkan
kembali oleh pemakainya (Rajan, 2014). Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
telah diterima secara luas sebagai cara untuk menggantikan gigi yang hilang baik
akibat karies maupun akibat penyakit periodontal. Tujuan dari pembuatan gigi
tiruan bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja,
tetapi juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersisa (Dhingra,
2012). Untuk tujuan terakhir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan
kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang terjadi bersifat
fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang kemungkinan merusak jaringan
periodontal gigi yang tersisa (Abouelkomsan dkk., 2012).
Dalam beberapa keadaan, gigi tiruan lepasan dapat pula berfungsi sebagai
splint jika jaringan periodontal gigi yang tersisa tidak baik. Fungsi dari jaringan
periodontal adalah untuk meneruskan tekanan yang jatuh pada gigi ke jaringan
tulang di bawahnya sehingga ketika jaringan periodontal gigi penyangga tidak
mampu menahan tekanan saat berfungsi maka gigi akan mengalami kegoyangan
(Geramy dkk., 2010).
Gigi tiruan kerangka logam (frame) lebih ideal dibandingkan gigi tiruan
akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit, lebih tipis, lebih kaku, dan lebih kuat,
sehingga dapat dibuat disain yang ideal (Loney, 2011). Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh gigi tiruan sebagian lepasan pada
kesehatan periodontal yang terdiri dari akumulasi plak, peradangan gingiva,
mobilitas, kedalaman poket dan resopsi tulang (Jorge dkk., 2012).
C. Komponen
a. Retainer
Retainer merupakan bagian GTSL yang berfungsi memberikan retensi
dan menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitudirect retainer dan indirect retainer.
a. Direct retainer
Direct retainer merupakan bagian yang berkontak langsung dengan
gigi penyangga dan dapat berupa clasp atau cengkeram. Cengkeram dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya.
1) Menurut konstruksinya
a) Cengkeram tuang atau cor (cast clasp)
Cengkeram tuang dibuat dengan melakukan pengecoran logam
ke dalam cetakan (mould space) yang diperoleh setelah penguapan
pola malam (wax pattern). Cengkeram tuang dapat dibedakan menjadi
cengkeram oklusal dan cengkeram gingiva.
- Cengkeram tuang oklusal
- Cengkeram akers
- Cengkeram kail ikan (fish hook/reverse loop/hairpin clasp)
- Cengkeram mengarah belakang (back action circumferential clasp)
- Cengkeram mengarah belakang membalik (reverse back action)
- Cengkeram setengah setengah (half and half clasp)
- Cengkeram kaninus (cuspid universal clasp)
- Cengkeram akers ganda (double akers clasp)
- Cengkeram embrasure (embrasure clasp)
- Cengkeram multipel
- Cengkeram cincin (ring clasp)
- Cengkeram cincin membalik (reverse ring clasp)
- Cengkeram lengan panjang (long arm clasp)
- Cengkeram kombinasi (combination clasp)
Cengkeram tuang oklusal memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya, banyak menutupi gigi penyangga, menambah dimensi
oklusal gigi penyangga dan beban oklusal, serta retensi yang tidak
dapat ditambah atau dikurangi (Gunadi dkk., 2012).
b) Cengkeram tuang gingiva
Cengkeram tuang gingiva dapat digunakan pada pasien dengan
frekuensi karies tinggi, kasus dengan prioritas estetik, gigi tiruan
dukungan gigi, serta pada kasus dengan letak gigi penyangga yang
abnormal dalam lengkung gigi. Beberapa jenis cengkeram tuang
gingiva diantaranya.
- Cengkeram proksimal de Van
- Cengkeram batang roach, meliputi cengkeram batang T, T, U,
batang I, batang L, batang S, batang R.
- Cengkeram mesio distal (Gunadi dkk., 2012).
- Cengkeram kawat (wire clasp)
Cengkeram atau klamer kawat dapat terbuat dari bahan aloi
nikel kromium atau stainless steel. Jenis kawat yang dipakai untuk
cengkeram anterior memiliki diameter 0,7 mm, sedangkan untuk
cengkeram posterior diameter 0,8 mm. Terdapat beberapa syarat
cengkeram kawat, sebagai berikut.
