Anda di halaman 1dari 18

TAZKIYATUN NAFS

PENULIS :

YUANDA KUSUMA

(18790005)

PASCASARJANA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INTERDISIPLINER

MALANG,2018

1
COVER..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.................................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................................
B.................................................................................................................................Rumus
an Masalah.................................................................................................................
C.................................................................................................................................Tujuan
....................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.................................................................................................................................Penger
tian Tazkiyatun Nafs...................................................................................................
B.................................................................................................................................Prinsip
-Prinsip Tazkiyatun Nafs............................................................................................
C.................................................................................................................................Metod
e Tazkiyatun Nafs.......................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.................................................................................................................................Kesim
pulan...........................................................................................................................
B.................................................................................................................................Kritik
dan Saran....................................................................................................................
DaftarPustaka

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perspektif pendidikan Islam, jiwa merupakan substansi dari manusia yang
harus diarahkan kepada kesempurnaan akhlak, dan itulah merupakan salah satu tujuan
akhir pendidikan islam. Pendidikan Islam yang berorientasi kepada .pembentukan dan
pembinaan akhlak inilah yang relevan dengan misi dan tugas Muhammad SAW. Ketika
pendidikan Islam diarahkan mencapai derajat kemuliaan akhlak, maka itu akan membawa
kepada bangkitnya ruh pendidikan Islam secara hakiki.
Maka terdapat beberapa metode yang ditempuh dalam melaksanakan pendidikan
akhlak dan pembinaan mental Salah satu diantaranya adalah metode Pembersihan Diri
(Tazkiyah al-nafs) Metode ini banyak dikaji al-Ghazali dalam ajaran akhlak tasawufnya
yang banyak dimuat dalam buku ihya’ulumuddin. tema sentral kitab ihya’ul ulumuddin
berkisar pada pembentukan manusia yang taat, yang memiliki keserasian hubungan
dengan tuhan, manusia, dan dirinya sendiri.
Tazkiyatun aI-Nafs adalah salah satu metode dalam pembinaan jiwa dan
pendidikan akhlak manusia.Tazkiyatun al-Nafs seacara etimologis mempunyai dua
makna yaitu penyucian dan penyembuhan. Menurut lstilah berarti penyucian jiwa dari
segala penyakit dengan menjadikan asma dan sifat Allah sebagai akhlaknya (Takhalluq)
yang pada akhirya tazkiyah adalah tathahhur, tahaqquq dan takhalluq
Tazkiyah al-nafs hanya bisa dicapai melalui ibadah dan amal perbuatan yang
dilaksanakan secara sempurna dan memadai. Pada saat itulah akan terealisir, dalam hati
sejumlah makna yang menjadikan jiwa tenang. Hasil yang paling nyata dari jiwa yang
tenang adalah adab yang baik kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia.
Berdasarkan paparan di atas maka penulis hendak menulis makalah dengan judul
Metode Tazkiyatun Al-Nafs untuk memahami lebih dalam mengenai Tazkiyatun Al-nafs
pengertian, konsep serta metodenya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tazkiyatun nafs?
2. Bagaimnana konsep Tazkiyatun nafs?
3. Bagaimana metode Tazkiyatun nafs?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Tazkiyatun nafs
2. Untuk mengetahui konsep Tazkiyatun nafs
1
3. Untuk mengetahui metode Tazkiyatun nafs

