Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan


usia 20 minggu dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012) Perdarahan obstetric
yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak
plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak
segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang
fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa.

Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian


ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat
disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi,
13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7%
penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut
abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri.

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada


segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. (Nugroho, 2012).

Terjadinya plasenta previa terdapat beberapa faktor penyebab


diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta previa,
multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya pendek, riwayat seksio
sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin, leiloma uteri, risiko
relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat akibat merokok.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000
kelahiran hidup pada periode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009
Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000
kelahiran hidup. Dari hasil survey tersebut terlihat adanya peningkatan angka
kematian ibu di Indonesia (Depkes RI, 2009).

Sedangkan Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak 237 per
100.000 kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada tahun
2005 didapati kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa itu
sendiri (Depkes RI. 2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus
plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa
(Depkes RI, 2006).

Sedangkan hasil survey di RS.PKU Muhammadiyah Surakarta pada


tahun 2012 terdapat 16 kasus plasenta previa. Dan jumlah kasus plasenta
previa sampai bulan April 2013 terdapat 3 kasus. Plasenta previa pada
kehamilan premature lebih bermasalah karena persalinan terpaksa, sebagian
kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh proses
persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal
sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan benar.
Disamping masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal
bagi jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membuat


asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan perdarahan karena Plasenta
Previa di ruang An-Nisa RS. PKU Muhammadiyah Surakarta. Karena penulis
berharap ibu yang hamil dengan plasenta previa dan rutin memeriksakan
kehamilannya segera mendapatkan deteksi dini dan penanganan agar dapat
mengatasi komplikasi yang terjadi serta dapat meminimalkan bayi-bayi agar
tidak lahir secara premature atau preterm.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang diatas, maka dapat dirumuskan


bahwa masalah dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah : “Asuhan Kebidanan Pada
Ny.K Hamil Disertai Dengan Plasenta Previa Di Ruang An-Nisa RS.PKU
Muhammadiyah Surakarta”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dan penatalaksanaan pada kasus Ibu
Hamil dengan Plasenta Previa.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman pasien


tentang Ibu Hamil dengan Plasenta Previa.

b. Untuk mengetahui dan supaya dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan


pada pasien dengan Plasenta Previa yang meliputi pengkajian, analisa
data, intervensi, evaluasi, dan implementasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

Kehamilan Kehamilan yaitu seorang wanita yang sedang mengandung


hasil konsepsi yang berlangsung kira-kira 10 bulan lunar atau 9 bulan
kalender,atau 40 minggu atau 280 hari. Pertumbuhan hasil konsepsi
dibedakan menjadi tiga tahap penting yaitu tingkat ovum (telur) umur 0-2
minggu. Dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan,
embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat rancangan
bentuk alat-alat tubuh, janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur di
atas 5 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat
dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta sebagai
akar yang akan memberikan nutrisi

B. Perdarahan Antepartum

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah
masalah perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun
secara dramatis dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan,
maupun persalinan di rumah sakit, serta adanya fasilitas transfusi darah yang
lebih baik. Namun, kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan masih
tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal.

Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau
jika komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya
sarana dan perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan darah dengan
segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak.

Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan,


persalinan, maupun masa nifas. Oleh karena itu, perdarahan yang terjadi
dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas harus dianggap sebagai suatu
keadaan akut dan serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin. Setiap
wanita hamil dan nifas yang mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan
ditentukan penyebabnya, untuk selanjutnya dapat diberikan pertolongan yang
sesuai dengan diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi berdasarkan
tanda atau gejala yang ditemukan.

Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,


sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis
antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu,
mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus (Wiknjosastro, 2005).

