SGD GH Endokrin
SGD GH Endokrin
PENDAHULUAN
1
hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) saat masa pertumbuhan telah
terhenti atau lempeng epifisis telah menutup. Lantaran laju pertumbuhan tulang
tidak diimbangi oleh pertumbuhan otot, maka postur tubuh tampak tidak
proposional.
Angka prevalensi Akromegali diperkirakan mencapai 70 kasus dari satu juta
populasi, sementara angka kejadian Akromegali diperkirakan mencapai 3-4 kasus
setiap tahunnya dari satu juta penduduk. Usia rata-rata pasien yang mengalami
Akromegali adalah 40-45 tahun. (Cahyanur, 2010). Frekuensi Gigantisme di
Amerika Serikat sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan hingga
saat ini. Insiden kejadian Gigantisme tidak jelas. (Eugster & Pescovitz, 2002).
Kelainan aktivitas hormon pertumbuhan dapat mengakibatkan beberapa
gangguan keseimbangan tubuh. Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang tepat
sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang muncul akibat gangguan hipofisis
yang terjadi. Oleh karena itu melalui makalah ini kami akan membahas mengenai
Dwarfisme, Gigantisme dan Akromegali beserta asuhan keperawatannya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami gangguan pada kelenjar hipofisis
anterior terutama GH dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada
klien Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegali.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi kelenjar hipofisis
2. Mahasiswa mampu memahami tinjauan teori dari Dwarfisme,
Gingantisme, dan Akromegali
2
3. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien
Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegali
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang
berhubungan dengan kasus Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegali
2. Menjadi informasi dan bahan bagi perkembagan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan endokrin metabolik
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Hipofisis Anterior/Adenohipofisis
Hormon hipofisis anterior meliputi hal berikut ini.
1. Growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan. Organ targetnya adalah seluruh
tubuh. Fungsi:
a. Pertumbuhan sel dan tulang
b. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
a) Meningkatkan sintesis protein
b) Meningkatkan lipolisis (memecahkan lemak menjadi asam lemak dan gliserol)
c) Meningkatkan retensi elektrolit dan volume cairan ekstraselular
2. Prolaktin (PRL). Organ targetnya adalah payudara dan gonad. Fungsi:
a. Perlu untuk perkembangan payudara dan laktasi
b. Pengatur organ reproduksi wanita dan pria
3. Thyroid-stimulating hormone (TSH). Organ targetnya adalah kelenjar tiroid.
Fungsi:
a. Perlu untuk pertumbuhan dan fungsi tiroid
b. Mengendalikan semua fungsi tiroid
4. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Organ targetnya adalah korteks adrenal.
Fungsi:
a. Perlu untuk pertumbuhan dan mempertahankan besarnya korteks adrenal
b. Mengendalikan keluarnya (release) glukokortikoid (kortisol) dan adrenal androgen
(sifat kejantanan)
5. Gonadotropin, terdiri atas follicle stimulating hormon (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Organ targetnya adalah gonad. Fungsi:
a. Menstimulasi gametogenesis dan produksi steroid seks pada pria dan wanita
5
2. Meningkatkan permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih banyak air
yang direabsorpsi.
3. Menstimulasi rasa haus. Organ target oksitosin adalah payudara dan uterus,
fungsinya:
Pengeluaran air susu ibu (ASI) yang sedang laktasi.
Meningkatkan kontraksi uterus bila sudah ada his
6
mengenai pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulanh, misalnya hidung, bibir,
rahang, dahi, tangan, dan kaki, karena pertumbuhan atau pembesaran berlangsung
secara progresif. Gigantisme terjadi pada masa kanak-kanak dan masa pubertas
sebelum lapisan epifis menutup, sehingga pertumbuhan tulang adalah proporsional.
Efek Fisiologis Menurut John E. Hall (2010), GH memiliki berbagai efek di seluruh
tubuh, yaitu:
7
insulin juga meningkat untuk mengompensasi terjadinya resistensi insulin yang
dipicu oleh GH. Oleh karea itu, GH bersifat diabetogenik.
Somatomedin dan Efek Anabolik GH
Efek GH pada pertumbuhan linier dan metabolisme protein bersifat tak langsung
dan diperantarai melalui pembentukan polipeptida yang dinamai somatomedin atau
faktor pertumbuhan mirip insulin (IGF). Somatomedin disekresikan oleh hati dan
jaringan lain. Somatomedin C atau IGF-1 adalah suatu protein 70 asam amino yang
dihasilkan oleh hati dan mencerminkan kadar GH plasma (John E., 2010). Efek
pemicu pertumbuhan GH disebabkan oleh somatomedin yang diproduksi baik
secara lokal maupun sirkular di tulang rawan dan otot, somatomedin yang
diproduksi secara lokal bekerja secara otokrin atau parakrin untuk merangsang
pertumbuhan.
