Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tak akan terlepas dengan mengeksplorasi segala sumber daya yang
dimilikinya. Dengan cara mencurahkan segala daya dan kemampuanya untuk selalu
berinovasi, menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidupnya menjadi
lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala kemampuanya maka ia akan tertinggal
bahkan tergerus zaman yang terus berkembang. Dalam dunia Pendidikan Inovasi adalah
hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia
pendidikan yang kemudian berimbas pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti:
politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan pendidikan dibutuhkan beberapa langkah untuk
menciptakan pendidikan yang lebih unggul. Langkah-langkah yang dilakukan
merupakan sebuah inovasi untuk menciptakan suatu sistem pendidikan baru serta
meningkatkan efektifitas dalam pendidikan itu sendiri. Inovasi pendidikan menjadi
topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa. Munculnya inovasi pendidikan
dilatarbelakangi oleh tantangan untuk menjawab masalah-masalah krusial dalam bidang
pendidikan; pengelolaan sekolah, kurikulum, siswa, biaya, fasilitas, tenaga maupun
hubungan dengan masyarakat. Inovasi pendidikan yang berlangsung di sekolah
dimaksudkan untuk menjawab masalah-masalah pendidikan yang terjadi di sekolah
guna mendapatkan hasil yang terbaik dalam mendidik siswa. Banyak usaha yang
dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan salah
satunya menerapkan model-model inovasi yang mendukung tercapainya tujuan
pendidikan.
Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua
buah model inovasi yang baru yaitu top-down model dan bottom-up model. Top-
down model yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai
pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan
yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Bottom-up model
2

yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan
sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.

B. Permasalahan
Permasalahan yang dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah model-model inovasi pendidikan yang terbaru?
2. Bagaimanakah ruang lingkup dari masing-masing model inovasi pendidikan
tersebut?
3. Bagaimanakah kelebihan dari masing-masing model inovasi pendidikan tersebut?
4. Bagaimanakah kekurangan dari masing-masing model inovasi pendidikan tersebut ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetatahui model-model inovasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari masing-masing model inovasi pendidikan.
3. Untuk mengetatahui kelebihan dari masing-masing model inovasi pendidikan.
4. Untuk mengetatahui kekurangan dari masing-masing model inovasi pendidikan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL-MODEL INOVASI PENDIDIKAN


Secara umum ada dua model inovasi pendidikan, yaitu model “top down
innovation” dan model “bottom up innovation”
1. Top Down
Pengertian Top Down Inovation
Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,
meningkatkan efisiensi waktu dan sebagainya. Inovasi ini di terapkan kepada bawahan
dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan memaksakan apa yang menurut
atasan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak berwewenang
untuk menolak pelaksanaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa top down innovation sama
halnya dengan pendidikan yang otoriter. Contoh adalah yang dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Seperti penerapan kurikulum, kebijakan
desentralisasi pendidikan dan lain-lain.
Pelaksanaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan
seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing
cenderung merupakan “ Top-Down Inovation”. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh
atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk
meningkatkan efesiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini dilakukan dan
diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan
memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya.
Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Kemendiknas selama
beberapa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), guru
pamong, sekolah persiapan pembangunan, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul,
Sistem Belajar Jarak Jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh
Kemendiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti USAID dan lain-lain
4

banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model
inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai
proyek. . Model Inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model
“ Top Down Innovation “. Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan
berdasarkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang
umumnya disebut model “Bottom-Up Innovation. “

 Ruang Lingkup Top Down


 Top down innovation yang hanya menyangkut tentang kebijakan-kebijakan dan
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai pendidikan seperti
kurikulum, Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), namun
menurut kami, top down innovasion juga terjadi pada saat pembelajaran / proses
transfer ilmu / pengetahuan di dalam kelas. Hal ini terjadi dari guru ke peserta
didik. Saat guru mengajar dalam kelas sering memaksa peserta didik untuk
menelan bulat-bulat apa yang di terangkan dan di jelaskan oleh guru, peserta
didik hanya meng-iya-kan saja, mereka tidak berani untuk menyanggah,
mengomentari, menanggapi, apa yang dikatakan guru karna adanya hukuman
bagi peserta didik yang di anggap menyimpang hal ini dapat membunuh
kreativitas dan pola pikir kritis para peserta didik.