Pada Trimester I Pengeluaran hasil konsepsi diindikasikan pada abortus


insipien, abortus inkomplit, missed abortion dan abortus dengan infeksi, demi
keselamatan dari ibu. Pada Trimester II kehamilan perdarahan sering
disebabkan partusprematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi servik.
Pada Trimester III (Perdarahan Ante Partum), adalah perdarahan setelah29
minggu atau lebih,

Ini dapat terjadi oleh selusio plesenta atau plasenta previa, Perdarahan
disini lebih berbahaya dibanding umur kehamilan kurang dari 28 minggu,
sebab faktor plasenta, dimana perdarahan plasenta biasanya hebat sehingga
mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.

Kasus ini harus ditangani oleh dokter spesialis dan ditunjang dengan
pemeriksaan USG.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah minggu ke


28 masa kehamilan. Perdarahan antepartum dapat berasal dari:

1. Plasenta

Meliputi plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura sinus marginal.

2. Lokal pada saluran genitali

a. Show

b. Serviks : servisitis, polip, erosi serviks dan keganasan.

c. Trauma : trauma saat hubungan seksual.

d. Vulvovaginal varicosities.

e. Tumor saluran genital.


f. Infeksi saluran genital.

g. Hematuria.

3. Insersi tali pusat Meliputi vasa previa

Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan


antepartum. Perdarahan akibat plasenta previa terjadi secara
progresif dan berulang karena proses pembentukan segmen bawah
rahim. Sampai saat ini belum terdapat definisi yang tetap mengenai
keparahan derajat perdarahan antepartum. Seringkali jumlah darah
yang keluar dari jalan lahir tidak sebanding dengan jumlah
perdarahan sebenarnya sehingga sangat penting untuk
membandingkan jumlah perdarahan dengan keadaan klinis pasien.
Terdapat beberapa definisi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan perdarahan antepartum:

a. Spotting – terdapat bercak darah pada pakaian dalam

b. Perdarahan minor – kehilangan darah < 50 mL

c. Perdarahan mayor – kehilangan darah 50–1000 mL tanpa


tanda klinis syok

d. Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL


dengan/tanpa tanda klinis syok.

C. Kelainan Implantasi

Plasenta sebagian besar plasenta akan berimplantasi pada yang tempat


yang subur agar dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yaitu pada
dinding uterus bagian depan maupun belakang fundus uteri. Namun, hal ini
tidak selalu terjadi sehingga menyebabkan berbagai kelainan implantasi
plasenta. Kelainan implantasi plasenta dibagi menjadi :

a. Kelainan lokasi implantasi pada bagian bawah uterus. Bentuk dari


kelainan ini berupa :

1. Plasenta previa totalis.

2. Plasenta previa parsialis.


3. Plasenta previa marginalis.

4. Plasenta letak rendah.

b. Kelainan kedalaman implantasi plasenta

Hal ini disebabkan oleh kesuburan endometrium yang tidak sama


pada cavum uteri, sehingga jonjot korialis berimplantasi menembus
sampai miometrium bahkan peritoneum yang melapisi uterus. Bentuk
dari kelainan kedalaman implantasi plasenta yaitu :

1. Plasenta akreta.

2. Plasenta inkreta

3. Plasenta perkreta

4. Plasenta previa marginalis

D. Klasifikasi

Terdapat beberapa kemungkinan implantasi plasenta pada plasenta previa:

1. Plasenta previa totalis atau komplit yaitu Plasenta yang menutupi


seluruh ostium uteri internum.

2. Plasenta previa parsialis Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri


internum

3. Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum

4. Plasenta letak rendah Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah


rahim dimana tepi plasenta berjarak < 2 cm dari ostium uteri
internum.

Apabila tepi plasenta berjarak > 2 cm dari ostium uteri internum maka
dianggap plasenta letak normal. Klasifikasi lain dari plasenta previa adalah
sebagai berikut :

1. Tipe I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan
berimplantasi < 5 cm dari ostium uteri internum.
2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun
tidak menutupinya.

3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris

4. Tipe IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri


internum Tipe I dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor
sedangkan tipe III dan IV disebut plesanta previa mayor.

E. Etiologi

Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa


faktor risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan
terjadinya plasenta previa. Faktor risiko tersebut meliputi hamil usia tua,
multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin laki-
laki, riwayat aborsi, riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta previa pada
kehamilan sebelumnya dan IVF.

F. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala plasenta previa adalah :

1. Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama
dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi
penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak
banyak,sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya
telah dilakukan pemeriksaan dalam.

2. Sumber perdarahan ialah sinus uterus yangrobek karena terlepasnya


plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin
rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada
plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan
mulai.

G. Patogenesis dan Patofisiologi

Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui


secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak
memadahi yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi dapat
menyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta
yang terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah rahim dan
menutupi ostium uteri internum misalnya pada kehamilan ganda,
eritroblastosis dan ibu yang merokok.

Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III atau lebih
awal tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi.
Selain itu, laserasi plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan
membuka. Hal ini menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan
akan dipermudah dan diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks
yang tidak bisa berkontraksi secara adekuat.

Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif,


hal tersebut menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada
plasenta previa. Pada plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan bila dibandingankan dengan plasenta previa parsialis
ataupun plasenta letak rendah karena pembentukan segmen bawah rahim
dimulai dari ostium uteri internum. 16 Segmen bawah rahim mempunyai
dinding yang tipis sehingga mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili trofoblas
yang mengakibatkan terjadinya plasenta akreta dan inkreta. Selain itu segmen
bawah rahim dan serviks mempunyai elemen otot yang sedikit dan rapuh
sehingga dapat menyebabkan perdarahan postpartum pada plasenta previa.

F. Diagnosis

Plasenta Previa Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus


dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata
dugaan itu salah.
a) Anamnesis/ keluhan :

1) Gejala pertama yang membawa ibu hamil ke dokter atau rumah sakit
ialah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu
(Winkjosastro,2005).

2) Sifat perdarahannya adalah:

a. Tanpa sebab (causeless): Perdarahan timbul sekonyong-konyong


tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu
bangun tidur misalnya pada pagi hari tanpa disadari tempat tidur
sudah penuh darah.

b. Tanpa nyeri (painless).

c. Berulang (recurrent): Perdarahan cenderung berulang


denganvolume yang lebih banyakdari sebelumnya.

b) Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

a. Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak,


sedikit, darah beku dan sebagainya.

b. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis.

2) Palpasi

a. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.

b. Sering dijupai kesalahan letak janin.

c. Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala,


biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul.
d. Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada
segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.

3) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi


untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.

a. Bahaya pemeriksaan dalam:

a) Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat.

b) Infeksi.

c) Menimbulkan his, dan kemudian terjadilah partus


prematurus.

b. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam :

a) Pasang infus dan persiapkan donor darah.

b) PD dilakukan di kamar bedah.

c) Dilakukan secara hati-hati dan lembut

d) Jangan langsung masuk ke dalam canalis servikalis tapi raba


dulu bantalan antara jari dankepala janin pada forniks (uji
forniks).

e) Bila ada darah beku, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan.

c. Kegunaan PD dalam perdarahan antepartum

a) Menegakan diagnosa.

b) Menentukan jenis dan klasifikasi plasenta previa.

d. Indikasi PD pada perdarahan antepartum.

a) Perdarahan banyak, >500 cc.

b) Perdarahan berulang (recurrent).

c) Perdarahan sekali, banyak, HB < 8 g%.

d) His ada dan janin viable.


4) Pemeriksaan dengan alat

a. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah


perdarahan berasal dari ostium uteri eksernum atau dari kelainan
serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma
porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva, dan trauma.
Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai.

b. Pemeriksaan radiografi dan radioisotopi

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat


dilakukan dengan radiografi dan radioisotopi. Nilai
diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang ahli, akan tetapi ibu
dan janin pada pemeriksaan ini masih dihadapkan pada bahaya
radiasi yang cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan.

c. Ultrasonografi

Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat


tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu maupun
janinnya, dan tidak menimbulkan rasa nyeri..

