Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman semusim adalah yang dalam menyelesaikan satu siklus hidupnya,
memerlukan waktu maksimal setahun. Satu siklus hidup tanaman adalah tanam,
pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif, penuaan, dan mati. Penggolongan
tanaman semusim adalah berdasarkan proses akhir siklus hidup yaitu tanaman
semusim murni (pure annual crops) adalah proses akhir siklus hidup tanaman
terjadi secara alami, contoh kapas. Berdasarkan fungsinya yaitu tanaman
penghasil gula (sugar crops), tanaman kacangan (legume crops), tanaman pangan
atau padi-padian (cereal crops), serat (fiber crops), industri (tembakau), dan ubi-
ubian (tuber crops).
Kedelai merupakan tanaman golongan C3 lebih adaptif pada kondisi
kandungan CO2 atmosfer tinggi. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa
semak yang tumbuh tegak. Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara), di
Indonesia, dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk
hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo
menyebar ke daerah Mansyuria yaitu Jepang (Asia Timur) dan negara-negara lain
di Amerika dan Afrika. Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu
meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan
perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus
diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan
tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan.
Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman
kedelai yang lebih mendalam. Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang
kaya. Kacang kedelai merupakan protein lengkap, dan merupakan salah satu
makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan diperlukan oleh
tubuh manusia. Kacang kedelai juga mengandung kalsium, zat besi, protein,
potasium dan phosphorous. Kacang kedelai juga kaya akan vitamin B kompleks.
Kacang kedelai juga merupakan salah satu yang mengandung protein tinggi,

1
makanan berkalsium tinggi di pasaran, kacang kedelai juga unik karena bebas dari
racun kimia.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mengetahui teknik budidaya tanaman kacang kedelai
2. Mengetahui pengaruh dosis Urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang kedelai
3. Mengetahui kendala dalam teknik budidaya kacang kedelai

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi, botani, dan syarat Tumbuh Tanaman Kedelai


Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani
yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill.
Klasifikasi tanaman kacang kedelai sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Akar tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar lateral, dan akar
serabut. Pada tanah yang gembur, akar ini dapat menembus tanah sampai
kedalaman 1,5 m. Pada akar lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan
kumpulan bakteri rhizobium pengikat N dari udara. Bintil akar ini biasanya akan
terbentuk 15-20 hari setelah tanam, selain sebagai penyerap unsur hara dan
penyangga tanaman, pada perakaran merupakan tempat terbentuknya bintil/nodul
akar yang berfungsi sebagai pabrik alami terfiksasinya nitrogen udara oleh
aktivitas bakteri Rhizobium.
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30-100 cm. setiap
batang dapat membentuk 3-6 cabang. Pertumbuhan batang dibedakan menjadi dua
tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan
batang ini didasarkan atas keberadaan bunga dan pucuk batang. Pertumbuhan
batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada
saat tanaman mulai berbunga. Pertumbuhan batang tipe indeterminate
dicirikanbila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman
sudah mulai berbunga. Begitu juga dengan bentuk daun kedelai ada dua macam,
yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate).

3
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga
terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Penyerbukan terjadi pada
saat mahkota bunga masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin
silang secara alami sangat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna
ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi
penyerbukan secara sempurna.
Polong kedelai pertama terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm, jumlah polong yang terbentuk pada
setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap
kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50,
bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan
semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk
polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini
kemungkinan diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning
kecoklatan pada saat masak. Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh
kulit biji. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji bermacam-
macam, ada yang kuning, hitam, hijau atau coklat.
Syarat pertumbuhan kacang kedelai (Glycine max (L.) Merrill) adalah
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian
0,5-300 m dpl. Varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian
lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah
yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi
kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih
baik dari jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki
curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal,
tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang
o
optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30 C, bila tumbuh pada suhu yang
o
rendah (< 15 C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat bisa mencapai 2
minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi

4
kelembapan tanah tinggi, banyaknya biji yang mati akibat respirasi air dari dalam
o
biji yang terlalu cepat. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 C,
o
akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 C. Pada
o
proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 C.
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab, tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Kekurangan
air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melampaui batas toleransinya.
Untuk dapat tumbuh dengan baik kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur,
kaya akan unsur hara dan bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah
akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad
renik yang pada akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah dengan kadar liat tinggi sebaiknya dilakukan perbaikan drainase
dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air
waktu hujan besar terjadi.

