PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya kehidupan terjadi pula perkembangan penyakit di
masyarakat. Perkembangan penyakit yang ada menimbulkan rasa ingin tahu masyarakat
akan faktor penyebab dan bagaimana cara menyembuhkan suatu penyakit. Masalah
kesehatan itu bagi tenaga kesehatan dilihat dari pola penyebaran penyakit serta meneliti
penyebab dari penyakit tersebut.Masalah kesehatan itu menjadi masalah yang sering
menjadi pusat perhatian semua orang, terutama penyakit-penyakit yang sering terjadi di
masyarakat luas, bahkan menjadi perhatian oleh suatu negara jika suatu wabah
menyebar. Dalam hal ini yaitu tentang perkembangan epidemiologi, yang mencakup
frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah kesehatan pada
sekelompok orang / masyarakat serta determinannya (faktor – faktor yang
mempengaruhinya). Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penyakit
Perkembangan mengenai pengertian epidemiologi ini karena transisi pola
penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup, peningkatan pola sosial
ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan kesehatan masyarakat. pergeseran
pola penyakit dari penyakit – penyakit menular kearah penyakit-penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), penyakit kanker dan
penyakit gangguan jiwa yang banyak diderita masyarakat saat ini. Sehingga pengertian
dari epidemiologi yang pada mulanya hanyalah menekankan pada penyakit-penyakit
menular ( pencegahan dan pemberantasan penyakit menular), kini berkembang
mempelajari masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau sekelompok
manusia mengenai frekuensi, distribusi masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Nasrul,1998)
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi
dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran
epidemiologiadalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan
epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih
memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.
1
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan
pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan
pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang
berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga dapat
menyertakan deskripsi keberadaannya di dalam populasi dan faktor – faktor yang
mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah perkembangan epidemiologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi
2. Untuk mengetahui tujuan epidemiologi
3. Untuk mengetahui kegunaaan epidemiologi
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan epidemiologi
5. Untuk mengetahui tahapan sejarah perkembangan epidemiologi
6. Untuk mengetahui ruang lingkup epidemiologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Epidemiologi
Kata epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, epi berarti pada / tentang,
demos berarti penduduk, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk.
Sedangkan dalam pengertian pada saat ini epidemiologi adalah suatu cabang
ilmu kesehatan untuk menganalisi distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu dengan tujuan untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangannya.
Sebagai ilmu yang selalu berkembang, epidemiologi senantiasa mengalami
perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam
batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi,
beberapa diantaranya adalah :
a. Menurut WHO
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari
peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang
menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut.
b. Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala
macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. kelebihannya adalah
adanya penekanan pada kelompok penduduk yang mengarah kepada distribusi suatu
penyakit.
3
hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai
masyarakat/massa.
f. Hirsch ( 1883 )
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan
dengan kondisi eksternal.
h. Lilienfeld ( 1977 )
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan
dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.
i. Moris ( 1964 )
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.
4
2. Tujuan Epidemiologi
Tujuan epidemiologi adalah untuk :
a. Menggambarkan status kesehatan populasi
b. Menentukan sebab masalah kesehatan
c. Menentukan riwayat alamiah suatu penyakit
d. Mengevaluasi suatu tindakan intervensi kesehatan
e. Meramalkan terjadinya masalah kesehatan di populasi
f. Menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi dengan tindakan pencegahan atau
pengobatan
3. Kegunaan Epidemiologi
Kegunaan Epidemiologi menurut Brownson and Petiti, 1998 yaitu :
a. Menemukan faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan (agent, host, dan
lingkungan) sebagai dasar (ilmiah) untuk tindakan penyakit, kecelakaan (injury)
dan promosi kesehatan
b. Menentukan penyebab utama kesakitan, kecacatan, dan kematian untuk
menetapkan prioritas tindakan dan riset
c. Mengidentifikasi kelompok penduduk risiko tinggi dari suatu penyakit, sehingga
tindakan dapat segera diprioritaskan
d. Mengevaluasi efektifitas program – program kesehatan dan upaya pelayanan dalam
rangka peningkatan kesehatan penduduk
5
perkembangannya mengalami banyak hambatan karena belum semua ahli bidang
kedokteran pada saat itu setuju dengan metode yang digunakan dalam epidemiologi.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan
antara ahli pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masa berlakunya
paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih dari
para ahli seperti diantaranya :
b. Galen
Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis
dan konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada
kelompok penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu)
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :
1. Faktor Atmosfir (the atmospheric factor)
2. Faktor Internal (internal factor)
3. Faktor Presdiposisi (predisposing factor)
6
suatu kontribusi besar untuk tetap melaporkan populasi dan memulai aspek
epidemiologi yaitu statistik yang vital.
