Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos
dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,
atau uterin fibroid.
Angka kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 11,70% pada semua penderita
kasus ginekologi yang dirawat di rumah sakit. Menurut data yang tersedia dari Dinas
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, tercatat kasus mioma uteri mengalami
peningkatan.
Diagnosis mioma uteri sering dicurigai bila bentuk uterus yang tidak teratur
membesar teraba pada pemeriksaan panggul. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) adalah
standar non-invasif utama yang digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. USG
bertujuan untuk mendeteksi karakteristik mioma uteri sehingga dapat dilakukan
penanganan. Selain itu, pada kasus mioma uteri dengan perdarahan pervaginam dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hemoglobin (Hb). Pemeriksaan Hb
dilakukan untuk mendeteksi anemia pada pasien, sehingga pasien mendapatkan
penanganan yang tepat. Mioma uteri yang berukuran kecil dan tanpa gejala dilakukan
observasi selama 6 bulan.
Meningkatnya angka kejadian mioma uteri yang cukup signifikan tersebut
disebabkan masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai mioma
uteri. Masyarakat belum mengetahui faktor yang dapat berpengaruh, gejala, dampak, dan
penanganan yang tepat pada mioma uteri saat gejala telah muncul. Promosi kesehatan pada
masyarakat dengan memaparkan faktor-faktor penyebab mioma uteri yang tepat
merupakan langkah strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini
didasari pemikiran bahwa dengan promosi kesehatan mengenai mioma uteri masyarakat
dapat mengetahui dan menghindari faktor-faktor penyebab mioma uteri sehingga angka
kejadian mioma uteri mengalami penurunan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Uterus

Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah
depan belakang. Ukuran sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos.ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal
2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (servik ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus
uteri ke depan dan membentuk sudut dengan servik uteri).
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fundus uteri adalah
bagian uterus proksimal; disitu kedua fallopi masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian
uterus yang terbesar. Pada kehamilan memilki fungsi utama sebagi tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim).
Servik uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri yang disebut porsio dan pars vaginalis
servisis uteri yaitu bagian servik yang berada diatas vagina.
Saluran yang tetdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks,
berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran
seviks sebalah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri
eksternum. Secara histologi dari dalam keluar, uterus terdiri atas endometrium di korpu
uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos, dan lapisan serosa, yakni peritoneum
viserale. Endometrium terdari lapisan epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri
dan memiliki arti yang penting untuk siklus haid. Dalam masa haid, endometrium sebagian
besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam mala proliferasi yang selanjutnya
dikuti dengan masa sekretorik.
Lapisan otot polos uterus disebelah dalam berbentuk sirkular dan disebelah luar
beebentuk longitudinal.diantar kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik berbentuk
anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena sesudah plasenta, otot
lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
ditempat itu, sehingga perdarahan berhenti.
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapiterfiksasi dengan
baik oleh jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya. Ligamentayang memfiksasi
uterus adalah sebagai berikut:
a. ligamentum kardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, yakni ligamentum yang
terpenting yang mencegah uterus tidak turun. Terdiri atas jaringan ikat tebal yang
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteri uterina.
b. Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan, yakni liamentum yang menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan,
ke arah os sakrum kiri dan kanan.
c. Lgamentum rotundum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan uterus
dalam antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal
kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit karena daerah inguinal
waktu berdiri cepat, karena uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum
menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan
pun teraba kencang dan terasa bilang dipegang.
d. Ligamentum latum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan
dari uterus ke arah lateral. Tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebenranya
ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua
tuba dab terbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan
indung telur (ovarium sinistrum et dekstrum). Untuk memfiksasi uterus,
ligamentum latum ini tidak banyak artinya.
e. Ligamentum infundibulo-pelvikum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang
menahan tuba falloppii. Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan saraf, salura limfe, arteri, dam vena ovarika.