G. Pengaruh Plasenta Previa terhadap kehamilan

Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir
kedalam pintu atas panggul. Sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak
janin (letak kepala mengapung, letak sungsang, dan letak lintang).

Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum


darah pada serviks. Selain itu, jika banyak plasenta yang lepas, kadar
progesteron turun dan dapat terjadi his, juga lepasnya plasenta sendiri dapat
merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam

H. Pengaruh Plsenta Previa terhadap partus

1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi


Patologik.
2) Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
terjadi prolaps funikuli.

3) Sering dijumpai inersia primer.

4) Perdarahan

I. Komplikasi Plasenta Previa

1) Prolaps tali pusat.

2) Prolaps plasenta.

3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu


dibersihkan dengan kerokan.

4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.

5) Perdarahan postpartum.

6) Infeksi karena perdarahan yang banyak

7) Bayi prematur atau lahir mati

J. Pemantauan Ibu dan Janin

1) Tanda vital, pantau dengan ketat tanda vital ibu, takikardia biasanya
tanda pertama gangguan janin karena kehilangan darah.

2) Infus intravena, untuk mengganti cairan, pastikan cairan IV berjalan


lancar, dokter mungkin mempertimbangkan pemberian produk darah.

3) Pengukuran kehilangan darah, gantilah dan amankan balutan yang basah


dengan bijaksana namun pastikan privasi ibu saat melakukannya, jagalah
perbandingan yang selalu diperbaharui dan perkiraan kehilangan darah
terukur pada kartu cairan.

4) Kemungkinan diperlukan anestesi, pastikan bahwa dokter telah di beri


informasi dan dapat mengkaji situasi ibu tentang kemungkinan
memerlukan anestesi.

5) Pantau denyut jantung janin, perubahan DJJ mendadak atau abnormal


(seperti peningkatan/takikardia) bisa menunjukkan adanya gangguan
yang disebabkan oleh kehilangan darah berat. Lakukan respon segera
terhadap pola abnormal.

K. Penatalaksanaan Plasenta Previa

1) Terapi Spesifik

a) Terapi ekspektatif

1. Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat


tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Syarat-syarat terapi ekspektif :

 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang


kemudian berhenti.

 Belum ada tanda-tanda inpartu.

 Keadaan umum ibu cukup baik.

 Janin masih hidup.

2. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

3. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi


plasenta.

4. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

 MgS044 gram IV dosis awal tunggal, dilanjutkan 4 gram


setiap 6 jam.

 Nifedipin 3 x 20 mg perhari.

 Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan


paru janin.

 Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil


amniosentesis.

 Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta


masih berada disekitar ostium uteri interim.
 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat
jalan.

2) Terapi aktif (tindakan segera).

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang


aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Lakukan PDMO jika :

a) Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.

b) Kehamilan > 37 minggu (berat badan≥2500 gram) dan inpartu.

c) Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor,


sepertianea sefali.

d) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu


atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
BAB III

ANALISIS JURNAL

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TERJADINYA PLASENTA PREVIA

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi (AKB) digunakan sebagai tolak
ukur pelayanan kesehatan di suatu negara. Data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), 2007 menunjukkan AKI di Indonesia
tertinggi Se-ASEAN. Jumlahnya mencapai 228/100.000 kelahiran hidup.
Pemerintah masih dituntut bekerja keras menurunkannya hingga tercapai
target Millennium Development Goals (MDGs), menurunkan AKI menjadi
102/100.000 pada tahun 2015. AKB di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran
hidup dengan target MDGs 23/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah


penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi atau
eklampsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah
trauma obstetri 5% dan lain – lain 11% (Manuaba, 2007). Perdarahan
sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat
darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum
jelas sumbernya (Wiknjosastro, 2010).

