Anda di halaman 1dari 45

REFERAT

IDENTIFIKASI KORBAN PADA BENCANA MASSAL

OLEH :
Aleksander Januarius Keraf 1308012026
Emilia Melnunia Kamuri 1308011011

PEMBIMBING :
dr. Geebert Jermia Massayang Tandiria Dundu

SUPERVISOR :
dr. Cahyono Kaelan, Sp. PA (K), PhD, SpS, DFM

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
MAKASSAR
2018
Definisi Bencana

Bencana adalah peristiwa yang tak terduga menyebabkan k

Henky, Safitry O.Identifikasi korban bencana massal: praktik DVI antara teori dan kenyataan. IJLFS 2012; 2(1):p5-7.
RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Anonim. Interpol disaster victim identification guide. 2014.
Henky, Safitry O. Identifikasi korban bencana massal : praktik DVI antara teori dan kenyataan p5-7.pdf
RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan_Bencana.pdf
Klasifikasi Bencana Alam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana

• Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
• Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
• Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.

RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana.
BENCANA
INTERPOL GUIDELINE

Natural Disaster (Bencana alam)


Un Natural Disaster(Bencana ulah manusia)
Kelalaian manusia (Human Negligence disaster))
Dibuat manusia(Man Made disaster)
Close disaster(bencana tertutup)
Open disaster(bencana terbuka)
Bencana semi tertutup

Interpol. Interpol disaster victim identification


NATURAL DISASTER
UNNATURAL DISASTER
CLOSE DISASTER
OPEN DISASTER
PENANGANAN BENCANA

Tindakan :
- Pencarian
- Evakuasi
- Identifikasi
Ditangani
oleh :
Tim Medis DVI
&
Tim
Paramedis

Kemenkes. Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana (mengacu pada standar
internasional). 2011.
F AS
A SE - F A S E D V I

• Fase 1 – TKP
• Fase 2 – Post-Mortem
• Fase 3 – Ante Mortem
• Fase 4 – Rekonsiliasi

Interpol. Interpol disaster victim identification


Visual identification
FASE 1 - TKP
Fungsi
• Menetapkan prosedur DVI
• Mencari, menemukan,
mencatat sisa tubuh dan
barang
- Tempat insiden harus
dianggap sebagai TKP
- TKP harus diteliti dan
membuat catatan sebelum
sisa tubuh dipindahkan
- Kerjasama dengan pihak
terkait di TKP
- Form DVI warna pink

Interpol. Interpol disaster victim identification


FASE 2 – POST MORTEM
(PM)
Fungsi
• Melakukan pemeriksaan
mayat, property dll
• Mencatat hasil
pemeriksaan,dokumentasi
• Pengambilan sidik jari
• Pengambilan sampel DNA
• Mencatat hasil dalam form
DVI warna pink

Interpol. Interpol disaster victim identification


FASE 3 - ANTE MORTEM (AM)
Fungsi
• Mendapatkan, menganalisa serta mencocokkan
data orang hilang
• Mengetahui data orang hilang
• Mendapatkan informasi DNA
• Mendapatkan informasi properti dalam formulir
Ante Mortem
Interpol. Interpol disaster victim identification
guide. 2014.
FASE 4 - REKONSILIASI

Fungsi
• Membandingkan data AM dengan PM
• Penetapan suatu identifikasi
• Mengkorfimasi apakah hasil yang
dicapai sudah memuaskan semua pihak
(Tim)

Interpol. Interpol disaster victim identification


Identifikasi

Primer Sekunder
FINGER PRINT MEDICAL DATA

Interpol. Interpol disaster victim identification


Fingerprint Analysis
Sidik Jari

Suatu impresi dari alur-alur lekukan


yang menonjol dari epidermis pada
telapak tangan dan jari-jari tangan atau
telapak kaki dan jari-jari kaki, yang
juga dikenal sebagai “dermal ridges”
atau “dermal papillae”, yang terbentuk
dari satu atau lebih alur-alur yang
saling berhubungan.