Rangsangan Metabolik Sekresi Hormon Pertumbuhan
Sekresi hormon pertumbuhan berada di bawah pengaruh suatu hormon pelepas
(GHRH) hipotalamus dan inhibiting hormon (somatostatin) hipotalamus (John E.,
2010) . Regulasi umpan balik sekresi GH diperantarai oleh somatomedin C darah
melalui kerja di hipotalamus dan hipofisis. Kadar somatomedin C yang tinggi di
plasma akan menurunkan pelepasan GH dengan menigkatkan sekresi somatostatin
dari hipotalamus dan dengan bekerja langsung pada hipofisis untuk mengurangi
kepekaan terhadap GHRH.
Sekresi hormon pertumbuhan paling tinggi selama masa pubertas dan berkurang
pada masa dewasa (John E., 2010) . Hal ini mungkin ikut berperan menurunkan
massa tubuh non lemak dan meningkatkan massa lemak yang khas bagi usia lanjut.
Menurut John E. Hall (2010) terdapat tiga kategori umum rangsangan yang
menigkatkan sekresi GH, yaitu:
a. Berpuasa, kekurangan protein kronik, atau keadaan lain dengan penurunan
mendadak substrat-substrat metabolik, misalnya glukosa dan asam lemak bebas
dalam plasma.
b. Meningkatkan kadar asam amino plasma, seperti terjadi setelah megkonsumsi
makanan berprotein.
c. Olahraga dan rangsangan stres, misalnya nyeri dan demam.
8
2.2 Definisi Dwarfisme
9
sekresi kelenjar hipofisis anterior atau disebut panhipopituitarisme selama masa
anak-anak.
Dwarfisme disebabkan defisiensi Hormon Pertumbuhan. Kekurangan hormon
pertumbuhan ini akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan otot serta
mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan mineral yang bermanifestasi
menjadi cebol. Ada dua sebab kekurangan hormon pertumbuhan yaitu:
Kekurangan hormon pertumbuhan yang congenital (bawaan) yaitu karena
produksinya memang kurang atau karena reseptor dalam sel yang kurang
atau tidak sensitive terhadap rangsangan hormon. Biasanya gejala mulai
tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur
tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. Misalnya karena agenesis
hipofisis atau defek /mutasi dari gen tertentu yang menyebabkan kurangnya
kadar hormon seperti sindroma laron dan fenomena pada suku pygmi di
Afrika.
Kekurangan hormon pertumbuhan yang didapat. Biasanya gejala baru
muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi
saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya
pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga
disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga
diproduksi hipofisis. Penyebab paling sering adalah tumor pada
hipothalamus – kelenjar hipofisis seperti kraniofaringioma, glioma. Iradiasi
kronis juga dapat mengurangi produksi hormon (Greenspan, F.S. & Baxter,
J.D.,2000).
Seseorang dapat menjadi individu dwarfisme disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain :
a. Defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior (panhipopituitary)
selama masa kanak-kanak (Guyton & Hall, 1997).
b. Terlalu sedikitnya hormon hipofisis sehingga menyebabkan tubuh yang
kerdil (Atkinson, 1994)
c. Mutasi genetik yang berlangsung secara spontan yang terjadi pada sel telur
atau pada sel sperma. Dalam beberapa kasus, kedua orang tua yang
10
memiliki ukuran tubuh normal sekalipun dapat memiliki anak dengan
struktur tubuh yang kecil (Nicholson, 2005).
d. Defisiensi hormon pertumbuhan selanjutnya dapat disebabkan karena
penyakit hipofisis atau defek pada tigkat hipotalamus yang tidak mampu
merangsang sekresi hormon pertumbuhan (Ganong, 1990).
11
pada hormon pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan bisa berakibat
terganggunya sumbu hormon pertumbuhan di otak yang lebih tinggi, hipotalamus,
atau hipofisis. Disfungsi ini bisa bawaan atau didapat.
12
2.7 WOC Dwarfisme
DWARFISME
Hiposekresi GH Defisiensi GH
Mata Kabur
MK : Resiko
Cidera
13
2.8 Pemeriksaan Diagnostik Dwarfisme
Menurut Syahbuddin,2002:
1. Pemeriksaan hormon pertumbuhan dan somatomedin secara RIA
(Radioimmunoassay), dapat memberi petunjuk adanya penurunan kadar hormon
pertumbuhan dan somatomedin C pada defisiensi hormon pertumbuhan.