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada


periode trimester ketiga. Banyaknya faktor yang menyebabkan
meningkatnya kejadian plasenta previa disebabkan oleh umur, paritas,
riwayat abortus, riwayat sectio sesarea, malnutrisi, kehamilan ganda, dan
riwayat plasenta previa (Ayu, 2010). Keadaan endometrium yang kurang
baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau
menutupi ostium uteri internum (OUI). Endometrium yang kurang baik
juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik,
yaitu tempat yang rendah dekat OUI (Martaadisoebrata, 2005).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya


merupakan Rumah Sakit yang menjadi pusat rujukan primer untuk seluruh
wilayah Indonesia Timur. Kehamilan dan persalinan yang fisiologis
maupun yang patologis dapat ditangani disini. Seperti halnya rumah sakit
besar yang menangani kehamilan dan persalinan patologis lainnya, RSUD
Dr. Soetomo Surabaya juga mendapatkan kasus perdarahan antepartum.
Pada bulan Januari 2012 – Desember 2012 terdapat3381 ibu bersalin, 3,1%
dengan plasenta previa dan partus prematur berjumlah 4,7%.

B. Hasil

Hasil ukur yang digunakan pada variabel umur dan paritas


dikategorikan menjadi 2 yaitu pada variabel umur dikatakan risiko tinggi
jika < 20 tahun atau > 35 tahun dan risiko rendah antara 20-35 tahun dan
pada paritas, risiko tinggi jika melahirkan dua janin viabel atau lebih dan
risiko rendah jika melahirkan 1 kali.

Dari hasil analisis bivariat, keempat variabel yaitu umur, paritas,


riwayat abortus dan riwayat SC memiliki p value < nilai α 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keempat
variabel dengan terjadinya plasenta previa. Paritas merupakan faktor
risiko terjadinya plasenta previa diketahui melalui nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 2,444 (nilai OR < 1)

sedangkan variabel umur, riwayat abortus dan riwayat SC merupakan


faktor proteksi terjadinya plasenta previa (nilai OR < 1).

Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan


faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil
dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium
tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas
permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat.
Cunningham et al., (2005) menyatakan pengaruh paritas terhadap
terjadinya plasenta previa cukup besar, hal ini mungkin disebabkan
terjadinya respon inflamasi dan perubahan atrofi di permukaan
endomterium.

Martaadisoebrata (2003) berpendapat bahwa pada wanita dengan


riwayat abortus, keadaan endometrium yang kurang baik akan
menyebabkan plasenta akan mencari tempat yang baik vaskularisasinya.

Mose menyebutkan bahwa, pada wanita dengan riwayat SC,


keadaan endometrium yang kurang baik akibat perlukaan SC
menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin sehingga plasenta dapat menutupi OUI
(Martaadisoebrata, 2003).

Berdasarkan analisis multivariat yang dianalisis dengan metode


backward. Kekuatan hubungan dari variabel umur dengan kejadian
plasenta previa adalah OR 0,359 (95% CI 0,185-0,694), variabel paritas
dengan kejadian plasenta previa adalah OR 4,320 (95% CI 2,056-9,079),
variabel riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa adalah OR 0,324
(95% CI 0,151-0,696) dan variabel riwayat SC dengan kejadian plasenta
previa adalah OR 0,258 (95% CI 0,113-0,590).

Persamaan yang diperoleh y = (-1,026) (umur) + 1,463 (paritas) +


(- 1,127) (riwayat abortus) + (-1,355) (riwayat SC).Nilai koefisien regresi
untuk setiap variabel tersebut dapat dilihat pada kolom B. Nilai variabel
bebas pada umur bernilai 1 jika “<20 atau >35 tahun” dan bernilai 0 jika
“20-35 tahun”, paritas bernilai 1 jika “multipara” dan bernilai 0
jika”primipara” , riwayat abortus bernilai 1 jika “pernah abortus” dan
bernilai 0 jika “tidak pernah abortus” dan riwayat SC bernilai 1 jika
“pernah SC” dan bernilai 0 jika “ tidak pernah SC”.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p pada hosmer and lemeshow


test adalah sebesar 0,127 (p value ≤ α). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa Ho diterima yang berarti model regresi layak digunakan dalam
analisis selanjutnya karena tidak ada perbedaan yang nyata antara
klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Hasil statistik nilai AUC sebesar 0,760 atau 76%. Nilai AUC
menunjukkan bahwa persamaan tersebut bernilai sedang yang dilihat dari
tabel nilai interpretasi nilai AUC.
BAB IV