- Kontak cengkeram dengan gigi penyangga secara kontinu,
- Lengan cengkeram harus melewati garis survei (1-2 mm di atas
tepi gingiva),
- Badan cengkeram sirkumferensial harus terletak di atas titik kontak
gigi penyangga,
- Sandaran dan badan tidak mengganggu oklusi dan artikulasi,
- Ujung lengan cengkeram harus dibulatkan dan tidak boleh melukai
jaringan lunak,
- Tidak ada tanda bekas tang pada permukaan cengkeram (Gunadi
dkk., 2012).
Penggunaan cengkeram kawat memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya, lentur, retensinya sesuai kebutuhan, diameter dapat kecil
sehingga estetis baik, penutupan permukaan gigi lebih minim
dibandingkan klamer tuang, indiasi luas dan teknik pembuatan mudah.
Kerugian penggunaan cengkeram kawat diantaranya, mudah
mengalami distorsi, mudah patah, dukungan kurang memuaskan, dan
tidak mampu menahan gaya horizontal. Cengkeram kawat dibedakan
menjadi cengkeram oklusal dan gingiva (Gunadi dkk., 2012).
Cengkeram kawat oklusal yaitu : Cengkeram tiga jari, Cengkeram dua
jari, Cengkeram Jackson, Cengkeram setengah Jackson, Cengkeram S,
Cengkeram panah, Cengkeram Adam, Cengkeram rush anker.
Sedangkan Cengkeram kawat gingiva yaitu : Cengkeram Meacock,
Cengkeram panah Anker, Cengkeram penahan bola, Cengkeram C
c) Cengkeram kombinasi (combination clasp)
Cengkeram kombinasi merupakan cengkeram dengan lengan
retentif berasal dari cengkeram kawat dan lengan pengimbangnya
berasal dari cengkeram tuang. Sebagian besar cengkeram kombinasi
berjenis sirkumferensial. Kelebihan utama dari cengkeram kombinasi
dapat mencegah terjadinya rotasi gigi penyangga, karena adanya
lengan pengimbang yang kuat, sehingga dapat mengimbangi gaya
lengan retentif, selain itu lengan pengimbang dapat melawan gaya
horizontal lebih baik dibandingkan dengan cengkeram kawat.
Kekurangan cengkeram kawat adalah proses pembuatan yang terlalu
sulit arena adanya proses penyoldiran, dapat menyebabkan kawat
menjadi rapuh apabila pemanasan terlalu lama pada temperatur terlalu
tinggi (Gunadi dkk., 2012).
2) Menurut desainnya
a) Cengkeram sirkumferensial (circumferential clasp)
b) Cengkeram batang (bar type clasp)
c) Menurut arah datang lengan
d) Cengkeram oklusal
e) Cengkeram gingiva
b. Sandaran anterior
1) Singulum
Sandaran singulum dari segi mekanik lebih baik
dibandingkan dengan sandaran insisal karena letaknya lebih dekat
pada pusat rotasi gigi. Sandaran singulum ditempatkan di atas
singulum gigi, tidak terlihat dan tidak mengganggu lidah. Sandaran
singulum berukuran bukolingual 2,5 mm dan tebal 2 mm.
2) Insisal
Sandaran insisal disebut juga dengan embrasure
hook ditempatkan pada sudut insisal gigi anterior dengan preparasi
mencapai enamel. Sandaran insisal berukuran mesiodistal 3 mm
dan vertikal 2 mm.
3) Restorasi
4) Lingual sirkumferensial (Gunadi dkk., 2012).
c. Konektor
a. Konektor mayor
Konektor mayor atau konektor utama merupakan komponen GTSL
yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang
dengan satu sisi lainnya. Terdapat empat syarat konektor mayor, yaitu
rigid, sehingga gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke seluruh
bagian, lokasi konektor tidak mengganggu jaringan, serta tepi konektor
tidak menekan dan harus membulat tidak tajam. Konektor mayor dapat
dibedakan menjadi konektor mayor maksila dan mandibula.
1) Konektor mayor maksila
a) Batang palatal tunggal (single palatal bar), terletak pada bagian
tengah palatum, indikasi pada kasus kehilangan satu atau dua gigi
pada setiap sisi rahang, daerah tak bergigi berujung tertutup, dan
kebutuhan dukungan palatum minimal.
b) Plat palatal bentuk U, disebut juga dengan konektor palatum tapal
kuda. Indikasi pemakaian pada kasus kehilangan satu atau lebih
gigi anterior atau posterior atas, adanya torus palatinus luas, dan
perlunya splint gigi anterior.
c) Batang palatal ganda (double palatal bar), indikasi pemakaian
pada semua kelas Kennedy, terutama kelas II dan IV, pada gigi
penyangga anterior dan posterior yang terpisah jauh.
d) Plat palatal penuh (full palatal coverage), memiliki fungsi
memberikan dukungan maksimal bagi gigi tiruan. Indikasi
pemakaian pada kasus kelas I dan II Kennedy dan pada kasus tanpa
adanya torus palatinus.