2. Pemeriksaan X-Ray tulang epifis dan pergelangan tangan dengan bantuan Atlas
Gruelich dan Pyle adalah untuk menilai tingkat pematangan tulang dan umur
tulang. Umur tulang tertinggal pada defisiensi hormon pertumbuhan.
3. X Ray sella tursica (tengkorak /kepala) dapat memberi petunjuk adanya tumor
hipofisis dan sekitarnya
4. Pemeriksaan kadar gula darah yang menurun dan kolesterol yang meningkat.
5. Pengukuran kadar IGF-1 berkisar yang cenderung turun (kadar normal: 0,3-1,4
U/mL).
14
4. Terapi psikososial pada anak contohnya terapi dinamik yaitu dirancang untuk
memotivasi psikologi anak dan terapi perilaku juga terapi keluarga. (Behrman
et al.2000).
15
rata. Hal ini jugalah yang menjadi penyebab gigantisme tidak mudah dikenali
gejalanya dan awalnya dianggap sebagai fase pertumbuhan anak yang wajar.
16
9. Kelelahan dan kelemahan
10. Hipoganadisme
11. Keterlambatan maturasi seksual
12. Pembesaran kaki dan tangan, tinggi bisa mencapai 2 meter
13. Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
17
2.17 WOC Gigantisme
Adenoma
hipofisis
Antagonis
Sel tumbuh
insulin
abnormal
meningkat
Fungsi organ
terhambat Pemakaian
glukosa
sedikit
Sekresi
hormon
Glukosa
pertumbuhan
darah
meningkat
meningkat
Pertumbuhan tulang
yang berlebihan hiperglikemi
gigantisme
Perubahan
Intake makan Resiko
penampilan Kelemahan
kurang kerusakan
fisik pada tungkai
integritas kulit
dan lengan
18
2.18 Pemeriksaan Diagnostik Gigantisme
1. Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya akan meningkat
mencapai 400 mg/ml
2. Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid,
alur supraorbital, dan rahang bawah. lantai fosa hipofisis biasanya tampak
mengalami erosi menjadi ganda pada tomogram tampak lateral.
3. CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
4. Kadar glukosa serum bisa meningkat
19
2.21 Prognosis Gigantisme
Prognosis pada pasien gigantisme tergantung pada lamanya proses kelainan
berlangsung dan besarnya tumor. (Guyton, 2006)
20
besar manifestasi klinis akromegali (Porth, 2007). Sebagai hasil dari stimulasi
konstan, tulang kecil pada tangan dan kaki, tulang membranosa tengkorak,
jaringan ikat dan jaringan lunak terus tumbuh. Dahi melebar, maksilaris
memanjang, lidah membesar dan suara memberat.
Pertumbuhan berlebihan pada tulang dan jaringan lunak pada kaki dan
tangan menyebabkan pasien harus membeli cincin, sarung tangan dan sepatu
semakin besar. Kondisi ini berbeda dengan sindrom Marfan.
21
4. Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan
serak.
5. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
6. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti tong.
7. Nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis degeneratif yang
melumpuhkan
8. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi
gagal jantung.
9. Pembesaran tengkorak frontal (mengakibatkan dahi bias menonjol dan alis
berat), mandibular prognatisme (menonjol rahang bawah), maloklusi rahang
dan overbite, penebalan kulit, dan ukuran sepatu dan cincin bertambah
10. pembengkakan jaringan lunak lidah, usus, jantung, ginjal, dan pita suara dan
penebalan periarticular dan tulang rawan, sehingga menyebabkan nyeri sendi
osteoarthritis.
11. 60% pasien menunjukkan kyphoscoliosis tulang belakang (kelengkungan luar
dari tulang belakang) dan hyperostosis rangka difus (pertumbuhan berlebih
dari tulang).
22
plasma dari IGF-I meningkat dalam akromegali. Efek promosi pertumbuhan
yang ditimbulkan IGF-I (Sintesis DNA, RNA, dan protein) menyebabkan
munculnya gejala karakteristik seperti proliferasi tulang, kartilagom dan
jaringan lunak serta peningkatan ukuran organ lain. Resistesi insulin dan
intoleransi karbohidrat yang muncul pada akromegali dikarenakan efek
langsung dari GH.