Di samping ligamentum tersebut diatas ditemukan pada sudut kiri dan kanan belakang
fundus uteri ligamentum ovarii propium kiri dan kanan yang menahan ovarium.
Ismus adalah bagian uterus antara servik dan korpus uteri, diliputi oleh peritoneum
viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesiko-
uterina.
2.2. Mioma Uteri
2.2.1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri,
leiomyoma uteri atau uterine fibroid.
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri
dari otot polos dan jaringan fibrosa.
2.2.2. Klaifikasi
Menurut letaknya, mioma uteri dapat dibagi menjadi:
a. Mioma submukosum; berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus.
b. Mioma intramural; mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut
myometrium.
c. Mioma subserosum; apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks (myom geburt). Mioma subserosum dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
2.2.3. Patogenesis dan Patofisiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri.
Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia
reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause. Ichimura mengatakan
bahwa hormone ovarium dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma karena
adanya peningkatan insiden setelah menarche. Pada kehamilan pertumbuhan
mioma uteri semakin besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan
nullipara memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan
perempuan multipara memiliki risiko relative menurun untuk terjadinya mioma
uteri.
Mayer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau genitoblast. Percobaan
Lpischutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Efek febrimatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesterone atau testosterone. Pukkan dan kawan-kawan menyatakan bahwa
reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada myometrium
normal.
2.2.4. Manifestasi Klinik
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat mioma uteri berada,
bersarnya mioma uteri, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang terjadi
penyebab perdarahan ini, Antara lain adalah:
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium.
 Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
 Atrofi endometrium diatas mioma submukosum.
 Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma
uteri diantara serabut myometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang lelauinya dengan baik.
b. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada mioma uteri, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan.
c. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinik. MRI juga dapat dipergunakan untuk menegakkan dugaan klinik pada wanita
hamil karena tidak memakai radiasi ionisasi. CT-Scan juga dapat digunakan untuk
menegakkan dugaan klinis.
2.2.6. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Walaupun
demikian mioma uteri membutuhkan pengamatan setiap 6-3 bulan.
Dalam decade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
antagonis (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran dipengaruhi leiomioma
uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen GnRHa
yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisi akan mengurangi sekresi
gonadotropin yang mempengaruhi leiomyoma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di myometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya menjadi lebih kecil.
Pengobatan operatif dapat dilakukan berupa miomektomi dan histerektomi.
Miomektiomi adalah pengambilan mioma uteri saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myoma
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Histerektomi adalah pengangkatan
uterus, ysng umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilakukan
secara abdominal maupun per vaginam. Histerektomi total umumnya dilakukan
dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi
supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam
mengangkat uterus kesluruhan.
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1. Status Paien


Nama : Juliana Pasi
Usia : 46 thn
Alamat : Kuta Baru
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 24 April 2018

3.2. Anamnesa
Keluhan utama : Keluar cairan kental berwarna putih dari vagina
Telaah : Os datang ke poliklinik dengan keluhan keluar cairan kental
berwarna putih yang sudah dialami ± 8 bulan, yang belakangan ini
semakin banyak (±2 minggu). Os juga mengeluhkan nyeri pada
pinggang dan panas pada pinggang. Os juga mengatakan bahwa jika
setelah melakukan hubungan intim cairan kental keluar disertai
bercak darah. Demam (-), sakit kepala (+), mual (-), muntah (-), BAB
dan BAK normal.
RPK : (-)
RPO : (-)
RPT : (-)
RA : (-)
Riwayat Haid : menarche pada usia 14 tahun, nyeri pada saat haid (+), lamanya ±
5 hari, siklus 28-30 hari, tidak teratur, ganti pembalut 3-4x/hari.
Riwayat persalinan
1. Tempat Bersalin : di rumah sendiri
Penolong : bidan
Usia kandungan : Aterm
Jenis Persalinan : PSP
BBL : 3000gr
Jenis Kelamin : laki-laki
Kondisi : meninggal pada usia 3 bulan
2. Tempat persalinan : di rumah sendiri
Penolong : bidan
Usia kandungan : aterm
Jenis persalinan : PSP
BBL : 3500gr
Jenis kelamin : laki-laki
Kondisi : sehat
3. Tempat persalinan : Rumah Sakit
Penolong : dokter
Usia kandungan : 7 minggu (ABORTUS)
4. Tempat persalinan : di rumah sendiri
Penolong : bidan
Usia kandungan : aterm
Jenis persalinan : PSP
BBL : 3700 gr
Jenis kelamin : perempuan
Kondisi : sehat
5. Tempat persalinan : di rumah sendiri
Penolong : bidan
Usia kandungan : aterm
Jenis persalinan : PSP
BBL : 3200 gr
Jenis kelamin : laki-laki
Kondisi : sehat
6. Tempat persalinan : dirumah sendiri
Penolong : bidan
Usia kandungan : aterm
Jenis persalinan : PSP
BBL : 3100 gr
Jenis kelamin : perempuan
Kondisi : sehat
7. Tempat persalinan : di rumah sendiri
Penolong : bidan
Usia kandungan : aterm
Jenis persalinan : PSP
BBL : 3600 gr
Jenis kelamin : laki-laki
Kondisi : sehat

3.3. Pemeriksaan fisik


Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 76 x/i
Temperatur : 36,80C
TB :150 cm
BB : 42 kg
Status Generalisata
a. Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
THT : Dalam Batas Normal
Mulut : Dalam Batas Normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Pembesaran Tiroid (-)
b. Thorax
C/P : dalam batas normal
c. Abdomen
dalam batas normal
d. Ekstremitas
Superior : Edema (-), Clubbing Finger(-), cacat(-)
Inferior : Edema (-), Clubbing Finger(-), cacat(-)
e. Anus : hemoroid (-)
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo : tampak keluar cairan putih kental dan porsio membesar