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tazkiyatun Nafs


Tazkiyah al-Nafs menurut bahasa berarti pembersihan jiwa, penyucian diri.
Kata Tazkiyah berasal dari bahsa arab yakni masdar dari zakka. Tazkiyah al-nafs tidak
akan diperoleh kecuali melalui tathir aI-nafs sebelumnya. Kebalikan tazkiyah al-nafs
adalah tadsiyah al-nafs. jika tazkiyah al-nafs mengangkat jiwa manusia ke tingkat
yang lebih tinggi sebaliknya tadsiyah al-nafs menjatuhkan jiwa manusia ke tingkat
yang rendah
Fakhrurozi mengartikan tazkiyah dalam tafsir Al-kabir dengan tathir dan
tanmiyat yang berfungsi untuk memotivasi seseorang dalam beriman dan beramal
saleh. Sedangkan Muhammad Abduh mengartikan tazkiyatu al-nafs dengan
tarbiyatun nafs (pendidikan jiwa) yang kesempurnaan dapat dicapai dengan tazkiyah
aql (penyucian akal) dari aqidah yang sesat. Sedangkan tazkiyah al-aql
kesempumaannya dapat dicapai dengan tauhid yang murni.
Sardar mengartikan tazkiyah al-nafs sebagai pembangunan karakter atau
watak dan transformasi dan personalitas manusia, dimana seluruh aspek kehidupan
memainkan peranan penting dalam prosesnya. Tazkiyah sebagai konsep pendidikan
dan pengajaran tidak saja membatasi dirinya pada proses pengetahuan sadar, akan
tetapi lebih merupakan tugas untuk memberi bentuk pada tindakan hidup taat bagi
individu yang melakukannya
Anshari mengartikan tazkiyah al-nafs sebagai upaya psikologis dari agen
moral untuk membasmi kecenderungan-kecenderungan jahat yang ada dalam jiwa
dalam mengatasi konflik batin antara nafs al-lawwamah dan nafs al-amarah. Dalam
upaya ini manusia dapat mengatasi konflik, tumbuh sebgai pribadi yang kuat dan
mampu melakukan aksi sesuai dengan aturan moral.
Sedangkan al-Ghazali mengartikan tazkiyah al-nafs dengan takhliyatun nafs
atau mengosongkan diri dari akhlak tercela dan itu terdapat dalam ruh muhlikat, dan
mengisinya dengan tahliyatun nafs yaitu mengisi dengan akhlak telpuji dan hal itu

3
terdapat dalam ruh munjiyat. Dengan bebasnya jiwa dari akhlak tercela dan penuh
dengan akhlak terpuji, orang akan mudah mendekatkan diri kepada Allah SWT. 1
Sedangkan Al-Nafs sama dengan makna ruh yang berarti jiwa. 2 Untuk
mendefiniskan jiwa nampaknya sulit karena merupakan sesuatu yang tidak bisa
dijangkau oleh pikiran manusia, bahkan untuk membuktikannya pun tidak bisa.
Manusia hanya bisa menangkap gejala-gejala jiwa, jiwa merupakan rahasia Allah
dalam Ciptan-Nya dan ayat-ayat-Nya yang ada dalam diri hambanya yang merupakan
teka-teki Allah yang belum terpecahkan.3 Meskipun demikian manusia sejak
perkembanganya ingin selalu mengetahui dan terus-menerus berusaha memahanlinya,
mengetahui hakekatnya hubungan jiwa dengan badan dan akhir kesudahannya.
Nafs mempunyai beberapa makna yaitu;
1. Nafs yang berkaitan dengan syahwat atau hawa. Hawa berasal dari bahasa
Arab sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Nasiyat 79: 40. artinya dan adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya. Yaitu hawanya mata, telinga, mulut kemaluan otak dan
lain-lain.
Hawa-hawa atau syahwat inilah selalu cenderung kepada asal kejadiannya
yaitu saripati tanah, dengan demikian nafs berarti fisik (tanah yang diberi bentuk).
Dia akan bergerak secara naluri mencari bahan-bahan materi asal fisiknya ketika
keurangan energi atau unsur-unsur asalnya, maka ia akan segera mencari atau ia
akan berkata saya lapar, saya haus
2. Nafs yang berarti jiwa, jiwa mempunyai beberapa sifat yaitu; nafs
lawwamah (pencela),nafs mutmainnah (tenang),nafs ammarah bi al-Su
(senantiasa menyuruh berbuat jahat).Sebagaimana dijelaskan dalam Qs. al-Fajr:
27-28,al-Qiyamah: 2, QS.Yusuf:53.4

1 Masyhuri. Prinsip-prinsip tazkiyah al-nafs dalam Islam dan hubungannya dengan kesehatan mental. Jurnal
Pemikiran Islam. Vol 37, No. 2 Juli- Desember 2012. Hal 96-98)

2 Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, Juz 1 (Kairo: 1972), Hal. 940

3 Ibrahim Madkhour, Fi al-Falsafah al-Islamiyah Manhaj wa Tatbiquhu diterjemahkan oleh Yulian

Wahyudin, Asmin dan Ahmad Halim Mudzakir dengan judul Filsafat Islam Metode dan Penerapannya (Jakarta:

