Selulitis Orbita
Selulitis Orbita
LAPORAN KASUS
SELULITIS ORBITA
Disusun Oleh :
Edwardus Thander Adar, S.Ked
(1308012050)
Pembimbing
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih
dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela
kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya.
Selulitis Orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lunak
di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetap ilebih
sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling umum adalah
Haemophilus influenza.(1)
komplikasi yang serius. Sebanyak 11% dari kasus-kasus Selulitis Orbita hilangnya
penglihatan. Diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat penting
2.1 Identifikasi
Nama : Ny. Naomi Amtaran
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 72 tahun
Tanggal Lahir : 19 – 12 – 1946
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Kristen
Status : Menikah
Alamat : Tenau
MRS : 25 Desember 2018
No. MR : 504777
2.2 Anamnesis (Autoanamnesis, 25 Desember 2018)
Keluhan Utama
Tampak bola mata kiri bengkak ±2 hari yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien rujukan RS. Boromeus dengan diagnosis DM tipe 2 dan hipertensi
grade 2 + glaukoma.
Pasien mengeluhkan bengkak pada mata kiri ± 2 hari SMRS. Keluhan
dirasakan makin memberat dan disertai kemerahan dan berair. Pasien juga
mengluhkan nyeri kepala sejak ± 1 hari yang lalu disertai demam. Pasien
sebelumnya sempat berobat ke puskesmas kemudian dirujuk ke poli mata RS
Kartini kemudian disana pasien diganti lensa kacamatanya dan mendapat obat
tetes mata namun keluhan tidak membaik. Pasien sehari setelahnya memeriksakan
gula darah dan tekanan darahnya di RS Boromeus dengan hasil GDS 497mg/dL
dan tekanan darah 200/100mmHg. Setelah mendapat perawatan pasien
mengeluhkan nyeri pada bola mata kiri disertai bengkak dan daya penglihatan
menurun sehingga pasien dirujuk ke RS. Johannes. Pasien juga mengeluhkan sakit
gigi dan bengkak pada gusi sejak ± 1 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.
Riwayat kencing manis diketahui ketika memeriksakannya di RS. Kartini
Riwayat darah tinggi.
Riwayat alergi obat disangkal.
Riwayat Trauma
Tidak ada.
Pergerakan Bola
Mata
o Gentamisin eo 3x1 OS
o Terapi SpPd
o Aspar K 3x1
o Furosemid 3x20mg
o Lisinopril 1x1gr
o Amlodipin 1x 10mg
o Bisoprolol 1x2,5mg
o Paracetamol 3x500mg
o Levemir 10 IU /malam
o Novorapid 3x6 IU
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsa.(1)
Dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah).
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat
ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata
2.1.2 Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang
berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran
sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7
buah tulang Os. Frontalis, Os. Maxillaris, Os. Zygomaticum, Os. Sphenoid, Os.
Vaskularisasi Orbita
atas
episklera,limbus,konjungtiva.
h. Arteri supraorbitais.
i. Arteri supratrokhlearis.
a. Vena supraorbitalis
periorbita.(2)
3.1.4 Konjungtiva
limbus.(2)
3.1.5 Sklera
3.1.6 Kornea
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus,
lalui berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena
dalam mata.
serat-serat zonula. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga
lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat
Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,sedang, dan
kapilaris.
3.1.8 Lensa
dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari
kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan
akar iris.
3.1.11 Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan multil
apis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.. Di tengah-
tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan
(xantofil).
fluoresens.
3.1.12 Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang
dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus optikus.