2.2. Pupuk Urea


Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi.
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur
nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun
tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman
sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau
daun yang berlimpah, tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk
urea juga mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan
lain-lain). Serta, pupuk urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam
tanaman. Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian
vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis, unsur N
berperan untuk mempercepat fase vegetative karena fungsi utama unsur N itu

5
sendiri sebagai sintesis klorofil. Klorofil berfungsi untuk menangkap cahaya
matahari yang berguna untuk pembentukan makanan dalam fotosintesis,
kandungan klorofil yang cukup dapat membentuk atau memacu pertumbuhan
tanaman terutama merangsang organ vegetatif tanaman. Pertumbuhan akar,
batang, dan daun terjadi dengan cepat jika persediaan makanan yang digunakan
untuk proses pembentukan organ tersebut dalam keadaan atau jumlah yang cukup.
Tanaman kacang kedelai mengambil nitrogen (N) sepanjang hidupnya karena
nitrogen dalam tanah sudah tercuci, maka pemberian dengan cara bertahap sangat
dianjurkan. Nitrogen diserap tanaman selama masa pertumbuhan sampai
pematangan biji, sehingga tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus
menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji.

6
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Budidaya Tanaman Semusim dengan materi Budidaya Tanaman
Kacang Kedelai (Glycine max L.) dimulai pada hari Rabu, 2 Maret 2016 – 25 Mei
2016, pukul 15.00 – 17.00 di Kebun Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah tali rafia, kayu patok, Furadan 3G, SP-36,
pupuk ayam kandang, Urea, KCl, kapur dolomit, plastik bungkus klip, benih
kedelai, dan air. Alat yang digunakan adalah cangkul, garu, penggaris, timbangan,
meteran, ember, gembor, parang, dan oven.

3.3. Cara Kerja


1. Memilih benih yang normal, sehat, utuh, dan bernas.
2. Membersihkan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman, lahan kemudian
dicangkul hingga gembur dan dibuat petakan berukuran 3 m x 2,5 m, dengan
jarak tanaman dengan tepi petak atas, bawah, kiri, kanan berukuran 12,5 cm,
jumlah lubang tanam sebanyak 120 lubang dengan kedalaman 2 cm, dan
membuat parit untuk pembuangan massa air secara alami dari permukaan
atau bawah permukaan dari suatu lahan dengan lebar bedengan 1 m dengan
kedalaman 20 cm.
3. Membuat batas lahan yang sudah diolah dengan tali rafia dengan
menancapkan kayu patok pada setiap sudut lahan dan mengikat tali rafia pada
setiap sudut lahan.
4. Menaburkan kapur dolomit secara merata pada permukaan tanah yang telah
diolah dengan dosis 2 ton/ha (1,5 kg/petak) dan pupuk ayam kandang dengan
dosis 10 ton/ha (7,5 kg/petak).
5. Menginkubasikan tanah yang telah diberikan kapur dan pupuk selama 1
minggu dengan menyiram lahan setiap hari.