23
2.27 WOC Akromegali
MK: MK:
Terjadi ketika lempeng
Resiko Resiko
epifisis tulang sudah
Cidera PTIK Glukosa
menutup
darah
meningkat
AKROMEGALI
MK:Hiperglikemi
Pada sintesis protein: a
Proliferasi pada Tulang meningkatkan produksi
protein dan transportasinya
ke sel-sel otot
- Penonjolan tulang merangsang
rahang&pipi pertumbuhan otot
Tangan,kaki & jari- dan jaringan
jari menebal - Bentuk wajah kasar
- Pembesaran mandibula
Pada metabolisne
Koping inefektif lemak: meningkatkan
Sulit menggigit penguraian lemak
Sulit /mengunyah makanan
tubuh menjadi asam
Malu dengan berbicara lemak bebas dan
keadaan tubuhnya
MK: Gangguan Nafsu makan kadar lemak dalam
Komunikasi menurun darah meningkat.
MK: verbal
HDR MK: Ketidakseimbangan nutrisi:
MK: Gangguan Kurang dari kebutuhan tubuh
citra tubuh
Kelelahan&kelemahan
MK: Intoleransi aktivitas 24
2.28 Pemeriksaan Diagnostik Akromegali
1) Laboratorium darah yaitu:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH. Kadar GH berlebihan
mencapai 400 ng/ml
b. Kadar somatomidin meningkat 2,6-21,7 U/ml ( 0,31-1,4 U/ml)
c. Tes toleransi glukosa : hiperglikemia
2) Rontgen tulang tengkorak untuk melihat penebalan tulang.
3) Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari
tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.
Sedangkan, pemeriksaan gigantisme dan akromegali menurut Corwin, E.J.
(2009) adalah:
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan mendiagnosis kelebihan
hormon pertumbuhan
2) Pemeriksaan darah yang mengukur peningkatan kadar GH akan mendukung
diagnosis gigantisme atau akromegali.
3) Peningkatan kadar glukosa darah dapat terjadi pada kedua kondisi
tersebut.Pola sekresi pelepasan GH tidak lagi dapat diduga dan tidak
berkaitan dengan tidur pada kedua kondisi tersebut.
25
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2) Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69
4500 RAD)
b) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles
Radiation, 150 69 15000 RAD)
3) Terapi medikamentosa
a. Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat
meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien
akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine
menurunkan kadar pH dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a) Brokriptin
b) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis
yang dicapai antara lain adalah:
• Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak nafas ringan,nausea, konstipasi, dll.
b. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-
200 mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang
dicapai:
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1
pada 50 kasus
26
b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
c) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu
nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.
27
adalah dua kali lipat bila dibandingkan dengan populasi normal. Kematian dapat
disebabkan oleh kelainan kardiorespiratori, diabetes serta keganasan, terutama
keganasan kolon, yang diakibatkan oleh efek dari ekses HP dan IGF1 (Cook,
2004; Melmed, 2005; Khandwala; 2005).
Penderita akromegali dengan kadar hormon pertumbuhan lebih dari 10
ng/ml, didapatkan peningkatan angka kematian dua kali lipat, sedangkan
penderita dengan kadar hormon pertumbuhan kurang dari 5 ng/ml mempunyai
angka kematian hampir sama dengan populasi normal (Bates, 1993). Tindakan
yang dapat menurunkan kadar IGF-1 serum menjadi normal dapat menurunkan
resiko kematian (Holdaway, 2004).
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama : An. J
2) Umur : 11 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Suku bangsa : Indonesia
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Pendidikan : Sekolah Dasar
7) Alamat : Bojonegoro
8) Diagnosa : Dwarfisme
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
An. J mengeluh sering diejek teman-temannya saat disekolah dan
dirumah. An. J juga sering merasa lemas.
29
b) Riwayat penyakit sekarang
Pertumbuhan anak yang tidak sama dengan temannya sehingga anak
merasa malu untuk bermain dengan temannya dan disertai dengan
lemas.
c) Riwayat prenatal
Pada masa kehamilan ibu mengalami malnutrisi karena asupan nutrisi
yang kurang. Ibu An. A mengatakan saat kehamilan jarang
mengonsumsi makanan bergizi.
d) Riwayat keluarga
Dari genogram keluarga terdapat gangguan pertumbuhan yaitu kakek
An. J.
c. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a) Pertumbuhan
Usia 11 tahun tinggi badan An. J 75 cm dengan berat badan 10 kg.
b) Perkembangan
An. J susah berjalan karena ada kelemahan sendi, An. J juga sering
menghindari interaksi sosialnya karena malu dengan bentuk
tubuhnya yang tidak sama dengan teman sebayanya.