 Selain pendidikan formal di sekolah ternyata top down innovation juga terjadi
pada polah pendidikan di rumah, yaitu dari orang tua pada anaknya, Orang tua
mendidik anak mereka dengan cara keras dan kaku, anak-anak harus patuh
terhadap peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang tua, anak-anak tidak diberi
kesempatan untuk melakukan sesuai dengan keinginan dan kemauan hati
mereka, sehingga mereka merasa tertekan. Tujuannya agar mereka menjadi anak
yang disiplin, penurut dan tidak banyak kemauan. Meskipun dengan pola
pendidikan otoriter menjadikan keluarga terlihat aman, tertib, dan tidak ada
masalah, namun hal ini sangat membahayakan bagi perkembangan jiwa anak
karena mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, tidak mandiri,
penakut untuk mencoba hal-hal baru, tidak memiliki kreativitas, dll.
5

Kelebihan Top Down


Pertama, kesempatan untuk memperoleh pendidikan merata merupakan salah satu
kelebihan yang melekat pada Top Down Inovation.
Kedua, dalam Top Down Inovation juga menerapkan sistem yang terstruktural,
sehingga dapat menggunakan waktu seefisien dan seefektif mungkin.
Ketiga, adanya standart pengajaran sebagai tolak ukur ketuntasan belajar siswa
menjadi salah satu kelebihan dari Top Down Inovation.
Keempat, adalah ujian dilaksanakan serempak. Dengan begitu, akan mengurangi
kecurangan dalam adanya evaluasi hasil belajar atas ketercapaiannya kurikulum yang
telah disusun oleh Pemerintah.
Kelima adalah adanya monitoring dari pemerintah/depdikna yang menjadi kelebihan
Top Down Inovation.

Kekurangan Top Down


Pertama, terbatasnya kreativitas guru dalam hal pengembangan pembelajaran sesuai
dengan tingkat berfikir guru.
Kedua, yaitu terjadinya kecurangan dalam ujian yang diadakan secara serempak.
Ketiga, ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah dengan kompetensi yang dimiliki
oleh sekolah karena sumber daya alam yang dimiliki masing-masing sekolah berbeda,
sesuai dengan lingkungan didirikannya sekolah tersebut.
Keempat, yaitu peran guru yang hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari
suatu program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari
awal hingga akhir.
Kelima, tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada
peserta didik tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-
hal yang diperlukan oleh peserta didik secara SDM dan SDA yang ada disekitar
lingkungan peserta didik.
Keenam, keterbatasan fasilitas dan finansial bagi daerah yang terpencil untuk standart
pendidikan yang berlaku menjadi salah satu kekurangan dari Top Down Inovation.
Ketujuh, adalah perbedaan SDM dan SDA disetiap daerah didirikannya sekolah.
6

2. Bottom Up
Pengertian Bottom Up
Bottom – Up Innovation merupakan model kebalikan dari model Top Down
Innovation, inovasi ini timbul karena hasil ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah,
guru atau masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu
pendidikan. Model strategi inovasi ini lebih bersifat empirik Rasional. Asumsi dasar
pada model ini, menempatkan manusia pada kemampuannya menggunakan pikiran
logisnya atau akalnya sehingga, mereka bertindak rasional. Dalam hal ini innovator
bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan
valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya.
Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru, yang disebut dengan
“Bottom-Up Innovation”. Model yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia
selama ini karena sistem pendidikan yang sentralistis.Pembahasan tentang model
inovasi seperti model “Top-Down” dan “Bottom-Up” telah banyak dilakukan oleh
para peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi
pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar
mengajar. White (1988:136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang
berkaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, krakteristik inovasi,
manajemen inovasi dan sistem pendekatannya.
 Ruang Lingkup Bottom Up
Model bottom up innovation ini lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah atau
perguruan tinggi swasta dibanding sekolah atau perguruan tinggi negeri, karena sistem
pengambilan keputusan yang sentralistis. Misalnya, suatu sekolah melakukan inovasi
tentang efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media atau alat transformasi
pelajaran seperti komputer dan infocus dalam setiap kelas. Dalam hal ini kewenangan
atau otoritas sekolah yang bersangkutan lebih menonjol dan dapat mengambil keputusan
sendiri sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah normatif.