7
6. Menanam benih kedelai sebanyak 160 biji pada setiap lubang dengan
mengatur jarak tanam 25 cm setiap tanaman dan menanam 2 biji benih
kedelai pada setiap border tanaman.
7. Memberikan Furadan 3G dengan dosis 25 kg/petak pada setiap lubang
tanaman yang telah diisi dengan bibit kedelai dengan tujuan supaya bibit
kedelai tidak dimakan oleh hama.
8. Melakukan pemupukan dengan KCl dengan dosis 75 gram/petak, SP-36
dengan dosis 75 gram/petak, dan Urea dengan dosis 7,5 gram/petak pada
perlakuan kacang dengan dosis urea 20 kg/ha (KA 3). Mencampurkan ketiga
pupuk tersebut dan memberikan pupuk yang telah dicampur pada permukaan
tanah secara merata. Pemberian pupuk Urea diberikan secara bertahap yaitu
diberikan lagi setelah 6 MST dengan dosis 7,5 gram/petak.
9. Melakukan penyiangan yaitu dengan mencabuti gulma yang ada disekitar
tanaman. Penyiangan diberhentikan setelah tanaman kacang kedelai masuk
fase pembungaan.
10. Melakukan penjarangan pada saat tanaman berumur 15 hari dengan memilih
1 tanaman setiap lubang untuk terus dipelihara.
11. Memilih 3 tanaman sampel destruktif (tanaman yang akan dicabut untuk
menghitung jumlah bintil akar) dan 1 tanaman non destruktif (tanaman yang
akan dicabut untuk menghitung berat basah dan berat kering tanaman).
12. Melakukan pengamatan bintil akar dengan mencabut 3 tanaman untuk sampel
pada 7 MST dan mendokumentasinya.
13. Mencabut 1 tanaman untuk mengetahui berat basah tanaman dan melakukan
penimbangan pada 9 MST. Kemudian tanaman yang telah ditimbang berat
basahnya dimasukkan kedalam oven selama 1 hari dan menimbang berat
kering tanaman tersebut.
14. Melakukan penyiraman dengan menggunakan gembor pada sore hari
(menyesuaikan dengan kondisi lahan) sejak ditanam samapai menjelang
panen.
15. Mengendalikan hama dan penyakit dengan cara manual.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kacang Kedelai Kelompok KA 3
Minggu Ke-
Sampel 1 2 3 4 5
1 6,7 12,5 18,5 28,0 46,5
2 6,1 13,8 16,9 17,0 42,5
3 7,0 12,8 17,2 29,0 48,5
4 6,7 11,3 19,7 32,0 53,5
5 7,7 12,8 17,8 26,0 41,5
6 7,8 13,0 18,3 26,0 34,0
Rata-Rata 7,0 12,7 18,1 28,0 44,4

Tabel 2. Data Pengamatan Bintil Akar Tanaman Kacang Kedelai Kelompok KA 3


Sampel Jumlah Bintil Akar
1 31
2 19
3 16
Rata-Rata 22

Tabel 3. Data Pengamatan Rata-Rata Tinggi Tanaman Kacang Kedelai (KA)


Antar Ulangan
Minggu Ke-
Ulangan 1 2 3 4 5
KA 1 8,6 15,9 22,2 30,2 43,0
KA 2 6,8 13,0 17,0 22,7 32,8
KA 3 7,0 12,7 18,1 28,0 44,4
Total Rata-Rata 7,5 13,9 19,1 27,0 40,1

9
Tabel 4. Data Pengamatan Rata-Rata Bintil Akar Tanaman Kacang Kedelai (KA)
Antar Ulangan
Ulangan Rata-rata Bintil Akar
U1 57
U2 43
U3 22

Tabel 5. Data Pengamatan Berat Kering dan Berat Basah Tanaman Kacang
Kedelai (KA) Antar Ulangan
Ulangan Berat Basah Berat Kering Kadar Air
(gr) (gr) (%)
U1 46 10 76,26
U2 32 7 78,12
U3 15 1,1 92,35
Total Rata-Rata 31,0 6,03 82,35

Tabel 6. Data Pengamatan Rata-Rata Tinggi Tanaman Kacang Kedelai Antar


Perlakuan
Perlakuan Minggu Ke- Rata-Rata
1 2 3 4 5
KA 7,44 13,40 18,90 26,94 40,07 21,35
KB 7,18 13,44 17,07 26,23 38,24 20,43
KC 6,40 12,50 17,37 26,43 38,56 20,25
KD 7,60 13,50 18,40 27,30 36,90 20,74
KE 6,33 12,70 16,70 24,90 36,70 19,47