d. Pemeriksaan fisik
B1: RR 20x/menit, teratur, tidak ada suara nafas tambahan
B2: TD 110/80
B3: compos mentis
B4: normal intake dan output
B5: penurunan nafsu makan
B6: terasa lemas, kelemahan sendi dan otot, tulang berukuran kecil dari
usianya
30
2. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS: keluarga An. J Hiposekresi GH Gangguan citra tubuh
mengatakan bentuk tubuh ↓
anaknya tidak sama Pertumbuhan tulang,
dengan teman sebayanya otot, organ menurun
↓
DO: Bentuk tubuh
- Hidung menonjol abnormal
- Kelemahan sendi ↓
- Usia 11 tahun berat Gangguan fungsi
badan 10 kg dg tinggi psikososial
badan 75 cm ↓
Gangguan citra tubuh
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan fungsi psikososial
2. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kurangnya respek dari orang
lain
31
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
4. Intervensi Keperawatan
32
membayangkan apa yang akan terjadi
selanjutnya dan membuat daftar pilihan
lain yang memungkinkan
Harga Diri Rendah Kronik 00224 berhubungan dengan kurangnya respek dari orang lain
Domain 6 Persepsi Diri
Kelas 7 Harga Diri
NOC NIC
Harga Diri 1205 Peningkatan harga diri 5400
120502 Penerimaan terhadap 1. Dampingi klien untuk menerima dirinya
keterbatasan diri 2. Dorong kontak mata selama berkomunikasi
120505 Mendeskripsikan diri 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi respon
120511 Tingkat kepercayaan diri positif dari orang lain
4. Menahan diri dari komentar negatif
5. Bantu klien membuat tujuan yang realistik
untuk mencapai kepercayaan diri yang
tinggi
6. Bantu klien untuk memikirkan kembali
persepsi negatif terhadap dirinya
7. Fasilitasi dengan lingkungan dan aktivitas
yang dapat meningkatkan harga diri
8. Buat pernyataan positif tentang klien
9. Memberikan pengertian kepada keluarga
tentang pentingnya perhatian dan dukungan
terhadap perkembangan anak dalam konsep
diri positif
33
6. Kolaborasi dengan terapi fisik
dalam mengembangkan dan
menjalankan program latihan
5. Evaluasi
1. S : An. J mengatakan tidak apa-apa dengan tubuhnya sekarang dan dapat
memahami situasinya.
O : AN. J terlihat lebih tenang dan mau bermain dengan teman
sebayanya
A : Intervensi berhasil keseluruhan
P : Intervensi diberhentikan
2. S : An. J mengatakan dapat menerima apa yang terjadi padanya
O : An. J terlihat lebih tenang dan percaya diri saat diajak bicara oleh
perawat
A : Intervensi berhasil keseluruhan
P : Intervensi diberhentikan
34
3. S : An. J mengatakan kadang-kadang masih merasa lemas.
O : An. J melakukan ADL dengan bantuan keluarga.
A : Intervensi belum berhasil
P : Intervensi 5,6,7,11,12,13 dilanjutkan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama : An. M
Usia : 16 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
b. Keluhan Utama
An. M mengalami pertumbuhan dan peningkatan berat badan yang
abnormal dari anak seusianya
c. Riwayat Penyakit Sekarang
An. M mengalami pertumbuhan dan peningkatan berat badan yang
abnormal dari anak seusianya. Tinggi anak tersebut mencapai 2,2 meter
dan berat bada mencapai 150 kg serta mengatakan ibunya bahwa
penglihatan anaknya berkurang. Keadaan fisik sang anak tampak
35
mandibula tumbuh berlebihan, Gigi menjadi terpisah – pisah,
Pembesaran kaki dan tangan sehingga dia merasa berbeda dengan
temannya dan menyebabkan tidak mempunyai teman.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
An. S tidak pernah terkena penyakit terdahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dari An. M terkena hipertiroid saat mengandung An. M
f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran composmentis, tampak tinggi dan besar
a) Tanda-tanda Vital
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,60C
TD : 120/80 mmHg
RR : 25x/menit
b) Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Kulit kepala bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor,
bentuk wajah, tidak ada luka,tidak ada edema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Rambut
Inspeksi : Rambut hitam, persebaran merata, ikal, tidak
berketombe dan rambut tidak rontok.
Palpasi : Tekstur rambut halus dan sedikit berminyak.