Rajawali, 1991), h. 167


4
B. Konsep Tazkiyatun Nafs
Konsep Tazkiyah al-nafs menurut al-Ghazali Konsep Tazkiyah al-nafs menurut
al-Ghazali secara umum didasarkan atas ruh-rub yang terdapat dalam kitab ihya’ul
ulumuddin yang terdiri dari:
1. Ruh Ibadah
2. Ruh al-adat
3. Ruh al-akhlak yang terdiri dari akhlak al-muhlikat dan akhlak al-munjiyat.
Ruh al-ibadah yaitu bagian-bagian yang membahas tentang ibadah yaitu yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT. Rug ini berbicara tentang
keutamaan ilmu, aqidah, thaharah, rahasia sholat. puasa, haji dan zikir. Ruh al-adat
yaitu bagian-bagian yang membahas tentang hubungan manusia dengan
lingkungannya
Ruh al-adat yaitu Ruh ini berbicara tentang tata cara pergaulan, pernikahan,
adab mencari penghidupan dan ketentan halal dan haram.
Ruh al-muhlikat yaitu bagian bagian yang membahas tentang hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, khususnya membahas tentang akhlak tercela yang
harus dihindari oleh setiap orang. Ruh ini berbicara tentang penyakit jiwa seperti
bahaya lidah,sifat dengki,marah,bakhil,dan bahaya akan kecintaan pada dunia.
Ruh al-Munjiyat yaitu bagian bagian yang membahas tentang hubungan
manusia dengan dirinya, khususnya membahas tentang sifat-sifat terpuji yang harus
dimiliki oleh setiap manusia. Dan ruh ini menjadi obat bagi orang yang mengalami
gangguan kejiwaan. Dalam pengertian tazkiyah al-nafs dalam kitab ihya’ul
ulumuddin yang banyak membahas tentang tazkiyah itu sendiri yaitu kitab tentang
ilmu, aqidah, thaharah dalam beribadah, serta kitab tentang keajaiban Jiwa dan latihan
kejiwaan dalam ruh al-muhlikat
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa konsep tazkiyah al-
nafs menurut Al-Ghazali dalam Ihya’ulumuddin memiliki cita atau ide yang luas.
Idenya diletakkan dan dibina di atas landasan ibadah, mu’amalah, dan akhlak dalam
arti yang luas, serta bertujuan membentuk keharmonisasian hubungan manusia
dengan Allah dan sesamanya, dengan makhluk lain dan dirinya sendiri. Pembentukan
hubungan manusia dengan Allah terutama ditempuh dengan jalan ibadah, dengan
sesama manusia dan makhluk lain ditempuh melalui jalan mu’amalat dan dalam

4 Fatimah Halim. Kajian Kritis Terhadap Pemikiran Tentang Jiwa (Al-Nafs) Dalam Filsafat Islam. Aldaulah. Vol. 1
No. 2. Juni 2013
5
berhubungan dengan diri sendiri ditempuh dengan ajaran akhlak. Dengan demikian,
pola pembentukan hubungan manusia menurut tazkiyah al-nafs bersifat tiga arah,
yaitu vertical (Allah), horizontal (sesama manusia dan makhluk lain) dan individual
(diri manusia sendiri). Karena luasnya ide tazkiyah al-nafs yang terkandung dalam
Ihya’Ulumuddin, tazkiyah dari segi pendidikan tidak saja berarti pembersihan dari
ibadah, al-adat, dan akhlak tercela,tetapi juga berarti pembinaan diri dengan ibadah,
al-adat, dan akhlak yang terpuji. Sedangkan tazkiyah dari segi kejiwaan tidak terbatas
artinya pada ilmu penyakit dan sebab-sebabnya, tetapi juga berarti ilmu pengobatan
dan pembinaan diri. Dengan kata lain, tazkiyah al-nafs dari segi kejiwaan adalah
konsep pembentukan jiwa yang tahir, zakiyah, dan mutmainnah yang dimiliki oleh
orang-orang yang taqwa, taat dan beramal saleh. Konsepnya ditandai dengan banyak
ibadah kepada Allah dalam hubungannya dengan manusia dan makhluk, berakhlak
mulia, dan sehat jiwa. Konsep atau pola tazkiyah adalah pola kehidupan yang baik,
pola kehidupan orang yang bertaqwa dan pola kehidupan orang yang beriman dan
beramal saleh.

C. Metode Tazkiyatun Nafs


Dalam Al-Quran Allah menegaskan, bahwa kalau kita ingin menjadi
manusia yang beruntung, harus gemar membersihkan jiwa dan berusaha sekuat
tenaga menjauhkan diri dari hal-hal yang akan mengotorinya.
Adapun metode yang ditempuh untuk mendapatkan jiwa yang suci sebagai berikut:
1. Muhasabatunnafs
Muhasabatunnafs artinya mengoreksi diri. Apabila kita merasa jiwa ini kotor,
segera bersihkan dengan taubat dan peningkatan amaliah-amaliah yang saleh.