10
Grafik 1. Data Perlakuan Rata-Rata Tinggi Tanaman Kacang Kedelai Antar
Perlakuan
Rata-Rata Tinggi Tanaman Kacang Kedelai
60 Antar Perlakuan
tinggi tanaman

40

KA
20 KB
KC

0 KD
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST KE

Tabel 7. Data Perlakuan Rata-Rata Bintil Akar Tanaman Kacang Kedelai Antar
Perlakuan
Perlakuan Rata-rata Bintil Akar
KA 40,67
KB 20,89
KC 45,78
KD 19,67
KE 31,33

Grafik 2. Data Perlakuan Rata-Rata Bintil Akar Tanaman Kacang Kedelai Antar
Perlakuan

Rata-rata Bintil Akar Antar Perlakuan


50
40
30
20 Rata-rata Bintil Akar

10
0
KA KB KC KD KE

11
Tabel 8. Data Perlakuan Rata-Rata Berat Kering dan Berat Basah Tanaman
Kacang Kedelai Antar Perlakuan
Ulangan Berat Basah Berat Kering Kadar Air
(gr) (gr) (%)
KA 31,00 6,03 82,35
KB 32,33 6,67 79,36
KC 27,00 6,67 75,30
KD 29,67 6,67 77,52
KE 33,67 7,33 78,23

Grafik 3. Data Perlakuan Rata-Rata Berat Kering dan Berat Basah Tanaman
Kacang Kedelai Antar Perlakuan
Rata-RataBerat Kering dan Berat Basah
Tanaman Kacang Kedelai Antar Perlakuan

85

80

75 Kadar Air (%)

70
KA KB KC KD KE

4.2. Pembahasan
Berdasarkan data pengamatan rata-rata tinggi tanaman kacang kedelai antar
perlakuan, hasil yang paling tinggi dari 5 perlakuan adalah perlakuan KA dengan
dosis 20 kg/ha dan hasil yang rendah adalah perlakuan KE dengan dosis 100
kg/ha. Alasan mengapa perlakuan KA (dosis 20 kg/ha) lebih tinggi dari perlakuan
KE (dosis 100 kg/ha) adalah karena penyerapan kandungan nitrogen pada
tanaman dengan perlakuan KA (dosis 20 kg/ha) lebih baik daripada tanaman
dengan perlak uan KE (dosis 100 kg/ha). Seperti yang kita tahu, tanaman lebih
mudah menyerap nitrogen dari atmosfer daripada nitrogen dalam bentuk pupuk
urea. Itulah mengapa nitrogen dalam bentuk pupuk lebih sedikit dibutuhkan oleh
tanaman kacang kedelai, karena nitrogen sudah banyak tersedia di atmosfer.

12
Perbedaan tinggi tanaman juga dapat diakibatkan karena kualitas cahaya matahari
yang diterima oleh tanaman yang menyebabkan persaingan antar tanaman atau
persaingan tanaman dengan gulma dan penyebab lain perbedaan tinggi tanaman
lainnya yaitu tanaman kekurangan air sehingga proses perkecambahan tanaman
kacang kedelai terganggu, seperti yang kita ketahui air dibutuhkan untuk
mengaktifkan enzim dan membantu proses metabolisme, contoh melunakkan kulit
biji sehingga menembus kutikula.
Berdasarkan grafik data perlakuan rata-rata bintil akar tanaman kacang
kedelai antar perlakuan, perlakuan yang mempunyai rata-rata bintil akar paling
banyak adalah perlakuan KC (dosis 60 kg/ha) dan rata-rata bintil akar yang paling
sedikit adalah perlakuan KD (dosis 80 kg/ha), tapi rata-rata bintil akar pada
perlakuan KC (dosis 60 kg/ha) tidak jauh beda dengan perlakuan KA (dosis 20
kg/ha). Menurut kami, perlakuan yang paling bagus adalah perlakuan KA (dosis
20 kg/ha), dengan alasan karena KA menggunakan nitrogen yang tersedia di
atmosfer, sedangkan perlakuan KC (dosis 60 kg/ha) mendapatkan hasil yang
tinggi tetapi menekan jumlah dan ukuran bintil akar sehingga akan mengurangi
efektivitas pengikatan nitrogen dari atmosfer, selain itu juga dapat meningkatkan
biaya dalam pemupukan padahal hasilnya tidak jauh berbeda dari perlakuan KA.
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas
bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di
dalam akar tanaman yang diberi nama bintil akar. Bintil akar tanaman kedelai
dapat mengikat nitrogen dari udara, jadi nitrogen dalam bentuk pupuk tidak
diperlukan dalam jumlah banyak. Perbedaan warna hijau daun pada awal
pertumbuhan merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Proses
pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4-5 hst, yaitu sejak
terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang
merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu,
semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan
jumlah bintil akar yang terjadi. Kemampuan memfikasi N2 akan bertambah
seiring dengan bertambahnya umur tanaman, tetapi maksimal hanya sampai akhir
masa berbunga atau mulai pembentukan biji. Setelah masa pembentukan biji,

