Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR PENGESAHAN

SPEKTROFOTOMETRI

Disusun dan Diajukan Oleh:

ANDRIAN NARDUS YOEL


H031 17 1314

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Makassar, 25 Oktober 2017


Asisten

RIZDA ARIFIN
H311 14 505
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spektrofotometri UV-Vis adalah bagian dari teknik analisis spektroskopik

yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)

dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada

molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai

untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mukti, 2012).

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang

digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan

kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang

digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud

dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa

atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi. Sinar atau

cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik.

Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi

elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan (spektroskopi hamburan) dan

diabsorbsi (spektroskopi emisi) (Mukti, 2012).

Berdasarkan hal tersebut, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat

memahami prinsip dasar dalam pengukuran absorbansi yang diberikan suatu sampel

menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hal ini dikarenakan spektrofotometri

merupakan dasar dari berbagai metode analisis lainnya seperti AAS, ICP dan

lain-lain.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui konsentrasi larutan sampel,

melalui pengukuran absorbansi pada berbagai larutan dengan konsentrasi yang

berbeda-beda.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4.

2. Membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah melewatkan berkas cahaya tampak (visible)

dengan panjang gelombang dan membandingkan intensitas cahaya yang diteruskan

dengan intensitas cahaya yang melewati sel referensi atau pembanding, Menentukan

panjang gelombang maksimum larutan CuSO4, pembentukan kurva kalibrasi dan

menentukan konsentrasi larutan CuSO4.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometri

Pada mulanya, spektrofotometri hanya merupakan pengembangan dari

fotometri nyala. Pada pertengahan abad ke-19, seorang kimiawan Jerman bernama

Bunsen dan fisikawan Jerman bernama Kirchoff bekerjasama mengembangkan

spektrometer. Dengan alat ini mereka berhasil menemukan 2 unsur baru yaitu cesium

dan rubidium. Dengan metode ini pulalah unsur-unsur lain khususnya unsur-unsur

gas mulia ditemukan (Takeuchi, 2006). Warna adalah salah satu kriteria untuk

mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi

elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah

interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Persamaan Planck menunjukkan bahwa

E = hv, di mana E adalah energi foton, v adalah frekuensinya, sedangkan h adalah

tetapan Planck (6,624 x 10-27 erg detik) (Khopkar, 2002).

2.2 Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer saat ini sudah banyak yang mengalami pengembangan

sehingga memiliki berbagai komponen-komponen yang beragam. Akan tetapi, setiap

spektrofotometer pasti memiliki komponen-komponen utama sebagai berikut (Owen,

2000):

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya berfungsi untuk menghasilkan cahaya dengan pada rentang

panjang gelombang tertentu. Sumber cahaya yang ideal seharusnya menghasilkan

intensitas sepanjang semua panjang gelombang dengan stabilitas yang tinggi dan

bising yang rendah.


2. Monokromator

Monokromator adalah komponen yang berfungsi untuk memilih suatu

panjang gelombang spesifik, dimana cahaya polikromatis dari lampu diubah

menjadi cahaya monokromatis.

3. Sel

Sel merupakan wadah untuk sampel. Sel idealnya benar-benar transparan,

artinya sel haruslah tidak mengabsorbsi cahaya.

4. Detektor

Detektor merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya

menjadi sinyal listrik. Detektor ini idealnya memberikan respon yang linear

terhadap daya radiasi, zat pengganggu yang rendah dan sensitivitas yang tinggi.

Metode spektrofotometri ultra violet-tampak (UV-Vis) secara umum

berdasarkan pembentukan warna antara analit dengan pereaksi yang digunakan.

Dengan menggunakan pereaksi warna menjadi lebih peka, menaikkan sensitivitas

sehingga batas deteksinya menjadi rendah (Purwanto, dkk., 2012). Kebanyakan

penerapan spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak pada senyawa organik

didasarkan pada transisi n-π ataupun π-π dan karenanya memerlukan hadirnya gugus

kromoforat dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar

200 hingga 700 nm) yang praktis untuk digunakan dalam eksperimen.

Spektrofotometri UV-VIS yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau

200 hingga 1000 nm (Day dan Underwood, 2002).