Galloway V, Charlton D. Fingerprints. In: Thompson T, Black S. Forensic Human Identification: An Introduction. Boca
Raton: CRC Press. 2007; p. 57-72.
Sidik Jari

Interpol DVI. Disaster Victim Identification Guide. [cited 2011 Jun 22]. Available from:
http://www.interpol.int/Public/Disastervictim/guide/default.asp.
Pola Sidik Jari

Galloway V, Charlton D. Fingerprints. In: Thompson T, Black S. Forensic Human Identification: An Introduction. Boca
Raton: CRC Press. 2007; p. 57-72.
Pengambilan sidik jari

Dix Jay. Identification. Color Atlas Of Forensic Pathology. CRC press LLC. United
States of America. 2000
Forensic Dental
Analysis
Anatomi Gigi Manusia
Morfologi Gigi Susu

• Jumlah 20 buah

• Mulai tumbuh pada umur


6 -9 bulan dan lengkap pada
umur 2 – 2,5 tahun.

• Gigi susu terdiri dari 5


gigi tiap rahang : 2 gigi seri
(incicivus), 1 gigi taring
(caninus), 2 gigi geraham
(molar).

Harshaunur, Itjingningsih W. Anatomi Gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995; 17-52.
Morfologi Gigi Permanen
• Jumlah 28 – 32

• Tiap sisi rahang terdiri : 2


gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi
premolar, dan 3 gigi molar

• Menggantikan gigi susu


antara umur 6 – 14 tahun

• Gigi molar 1 dan 2 mulai


erupsi pada umur 6 – 12
tahun sedangkan gigi molar
3 mulai erupsi pada umur 17
– 21 tahun.
Harshaunur, Itjingningsih W. Anatomi Gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995; 17-52.
Ruang lingkup forensik odontologi meliputi :
 Identifikasi terhadap jenasah korban yang tidak diketahui
melalui gigi, rahang dan tulang-tulang kraniofasial
 Analisa jejak bekas gigitan
 Analisa trauma orofasial yang berhubungan dengan
kekerasan
 Dental jurisprudence, termasuk menjadi saksi ahli

Bernstein, M. Forensic Odontology. In : Eckert, William G. Introduction to Forensic Sciences 2 nd Edition. Boca Raton :
CRC Press LLC. 1997 ; 304-28.
Identifikasi Dental Perbandingan
 Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi
memiliki keunggulan
 Gigi postmortem tetap dibandingkan dengan dental record
antemortem, termasuk catatan tertulis, study casts,
radiografi, untuk mengenali identitas korban.
 Persamaan dan perbedaan yang didapatkan dari kedua
dental record (postmortem dan antemortem) harus dicatat.

Pretty, I.A., D. Sweet. A Look at Forensic Dentistry – Part 1 : The Role of Teeth in the Determination of Human Identity.
In : British Dental Journal Vol.190 No.7. 2001; 359-66.
Contoh perbandingan radiografi dental postmortem dan antemortem untuk
menentukan identitas. Pola, bentuk dan ukuran perawatan gigi tampak dalam
satu gambar radiografi (record) yang kemudian dibandingkan dengan sifat dan
karakteristik yang serupa pada gambar radiografi lainnya.
Profil Dental Postmortem

Membantu dalam menemukan informasi


mengenai :
 Umur,
 Jenis kelamin
 Latar belakang keturunan

Pretty, I.A., D. Sweet. A Look at Forensic Dentistry – Part 1 : The Role of Teeth in the Determination of Human Identity.
In : British Dental Journal Vol.190 No.7. 2001; 359-66.
Penentuan Jenis Kelamin
 Berdasarkan kaninus mandibulanya.
 Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus,
mesio distal pada wanita berdiameter kurang
dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari
7 mm.
 Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA
dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.

Bernstein, M. Forensic Odontology. In : Eckert, William G. Introduction to Forensic Sciences 2 nd Edition. Boca Raton :
CRC Press LLC. 1997 ; 304-28.
Penentuan Ras
Ras Mongoloid :
 Shovel-shaped insisivus
 Akar distal tambahan pada molar pertama
mandibula ditemukan pada 20% mongoloid
dan hanya 1% pada kaukasoid..
 Lengkungan palatum berbentuk elips dengan
dasar yang lebih datar.
 Batas bagian bawah mandibula berbentuk
lurus.