Menggunakan data dan informasi yg telah dia kumpulkan, Graunt menulis
sebuah buku: Natural and Political Observations Made Upon the Bills of
Mortality.Graunt memastikan informasi penting epidemiologi seperti seseorang
mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk mati muda daripada mati tua, laki-
laki lebih cepat mati daripada wanita, dan lainnya. Graunt juga membagi mati dalam
dua tipe, yaitu: akut dan kronis.
7
g. William Farr (1807 – 1883)
Memperkenalkan sistem nasional dan mencatat penyebab kematian. Setelah
mekanisme itu berjalan, maka mekanisme tersebut dapat menyajikan data yang sangat
banyak dan mulailah Farr menganalisis data tersebut, membuat teknik tabel dan
prosedur untuk standarisasi. Farr juga berperan dalam membangun sebuah klasifikasi
penyakit untuk keperluan statistik nasional maupun internasional.
8
dan Amerika Serikat. Mereka memperkenalkan konsep EBM (evidence-based
medicine). EBM menyediakan metode-metode untuk memilah-milah informasi yang
bernilai tinggi untuk mengoptimalkan intervensi yang diberikan klinisi kepada pasien.
9
minum penduduk. John Snow menganalisa pada dua perusahaan air minum di
London yakni Lambeth Company dan Southwark dan Vauxhall Company.
Pekerjan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan
pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari
data hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka tahap
perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal “Tahap Eksperimental Alamiah”
c. Epidemiologi klinik
Merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari metode pencegahan,
pengobatan, pengendalian dan etiologi dalam rangka meningkatkan pelayanan medis.
Banyak yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi atau para dokter dan tenaga medis tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
d. Epidemiologi kependudukan
Merupakan cabang epidemiologi yang menggunakan system pendekatan
epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
10
demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang
terjadi dalam masyarakat.
e. Epidemiologi gizi
Merupakan ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan masalah
gizi serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencaapai
kesehatan penduduk yang lebih baik. Banyak digunakan dalam menganalisis masalah
gizi masyarakat, dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang
menyangkut pola hidup masyarakat.
i. Epidemiologi genetik
Merupakan studi tentang etiologi, distribusi, dan pengendalian penyakit dalam
kelompok – kelompok keluarga dan penyebab penyakit yang diwariskan pada populasi.
11
j. Epidemiologi perilaku
Merupakan studi atau ilmu yang mempelajari tentang semua faktor – faktor
fenomena perilaku manusia baik kebiasaan maupun budaya yang sudah melekat di
lingkungannya.
7. Kontribusi epidemiologi
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh
epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu epidemiologi akan mewujudkan dirinya
sebagai suatu metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam
menjelaskan masalah kesehatan. Epidemiologi menekankan upaya bagaimana distribusi
penyakit dan bagaimana berbagai faktor menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.
12
Disamping itu epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor
yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi
tertentu dengan menggunakan analisis data serta informasi lain yang bersumber dari
berbagai disiplin ilmu seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi,
sosial ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.
13
8. Sejarah Perkembangan Morbiditas
Morbiditas merupakan suatu kata yang masih kurang popular di kalangan
masyarakat awam. Padahal, banyak orang sering merasakannya. Pengertian morbiditas
menurut literature adalah suatu istilah yang menggambarkan keadaan murung di pikiran
kita, atau yang dalam Bahasa Inggris sering diartikan sebagai a gloomy state of mind.
Pengertian dalam ilmu social lebih menjurus kepada kesehatan yakni pada kondisi yang
dialami beberapa orang pada periode-periode sakit. Pada saat seseorang sakit, seseorang
akan mengalami perasaan tidak enak secara emosi dan mengalami cedera-cedera, yang
kemudian dapat dipelajari pada kajian morbiditas yang memusatkan studinya pada
kualitas hidup seseorang yang mengalami sakit, mempelajari penyebab penyakit yang
dialami dan efek yang timbul dari penyakit tersebut terhadap individu dan masyarakat.