‫ت لذيغدَد يوُٱلتنقوُا۟ ٱ ل ي‬
‫ل‬ ‫ل يوُتليتن ن‬
‫ظتر ينتف س‬
‫س لماَ يقلديم ت‬ ۟ ‫ييٰ ٰأ ييييهاَ ٱللذذيين يءايم ن‬
‫نوُا ٱلتنقوُا۟ ٱ ل ي‬
‫إذلن ٱ ل ي‬
‫ل يخذبيسرۢ ذبيماَ يتتعيمنلوُين‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

6
2. Taubat
Taubat artinya perbaikan diri. Taubat merupakan tindak lanjut dari
introspeksi diri. Saat kita melaksanakan introspeksi diri, tentu kita akan
menemukan kekurangan-kekurangan diri. Apabila kita mampu memperbaiki
diri dan tidak mengulangi lagi, berarti kita telah melakukan taubat.
‫ع‬ ‫ة‬ ‫ع ع‬
‫ضتت ُ أتع تددت ت ت‬
‫تت‬ ‫تتت ُ لواَ تللت تتر أ‬ ‫لولستتاَ عرعأتوُاَ ُ إعت ل لل تت ُ لم تتغ تف تلرةتت ُ م تتنتت ُ لر تبتأك تتمتت ُ لولج تنتد تةتت ُ لع تتر أ‬
‫ض تلهتتاَ ُاَل دست تلمتتاَ لواَ أ‬
‫يت ت‬ ‫ع ع‬
‫لتتلتأمتتتد تق ت ل‬

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada


surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang
yang bertakwa”.
3. Mengisi detik-detik yang dilewati dengan berbagai amal saleh
Jiwa akan bersih apabila kita mengisi detik-detik yag dilewati dengan
amaliah saleh. Tetap konsisten dalam melakukan kebajikan. Rasulullah SAW.
bersabda,
“….Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan
sebelum kamu bosan dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah
amal yang kontinu (terus menerus) walaupun sedikit”. (H.R. Bukhari)
4. Bergaul dengan orang-orang saleh
Manusia adalah makhluk sosial. Dengan demikian, lingkungan memiliki peran
penting dalam pembentukan karakter dan kepribadiannya.
Kalau kita ingin memiliki jiwa yang bersih, bergaulah dengan orang-orang
yang jiwanya bersih.

ُ‫ك يعتننهتم‬‫ك يميع ٱللذذيين ييتدنعوُين يرلبنهمُ ذبٱتليغيدوُٰذة يوُٱتليعذشىِى نيذريندوُين يوُتجيهنهۥ يوُيل يتتعند يعتييناَ ي‬ ‫صذبتر ينتفيس ي‬
‫يوُٱ ت‬
َ‫نتذريند ذزيينية ٱتليحييوُٰذة ٱليدتنيياَ يوُيل نتذطتع يمتن أيتغيفتليناَ يقتليبنهۥ يعن ذذتكذريناَ يوُٱلتيبيع يهيوُىَٰنه يوُيكاَين أيتمنرهنۥ فننرططا‬

“Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang


menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan- Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
7
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah
kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.”
5. Menghadiri majlis ta’lim
Orang yang berada di majlis ilmu untuk belajar bersama dengan orang-
orang saleh, untuk mengingat Allah, ikhlas untuk mencari keridloan-Nya,
akan mendapatkan rahmat dari-Nya dan jiwanya akan suci. Rasulullah saw.
bersabda,
“Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah kecuali malaik
at akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat, dan diturunkan
ketenangan kepada mereka…” (H.R. Muslim).\
6. Doa
Berdoa dengan penuh kerendahan hati adalah cermin dari hamba
yang tunduk, patuh hanya kepada Allah, menyerahkan seluruh
kehidupannya secara total kepada Allah. Allah SWT. berfirman,

‫ب ُلأكتم ُإعدن ُٱلدعذيِلن ُيِلتستلتكع أبولن ُلعتن ُععلباَلدعتىِ ُلسيلتدأخألوُلن ُلجلهندلم ُلداَعخعريِن‬ ‫ع‬
‫لولقاَلل ُلربأكأم ُٱتدأعوُعنٓ ُألتستلج ت‬
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Syahr bin Hausyah r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada


Ummu Salamah, “Wahai ibu orang-orang yang beriman, doa apa yang selalu
diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?” Ia menjawab, “Doa yang
banyak diucapkan ialah,
“ Ya Muqllibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinika (wahai yang membolak
balik jiwa, tetapkanlah jiwaku pada agama-Mu).” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi).
Itulah enam cara agar kita termasuk orang-orang yang mensucikan jiwa.
Jiwa kita akan terkotori dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan amalan-amalan
yang mendatangkan murka Allah SWT. Artinya, setiap kali kita melakukan
kemaksiatan berarti kita sedang mengotori jiwa. “Dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotori jiwanya”.
8
Selain yang dikemukakan diatas, proses tazkiyatun nafs itu bisa melalui usaha
sebagai berikut:
1. Mengeluarkan Zakat atau Infaq, sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Quran ayat berikut:

‫ك ُلسلكمن ُدلأتم ُلوٱللدأه ُ لعسيمع ُلععليمم‬ ‫ع‬ ‫عع‬ ‫ع‬


‫صبل ُلعلتيعهتم ُإعدن ُ ل‬
‫صللوُتل ل‬ ‫صلدقلةة ُتأطلبهأرأهتم ُلوتأتلزبكيعهم ُ لباَ ُلو ل‬
‫أختذ ُمتن ُألتمللوُلتم ُ ل‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
2. Takut terhadap siksaan Allah dan menjalankan ibadah shalat,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:

ُ ۗ ٓ‫ع ُأمثُتتلقلمة ُإع ل لل ُعحتلعلهاَ ُلل ُ أتيلمتل ُعمتنأه ُلشتىِمء ُلولتوُ ُلكاَلن ُلذاَ ُقأتترل لب‬
‫لولل ُتلعزأر ُلواَعزلرمة ُعوتزلر ُ أتخلرلى ُۚ ُلوعإن ُتلتد أ‬
ُۚ ‫ة ُ ُلولمن ُتلتلزدكلىِ ُفلعإدلناَ ُيِلتتلتلزدكلىِ ُعلنلتتفعسۦعه‬ ‫ ُإعدلناَ ُأتنعذر ُٱلدعذيِن ُليتلشوُلن ُربتدأهم ُعبٱِلتغلتي ع‬
‫ب ُلوأللقاَأموُاَ۟ ُٱل د‬
ۚ ‫صللوُل‬ ‫أ ل ت ل‬
‫ع ع ع‬
‫ ُلوإلل ُٱللده ُٱلتلمصيأ‬
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. dan jika
seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu
tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun
meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya
yang dapat kamu beri peringatan Hanya orang-orang yang takut
kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan
mereka mendirikan sembahyang. dan barangsiapa yang mensucikan
dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan
kepada Allahlah kembali(mu)”.

3. Menjalankan pergaulan hidup secara terhormat (dengan menjaga


kesucian kehidupan seksual), sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
9
ُ ‫فلتعإتتنتت ُ للتتت ُ لعتت تأد تواَ ُ فعتتي لهتتاَ ُ ألتلحتةد تاَ ُ فلتللتت ُ تلتتد تأختلتأتوُلهتتاَ ُ لحت د لتت تت ُيِأتتؤلذ تلنتت ُ لتأكتتمتت ُ ۖ ُ لوإعتتنتت ُ قعتتي للتت ُ لتأك تأمتت‬

‫اَ ترعجتعأتوُاَ ُ فتلتاَ ترعج تعأتوُاَ ُ ۖ ُ أه تلوُتت ُ ألتتزلك تلىِتت ُ لتأك تتمتت ُ ۚ ُ لواَل لتد تهأتت ُعبلتتاَ ُتل تتع تلم تلتأتوُلنتت ُ لع تلعتتي مم ت‬
“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah
kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan
kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu
bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

‫ع‬ ‫ضت توُاَ ُ عم تنتت ُ ألتب ت ع‬ ‫ع عع‬


‫صتتاَ عره تتمتت ُ لو لتيت تلف تظأتوُاَ ُ فأ تأرولج تأه تتمتت ُ ۚ ُ للذت تل ت ل‬
ۗ ُ ‫كتت ُ ألتتزلك تلىِتت ُ لتأتتمتت‬ ‫يتت ُيِل تغأت ب ت ت ل‬ ‫قأتتلتت ُ لتتلتأم تتؤم تن ت ل‬
‫ع‬
‫ ُ إعتدنتت ُاَل لتد تهلتت ُ لخ تبعتيمتت ُ بلتتاَ ُ يِلت ت‬
‫صتتنل تعأتتوُلن ت‬
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat".