3.4 Pemeriksaan Penunjang


3.4.1. Laboratorium
Darah Rutin Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 8,8 g% 12 – 16 g%
Eritrosit 3,95 103/mm3 3,8 – 5,8 103/mm3
Leukosit 6,4 103/mm3 5 – 11 103/mm3
Hematocrit 28,2 % 37 – 47 %
MCV 71,4 FL 76 - 96 FL
MCH 22,3 Pg 27 – 32 Pg
MCHC 31,2 g% 30 – 35 g%
Trombosit 475 103/mm3 150 – 450 103/mm3
Bleeding Time 2 menit < 5 menit
Clothing Time 7 menit 5 – 11 menit
Golongan Darah A rhesus +

3.4.2. USG
Melalui transvaginal : terdapat gambaran mioma.

3.5. Diagnosa Kerja


Myomgeburt + anemia
3.6. Rencana Penatalaksanaan
 Mieimektomi dengan cara ekstirpasi
 Transfuse darah PRC 2-3 bag
 Cairan infus: RL 20 gtt/menit
 Antianalgetic: Ketorolac 1 amp/ 24 jam
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Resume

Pasien datang ke Poliklinik Obgyn dengan keluhan keluar cairan kental berwarna
putih dari vagina ± 8 bulan, yang belakangan ini semakin banyak (±2 minggu). Os juga
mengeluhkan nyeri pada pinggang dan panas pada pinggang. Os juga mengatakan bahwa
jika setelah melakukan hubungan intim cairan kental keluar disertai bercak darah, sakit
kepala (+). Pada pemeriksaan dalam (spekulo) ditemukan porsio bengkak. Pada
pemeriksaan laboratorium Hb : 8,8 g%. Pada pemeriksaan USG transvaginal
menunjukkan gambaran mioma uteri.

4.2. Diskusi
No Kasus Teori
1 Gambaran Klinis Hal ini sesuai dengan teori,
keluar cairan kental berwarna putih dari vagina yaitu keputihan dan
± 8 bulan. Os juga mengeluhkan nyeri pada perdarahan yang abnormal
pinggang dan panas pada pinggang. Os juga (bercak darah setelah
mengatakan bahwa jika setelah melakukan melakukan hubungan intim),
hubungan intim cairan kental keluar disertai nyeri pada pinggang.
bercak darah. Pada pemeriksaan dalam
(spekulo) ditemukan porsio bengkak.
2 USG Hal ini sesuai dengan teori,
Menunjukkan gambaran myomgeburt yaitu pada USG di dapatkan
myomgeburth.
3 Recana penatalaksanaan Hal ini sesuai dengan teori,
 Mieimektomi dengan cara yakni penatalksanaannya ada
ekstirpasi miomektomi dengan cara
 Transfuse darah PRC 2-3 bag ekstirpasi dan pemberian
 Cairan infus: RL 20 gtt/menit analgetik.

 Antianalgetic: Ketorolac 1 amp/


24 jam.
BAB 5
KESIMPULAN

1. Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang sering disebut dengan
istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid.
2. Manifestasi klinis dari mioma uteri adalah perdarahan abnormal, rasa nyeri dan gejala dan
tanda penekanan.
3. Pemeriksaan fisik dari mioma uteri biasa dilakukan pemeriksaan dalam dengan tanda
ditemukannya porsio yang bengkak. Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan USG.
4. Penatalaksanaan yang dilakukan dapat berupa miomektomi dengan cara eksttirpasi dan
histerektomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Preterm Labor and Preterm Birth [internet]. American College of Obstetricians and
Gynecologists; 2. Available from
http://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq087.pdf.
2. Manuaba I.B.G., Manuaba Chandranita, Manuaba Fajar. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC; 2007
3. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 [internet]. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2011. Available from http://www.depkes.go.id/downloads/Profil2011-v3.pdf
4. Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) 2012 – 2016 [Internet]. Departemen
Kesehatan Indonesia; 2013. Available from
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/emas/expandingmaternal-and-neonatal-
survival-emas-2012-2016
5. Prediksi Persalinan Preterm [internet]. Health Technology Assessment Indonesia; 2010.
Available from http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com
6. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo;
2014.
7. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo;
2005
8. Cardiovascular disease (CVDs) [internet]. World Health Organization (WHO); 2013
[cited 2014 Jan 29]. Available from
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/index.html
9. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005 [internet]. World Health Organization
(WHO); 2008 [cited 2014 Jan 29]. Available from
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf
10. Cunningham F.G, Leveno K.J, Bloom S.L, Hauth J.C, Rouse D.J, Spong C.Y. Obstetri
Williams Edisi 23 vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.

Anda mungkin juga menyukai