2.3 Absorbansi

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A). Absorbansi dinyatakan

dengan rumus (Mukti, 2012):

A = −logT = −log It/Io (2.1)


dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya

setelah melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai (Mukti, 2012):

A= a . b . c atau A = ε . b . c (2.2)

dimana:

A = absorbansi

b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

2.4 Hukum Lambert-Beer

Hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi (Mukti,2012):

“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap

atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari

konsentrasi zat dan tebal larutan”. Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang

digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan (Mukti,2012) :

T=It/Io atau %T=It/Io x 100% (2.3)

Menurut hukum Lambert-Beer, absorbansi larutan sampel sebanding dengan

panjang lintasan cahaya d dan konsentrasi larutan c. Hubungan linier didapatkan bila

A (absorbansi) diplotkan terhadap c (konsentrasi), yang menujukkan hukum

Lambert-Beer dipenuhi. Hukum Lambert-Beer dipenuhi berapapun panjang

gelombang sinar yang diserap sampel. Panjang gelombang sinar yang diserap oleh

sampel bergantung pada struktur molekul sampelnya (Takeuchi, 2006).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan CuSO4 0,2 M,

CuSO4 0,04 M, CuSO4 0,06 M, CuSO4 0,08 M, CuSO4 0,1 M, akuades, tissue roll dan

sabun.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu ukur 50 mL,

pipet volume 5 mL, pipet volume 10 mL, pipet tetes, Spektrofotometer UV-Vis,

labu semprot dan gelas piala.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengukuran Kurva Kalibrasi

Dibuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan

0,1 M. Selanjutnya diukur masing-masing deretan larutan tersebut pada panjang

gelombang maksimum. Digunakan akuades sebagai blangko atau referensi. Setelah

pengukuran selesai, dibuatkan kurva yang menghubungkan antara konsentrasi larutan

CuSO4 dengan absorbansi terukur.

3.3.2 Pengukuran Panjang Gelombang (𝝀) dan Pengukuran Absorbansi

Disiapkan larutan CuSO4 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan 0,1 M. Kuvet 1 diisi

dengan akuades dan dimasukkan kedalam spektrofotometer untuk mengkalibrasi alat

tersebut. Setelah alat menunjukkan angka nol, kuvet yang berisi akuades dilepas

kemudian dimasukkan kuvet kedua yang berisi larutan CuSO4 0,06 M. Dicatat

panjang gelombang dan nilai absorbansi yang dihasilkan. Dilakukan hal yang sama

untuk larutan CuSO4 0,04 M; 0,08 M dan 0,1 M.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengamatan Sebelum Linier


Ukuran pada lamda max 750
No Larutan CuSO4 Keterangan
Absorbans Transmitansi
1 0,04 M 0,393 3,931
2 0,06 M 0,602 6,023
Sampel
3 0,08 M 0,817 0,178
4 0,1 M 1,027 10,27
5 0,2 M 2,013 20,13 Larutan Induk

Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Setelah Linier


Absorbans
No Konsentrasi X2 Y2 XY
(Y)
1 0,04 0,393 0,0016 0,1544 0,01572
2 0,06 0,602 0,0036 0,3624 0,03612
3 0,08 0,817 0,0064 0,6675 0,06536
4 0,1 1,027 0,01 1,0547 0,1027
Σ 0,28 2,839 0,0216 2,239 0,2199

Grafik
1.2
1 y = 10.585x - 0.0312
0.8 R² = 1
Absorbansi

0.6
Series1
0.4
Linear (Series1)
0.2
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi (M)

Grafik 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan CuSO4

4.2 Pembahasan

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut

spektrofotometer. Alat ini bekerja berdasarkan hukum Lambert-Beer. Hukum


Lambert-Beer menyatakan bahwa apabila cahaya monokromatik melalui suatu media

(larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan

sebagian dipancarkan. Pada percobaan ini digunakan larutan CuSO4 0,2 M dan

larutan yang belum diketahui konsentrasinya yang digunakan dalam percobaan ini

sebagai sampel. Panjang gelombang maksimum yang digunakan dalam percobaan

adalah 750 nm.

Dalam percobaan, dibuat deret standar 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan 0,1 M.

Kemudian dilakukan pengenceran pada larutan CuSO4 0,2 M. Untuk mengetahui

volume yang harus digunakan, maka digunakan rumus pengenceran dan diperoleh

volume, yaitu 10 mL, 15 mL, 20 mL dan 25 mL.