4. Proses pendidikan sebagaimana dilakukan Nabi kepada umatnya,


sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:‘

‫ع‬ ‫ربدت تنتتاَ ُ واَب تع ت ت ع‬


ُ ‫بتت‬ ‫ثتت ُ فتتي عه تتمتت ُ لرأستتوُةلتت ُ عم تتن تأه تتمتت ُيِلت تتت تلتأتوُ ُ لع تل تتي تعه تتمتت ُآ يِتلتاَ تعت ل‬
‫كتت ُ لويِأتلع تلتب تأم تأه تأمتت ُاَ لتتك تتلتتاَ ل‬ ‫ل ل ل تل‬
‫تتت ُاَ لتتلع تعزيِ أزتت ُاَ تللت تعكتتي أم ت‬ ‫لواَ تلعت تتك تلم تةلتت ُ لويِأتلزبكتتي عه تتمتت ُ ۚ ُ إعتنتدت ل‬
‫كتت ُ ألتنتت ل‬
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana”.

10
‫ثتت ُ فعتتي عه تتمتت ُ لرأستتوُةلتت ُ عم تتنتت ُ ألتنت تأف تعس تعه تتمتت ُيِلت تتت تلتأتوُ ُ لع تلتتي تعه تتمتت ُآ يِتلتاَ تعتعهت‬
‫يتت ُ إعتتذتت ُبل تلع ت ل‬ ‫عع‬
‫لتلقتتدتت ُ لم تدنتت ُاَل لتد تهأتت ُ لع تلتتىِ ُاَ لتتأم تتؤم تن ت ل‬
‫ضتللت تةلتت ُ أم تبعت ة‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫يت ت‬ ‫بتت ُ لواَ تلت تتك تلم تةلتت ُ لوإعتتنتت ُلكتتاَ نأتوُاَ ُ م تتنتت ُ قل تتب تألتت ُ لتفتتيِ ُ ل‬
‫ ُ لويِأتلزبكتتي عه تتمتت ُ لويِأتلع تلتب تأم تأه تأمتت ُاَ لتتك تتلتتاَ ل‬
‫‪“Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang‬‬
‫‪beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan‬‬
‫‪mereka‬‬ ‫‪sendiri,‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪membacakan‬‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪mereka‬‬ ‫‪ayat-ayat‬‬ ‫‪Allah,‬‬
‫‪membersihkan‬‬ ‫)‪(jiwa‬‬ ‫‪mereka,‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪mengajarkan‬‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪mereka‬‬
‫‪Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan‬‬
‫‪Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.‬‬

‫يتت ُ لرأستتوُةلتت ُ عم تتن تأه تتمتت ُيِل تت تلتأتوُ ُ لع تلتتي تعه تتمتت ُآ يِتلتاَ تعتعهتت ُ لويِأتلزبكتتي عه تتمتت ُ لويِأتلع تلتب تأم تأه تأمتت ُ‬ ‫ع‬
‫أهتلوُتت ُاَ لتد تذتتيِ ُبل تلع ت ل‬
‫ثتت ُ عفتت ُاَ تلأت تبمت تيتب ت ل‬
‫ض تللت تةلتت ُ أم تبعت ة‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫يت ت‬ ‫بتت ُ لواَ تلت تتك تلم تةلتت ُ لوإعتتنتت ُلكتتاَ نأتوُاَ ُ م تتنتت ُ قل تتب تألتت ُ لتفتتيِ ُ ل‬
‫اَ لتتكتتلتتاَ ل‬
‫‪“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di‬‬
‫‪antara‬‬ ‫‪mereka,‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪membacakan ayat-ayat-Nya kepada‬‬ ‫‪mereka,‬‬
‫‪mensucikan mereka‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪mengajarkan mereka‬‬ ‫‪Kitab‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪hikmah‬‬ ‫‪(As‬‬
‫‪Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan‬‬
‫”‪yang nyata,‬‬

‫‪5.‬‬ ‫‪Melalui karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang‬‬


‫‪dikehendaki-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:‬‬
‫يِتتاَ ُ ألتيِبت تهتتاَ ُاَ لتد تعذ تيِ نتت ُآ م تنأتوُاَ ُ للتت ُتل تتتد تبعتع توُاَ ُ خ تطأتوُاَ ع‬
‫تتت ُاَل دشت تي تطتلتاَ عنتت ُ ۚ ُ وم تنتت ُيِ تتتد تبعتعتت ُ خ تطأتوُاَ ع‬
‫تتت ُاَل دشت تتي تطتلتاَ عن ت‬ ‫لل ت ل ت أ ل‬ ‫ت‬ ‫أ أ ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل‬
‫ض تألتت ُاَل لتد تعهتت ُ لع تل تتي تأك تتمتت ُ لولرتحلت تتأتهأتت ُ لمتتاَ ُ لزلك تلىِتت ُ عم تتن تأك تتمت‬ ‫ع‬
‫فلتعإتنتدتهأتت ُ يِلتأتتأم تأرتت ُ بتعتاَ لتتلف تتح تلشتتاَ ءتت ُ لواَ لتتأم تتن تلك تعرتت ُ ۚ ُ لول تتوُللتت ُ فلت ت‬