 Kelebihan Bottom Up
Pertama, guru lebih bebas dalam mengeluarkan ide-ide cemerlangnya, bahkan
pembelajarannya lebih beranekaragam dan inovatif. Misalnya dalam suatu
7

pembelajaran guru menempelkan di papan atau ditayangkan melalui media/ power


point.
Kedua, pemerintah tidak perlu bekerja keras karena disini ada peran para guru dan juga
peran masyarakat luar yang banyaak mengambil peran tersebut. Contohnya adanya
pembentukkan organisasi yang dijalankan oleh wali murid (paguyuban), misalnya
dalam peduli lingkungan.

 Kekurangan Bottom Up
Pertama, guru tidak mempunyai tolak ukur kedepan, contohnya guru hanya
memberikan materi seperti biasanya saja tanpa ada perkembangan yang lebih baik lagi.
Kedua, susahnya mencapai kesepakatan bersama karena ide yang dilontarkan berbeda-
beda, misalnya saja guru ingin memberikan strategi pembelajaran dengan Kooperative
script tetapi pimpinan tidak memberikan izin dengan pembelajaran tersebut, pimpinan
menginginkan pembelajaran yang ada di KTSP dan sudah di tetapkan oleh pemerintah.
Ketiga, pemerintah tidak begitu berarti karena perannya tidak begitu besar misalnya
saja pemerintah hanya berdiam diri tidak ikut serta dalam pembelajaran di sekolah-
sekolah.
8

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka kesimpulan yang dikemukakan


dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,
meningkatkan efisiensi waktu dan sebaginya. Inovasi ini di terapkan kepada
bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan memaksakan apa yang
menurut atasan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak
berwewenang untuk menolak pelaksanaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa top
down innovation sama halnya dengan pendidikan yang otoriter, Pendidikan ini
sering dinilai buruk, namun sebenarnya ada kebaikan didalamnya karena terkadang
memang harus ada penekanan dari guru untuk dijadikan sebuah tempaan bagi para
peserta didik agar mereka dapat berkembang meskipun perkemangan manusia
memang sangat bergantung pada motivasi dari dirinya sendiri namun kebanyakaan
manusia cenderung akan lebih banyak mendapatkan hambatan jika harus berjuang
sendirian.
2. Model innovation bottom up sangat baik kita terapkan dalam pendidikan di
Indonesia karena pada model bottom up innovation ini seorang guru lebih bebas
dalam mengeluarkan suatu pendapat atau ide-ide yang cemerlang. Di sisi lain guru
dapat lebih kreatif mungkin dalam pembelajaran di kelas, sehingga proses
pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik dan tidak monoton serta dapat
mencapai tujuan yang diharapkan oleh guru.
9

DAFTAR PUSTAKA

http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/kelebihan-dan-kekurangan-model-
perencanaan-top-down-planning-bottom-up-planning-dan-perancangan-
gabungan/

http://kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/2012/01/makalah-tentang-inovasi-
pendidikan.html

http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi-pendidikan/

http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/bentuk-bentuk-inovasi-
pendidikan.html Diunduh pada Selasa, 17 Desember 2013.

Sa’ud, U. 2010. Inovasipendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriyanto, E. 2003. Inovasi Pendidikan. Nogotirto: Muhammadiyah University Press


10

MAKALAH
MODEL-MODEL INOVASI
PENDIDIKAN

OLEH:

FITRIYANI HALI (G2I1 012 003)


NUNUT ANDRIANI (G2I1 012 002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
11

Anda mungkin juga menyukai