Tujuan utama dari kajian morbiditas adalah mengurangi jumlah episode dari
sakit atau yang dalam Bahasa Inggrisnya disebut sickness episodes dan juga
memperkecil durasi waktu sakitnya atau yang dalam Bahasa Inggrisnya disebut sickness
time yang dialami oleh seorang individu. Dengan menganalisa hal-hal tersebut,
datahasil analisa dari setiap individu di wilayah tertentu dapat dikumpulkan dan
nantinya dihitung untuk mendapatkan prosentase dan data total perkiraan usia hidup
suatu masyarakat di wilayah tertentu. Data analisa tadi juga bisa digunakan untuk
meghitung harapan sehat suatu masyarakat, prosentasi orang yang mungkin sakit di
masyarakat, dan lain-lain.
Pada sekitar abad 18, para cendekiawan berasumsi bahwa mereka bisa
menghitung morbiditas untuk masa yang lama. Namun hal tersebut tidak bertahan lama
sebab pada akhir aba 18, di benua Eropa terjadi banyak infeksi penyakit yang
menyerang warga Eropa. Akan tetapi, resiko kematian justru menurun dan harapan
hidup naik hingga 30% ketika mereka menganalisa menggunakan data-data yang ada
tersebut. Hal tersebut telah memecah asumsi morbilitas untuk semua kalangan, jenis
kelamin, dan waktu yang sama. Sehingga, para cendekiawan setelahnya memberikan
teori tambahan dimana kemungkinan terjadinya kematian akibat penyakit tertentu bisa
berubah sepanjang zaman.
Akan tetapi hal tersebut tidak merubah inti dari pengertian morbiditas.Tingkat
kematian juga mengalami penurunan disebabkan kemampuan manusia yang semakin
meningkat untuk menangai factor-faktor penyebab penyakit atau gangguan kesehatan
lain. Durasi rata-rata dari harapan sehat pun bisa beubah-ubah sehingga harapan sehat
tidak bisa lagi mengimbangi peningkatan harapan hidup suatu masyarakat.
14
Alasan-alasan diatas memberikan asumsi kecenderungan waktu sakit dan juga
harapan hidup. Asumsi pertama mengenai waktu sakit. Waktu sakit atau penyakit bisa
berubah sepanjang zaman. Pada zaman dahulu, waktu untuk penyakit menyerang
masyarakat cenderung sebentar sedangkan pada zaman sekarang waktu sakit penyakit
tertentu bisa bertahan hingga bertahun-tahun. Harapan hidup masyarakata atau
perorangan juga bisa berubah tergantung salah satunya kemampuan individu untuk
mengatasi sakitnya
15
bungkus rokok dicantumi dengan peringatan bikinan Departemen Kesehatan. Tayangan
televisi disisipi telop berupa maklumat dari departemen itu juga meski durasinya terlalu
pendek untuk bisa dicerna. Bagaimana isi peringatan itu? Pada kemasan rokok keretek
tersua kalimat sederhana dan ringkas: Merokok dapat merusak kesehatan. Sedangkan di
bungkus rokok putih, tegurannya rada panjang sekaligus lugas. Ungkapan merusak
kesehatan diganti dengan menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan dan janin.
Karena populasi pencandu terus menanjak, peringatan ini tampaknya lebih dari
sekadar label. Tinggal buat kita melihat sejauh mana ia berpotensi menyadarkan orang,
terutama kawula muda, akan bahaya merokok. Bisa dipastikan wanti-wanti pemerintah
itu merujuk kepada stating of fact bahwa merokok menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin. Jadi, seperti yang sudah
diperlihatkan WHO dan Departemen Kesehatan, ada temuan epidemiologi yang
memperlihatkan korelasi antara merokok dengan-katakanlah-kanker paru-paru atau
serangan jantung.