‫ ُ عمتتنتت ُ ألتلحتةدتت ُ ألتبلتةد تاَ ُ لو للت تعك تدنتت ُاَل لتد تهلتت ُيِأتلزبكتتيِ ُ لم تتنتت ُ يِلتلشتتاَ ءتأت ُ ۗ ُ لواَل لتد تهأتت ُ لعس تتي معتت ُ لع تلعتتي مم ت‬
‫‪“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-‬‬
‫‪langkah syaitan. barangsiapa‬‬ ‫‪yang mengikuti langkah-langkah‬‬ ‫‪syaitan,‬‬
‫‪Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan‬‬
‫‪11‬‬
yang mungkar. sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada
kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan
siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”.

‫ألتللتتت ُتل تلرتت ُ إعتللتت ُاَ لتد تعذ تيِ لنتت ُيِأتلزبكتتوُلنتت ُ ألتنت تأف تلس تأه تتمتت ُ ۚ ُ بلتعلتت ُاَل لتد تهأتت ُيِأتلزبكتتيِ ُ لم تتنتت ُ يِلتلشتتاَ ءتأت ُ لوللتت ُ يِأتظتتل تأمتتوُلنتت ُ فلتتعتتي ةلت ت‬
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya
bersih?. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
mereka tidak aniaya sedikitpun”.

Selain yang disebutkan di atas, terdapat pula metode yang digunakan


untuk tazkiyatun nafs, yakni sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas spritual.
Yaitu dengan memprbanyak beribadah, namun yang menjadi fokus utama
adalah ketaatan menjalankan ibadah puasa, baik puasa wajib (ramadhan)
ataupun sunah (tiga hari setiap bulan, senin kamis atau puasa nabi Daud as.)
2. Meningkatkan kualitas mental.
Yaitu senantiasa belajar dan berlatih membiasakan diri berpikir positif,
bersikap positif, berprilaku positif, bertindak positif, dan berpenampilan
positif.
3. Meningkatkan kualitas sosial.
Yaitu senantiasa belajar dan berlatih melihat, menyaksikan, dan turut
merasakan penderitaan orang lain. Sesering mungkin melihat ke bawah,
yakni kepada orang-orang yang lebih susah dan mengalami kekurangan
ekonomi, namun sebagian mereka tetap tabah dan penuh rasa percaya diri
di hadapan Allah SWT. Sesering mungkin memberikan bantuan kepada
orang yang benar-benar membutuhkannya, baik berupa material, finansial,
moral maupun spiritual.
4. Meningkatkan wawasan tentang orang-orang yang berjiwa besar dan sehat
secara holistik.
12
Yaitu dengan cara mempelajari riwayat hidup mereka. Seperti sejarah para
Nabi, sahabat-sahabat beliau, serta auliya-Nya.
5. Meminta bimbingan ahlinya.
Sebab dengan melalui ahlinya maksud dan tujuan tazkiyatun nafs akan
dapat tercapai dengan cepat, tepat mantap, dan menyelamatkan.

Apabila semua metode di atas telah senantiasa dapat dilaksanakan secara


konsisten, niscaya kondisi jiwa tetap senantiasa berada dalam limpahan nur-Nya,
baik dalam kondisi lapang maupun dalam kondisi sempit. Sehingga
ia akan selalu dapat menghalau dorongan hawa syahwat, kesenangan, kecintaan,
dan kemabukan terhadap hal-hal yang menimbulkan syirik, dosa,
dan sifat rendah lainnya. Bahkan hakikat dan energi dari dorongan itu menjauh
dari jiwa itu. Hal itu disebabkan karena rasa takut dan hormatnya
terhadap jiwa yang telah menerima ketajallian cahaya Tuhannya menuju
kesucian dan keagungan jiwa itu.5
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang tertarik untuk mengkaji serta memahami
eksistensi dan gejala jiwa, maka ia terlebih dahulu mengkaji dan memahami jiwanya
sendiri dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang jiwa (nafs) ini tidak akan
mungkin diraih dengan sempurna, lengkap dan utuh tanpa melalui
penghayatan dzauq (rasa yang dalam), kasyaf (ketersingkapan mata batin)
dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku). Potensi ini
akan hadir dalam jiwa yang suci. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah
SWT.