Cara menggunakan spektrofotometer yaitu mula-mula alat dinyalakan tunggu

sampai cahaya indikator berwarna hijau. Kemudian sampel comporlement yang telah

dimasukkan ke dalam kuvet, tapi sebelumnya sampel dipreparasi terlebih dahulu

dengan menggunakan spektrofotometer. Saat pengukuran berlangsung, lampu hijau

akan berkedip dan akan berhenti saat data absorbansi dan spektrum telah terbaca.

Pada percobaan ini, diperoleh nilai absorbansi sampel pertama yaitu 0,393, sampel

kedua yaitu 0,602, sampel ketiga yaitu 0,817 dan sampel keempat 1,027. Setelah

dibuat kurva kalibrasinya maka dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka

semakin besar pula nilai absorbansinya. Untuk perhitungan y regresi diperoleh

persamaan y= -0,0312 + 10,585x.

Hasil pengamatan yang dilakukan mungkin saja kurang akurat yang

diakibatkan karena terjadinya kesalahan pada pengukuran saat percobaan dilakukan

serta alat spektrofotometer kurang baik karena ketika dikalibrasi titik nol

didapatkan hasil yang tidak sama dengan nol. Kesalahan lain yang mungkin terjadi

pada percobaan ini adalah kurang bersihnya alat yang digunakan, praktikan yang
kurang teliti dalam pembuatan larutan standar serta pengenceran yang kurang

sempurna, terjadinya serapan radiasi oleh sidik jari pada kuvet, terdapat gelembung

udara pada kuvet dan lain-lain.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang

maksimum serapan larutan CuSO4 adalah 750 nm. Hasil ini diperoleh dari

pengukuran dengan metode spektrofotometri pada larutan yang akan ditentukan

konsentrasinya dalam hal ini yaitu konsentrasi Cu.

Dengan menghubungkan konsentrasi larutan CuSO4 dan absorbansi, kurva

kalibrasi dapat dibuat. Adapun kurva kalibrasi yang berhasil dibuat menghasilkan

persamaan y= -0,0312 + 10,585x. Pada kurva kalibrasi terlihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi larutan maka semakin besar pula nilai absorbansinya.

5.2. Saran

Sebaiknya peralatan laboratorium lebih diperhatikan kelengkapannya untuk

setiap percobaan, sehingga praktikan dapat melakukan percobaan sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga.

Khopkar, S.M., 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta, Universitas Indonesia.

Mukti, W. K., 2012, Penentuan Konsentrasi Kalium Permanganat (KMnO4),


Analisis Spektroskopi UV-VIS: 1-18.

Owen, T., 2000, Fundamentals of UV-Visible Spectroscopy, Germany, Agilent


Technologies 2000.

Purwanto, dan Ernawati, F., 2012, Metode Spektrofotometri UV-Vis untuk Pengujian
Kadar Silika dalam Natrium Zirkonat, Prosiding Seminar Penelitian dan
Pengelolaan Perangkat Nuklir: 56-62.

Takeuchi, Y., 2006, Buku Teks Pengantar Kimia, Diterjemahkan oleh: Ismunandar,
Tokyo, Iwanami Publishing Company.
Lampiran 1. Bagan kerja

A. Pengukuran Kurva Kalibrasi

CuSO4

- Dibuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,04 M; 0,06 M;

0,08 M dan 0,1 M.

- Diukur serapan maisng-masing larutan dengan panjang gelombang

maksimum yang telah ditentukan. Digunakan akuades untuk

mengkalibrasi.

- Dibuatkan kurva yang menghubungkan antara konsentrasi larutan

CuSO4 dengan absorbansi terukur.

Hasil

B. Pengukuran Panjang Gelombang (𝝀) dan Pengukuran Absorbansi CuSO4

CuSO4

- Disiapkan larutan CuSO4 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan 0,1 M.

- Kuvet 1 diisi dengan akuades dan dimasukkan ke dalam

spektrofotometer untuk mengkalibrasi alat tersebut.

- Setelah alat menunjukkan angka nol, kuvet yang berisi akuades di

lepas kemudian dimasukkan kuvet kedua yg berisi larutan CuSO4

0,06 M.

- Dicatat panjang gelombang dan nilai absorbansi yang dihasilkan.

- Dilakukan hal yang sama untuk larutan CuSO4 0,04 M; 0,08 M

dan 0,1 M.
Hasil

Anda mungkin juga menyukai