Penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. Jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan.
Contoh penalaran deduktif :
1. Semua manusia akan mati (premis mayor) 2. Bambang adalah manusia (premis minor) 3. Jadi : Bambang akan mati (konklusi)
2. Pengertian Penalaran Induktif
Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 : 14) istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya :
1. Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau berfikir secara logis.
2. Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengelaman. 3. Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
KBBI : Setelah diketahui (dilihat, diselidiki, dan sebagainya) keadaan yang sebenarnya. Posteriori adalah sebuah analitik yang merupakan bagian dari pengetahuan analitis. Posteriori lebih mengandalkan pada pengalaman. Artinya apa yang dihasilkan merupakan apa yang dia rasakan (merasakan langsung kejadian tersebut). Kelemahannya yaitu kemampuan kognitifnya belum terasah secara maksimal, karena banyak kejadian jika orang yang berpikir seperti ini cenderung kurang bisa dalam memvisualisasikan apa yang dia rasakan kedalam bentuk tulisan. 4. Pengertian Penalaran Apriori KBBI : berpraanggapan sebelem mengetahui (melihat, menyelidiki, dan sebagainya) keadaan yang sebenarnya. Dimulai dengan teori atau penyebab untuk kemudian memastikan penyebab atau ketentuan umum Apriori adalah sebuah analitik yang merupakan bagian dari pengetahuan analitis. Analitik a Priori adalah cara berpikir yang dilakukan sebelum melihat atau mengalami, cara berpikir Analitik a Priori lebih mengandalkan pada kemampuan visualisasi seseorang dalam mengimajinasikan sesuatu dengan menggunakan pendekatan-pendekatan logika tanpa harus merasakan atau mengalaminya terlebih dahulu. Cara berpikir ini dapat melatih kita dalam meningkatkan kemampuan kognitif dalam memandang suatu persoalan, namun kelemahannya yaitu apa yang dihasilkan tidak benar-benar valid karena tidak mengalami kejadian secara langsung.
5. Pengertian Penalaran Empiris
Empirisme merupakan aliran yang megakui bahwa pengetahuan itu pada ahkikatnya berdasarkan pengalam atau empiris melalui alat indera. Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata berdasarkan akal karena dipandang sebagai spekulasi belaka yang tidak berdasarkan realitas, sehingga berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus dan seharusnya berdasarkan kenyataan sejati yakni realitas.
6. Pengertian Penalaran Non Empiris
Empiris yaitu tidak nyata atau tidak benar-benar terjadi dalam masyarakat; tidak sesuai fakta dan masih diragukan kebenarannya. Non empiris berarti selain ilmu - ilmu yang bersifat indrawi, maka dengan sendirinya itu bersumber dari rasio dan pengetahuan intuitif. Pada akhirnya ilmu ini sering di sebut sebagai ilmu pasti, yang didalamnya termasuk logika. Nonempiris tidak berarti empiri atau pengalaman indrawi tidak mempunyai peran. Emipiri/pengalaman indrawi tentu saja selalu memainkan peranan kerana dalam pengenalan manusiawi, unsur-unsur indrawi tidak mungkin dilepaskan dari unusr-unsur intelektual. Suatu ilmu disebut ilmu nonempiris (formal) karena ilmu ini dalam seluruh kegiatannya tidak bermaksud menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Dua contoh ilmu formal atau ilmu nonempiris: matematika, dan filsafat.