Angka statistiknya: rata-rata 11.000 orang mati tiap hari yang ditengarai
berbiangkeladikan racun kandungan asap rokok. Diprakirakan nanti, dalam kurun tahun
2020 sampai 2030, rata-rata 27.000 orang mati tiap hari lantaran racun serupa. Yang
kemudian bikin soal adalah tambahan kata dapat pada stating of fact tadi sehingga
wanti-wanti itu menjadi merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Yang terakhir ini justru yang sampai di
ruang publik melalui bungkus rokok dan telop di televisi tadi.
Padanan kata dapat dalam konteks ini, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi ketiga (2001), ialah ’mungkin’ yang bermakna ’belum tentu’. Pantarannya dalam
bahasa Inggris adalah may yang berarti ’to indicate that it is possible for something to
happen’ (Collins Cobuild Dictionary). Kalau begitu, kalimat merokok dapat
menyebabkan kanker bisa diartikan sebagai merokok belum tentu menyebabkan kanker.
Secara kasatmata terlihat bahwa pernyataan fakta yang mengacu kepada
temuan epidemiologi tadi justru kontradiksi dengan pernyataan fakta keluaran
pemerintah yang sebetulnya berlandas pada yang disebut pertama. Apakah uraian ini
akan memangkung Departemen Kesehatan untuk mengubah kalimat peringatan pada
bungkus rokok yang akan dilinting di kemudian hari? Tanpa dukungan fakta, termasuk
kejujuran, suatu ungkapan bisa menjadi rangkaian kata tanpa makna atau sebuah
16
pseudo-statement, pernyataan lancung. Pengelabuan fakta melalui pernyataan lancung
terkadang sulit dihindari, tapi tidak boleh dibudayakan.
Data akibat merokok sigaret sangat menakutkan dan suram. Diperkirakan
bahwa angka kematian berlebihan tahunan di Amerika Serikat yang disebabkan oleh
merokok sigaret adalah 350.000, lebih daripada kehilangan total jiwa orang Amerika
dalam perang dunia I, Korea dan Vietnam. Dalam tahun 1979, laporan US Surgeon
General menyatakan : “merokok sigaret merupakan faktor lingkungan tunggal yang
paling penting dalam meningkatkan kematian dini di Amerika Serikat”. Royal College
of Physician, dan banyak penelitian telah mendukung kesimpulan itu. Angka kesakitan,
dan kematian yang berhubungan dengan merokok sigaret hampir berkorelasi linier
dengan jumlah batang rokok yang diisap setiap hari dan tahun pemakaian.
Tahun pemakaian biasanya dinyatakan dengan istilah “tahun-bungkusan”
(yaitu satu bungkus sehari selama 20 tahun sesuai dengan 20 tahun bungkusan).
Seorang ahli statistik mengukur bahwa pada perokok selama 5 – 8 tahun, setiap batang
sigaret mengurangi harapan hidup 5,5 menit. Terdapat beberapa bukti bahwa mode
mutakhir pemakaian filter, dan sigaret “rendah nikotin” telah mengurangi risiko itu
secara nyata, tetapi masih membutuhkan waktu lebih lama untuk menilai kegunaan cara
tersebut. Cerutu dan merokok dengan pipa juga menghadapi risiko, tetapi jauh lebih
rendah daripada merokok sigaret. Baru-baru ini sejumlah besar keprihatinan tentang
efek samping pada ‘perokok pasif’. Kelainan ringan fungsi ventilasi telah ditemukan,
dan yang lebih buruk lagi, sudah dibuat pernyataan tentang peningkatan risiko terkena
kanker, walaupun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Penyakit spesifik yang berkaitan dengan merokok tidak akan dibicarakan.
Beberapa konsep tentang frekuensi kelainan ini dihasilkan dari data berikut. Bukti yang
mengaitkan merokok sigaret dengan kanker paru hampir dapat dipastikan, dan kanker
paru merupakan penyebab nomor satu kematian karena kanker baik pada pria, maupun
wanita di AS dalam tahun 1985. Perokok pria kira-kira 10 kali lebih mudah mati karena
karsinoma bronkogenik daripada bukan perokok. Perokok wanita pada masa lalu juga
telah mengalami risiko separuh dari perokok pria, tetapi perubahan perilaku telah
mengurangi perbedaan ini. Risiko akibat merokok 2 bungkus sigaret sehari dalam 3 kali
lebih tinggi daripada mereka yang merokok setengah bungkus sehari.
Data yang berkaitan dengan kematian karena kardiovaskular sama
menyedihkan. Merokok sigaret merupakan faktor risiko utama pada perkembangan
penyakit aterosklerosis, dan penyebab penyakit jantung koroner, terutama infark
17
jantung, yang merupakan penyebab nomor satu kematian disebagian besar negara
industri. Sebagai tambahan, anak yang belum dilahirkan juga tidak terbebas dari bahaya
merokok pada kehamilan, telah juga mengalami penurunan berat badan, dan
peningkatan angka kematian prenatal.
Mortalitas juga meningkat bila menghisap cerutu, tetapi tidak demikian tinggi
dibandingkan yang menghisap cigaret. Perokok wanita yang menghisap 1 pak sehari
mempunyai risiko mendapatkan penyakit jantung koroner fatal yang lima kali lebih
tinggi. Interaksi dengan obat-obat. Perokok memetabolisasi pelbagai jenis obat lebih
cepat dari pada non perokok, yang disebabkan oleh induksi enzim-enzim di mukosa
usus atau hati oleh komponen dalam asap tembakau. Dengan demikian, efek obat-obat
dimaksud berkurang, misalnya teofilin, iminprami, dan kafein. Pada prokok
membutuhkan dosis yang lebih tinggi dari analgetika (opioida), angksiolitika
(oksazepam), dan obat-obat antiangina (nifedipin, atenolol, propanolol, dan lain-lain)
(Tjay, TH, dkk., 2003). Merokok selama kehamilan berpengaruh terhadap bayi berat
lahir rendah, angka SIDS (sudden infant death syndrome ), masalah perilaku, dan
kesulitan belajar. Diyakini bahwa merokok mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke
janin. Hal tersebut juga meningkatkan risiko keguguran bagi wanita hamil yang
merokok. Bayi dan anak yang hidup disekitar perokok lebih mudah terkena batuk,
infeksi telinga dan flu. Anak yang memiliki orang tua perokok lebih cepat tumbuh
menjadi seorang perokok juga. Kerusakan gamet dan embrio akibat rokok oleh Zenzez,
M.T. (2000), dijelaskan bahwa, seorang ayah yang merokok akan mengalami kualitas
sperma yang rendah dan konsentrasi sperma yang rendah.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari
menunjukkan bahwa tembakau/ rokok adalah :
Pintu pertama narkotika.
Rokok merupakan pembunuh No.3 setelah jantung koroner & kanker .
1 batang rokok sama dengan umur memendek 12 menit.
10.000 orang/hari mati karena merokok (dunia).
57.000 orang/ tahun mati karena merokok (Indonesia).
Kenaikan konsumsi rokok Indonesia tertinggi di dunia (44%).
Selanjutnya dikemukakan bahwa bagi mereka yang tidak merokok pun tetapi
terkena asap rokok dari mereka yang merokok (perokok pasif) juga akan mengalami
gangguan kesehatan dengan resiko yang sama. Oleh karena itu tembakau (rokok)
18
disebut pula sebagai racun menular. Ada beberapa kasus yang dapat kita lihat akan
bahaya rokok antara lain:
Seorang penyair saint toile yang berasal dari Negara latin meninggal dunia
pada tahun 1667, setelah teman-temannya menambahkan tembakau pada gelas
anggurnya.
Seorang ibu mengepulkan asap ke kepala tiga anaknya dengan tujuan untuk
mengobati ketombe mereka, namun hasil yang didapatkannya, ketiganya
meninggal akibat usahanya tersebut.
Seorang pencuri mati mengenaskan setelah ia berusaha melarikan tembakau
dengan cara melekatkan ke seluruh tubuhnya.
Para peneliti menggunakan kelinci kecil sebagai uji coba dan menyuntiknya
dengan zat Nikotin. Kelinci tesebut terhuyung dan kemudian mati seketika.
Dua anak kecil bertaruh siapa yang paling banyak bisa merokok, dan salah satu
dari mereka meninggal sebelum ia mencapai hisapan batang rokoknya yang ke-
17 dan seorang lainnya meninggal sebelum sempat menyelesaikan rokoknya
yang ke-18.
Bila seseorang disuntik Nikotin 7 mg, maka ia akan langsung mati di tempat
sedangkan satu batang rokok ukuran normal umumnya mengandung 2 mg
Nikotin.
Lebih kurang 1,1 milyar penduduk dunia merokok (World Bank, 1999). Pada
tahun 2025, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat sampai dengan 1,6 milyar.
Dengan jumlah perokok sebanyak 75% dari populasi. WHO melaporkan bahwa
Indonesia adalah salah satu dari lima negara yang terbanyak perokoknya di dunia
(Adiatma ,1992).
Hal diatas tidak dapat dikatakan prestasi yang membangggakan. Dalam
peringatan Hari Anti Tembakau Internasional (31 Mei 2006), Indonesia masih
dihadapkan sebagai Negara yang termasuk lima besar konsumsi rokok dunia.
Sehubungan dengan kebiasaan merokok, ada yang aneh dengan bangsa kita ini, jika
negara lain menunjukkan trend penurunan kebiasaan merokok, di Indonesia justru
memperlihatkan kenaikan, meski dililit problem ekonomi. Lebih celaka lagi, biaya yang
dikeluarkan masyarakat untuk konsumsi rokok justru jauh lebih besar dibandingkan
anggaran kesehatan perkapita.
Sebuah survey yang dijabarkan oleh Dr. Martha Tilaar tentang perokok di
Indonesia menurut jenis kelamin menyatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia
19
memang masih lebih banyak di kalangan pria ( 60 % pria merokok ) dan wanita yang
merokok 10 %. Sebelumnya dari survey yang dilakukan menurut Medika Jurnal
Kedokteran Indonesia Maret 2006, bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi
perokok dan hampir dua pertiga dan kelompok umur produktif adalah perokok. Selama
5 tahun telah terjadi peningkatan, pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah
kelompok umur 25 &29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula lebih jauh
lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentang populasi
penduduk
Pakar penyakit paru FKUI Prof. Dr. Hadiarto Mengunnegoro, Sp.P.,
menyatakan jumlah perokok aktif Indonesia naik dari 22,5% pada tahun 1990-an
menjadi 60% jumlah penduduk tahun 2000. WHO memperkirakan bahwa 59% pria
berusia diatas 10 tahun di Indonesia telah menjadi perokok harian.
Diperkirakan bahwa konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199
miliar batang rokok atau urutan ke-4 setelah RRC (1679 miliar batang), AS (480
miliar), Jepang (230 miliar), dan Rusia (230 miliar). Dalam 10 tahun terakhir konsumsi
rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebsesar 44,1 % dan jumlah perokok di
Indonesia sekitar 70 %. Yang lebih menyedihkan lagi 60 % diantara perokok adalah
kelompok yang berpenghasilan rendah. Tingginya komsumsi merokok dipercaya bakal
menimbulkan implikasi negative yang sangat luas tidak saja terhadap kualitas kesehatan
tetapi juga menyangkut kehidupan sosial ekonomi.
Menurut WHO rata-rata orang Indonesia menggunakan 15 % uangnya untuk
membeli rokok, memang bukan angka yang luar biasa jika dibandingkan dengan
Bangladesh. Biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang perokok tiap tahunnya sangat
besar. Dengan asumsi sehari rata-rata seorang perokok menghabiskan sebungkus rokok
dengan harga Rp 5000,-per bungkus dalam sebulan ia harus mengeluarkan uang Rp
150.000,- dan dalam setahun Rp 1.825.000.-. uang sebanyak itu bisa kita hemat jika
kebiasaan merokok dikurangi atau bahkan dihentikan.
Dalam epidemiologi ini yang diselidiki selalu perubahan-perubahan frekwensi
penyakit dalam suatu waktu. Untuk ini kata epidemi adalah tepat, tetapi sifat dan bentuk
epidemi yang bersangkutan harus diuraikan lebih lanjut. Ada berbagai kemungkinan
perubahan frekwensi penyakit, seperti perkisaran sekuler (perubahan dalam satu jangka
waktu), kenaikan epidemik, eksplosif, perjalanan yang siklis, ritme sehari-sehari, ritme
seminggu, ritme-tahun, ritme-musim.
20
Epidemi antara lain diukur dengan frekwensi relatif jumlah kasus penyakit
yang timbul baru. Jika dinyatakan jumlah kasus penyakit baru misalnya kanker paru tiap
satuan waktu misalnya satu tahun maka ini disebut insidensi; jika dinyatakan untuk tiap
1.000 atau tiap 100.000 penduduk maka digunakan istilah ''incidence rate''.
Jika yang dimaksudkan adalah jumlah kasus yang ada dalam satu satuan waktu
dan tiap 1.000 atau tiap 100.000 penduduk maka ini disebut prevalensi. ''Point
prevalence'' ialah jumlah kasus yang ada pada suatu waktu tertentu misalnya jumlah
kasus karsinoma cervix pada 15 Juni 1978 di dalam suatu satuan penduduk tertentu;
''period prevalence'' ialah jumlah kasus-kasus penyakit yang terdapat dalam suatu kurun
waktu tertentu misalnya jumlah kasus karsinoma cervix tahun 1976.
Pada penyakit yang hampir selalu letal, maka angka insidensi hanya sedikit
berbeda atau hampir sama persis dengan angka kematian. Insiden dan prevalensi
memberikan gambaran yang berbeda dari frekwensi penyakit. Insidensi menunjukkan
dinamik proses penyakit pada suatu penduduk, prevalensi mempunyai sifat lebih statis.
Epidemiologi deskriptif adalah bagian dari epidemiologi yang mengumpulkan,
menyusun dan menggambarkan ciri-ciri kesehatan penyakit yakni frekwensi lamanya
dan kematian. Yang ditangani ialah pertanyaan-pertanyaan mengenai apa, pada siapa, di
mana, dan kapan.
Untuk pemberantasan penyakit dan terutama untuk pencegahannya jelas sangat
perlu diketahui jawaban atas pertanyaan : oleh sebab apa. Baru setelah diketahui
determinan apa dan keadaan-keadaan apa yang menentukan dan mempengaruhi datang-
perginya sesuatu penyakit, ditentukan kemungkinan tindakan dan syarat-syarat yang
terarah.
Penelitian sebab ini merupakan sumbangan epidemiologi yang terpenting
kepada ilmu kedokteran; dalam hal ini disebut epidemiologi analitik: yaitu bagian dari
epidemiologi yang menilai hipotesa-hipotesa mengenai hubungan antara ciri-ciri
penyakit dan determinan-determinannya.
Dari suatu pengamatan individual atas dua kejadian satu penderita kanker paru
yang selama hidupnya merokok banyak sigaret tidak dapat disimpulkan suatu hubungan
kausal. Tetapi juga korelasi statistik antara dua deret pengamatan tidak selalu berarti ada
hubungan kausal.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epidemiologi adalah adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis
distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan
dalam suatu penduduk tertentu dengan tujuan untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangannya. Epidemiologi mempunyai tujuan secara umum yaitu memperoleh
data frekuensi, distribusi, dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat.
Sejarah epidemiologi dimulai pertama kali sejak zaman Hippocrates yang
dikenal sebagai ahli epidemiologi pertama. Selain Hippocrates juga terdapat beberapa
ahli yang berperan dalam sejarah perkembangan epidemiologi. Adapun tahapan sejarah
perkembangan epidemiologi dibagi menjadi tiga yaitu tahap pengamatan, tahap
perhitungan, dan tahap pengkajian. Dalam epidemiologi juga terdapat berbagai bentuk
dan jenis kegiatan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
B. SARAN
1. Setelah memahami sejarah perkembangan epidemioogi, mahasiswa diharapkan
menerapkan ilmu epidemiologi dalam kehidupan sehari – hari agar kondisi
kesehatan meningkat
2. Pihak yang berwenang sebaiknya memberikan penyuluhan hidup sehat kepada
lapisan masyarakat
3. Sebaiknya masyarakat berusaha untuk menjaga kesehatan lingkungan agar terhindar
dari berbagai penyakit
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5420629/PENGERTIAN_EPIDEMIOLOGI
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/868/Modul%20Prinsip%20Epide
miologi.pdf
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_17960_Epidemiologi.pdf
http://www.klikharry.com/2012/04/08/sejarah-epidemiologi/
Bahan Ajar Dasar Epidemiologi Universitas Indonesia, oleh Syahrizal Syarif.
23