2) Konektor mayor mandibula
a) Batang lingual, konektor mandibula paling sederhana. Tepi inferior
batang lingual tidak boleh mengganggu jaringan sekitar.
b) Batang lingual ganda, indikasi pemakaian pada kasus gigi depan
bebas perawatan periodontal dan pada kasus dengan celah
interproksimal besar.
c) Plat lingual, memiliki kekurangan dapat menghalangi stimulasi
fisiologik jaringan gingiva bagian lingual dan self
cleansing menjadi terganggu. Indikasi pemakaian pada kasus
dengan frenulum lingualis tinggi, torus mandibular besar, pasien
dengan indirect retainer, pasien perlu stabilisasi gigi anterior.
d) Batang labial, indikasi pemakaian apabila terdapat gigi yang terlalu
miring ke lingual, torus mandibula tidak dapat dikoreksi dan pada
kasus dengan banyak undercut jaringan lunak sisi lingual (Gunadi
dkk., 2012).
b. Konektor minor
Konektor minor merupakan komponen GTSL yang
menghubungkan antara konektor mayor dengan basis atau klamer
atau indirect retainer atau sandaran oklusal. Konektor minor dapat
berfungsi untuk menyalurkan tekanan fungsional ke gigi penyangga.
Syarat konektor minor harus rigid, biasanya diletakkan pada daerah
embrasur gigi dan berbentuk lancip ke arah gigi penyangga (Gunadi dkk.,
2012).
d. Anasir gigi
Anasir gigi merupakan bagian GTSL yang berfungsi untuk
menggantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan anasir gigi perlu
memperhatikan beberapa faktor tertentu, diantaranya.
a. Ukuran, meliputi panjang gigi dan lebar gigi. Panjang gigi dapat diketahui
dari bertambahnya usia yang menyebabkan permukaan insisal aus
sehingga mahkota klinis menjadi lebih pendek, panjang bibir atas yang
pendek sehingga gigi depan terlihat sampai setengahnya,
kedalaman overbite yang dalam cenderung menyebabkan gigi anterior
terlihat, dan garis tertawa yang dapat memperlihatkan 2/3 panjang gigi.
Lebar gigi menurut John H. Lee bahwa jarak antara kedua ujung tonjol
kaninus atas sesuai dengan lebar hidung, menurut Sears, ukuran enam gigi
anterior atas sama dengan 1/3 jarak bi-zigomatikus, sedangkan lebar gigi
insisif sentral seperdelapan belasnya.
b. Bentuk, meliputi bentuk permukaan labial gigi depan, garis luar distal gigi,
dan garis luar mesial gigi. Permukaan labial yang konveks gigi akan
tampak lebih kecil, gigi dengan sudut distal besar akan tampak lebih kecil,
dan garis mesial konkaf akan membuat gigi lebih kecil. Selain itu, bentuk
gigi perlu memperhatikan bentuk muka agar harmonis
c. Jenis kelamin, pria memiliki garis luar gigi depan atas bersudut lebih tajam
disebut kuboidal, sedangkan wanita garis luar gigi berbentuk kurve
disebut spheroidal.
d. Tekstur permukaan, memperhatikan estetik, meliputi garis retak, daerah
hipoplasia,groove, dan sebagainya.
e. Warna, dapat mempengaruhi posisi, bentuk, dan kesan hidupnya gigi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna anasir gigi
diantaranya, lingkungan kamar praktek meliputi sifat sinar, sumber cahaya,
pakaian dan warna kamar, serta perhatian kondisi pasien.
f. Bahan elemen, biasanya terbuat dari bahan porselen atau plastik (Gunadi
dkk., 2012; Nallaswamy dkk., 2003).