3.2.1 Definisi
1. Perluasan infeksi dari struktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal,
banyak pembuluh darah tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai
defek lainnya. Kombinasi tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur
neurovaskular, dan defek alami yang terjadi pada tulang memungkinkan jalur
yang mudah bagi bahan infeksius antara sel-sel udara ethmoidal dan ruang
subperiorbital dalam bagian medial orbita. Lokasi yang paling umum dari abses
longgar melekat pada tulang dinding medial orbita, yang memungkinkan material
abses untuk dengan mudahnya berpindah ke lateral, superior, dan inferior dalam
ruang subperiorbital.(2)
Selain itu, ekstensi lateral selubung dari otot-otot luar mata,
Bagian posterior orbita, fasia antara otot rektus adalah tipis dan sering secara tidak
intraconal.(2)
terutama melalui vena orbita, yang tanpa katup, yang memungkinkan alur infeksi
baik anterograde dan retrograde. Bahan infeksius dapat masuk ke dalam orbit
secara langsung dari trauma kecelakaan atau trauma operasi melalui kulit atau
sinus paranasalis.(2)
Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari orbital selulitis pada
semua kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalah organisme yang
dan stafilokokus lainnya. Jamur penyebab selulitis yang paling sering adalah
onset yang cepat (1-7 hari), sedangkan aspergilosis jauh lebih lambat (bulan
lebih umum, disertai dengan nyeri, edema palpebra , proptosis, dan hilangnya
a. Haemophilus influenzae
pertussis penyebab batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak
media tanam tersebut dipanaskan dalam suhu 80C Cuntuk melepaskan faktor
pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuhdengan baik pada suhu 35 oC- 38oC
dengan PH optimal sebesar 7,6. Bakteri ini dapat tumbuh pada kondisi aerobik (
sedikit CO2). Bakteri ini sekarang sudah jarang untuk menyebabkan selulitis
b. Staphylococcus aureus
merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung dan
lainnya. S aureus ini sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh
respirasi aerobik atau melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki
sifat katalase (+), dan oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45
protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki sifat pathogen
c. Streptococcus pneumoniae
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang secara
khas hidup berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang setiap
sel berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak, namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha hemolisis
pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu. Streptococcus
bagian atas manusia yang sering menyebabkan sinusitis. Bakteri inilah yang
pada anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung menyebar secara
bacteremia.(2)
3.5 Streptococus pneumonia
d. Streptococcus pyogenes
3.2.3 Epidemiologi
lainnya :
a. Mortalitas / Morbiditas
memiliki angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di
mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang cepat dan tepat penggunaan
dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten terhadap
antibiotik.(3)
b. Ras
c. Sex
methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan
rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali
d. Usia
penglihatan.
selulitis orbita.(4)
e. CT Scan
orbita.(6)
3.2.6 Komplikasi
optik endophthalmitis.(7)
yang jarang namun sangat serius yang harus dicurigai bila ada bukti-
drainase.(9)
2.
Terapi Antimikroba
penisilin
subperiosteal abses.(9)
orbita yaitu :
a. Vankomisin (Vancocin)
b. Klindamisin (Cleocin)
c. Sefotaksim (Claforan)
Bacteroides).(9)
d. Nafcillin (Unipen)
streptokokussemisintetik penisilin.(9)
Bacteroides spesies.(9)
f. Kloramfenikol (Chloromycetin)
g. Tikarsilin (Ticar)
influenza.(9)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang wanita usia 72 tahun dirawat dengan diagnosa
preseptal utama dari jaringan adneksa dan orbital ocular. Menurut studi
epidemiologi selulitis orbita sering terjadi pada cuaca dingin yang diakibatkan
karena peningkatan insiden sinusitis maka dari itu pada kasus ini perlu ditanyakan
apakah pasien memiliki riwayat sinusitis sebelumnya. Selain itu S. aureus yang
Kejadian selulitis orbita akibat infeksi dari S. aureus terjadi lebih banyak pada
Pada kasus ini diketahui pasien memiliki riwayat sakit gigi sejak ± 1 minggu
SMRS dan bengkak pada gusi. Menurut teori etiologi dari selulitis orbita biasanya
didahului dengan infeksi pada gigi maupun sinus. Organisme yang sering menjadi
penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di dalam sinus maupun gigi:
Jamur penyebab selulitis yang paling sering adalah Mucor dan Aspergillus. Pada
kasus ini dicurigai penyebab selulitis orbita dikarenakan infeksi dari S.aureus.
anggur dan merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung
dan kulit. S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit ringan khususnya
selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulitl lainnya. S aureus ini
sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau
melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan
oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada
konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karena bakteri ini memiliki enzim
maka bakteri ini memiki sifat pathogen yang sangat potensial. Namun untuk
1. Perluasan infeksi dari struktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal,
Pada kasus dicurigai pasien mengalami perluasan infeksi akibat dari infeksi
bakteri.
penglihatan.
selulitis orbita.
Pada kasus gejala subjektif yang pasien alami berupa demam, nyeri
2. Pemeriksaan kultur darah dan usap sekret hidung untuk menentukan bakteri
penyebab. Selain itu dapat pula dilakukan pap smear untuk Gram stain
orbita.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil leukosit
kemudian setelah diberi terapi antibiotik selama 6 hari hasil pemeriksaan leukosit
2. Terapi Antimikroba
5. Intervensi bedah
Pada kasus pasien perlu dirawat inap dan segera diberikan terapi antibiotik
dan terapi suportif lainnya. Penanganan yang tepat sangat dibutuhkan untuk
Selulitis orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan
lembut di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetapi
orbita.
and temporary visual loss after blepharoplasty. Plast Reconstr Surg. Sep
2016;118(3):67e-72e.
9. Blomquist PH. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus infections of the