‫لونل تتفت ة‬
َ‫( ُ قلتتدتت ُ ألتفت تلتلحتت ُ لم تتنتت ُ لزدكتتاَ لهتتا‬8 )ُ َ‫( ُ فلتألتتلتلتلم تلهتتاَ ُ فأتأجتتوُلرلهتتاَ ُ لوتل تتق تلوُاَ لهتتا‬7 )ُ َ‫ستت ُ لولمتتاَ ُ لس تدوُاَ لهتتا‬

(10 )ُ َ‫بتت ُ لم تتنتت ُ لدتدستتاَ لهتتا‬


‫( ُ لوقلتتدتت ُ لختتاَ ل‬9 )ُ
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

5 Hamdani Bakran Adz-Dzakiy, Psikologi Kenabian; Prophetic Psychology: Menghidupkan Potensi dan
Kepribadian Kenabian dalam Diri, (Yogyakarta, Beranda Publishing, 2007), hlm. 115
13
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya”.
Kemenangan dan keberuntungan akan selalu dapat diraih oleh orang- orang yang
mensucikan jiwanya, sehingga ia dapat menangkap isyarat ketakwaan,
Itulah jiwa muthmainnah, radhiyah dan mardhiyah. Sedangkan kekalahan dan
kerugian akan selalu diterima oleh orang-orang yang mengotori.
dan memberi penyakit pada jiwanya, sehingga ia lebih memilih isyarat
kefasikan dan kejahatan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Ghazali mengartikan tazkiyah al-nafs dengan takhliyatun nafs atau
mengosongkan diri dari akhlak tercela dan itu terdapat dalam ruh muhlikat, dan
mengisinya dengan tahliyatun nafs yaitu mengisi dengan akhlak telpuji dan hal itu
terdapat dalam ruh munjiyat. Dengan bebasnya jiwa dari akhlak tercela dan penuh
dengan akhlak terpuji, orang akan mudah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Konsep Tazkiyah al-nafs menurut al-Ghazali Konsep Tazkiyah al-nafs menurut
al-Ghazali secara umum didasarkan atas ruh-rub yang terdapat dalam kitab
ihya’ul ulumuddin yang terdiri dari:
1. Ruh Ibadah
2. Ruh al-adat
3. Ruh al-akhlak yang terdiri dari akhlak al-muhlikat dan akhlak al-munjiyat
Sedangkan kaitannya dengan metode tazkiyah al-nafs, setiap tokoh mempunyai
perbedaan masing-masing, adapaun metode tazkiyah al-nafs menurut penulis
berdasarkan dari berbagai pendapat para tokh dapat disimpulkan sebagai berikut
Muhasabatunnafs, Taubat, Mengisi detik-detik yang dilewati dengan berbagai
amal saleh, Bergaul dengan orang-orang saleh, Menghadiri majlis ta’lim, Doa

15
DAFTAR PUSTAKA

Djohan Effendi, dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan: Ulumul Quran No. 8, Volume II,1991
Fatimah Halim. Kajian Kritis Terhadap Pemikiran Tentang Jiwa (Al-Nafs) Dalam Filsafat Islam.
Aldaulah. Vol. 1 No. 2. Juni 2013

Hamdani Bakran Adz-Dzakiy. 2007. Psikologi Kenabian; Prophetic Psychology:


Menghidupkan Potensi dan Kepribadian Kenabian dalam Diri,. Yogyakarta, Beranda Publishing
Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, Juz 1. Kairo. 1972

Ibrahim Madkhour, Fi al-Falsafah al-Islamiyah Manhaj wa Tatbiquhu diterjemahkan oleh Yulian


Masyhuri. Prinsip-prinsip tazkiyah al-nafs dalam Islam dan hubungannya dengan kesehatan
mental. Jurnal Pemikiran Islam. Vol 37, No. 2 Juli- Desember 2012. Hal 96-98)

Simuh. 1996. Tasawwuf dan Perkembangan Dalam Islam. Jakarta:PT. Raja Grafindo Pustaka,
Wahyudin, Asmin dan Ahmad Halim Mudzakir. 1991 Filsafat Islam Metode dan Penerapannya.
Jakarta: Rajawali

16

Anda mungkin juga menyukai