REKOMENDASI

Menurut analisa yang saya lakukan sebagian besar plasenta akan


berimplantasi pada yang tempat yang subur agar dapat memberikan nutrisi yang
cukup bagi janin yaitu pada dinding uterus bagian depan maupun belakang
fundus uteri. Namun, hal ini tidak selalu terjadi sehingga menyebabkan
berbagai kelainan implantasi plasenta.

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
(Nugroho, 2012). Terjadinya plasenta previa terdapat beberapa faktor penyebab
diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta previa,
multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya pendek, riwayat seksio
sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin, leiloma uteri, risiko
relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat akibat merokok.

Berdasarkan analisa dari jurnal Ada hubungan yang bermakna antara faktor
risiko yang diteliti dengan terjadinya palsenta previa di Kamar Bersalin IRD
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2012. Paritas terbukti paling berpengaruh
dengan terjadinya plasenta previa pada ibu bersalin di Kamar Bersalin IRD Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2012. Saran kepada profesi atau petugas kesehatan
untuk memiliki pengetahuan mengenai plasenta previa dan tindakan
pencegahannya, sehingga mampu memberikan pengetahuan tersebut kepada
wanita lain.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p pada hosmer and lemeshow test
adalah sebesar 0,127 (p value ≤ α). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho
diterima yang berarti model regresi layak digunakan dalam analisis selanjutnya
karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.

Hasil statistik nilai AUC sebesar 0,760 atau 76%. Nilai AUC menunjukkan
bahwa persamaan tersebut bernilai sedang yang dilihat dari tabel nilai
interpretasi nilai AUC.
DAFTAR PUSTAKA

Ananth CV, et al 1997, The association of placenta previa with history of


cesarean delivery and abortion, vol. 177 (5): 1071-1078.

Arikunto, S 2006, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik ed.6,


Rineka Cipta, Jakarta.

Ayu, Gendis 2010, “Analisis Faktor Risiko Plasenta Previa Di RSUD Prof.
Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto”

Ayu, Ida CM 2010, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB ed. 2,


EGC, Jakarta.

Berman, Audey 2009, Buku ajar praktik keperawatan Klinis ed. 5, EGC,
Jakarta.

Chalik, TMA 2008, Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan


dalam ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo ed. 4, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Creasy, RK et al 2004, Maternal fetal medicine principles and practise 5th


ed.

Samdes, USA.
Cunningham, Gant, Levono, Gilstrap, Hauth, Wenstrom 2005,
Perdarahan obstetri, Obstetri williams ed. 22, EGC, Jakarta.

Depkes, RI 2009, Pedoman program perencanaan persalinan dan


pencegahan komplikasi dengan stiker, Depkes RI, Jakarta.

Gurol et al 2011, “Risk of Placenta previa in second birth after first birth
cesarean section”, BMC Pregnency and Childbirth, 11 : 95.

Hanafiah, TM 2004, “Plasenta previa”, USU Digital Library, diakses 5


Maret 2013,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3513/1/obstetri-
tmhanafiah2.pdf.

Heija Abu, Fayes El-jallad, Saeedziadeh 2002, “Placenta previa: effectof


age, gravidity, parity and previous Cesarean sectiun”, Ginecol
Obstet Invest, vol. 47 : 6 - 8.

Hendricks, MS 1999, “Previous cesarean section and abortion as risk


factors for developing placenta previa”, Journal of Obstetrics and
Gynecology, vol. 25 : 137 – 42.

Hershhkowitz R, Fraser D, Mazor M, Leiberman JR, 1995, “One or


multiple previous cesarean sections are assosiated with similar
increased frecuency of placenta previa”, Journal of Obstetrics and
Gynecology, vol.62 : 185- 88.

Anda mungkin juga menyukai