13
kemampuan bintil akar memfikasi N2 akan menurun bersamaan dengan semakin
banyaknya bintil akar yang tua dan rontok. Di samping itu, juga diduga karena
kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan biji dengan aktivitas bintil akar.
Jadi dapat disimpulkan dari pembahasan diatas, bahwa nitrogen dalam bentuk
pupuk tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak, karena nitrogen sudah banyak
tersedia dari atmosfer.
Berdasarkan data perlakuan rata-rata berat kering dan berat basah tanaman
kacang kedelai antar perlakuan, perlakuan KA (dosis 20 kg/ha). Alasan mengapa
waktu penimbangan berat basah kadar air yang didapatkan lebih tinggi dibanding
dengan perlakuan dosis yang lain dan berat kering pada perlakuan KA (dosis 20
kg/ha) lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain adalah karena air yang ada
pada perlakuan KA lebih banyak diuapkan pada waktu pemanggangan di oven
sehingga berat kering nya lebih banyak berkurang daripada perlakuan yang lain.
Dan juga alasan mengapa dalam berat basah terdapat fotosintat (CO2 + H2O ->
C6H12O6 + O2) karena pada tanaman sudah terdapat fotosintat dimana fotosintat
terdapat air (H2O) yang mengakibatkan berat basah menjadi tinggi. Pada saat
penimbangan berat basah dilakukan pada saat tanaman dalam fase berbunga.
Seperti yang kita tahu tanaman kacang kedelai memiliki 3 fase kritis terhadap air
yaitu pada fase perkecambahan, pembungaan, dan pembentukan polong. Jadi pada
fase kritis, tanaman ini memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tanaman,
contohnya pada fase pembungaan pada kacang kedelai.

14
V. PENUTUP

Kesimpulan
1. Teknik budidaya tanaman kacang kedelai yaitu :
 Pemilihan varietas : pemilihan varietas yang meliputi umur panen, ukuran
dan warna biji, sifat adaptif, dan kualitas biji.
 Waktu tanam : waktu tanam sangat menentukan keberhasilan, terkait erat
dengan ketersediaan air, serta perkembangan hama dan penyakit.
 Persiapan lahan : membersihkan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman,
lahan kemudian dicangkul hingga gembur dan dibuat petakan berukuran 3
m x 2,5 m, dengan jarak tanaman dengan tepi petak atas, bawah, kiri,
kanan berukuran 12,5 cm, jumlah lubang tanam sebanyak 120 lubang
dengan kedalaman 2 cm, dan membuat parit untuk pembuangan massa air
secara alami dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu lahan
dengan lebar bedengan 1 m dengan kedalaman 20 cm. Membuat batas
lahan yang sudah diolah dengan tali rafia dengan menancapkan kayu patok
pada setiap sudut lahan dan mengikat tali rafia pada setiap sudut lahan.
 Pengapuran dan pemupukan : menaburkan kapur dolomit secara merata
pada permukaan tanah yang telah diolah dengan dosis 2 ton/ha (1,5
kg/petak) dan pupuk ayam kandang dengan dosis 10 ton/ha (7,5 kg/petak).
Menginkubasikan tanah yang telah diberikan kapur dan pupuk selama 1
minggu dengan menyiram lahan setiap hari.
 Penanaman : menanam benih kedelai sebanyak 160 biji pada setiap lubang
dengan mengatur jarak tanam 25 cm setiap tanaman dan menanam 2 biji
benih kedelai pada setiap border tanaman.
 Pemupukan : memberikan Furadan 3G dengan dosis 25 gram/petak pada
setiap lubang tanaman yang telah diisi dengan bibit kedelai dengan tujuan
supaya bibit kedelai tidak dimakan oleh hama. Melakukan pemupukan
dengan KCl dengan dosis 75 gram/petak, SP-36 dengan dosis 75
gram/petak, dan Urea dengan dosis 7,5 gram/petak pada perlakuan kacang
dengan dosis urea 20 kg/ha (KA 3). Mencampurkan ketiga pupuk tersebut