Mata
Inspeksi : Mata simetris, fungsi penglihatan kurang baik,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata.
Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada polip, tidak terdapat secret.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Leher
36
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri telan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut
Inspeksi : Keadaan fisik sang anak tampak mandibula tumbuh
berlebihan, Gigi menjadi terpisah – pisah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Irama nafas reguler, frekuensi pernafasan 25x/menit,
tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Suara paru sonor.
Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan.
Jantung
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada jejas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Denyut jantung 90x/menit, irama reguler, tidak ada
bunyi jantung tambahan.
Abdomen
Inspeksi : Perut simetris dan datar.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan di abdomen.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus 7x/menit
Ekstremitas
Inspeksi : Pembesaran kaki dan tangan
Inspeksi : Tidak terdapat tanda sianosis, akral hangat.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, CRT <3 detik.
Integumen
Inspeksi : Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tidak ada
ruam.
37
2. Analisa Data
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
38
kebutuhan tubuh.
DS : ibu An. M Ibu mengalami gangguan citra tubuh
mengatakan bahwa hipertiroid saat hamil (00118)
anaknya bertumbuh Domain 6. Persepsi Diri
tinggi dan besar Sekresi GH Kelas 3. Citra Tubuh
secara abnornal dari
usianya. Ke janin melalui
plasenta
DO :
1. Tinggi anak Hipertiroid saat bayi
tersebut
mencapai 2,2 lempeng epifisis
meter dan berat belum menutup
bada mencapai
150 kg. Gigantisme
2. Gigi menjadi
terpisah – pisah pertumbuhan tulang
3. mandibula dan organ tubuh lain
tumbuh yg sangat cepat
berlebihan
4. Pembesaran mandibula tumbuh
kaki dan tangan berlebihan, Gigi
menjadi terpisah –
pisah, Pembesaran
kaki dan tangan
perbedaan dengan
teman sebaya
39
anaknya bertumbuh Keamanan/Perlindungan
tinggi dan besar Sekresi GH Kelas 2. Cedera Fisik
secara abnornal dari
usianya. Ke janin melalui
plasenta
DO :
1. Tinggi anak Hipertiroid saat bayi
tersebut
mencapai 2,2 lempeng epifisis
meter dan belum menutup
berat bada
mencapai 150 Gigantisme
kg.
2. Penglihatan Penglihatan
berkurang terganggu
Resiko Jatuh
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko Jatuh
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
Domain 2. Nutrisi
Kelas 1. Makan
NOC NIC
Dalam waktu x24 jam klien dapat mengatasi Terapi Nutrisi (1120)
masalah nutrisinya, dengan outcome : 1. Menentukan jumlah kalori dan tipe
40
Status Nutrisi (1004) nutrisi yang diperlukan untuk
1. Klien memiliki rasio berat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien,
badan/tinggi badan dalam rentang kolaborasikan dengan ahil gizi
yang normal 2. Mengatur diet pasien
2. Klien mendapatkan asupan gizi yang 3. Memberikan terapi insulin atau obat
adekuat hipoglikemik oral
3. Klien memiliki statushidrasi yang 4. Memberikan nutrisi yang
normal dibutuhkan sesuai batas diet yang
4. Klien memiliki energi yang normal dianjurkan
5. Klien tidak mengalami mual dan 5. Memonitor hasil laboratorium
muntah jumlah glukosa darah pasien
6. Mengajarkan pasien dan keluarga
Status Nutrisi : Energi (1007) mengenai diet yang dianjurkan
1. Klien memiliki stamina yang kuat 7. Memberikan pasien dan keluarga
2. Klien memiliki daya tahan tubuh contoh tertulis mengenai diet yang
yang kuat dianjurkan
3. Klien memiliki pertumbuhan yang Manajemen Cairan (2080)
normal 1. Berikan Intake cairan yang sesuai
2. Hindari asupan makanan dan
minuman dengan diuretik
3. Jaga intake dan output yang akurat
4. Pantau kadar serum elektrolit yang
abnormal
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Citra Tubuh (00118)
Domain 6. Persepsi Diri
Kelas 3. Citra Tubuh
NOC NIC
Citra Tubuh (1200) Peningkatan Citra Tubuh (5220)
1. Klien dapat menerima dengan 1. Menentukan harapan citra diri
41
gambaran internal diri. pasien didasarkan tahap
2. Klien bangga denggan penampilan perkembangan.
tubuh diri sendiri. 2. Mendiskusikan perubahan fisik
yang disebabkan penyakit.
Harga Diri (1205) 3. Membantu pasien memisahkan
4. Klien mempunyai tingkat penampilan fisik dari perasaan
kepercayaan diri yang tinggi. bersalah.
5. Klien dapat berhadapan dengan 4. Membantu pasien dalam
orang lain. mengidentifikasi tindakan untuk
meningkatkan penampilan.
Tingkat Kecemasan Sosial (1216)
1. Klien tidak menunjukan adanya Peningkatan Harga Diri (5400)
ketakutan berinteraksi dengan orang 1. Memonitor pernyataan pasien
lain. mengenai harga diri.
2. Klien tidak merasakan cemas dalam 2. Menentukan kepercayaan diri
menghadapi orang lain. pasien dalam hal penilaian diri.
3. Klien tidak merasakan rasa tidak 3. Mendukung klien melakukan
nyaman saat berada di lingkungan kontak mata saat berkomunikasi
sosial. dengan orang lain.
4. Klien sudah tidak mempunyai 4. Membantu pasien dlam
persepsi diri yang negatif terhadap menghadapi bullying.
penerimaan oleh orang lain. 5. Berikan hadiah atau pujian terkait
kemajuan dalam menghadapi
orang lain.
42
3. Menganjurkan klien untuk
mengekspresikan dan berbagi
masalah dengan orang lain.
Diagnosa Keperawatan :
Resiko Jatuh (00155)
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik
No NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi defisit kognitif
keperawatan selama x 24 jam, atau fisik pasien yang dapat
didapatkan hasil : meningkatkan potensi jatuh dalam
Kemampuan untuk lingkungan tertentu
mempertahankan Mengidentifikasi perilaku dan
ekuilibrium faktor yang mempengaruhi risiko
Tidak ada kejadin jatuh jatuh
Sarankan perubahan dalam gaya
berjalan kepada pasien.
5. Evaluasi
1. S = Klien mengatakan nafsu makan membaik dan tidak adanya rasa sakit
O = Klien tidak menunjukkan adanya sisa pada makanannya
A = Laporan subjektif memuaskan, kriteria hasil tercapai, masalah teratasi
keseluruhan.
P = Intervensi diberhentikan.
2. S = Klien mengatakan bahwa tidak ada rasa kecemasan dan gangguan citra
tubuh lagi
O = Klien merasa percaya diri dan tidak ada rasa takut untuk bersosialisasi
A = Laporan subjektif dan objektif memuasakan, kriteria hasil tercapai, masalah
teratasi keseluruhan.
43
P = Intervensi diberhentikan
3. S = Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk bergerak
O = Klien tidak jatuh saat beraktifitas
A = Laporan subjektif dan objektif belum memuaskan
P = Intervensi dilanjutkan
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama : Bp. Azzri
Umur : 44 tahun
Alamat : Jl. Cokroaminoto No. 1
Jenis kelamin : Laki - laki
Suku : Jawa
Status : Sudah menikah
Anamnesa
- Keluhan utama :
Klien mengalami mengeluh mengalami perubahan ukuran dan bentuk tubuh
seperti pada jari-jari, tangan, dan lidah. Klien juga mengeluh nyeri pada
punggung dan kepala
- Riwayat kesehatan sekarang :
Terjadi pembesaran pada telapak tangan dan kaki, merasakan kulit yang
melapisi hidung, bibir, dan bagian dari wajah menjadi tebal dan kasar, rahang
menjadi lebih menonjol, kulit lebih berlemak, lidah kian besar suara
memberat.
44
- Riwayat kes masa lalu :
Tepat dua tahun yang lalu bapak Azzri melakukan terapi radiasi karena
terdapat tumor jinak hipofise
- Riwayat keluarga :-
Pola fungsi kesehatan :
Respirasi
biasanya pada pasien gigantisme dan akromegali tidak terjadi
perubahan pola nafas, dan bunyi nafas normal. Gangguan nafas
biasanya terjadi apabila adanya pembesaran tumor hipofisis.
Aktivitas
Biasanya terjadi yang menyebabkan klien fatigue
Makanan / cairan
Terganggu akbiat rahang menjadi lebih menonjol, lidah membesar,
gigi tidak rapat sehingga tidak dapat menggigit dan mengunyah
dengan baik
Kenyamanan
Terganggu akibat tasanya nyeri dan kulit yang kasar dan berlemak
Eliminasi
BAK dan BAB biasanya normal
- Pemeriksaan fisik :
Atropometri : -
Tanda tanda vital
45
Pemeriksaan laboratorium
System cardiovaskuler
Biasanya fungsi cardio terganggu sehingga dapat terjadi
kardiomegali, penyakit arteri koroner, hipertensi, takikardi
Pem lab = TD: 120/90 nadi: 98x/menit
System respiratory
Terjadi gangguan pernafasan akibat adanya pembesaran tumor
hipofisis
Pem lab= rr: 20x/menit
System integument
Akibat peningkatan GH terjadi pembesaran pada telapak tangan dan
kaki. Kulit yang melapisi hidung, bibir, wajah menjadi tebal, dan
kulit berlemak
System musculoskeletal
Akibat peningkatan GH terjadi pelebaran tulang sehingga rahang
menjadi lebih menonjol, gigi tidak rapat, dan dapat terjadi kiposis.
46
System neuromuscular
Dapat menggangu penglihatan dan dapat merusak nervous
III,IV,V,VI
System digestive
Lidah membesar rahang menonjol menyebabkan kesulitan dalam
mencerna makanan
BB = 90 kg
System endokrin
IGF -1 meningkat, GH meningkat
System hematologi
Hb: 12,8 Leukosit: 37% eritrosit:4,31 trombosit: 2,5
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan citra tubuh
47
4. Intervensi Keperawatan
48
prosedur.
Pemberian Analgesik (2210) :
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien.
2. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesic yang
diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi obat.
4. Tentukan pilihan obat analgesic
(narkotik, non narkotik, atau
NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri.
5. Berikan kebutuhan kenyamanan
dan aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan nyeri.
49
- Klien mampu menyesuaikan terkait dengan perubahan citra diri dan
terhadap perubahan fungsi realitas.
tubuh Peningkatan Harga Diri (5400)
Harga diri ( 1205) : - Menentukan kepercayaan diri klien dalam
- Mampu mempertahankan hal penilaian diri.
kepercayaan diri - Membantu klien untuk menemukan
- Mampu memverbalisasi penerimaan diri.
penerimaan diri - Bantu klien untuk mengidentifikasi respon
- Mampu menerima respon yang positif dari orang lain.
diharapkan dari orang lain - Membantu klien untuk mengatasi bullying
- Klien mampu komunikasi atau ejekan.
terbuka - Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas-
aktifitas yang akan meningkatkan harga
diri.
- Memonitor tingkat harga diri dari waktu ke
waktu, dengan tepat.
- Buat pernyataan positif mengenai pasien.
5.Evaluasi
1. S = Klien mengatakan bahwa nyeri berkurang
O = TTV klien normal
A = Masalah keperawatan teratasi sebagian, tujuan tercapai
P = Intervensi dilanjutkan
2. S = Klien mengatakan bahwa mencoba menyesuaikan perubahan bentuk
tubuh
O=-
A = Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai
P = Intervensi dilanjutkan
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi
hormone. Dwarfisme tidak sama dengan kreatinisme. Pada wanita dengan
dwarfisme yang seimbang dimungkinkan persalinan vaginal. Kadang-kadang
oleh karena gangguan pernafasan pada umur kehamilan lanjut kita tidak dapat
menunggu sampai ada tanda tanda persalinan. Umumnya pasien melahirkan
dengan section caesarea antara 35 – 37 minggu. Seringkali janinnya cukup
besar, sekitar 2,6 kg. (Dr. M. Hakim, Ph.D .2010).
Gigantisme adalah Kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon
pertumbuhan atau Growth hormon yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa
atau sebelum proses penutupan epifisis (Corwin, 2007).
Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormon
pertumbuhan (GH) yang berlebihan pada saat dewasa (Patrik Davey . 2003)
Akromegali adalah keadaan dimana tumor somatotrop hipofisis anterior
mensekresi sejumlah besar hormon pertumbuhan ketika dewasa. (Ganong F
William. 1999) Akromegali adalah keadaan setelah pertumbuhan somatis
selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi
menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak (Syaiffudin.2006 ) .
51
DAFTAR PUSTAKA
Greenspan, F.S. & Baxter, J.D. (2000). Endokrinologi dasar & klinik (ed. ). Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses penyakit edisi 6. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G., (2002). Buku ajar: keperawatan medikal
bedah brunner & suddarth (ed. 8). Jakarta: EGC.
Sas TC, de Ridder MA, Wit JM, et al. Adult Height in Children with Growth
Hormone Deficiency: A Randomized, Controlled, Growth Hormone Dose-Response
Trial. Horm Res Paediatr. 2010.
Baradero, Mary, dkk .2009. Klien Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
LeMone, Priscilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 5, Vol..2.
Jakarta: EGC
52