5. Basis
Basis merupakan bagian GTSL yang mendukung elemen gigi tiruan dan
berfungsi untuk menggantikan tulang alveolar yang hilang. Selain itu, basis
berfungsi untuk meneruskan tekanan oklusal ke jaringan periodontal dan gigi
penyangga, faktor kosmetik, menstimulasi jaringan di bawah dasar gigi tiruan atau
jaringan sub basal, serta sebagai retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Basis gigi
tiruan dapat berupa basis dukungan gigi (bounded saddle) dan basis dukungan
jaringan atau kombinasi ujung bebas (free end). Berdasarkan bahannya, basis
dapat dibedakan menjadi basis metal dan non metal.
a. Metal
Basis berbahan metal memiliki beberapa keuntungan diantaranya,
dapat menghantarkan termis, ketepatan dimensional, kekuatan maksimal
dengan ketebalan minimum, sedangkan kekurangannya basis metal tidak
dapat direkatkan kembali, warna basis tidak harmonis, relatif lebih berat,serta
teknik pembuatan yang lebih rumit dan mahal. Indikasi pemakaian basis metal
pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap resin akrilik, gaya kunyah
abnormal, ruang intermaksiler kecil, kasus basis dukungan gigi dengan desain
unilateral.
b. Non metal
Basis berbahan non metal salah satunya yaitu resin akrilik. Resin
akrilik memiliki beberapa keuntungan diantaranya, ringan, murah, mudah,
dapat dicekatkan kembali, dan warnanya harmonis dengan jaringan sekitar.
Kekurangan resin akrilik sebagai bahan basis diantaranya, merupakan
penghantar termis yang buruk, dimensi tidak stabil, mudah mengalami abrasi,
kalkulus mudah melekat, serta stabilitas warna yang kurang (Gunadi dkk.,
2012).
D. Tahapan Pembuatan
Pembuatan GTSL dapat dilakukan setelah pemeriksaan dan penegakan
diagnosa pada pasien. Pemeriksaan diagnostik mulut pada sebagian gigi yang
hilang perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi-gigi yang ada, memelihara
jaringan pendukung, serta menciptakan efek estetik yang harmonis. Pada
pembuatan gigi tiruan pasien perlu untuk mengetahui tujuan perawatan, sehingga
konstruksi gigi tiruan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pembuatan GTSL
dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Pencetakan pendahuluan
Pencetakan pendahuluan merupakan pencetakan rahang untuk
menghasilkan model diagnostik. Pencetakan pendahuluan dilakukan untuk
merencanakan preparasi mulut yang harus dilakukan sebelum nantinya
menggunakan protesa. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan
sendok cetak perforasi dengan nomor sesuai ukuran rahang pasien. Posisi
pasien duduk tegak dengan bidang oklusal sejajar lantai. Pencetakan
pendahuluan dilakukan dengan menggunakan bahan cetak alginat untuk
membuat cetakan negatif. Cetakan yang baik meliputi beberapa bagian
berikut.
a. Semua detail gigi terlihat, batas gingiva dengan gigi, serta preparasi
sandaran.
b. Daerah lingir, semua bagian lingir dan jaringan lunak tercetak.
c. Perlekatan otot, hingga mukosa bergerak dan tidak bergerak.
d. Batas cetakan untuk rahang atas bagian posterior meliputi fovea
palatini dan Ahline, pada bagian lateral meliputi hamular
notch, sedangkan pada rahang bawah bagian posterior meliputi
retromolar pad, lateral berupa ridge oblique externa dan frenulum
bukalis, lingual meliputi seluruh lingir sampai dasar mulut.
e. Detail lain, cetakan tidak terdapat gelembung udara, lipatan, atau
robekan, serta tidak boleh lepas dari sendok cetak (Gunadi dkk., 2012).
Hasil pencetakan pendahuluan selanjutnya dilakukan pengisian dengan
menggunakan gipsum tipe III dental stone.
2. Preparasi mulut
Preparasi mulut terbagi menjadi dua tahapan, yaitu.
a. Tahap pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan lingkungan mulut
yang sehat. Langkah pendahuluan yang dilakukan seperti tindakan
bedah pre prostetik, perawatan periodontal, konservatif termasuk
endodontik, bahkan ortodontik apabila diperlukan.
b. Tahap pengubahan kontur gigi, bertujuan untuk mempersiapkan
rongga mulut sebelum pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Pada
tahap ini dilakukan pengubahan kontur untuk mengurangi hambatan
pada bagian proksimal gigi atau permukaan gigi yang malposisi,
mencari bidang bimbing (guiding plane), penempatan lengan
cengkeran pada permukaan gigi di mana tidak terdapatundercut yang
diharapkan, membuat preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram,
dan pengubahan bidang oklusal.