15
dan memberikan pupuk yang telah dicampur pada permukaan tanah secara
merata. Pemberian pupuk Urea diberikan secara bertahap yaitu diberikan
lagi setelah 6 MST dengan dosis 7,5 gram/petak.
 Penyiangan : melakukan penyiangan yaitu dengan mencabuti gulma yang
ada disekitar tanaman. Penyiangan diberhentikan setelah tanaman kacang
kedelai masuk fase pembungaan.
 Penjarangan : melakukan penjarangan pada saat tanaman berumur 15 hari
dengan memilih 1 tanaman setiap lubang untuk terus dipelihara.
 Memilih 3 tanaman sampel destruktif (tanaman yang akan dicabut untuk
menghitung jumlah bintil akar) dan 1 tanaman non destruktif (tanaman
yang akan dicabut untuk menghitung berat basah dan berat kering
tanaman).
 Penyiraman : melakukan penyiraman dengan menggunakan gembor pada
sore hari (menyesuaikan dengan kondisi lahan) sejak ditanam samapai
menjelang panen.
 Pengendalian hama dan penyakit : mengendalikan hama dan penyakit
dengan cara manual.
 Panen : melakukan pemanenan ketika kedelai sudah matang fisiologis
(polong keras dan warna coklat kekuningan, biji berisi penuh, kulit licin
dan keras, serta daun 60% telah berguguran) yaitu pada umur 85-90 HST.
 Pasca panen : Pascapanen dapat dilakukan dengan pengumpulan,
pengeringan, penyortiran, penggolongan, penyimpanan dan pengemasan.

2. Pengaruh dosis Urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang


kedelai adalah dosis 20 kg/ha membuat daun tanaman kacang hijau lebih
hijau, rimbun, dan segar dibandingan dosis urea 40 kg/ha, 60 kg/ha, 80 kg/ha,
dan 100 kg/ha. Pupuk urea membantu tanaman sehingga mempunyai banyak
zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah,
tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga
mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-
lain). Serta, pupuk urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam

16
tanaman. Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting
dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses
fotosintesis, unsur N berperan untuk mempercepat fase vegetative karena
fungsi utama unsur N itu sendiri sebagai sintesis klorofil. Klorofil berfungsi
untuk menangkap cahaya matahari yang berguna untuk pembentukan
makanan dalam fotosintesis, kandungan klorofil yang cukup dapat
membentuk atau memacu pertumbuhan tanaman terutama merangsang organ
vegetatif tanaman. Pertumbuhan akar, batang, dan daun terjadi dengan cepat
jika persediaan makanan yang digunakan untuk proses pembentukan organ
tersebut dalam keadaan atau jumlah yang cukup.

3. Kendala dalam teknik budidaya kacang kedelai adalah adanya hama dan
gulma yang menghambat pertumbuhan tanaman kacang kedelai, selain itu
kelebihan air akibat hujan deras juga mengakibatkan tanaman kacang kedelai
kelebihan air sehingga pertumbuhan kacang kedelai terhambat.

17

Anda mungkin juga menyukai