Bernstein, M. Forensic Odontology. In : Eckert, William G. Introduction to Forensic Sciences 2 nd Edition. Boca Raton :
CRC Press LLC. 1997 ; 304-28.
Shovel-shaped incisors pada seorang wanita China
Ras Kaukasoid adalah sebagai berikut:
 Cusp Carabelli, yakni berupa tonjolan tambahan pada
permukaan mesiolingual yang hamper selalu
ditemukan pada gigi molar pertama permanen
maksilaris dan pada gigi susu molar kedua
mandibularis.
 Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi
premolar kedua dari mandibula.
 Maloklusi pada gigi anterior.
 Palatum sempit, mengalami elongasi,
berbentuk lengkungan parabola.
 Dagu menonjol.

Bernstein, M. Forensic Odontology. In : Eckert, William G. Introduction to Forensic Sciences 2 nd Edition. Boca Raton :
CRC Press LLC. 1997 ; 304-28.
Mesiolingual cusps of Carabelli pada gigi molar pertama
atas dari seorang ras Caucasoid.
Ras Negroid adalah sebagai berikut:
 Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua
sampai tiga tonjolan pada permukaan lingual.
 Central diastema.
 Protrusi bimaksila, tulang alveolar maksila dan
mandibula menonjol dengan gigi seri miring ke
arah labium
 Tuberkulum intermedium, terdapat penonjolan
tambahan diantara distolingual dan mesiolingual
pada gigi molar pertama.
 Sekitar 20 persen orang ras negroid sudah tidak
menunjukkan ciri tersebut karena telah terjadi
perkawinan silang ras.

Bernstein, M. Forensic Odontology. In : Eckert, William G. Introduction to Forensic Sciences 2 nd Edition. Boca Raton :
CRC Press LLC. 1997 ; 304-28.
DNA Analysis
Analisis DNA
Pengambilan sampel DNA

Hampir semua materi biologis dapat


digunakan sebagai sampel DNA
Ante mortem
Post Mortem
Keadaan Tubuh Rekomendasi Sampel
Lengkap, mayat belum Darah (pada kertas FTA atau apusan) dan
membusuk apusan mukosa ukal
Termutilasi, mayat belum Jika memungkinkan: darah dan jaringan otot
membusuk dalam.
Lengkap, mayat sudah Sampel dari tulang kompak panjang (bagian 4-
membusuk atau termutilasi 6 cm, tanpa pemisahan shaft)
Atau.
Gigi sehat (sebaiknya molar)
Atau.
Setiap tulang lain yang tersedia jika mungkin;
sebaiknya tulang kortikal dengan jaringan
padat)
Mayat yang terbakar hebat Semua sampel yang tercantum di atas dan gigi
yang impaksi atau akar gigi jika ada

Interpol DVI. Disaster Victim Identification Guide. [cited 2011 Jun


Secondary Identification

 Identifikasi Visual
 Properti
 Data Medis
KESIMPULAN
Tim DVI dibentuk untuk proses pengidentifikasian korban
mati. Proses identifikasi korban bencana dibedakan atas fase
TKP, fase post mortem, fase ante mortem, dan fase rekonsiliasi.
Bencana massal memiliki spesifikasi identifikasi tertentu yang
berbeda antara kasus satu dengan yang lain berdasarkan bahan
yang akan diperiksa sesuai dengan keadaan jenazah yang
ditemukan.
Metode identifikasi terbagi menjadi identifikasi primer dan
identifikasi sekunder. Identifikasi primer meliputi identifikasi
sidik jari (Fingerrint Analysis), gigi (Forensic Dental
Analysis), pemeriksaan DNA (DNA Anaysis). Kemudian untuk
identifikasi sekunder terbagi menjadi identifikasi visual,
property dan data medis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai