Anda di halaman 1dari 8

Penyelesaian soal bertipe Pemodelan Matematika

Penulis:
Dr.rer.nat. Adi Nur Cahyono, S.Pd., M.Pd
Prof. Dr. Hardi Suyitno, M.Pd

Penyelesaian dari soal pemodelan matematika dapat dilakukan dengan mengikuti


model yang ditawarkan oleh Blum dan Leiß (2005) dan Schupp (1988).

1. Proses penyelesaian soal pemodelan matematika

Secara garis besar, proses penyelesaian soal bertipe pemodelan matematika adalah
melakukan pengidentifikasian, pendefinisian, penyusunan dan menyelesaian model
matematis, dan menginterpretasikan hasilnya kedalam situasi nyata (Gambar 8).

1. Variabel dan besaran


Masalah Pengidentifikasian yang terlibat
nyata
2. Hal-hal yang diberikan
3. Tujuan

Pengnterpretasian
Pendefinisian

1. Variabel matematika
Solusi 2. Persamaan-persamaan
Penyelesaian
Matematis matematika
3. Persamaan tujuan

Gambar 8. Proses pemecahan soal bertipe pemodelan matematika sederhana

2. Contoh penyelesaian soal pemodelan matematika

Contoh penyelesaian soal pemodelan matematika sederhana pada bagian ini


dibahas dengan menyelesaikan beberapa soal yang telah disajikan pada bagian
sebelum ini.

Penyelesaian soal tentang berat badan. Penyelesaian soal tentang berat badan ini
diawali dengan pengidentifikasian dan pendefinisian.

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
No Pengidentifikasian Pendefinisian
Variabel yang terlibat : Berat (kg). Variabel matematika:
1
a. Berat badan anak Tulis A : Berat badan anak
b. Berat badan ibu B : Berat badan ibu
c. Berat badan ayah C : Berat badan ayah
Hal-hal yang diketahui/diberikan Sistem persamaan matematika:
2
dalam soal: (1) A + B = 73
a. Berat badan anak dan ibu adalah (2) A + C = 91
73 kg (3) B + C = 122
b. Berat badan anak dan ayah adalah
91 kg
c. Berat badan ayah dan ibu adalah
122 kg
3 Tujuan: Berat total ketiga orang. A + B + C = ….

Selanjutnya dilakukan proses penyelesaian sistem persamaan matematika:


Persamaan (2) dikurangi persamaan (1) diperoleh C – B = 18 ….(4).
Persamaan (4) ditambah persamaan (3) diperoleh 2C = 140 menghasilkan C = 70.
Jadi diperoleh A = 91 – 70 = 21 dan B = 73 – 21 = 52.
Jadi A + B + C = 21 + 52 + 70 = 143
Tahap akhir dari proses penyelesaian ini adalah menginterpretasikan hasil
matematis ke dalam situasi nyata, yaitu dengan menarik kesimpulan:
Jadi berat badan total ketiga orang tersebut adalah 143 kg.

Penyelesaian diatas dapat disusun dalam sebuah penyelesaian formal sebagai


berikut:

Misalkan A : Berat badan anak (kg),


B : Berat badan ibu (kg), dan
C : Berat badan ayah (kg).

Dipuyai A + B = 73, A + C = 91, dan B + C = 122.

Jelas A+B = 73
A+C = 91
B+C = 122
+
2(A + B + C) = 286 Û A + B + C = 143

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Jadi berat badan total ketiga orang tersebut adalah 143 kg.

Dari proses penyelesaian di atas dapat diamati bahwa secara garis besar, proses
penyelesaian soal pemodelan matematika di tempuh melalui tahap mengetahui
situasi nyata, merumuskan model nyata kemudian mengubahnya menjadi model
matematika dan diselesaikan sehingga memperoleh hasil matematis, dan akhirnya
diinterpretasikan ke dalam situsi nyata.

Penyelesaian soal tentang pasta gigi dapat dilakukan dengan menyusun model
nyata dari situasi nyata, kemudian mengubah menjadi model matematis dan
siselesaikan sehingga diperoleh hasil matematis yang dapat diinterpretasikan
kedalam situasi nyata.

Dari soal tentang sikat gigi pada bagian sebelumnya, dapat diketahui bahwa situasi
nyata dari masalah tersebut adalah diketahui sebuah pasta gigi dan sebuah sikat
gigi dan ditanyakan berapa hari kira-kira sebuah pasta gigi dipakai hingga habis?

Ukuran radius dan ketinggian dari kemasan pasta gigi dapat diperkirakan
berdasarkan gambar yang diberikan atau berdasarkan informasi nyata dari ukuran
kemasan pasta gigi pada umumnya. Diasumsikan panjang sikat gigi rata-rata adalah
15 cm. Dari Gambar 2.1 tampak panjang sikat gigi hampir sama dengan ketinggian
kemasan pasta gigi, sehingga dapat diperkirakan bahwa ketinggian dari tabung
tempat yang berisi pasta gigi (selain bagian tutup) adalah 14 cm. Dengan
perbandingan, diperkirakan radius dari tabung adalah 1 cm. Misal dalam sehari
sikat gigi dilakukan 3 kali dan setiap satu kali pakai ukuran panjang pasta gigi sama
dengan panjang bagian bulu dari sikat gigi yaitu 2 cm dan radius pasta gigi yang
dipakai adalah 0,5 cm.

Untuk mengetahui berapa hari kira-kira sebuah pasta gigi dipakai hingga habis
dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya pasta gigi tersebut keseluruhan
dibagi dengan banyaknya pasta gigi yang dipakai dalam satu hari (model nyata).

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 3


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Tempat atau kemasan pasta gigi dapat ditafsirkan berbentuk tabung, sehingga
banyaknya pasta gigi keseluruhan sama dengan volum silinder besar dengan ukuran
sama dengan ukuran kemasan pasta gigi. Bentuk pasta gigi yang dipakai dalam satu
kali pakai dapat ditafsirkan juga berbentuk silinder kecil dengan ukuran sama
dengan ukuran pasta gigi dalam satu kali pakai. Telah dimisalkan bahwa dalam
sehari sikat gigi dilakukan tiga kali, sehingga secara matematis, dapat dinyatakan
bahwa volum silinder besar dibagi tiga kali volum silinder kecil harus dihitung
untuk menyelesaikan soal tersebut (model matematis). Dimisalkan variabel untuk
volum silinder besar adalah Vb, radius silinder besar adalah rb, ketinggian silinder
besar adalah tb, volum silinder kecil adalah Vk, radius silinder kecil adalah rk, dan
ketinggian silinder kecil adalah tk.

Sehingga, diperoleh hasil matematis sebagai berikut:

Vb = p . rb2 . tb
= 3,14 . (1 𝑐𝑚)+ . 14 𝑐𝑚
= 43,96 cm3.
Vk = p . rk2 . tk
= 3,14 . (0,5 𝑐𝑚)+ . 2 𝑐𝑚
= 1,57 cm3

Kemudian volum silinder besar dibagi tiga kali volum silinder kecil diperoleh:

/0 41,56 789 41,56 789


1./2
= 1.(:,;< 789 ) = 4,<: 789
= 9,33

Jadi pasta gigi akan habis kira-kira dalam waktu 9 hari (situasi nyata)

Penyelesaian diatas merupakan salah satu dari banyak alternatif cara penyelesaian
soal tentang pasta gigi. Perbedaan model matematika yang dipakai dan asumsi yang
dipakai akan menghasilkan jawaban yang berbeda.

Penyelesaian soal tentang Polder Semarang Tawang. Untuk menyelesaikan soal


tentang polder Semarang Tawang dapat diawali dengan dengan mengamati pola
dan bentuk bagian-bagian dari pintu air dan fungsinya, dapat ditentukan bahwa

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 4


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
pintu akan naik atau turun jika roda gigi berputar, dan rotasi roda gigi-roda gigi ini
dipengaruhi oleh perputaran kendali pintu air.

Ada empat roda gigi, satu kendali pintu air dan sebuah pintu air. Ada 12 gerigi di
roda gigi pertama, 36 di roda gigi kedua, 12 di roda gigi ketiga dan 36 di roda gigi
keempat. Dengan mengamati hubungan antara bagian-bagian, dapat ditemukan
bahwa 1 kali putaran kendali pintu air berakibat roda gigi pertama berputar 1 kali
:
putaran, 1 kali putaran roda gigi pertama bisa memutar 1
kali putaran roda gigi

kedua, 1 kali putaran roda gigi ke dua bisa memutar 3 kali putaran roda gigi ketiga,
:
1 kali putaran roda gigi ketiga bisa memutar 1 kali putaran roda gigi keempat, dan
pintu air akan naik 10 cm dari posisi semula ketika roda gigi keempat berputar 1
kali.

Permasalahan yang harus dipecahkan adalah berapa banyaknya putaran kendali


pintu air sehingga pintu air akan naik 1 meter atau 100 cm. Penyelesaiannya dapat
dikerjakan secara matematis sebagai berikut:

Misalkan: banyaknya putaran kendali pintu air : a,


banyaknya putaran roda gigi I : b,
banyaknya putaran roda gigi II : c,
banyaknya putaran roda gigi III : d,
banyaknya putaran roda gigi IV : e,
pergeseran naik pintu air per 1 cm :f

Berdasarkan pengamatan terhadap obyek diperoleh persamaan-persamaan:

1a =1b
:
1b =1c

1c =3d
:
1 d = 1 e

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
1 e = 10 f
Menaikkan pintu air sebesar 1 m atau 100 cm

100 f = 10 . 10 f
= 10 . 1 e
= 10 . 3 d
:
= 10. >3 ? 1 𝑐 @A

:
= 10. 3 . >1 . (3 . 𝑏 )A

:
= 10. 3 . >1 . (3. 𝑎)A

= 30 a
Jadi untuk menaikkan pintu air sebesar 1 m diharuskan memutar kendali pintu air
sebanyak 30 kali putaran.

3. Pemanfaatan teknologi dalam penyelesaian soal pemodelan


matematika

Software matematis yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penyelesaian soal


pemodelan matematika, diantaranya adalah Computer Algebra Systems (CAS),
Dynamic Geometry Systems (DGS), dll. Contoh penyelesaian soal bertipe
pemodelan matematika yang dapat diselesaikan dengan software matematis
misalnya soal tentang volum buah pir.

Penyelesaian soal tentang volum buah pir.

Gambar 9 menunjukkan cara untuk menghitung volume benda putar di GeoGebra.


Pertama-tama, foto buah pir dimasukkan kedalam latar belakang Geogebra. Ukuran
panjang buah pir sebenarnya ditunjukkan dengan skala pada sistem koordinat
kartesius dengan satuan cm.

Kemudian tandai kontur buah pir dengan titik-titik dan buat grafik fungsi
polinomial yang sesuai dengan titik-titik tersebut, misalnya grafik fungsi f.
Tentukan titik potong – titik potong grafik terhadap sumbu-X, missal: Z1 dan Z2,
BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 6
UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
dengan menuliskan Z = Root[f]. Untuk mengetahui volum buah pir, dapat
dilakukan dengan menentukan volum benda putar yang dibentuk oleh perputaran
K
grafik f terhadap sumbu-X dengan rumus: V=∫K L 𝜋. [𝑓(𝑥)]+ 𝑑𝑥. Dalam Geogerbra
M

ditulis: Integral[π f(x)^2, x(Q_1), x(Q_2)]. Diperoleh hasil yang menunjukkan


bahwa volum buah pir tersebut adalah 256.09 cm3.

Gambar 9. Menggunakan GeoGebra® untuk membantu menyelesaikan soal


bertipe pemodelan matematika

Hasil penyelesaian soal-soal diatas, terutama soal-soal dengan jawaban terbuka,


tentu akan menghasilkan jawaban yang berbeda-beda, baik dari hasilnya maupun
strategi yang digunakan dalam penyelesaiannya. Ini bisa disebabkan karena
pemilihan model matematika yang berbeda atau juga karena penentuan ukuran dari
objek yang terlibat. Oleh karena itu, setelah mengerjakan soal-soal diatas, cobalah
gunakan metode lain dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Bandingkan hasil
pekerjaan anda dengan teman-teman anda. Tentukan batas kesalahan untuk
pekerjaan anda. Apakah beririsan dengan hasil pekerjaan teman anda? Diantara
metode-metode yang digunakan untuk menyelesaikan, manakah yang tampaknya
paling dapat diandalkan?

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 7


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Daftar Pustaka
Blum, W. (2006). Die Bildungsstandards Mathematik, Einführung. In W. Blum, R.
Drüke-Noe, & O. Köller (Eds.), Bildungsstandards Mathematik: konkret,
Sekundarstufe 1: Aufgaben- beispiele, Unterrichtsanregungen,
Fortbildungsideen (pp. 14–32). Berlin: Cornelsen Verlag Sciptor GmbH &
Co. KG.
Pollak, H. O. (1977). The interaction between mathematics and other school
subjects (including integrated courses). In H. Athen & H. Kunle (Eds.),
Proceedings of the Third International Congress on Mathematical Education
(pp. 255–264). Karlsruhe: Zentralblatt für Didaktik der Mathematik.
Niss, M., Blum, W., & Galbraith, P. (2007). Introduction. In W. Blum, P.L.
Galbraith, H.-W. Henn & M. Niss (Eds.), Modelling and applications in
mathematics education. The 14th ICMI Study (pp. 3–32). New York:
Springer.
Cahyono, A.N. (2018). Learning mathematics in a mobile app-supported math trail
environment. New York: Springer.
Cahyono, A. N. & Ludwig, M (2017). MathCityMap: Motivating students to
engage in mathematics through a mobile app-supported math trail program.
In Institut für Mathematik der Universität Potsdam (Hrsg.), Beiträge zum
Mathematikunterricht 2017 (pp.155–158). Münster: WTM-Verlag
Greefrath, G & Vorhölter, K. 2016. Teaching and Learning Mathematical
Modelling. Switzerland: Springer.
Kaiser, G. (2007). Modelling and modelling competencies in school. In C. Haines,
P. Galbraith, W. Blum & S. Khan (Eds.), Mathematical modelling (ICTMA
12). Education, engineering and economics (pp. 110–119). Chichester:
Horwood.
Maaß, K. (2007). Mathematisches Modellieren – Aufgaben fu€r die Sekundarstufe.
Berlin: Cornelsen Verlag Scriptor.
Müller, M., Leiß, D., Schukajlow, S., Blum, W., & Messner, R. (2007).
Auswendiggelernt – Abgehackt – Abgefragt? In Beiträge zum
Mathematikunterricht (pp. 723–726). Hildesheim: Franzbecker.
Reit, X.-R & Ludwig, M. (2013) An Approach to Theory Based Modelling Tasks.
In G.A. Stillman et al. (eds.), Mathematical Modelling in Education Research
and Practice, International Perspectives on the Teaching and Learningof
Mathematical Modelling (pp. 81-91).
Reit, X.-R. (2016). Denkstrukturen in Lösungsansätzen von
Modellierungsaufgaben. Eine kognitionspsychologische Analyse
schwierigkeitsgenerierender Aspekte. Heidelberg: Springer.
Schupp, H. (1988). Anwendungsorientierter Mathematikunterricht in der
Sekundarstufe I zwischen Tradition und neuen Impulsen. Der
Mathematikunterricht, 34(6), 5–16.

BAGIAN DARI MODUL PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 8


UNTUK PPG DALAM JABATAN
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018

Anda mungkin juga menyukai