3. Pencetakan utama
Pencetakan utama dilakukan setelah semua tindakan preparasi
mulut telah selesai dan pasien telah siap untuk perawatan gigi tiruan.
Pencetakan utama dilakukan untuk menghasilkan model kerja dengan
menggunakan gips tipe III dental stone.
4. Survei model rahang
Survei model rahang merupakan prosedur untuk menentukan
lokasi dan garis luar dari kontur dan posisi gigi dan jaringan sekitarnya
pada model rahang. Survei model rahang dilakukan sebelum pembuatan
desain gigi tiruan dengan menggunakan alat survei yang disebut dengan
surveyor. Bagian-bagian pada surveyor gigi terdiri dari basis datar
(horizontal base), tiang tegak (upright column), lengan datar (horizontal
arm), gelendong tegak (vertical spindle), dan meja basis (table base).
Survei dilakukan untuk dapat menganalisis hubungan dimensi antara
jaringan lunak dan jaringan keras dalam mulut, membantu dalam
menentukan gigi yang akan dijadikan penyangga, dan juga penentuan letak
cengkeram. Berikut tujuan dilakukan survei model rahang.
a. Menentukan arah pemasangan terbaik,
b. Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga
bisa digunakan sebagai bidang bimbing,
c. Menetapkan apakah daerah-daerah hambatan pada tulang maupun gigi
perlu dibuang atau cukup dengan pemilihan arah pemasangan lain saja,
d. Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai
retensi,
e. Menggambar garis kontur terbesar pada gigi penyangga dan
menentukan undercutyang tidak diharapkan yang perlu dihindari atau
dihilangkan (Gunadi dkk., 2012).
5. Desain GTSL
Pembuatan desain GTSL dilakukan melalui empat tahapan, yaitu.
a. Tahap I, menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
Daerah tak bergigi pada setiap rahang dapat bervariasi, baik
panjang, jumlah, macam, dan letaknya. Klasifikasi edentulous sesuai
dengan klasifikasi Applegate Kennedy.
b. Tahap II, menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Penentuan macam dukungan GTSL dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal berikut.
1) Keadaan jaringan pendukung
Apabila jaringan gigi sehat, dukungan sebaiknya berasal dari
gigi, tetapi apabila keadaan gigi meragukan, sebaiknya dukungan
dipilih dari mukosa. Dukungan pada sadel berujung bebas (free end)
sebaiknya berasal dari mukosa untuk mencegah penerimaan beban
kunyah tidak seimbang.
2) Panjang sadel
Dukungan gigi dapat dipilih untuk sadel yang pendek dengan
gigi tetangga kuat, namun apabil sadel panjang dengan gigi asli kurang
kuat sebaiknya dipilih dukungan dari mukosa.
3) Jumlah sadel
Untuk rahang dengan jumlah sadel multipel perlu diperhatikan
keadaan gigi-gigi yang masih ada serta jaringan mukosanya.
4) Keadaan rahang
Sadel tertutup rahang bawah dipilih dukungan berasal dari gigi.
c. Tahap III, menentukan macam penahan
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan macam
penahan, yaitu.
1) Dukungan dari sadel, berkaitan dengan indikasi dari macam
cengkeram
2) Stabilisasi gigi tiruan, berhubungan dengan jumlah dan macam gigi
pendukung yang ada dan yang akan dipakai.
3) Estetika, berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta
lokasi dari gigi penyangga.
d. Tahap IV, menentukan macam konektor
Pada protesa resin, konektor yang digunakan biasanya
berbentuk pelat, sedangkan pada kerangka logam bentuk konektor
bervariasi dipilih sesuai dengan kondisi pasien (Gunadi dkk., 2012).
7. Try in malam
Gunadi, H.A., Suryatenggara F., Margo A., Burhan L.K., Setiabudi I., 1991, Ilmu
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Ed. 1, Hipokrates, Jakarta, p. 20.
Hinrics J. The role of dental calculus and other local predisposing factors In:
carranza clinical periodontology. 11ed. Philadelphia: W B Saunders Co;
2012: H. 222-228.
Jorge JH, Quishida CCC, Vergani CE, Machado AL, Pavarina AC, Giampaolo ET.
Clinical evaluation of failures in removable partial dentures. Journal of
Oral Science. 2012; 54(4): 337-342.