Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Growth Hormon (GH) merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan dan
replikasi sel dengan cara meningkatkan laju sintesis protein (Sylvia & Lorraine,
2006). Hormon ini menyebabkan pertumbuhan semua jaringan tubuh yang mampu
tumbuh, meningkatkan penambahan ukuran sel, dan meningkatkan mitosis bersama
peningkatan jumlah sel. Aktivitas GH yang baik akan menjadikan pertumbuhan
seseorang menjadi normal. Apabila terjadi penurunan aktivitas (underactivity of
growth hormone) maka akan terjadi Dwarfisme, sedangkan apabila terjadi
penurunan aktivitas (overactivity of growth hormone) makan akan terjadi
Gigantisme dan Akromegali.
Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan somatik akibat insufisiensi pelepasan
Growth Hormone yang terjadi pada anak-anak yang berkaitan dengan gangguan
fungsi atau hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme). Insiden yang paling
umum menyebabkan Dwarfisme adalah sekitar 1/26.000 sampai 1/66.000 kelahiran
hidup.
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, Akros (ekstremitas) dan magas (besar),
pembesaran ekstremitas. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh
pertumbuhan tulang ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak secara berlebihan
dan kelainan metabolik sekunder akibat hipersekresi hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hipersekresi hormon
pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan lempeng epifiseal (Janti
Sudiono, 2008).
Gigantisme atau somatomegali merupakan kasus yang sangat jarang. Gigantisme
lebih sering pada anak laki-laki ketimbang perempuan. Pada gigantisme, seorang
anak bertumbuh secara ekstrem jauh melebihi anak sebayanya. Tidak hanya
pertumbuhan linier panjang tulang, tetapi juga disertai pertumbuhan otot dan organ
tubuh, sehingga pada gigantisme, postur tubuh tetap tampak proporsional antara
lengan, tungkai, badan, dan kepala. Meskipun tangan dan kaki tampak relatif besar
terhadap tinggi tubuh. Berbeda dengan gigantisme, akromegali muncul akibat

1
hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) saat masa pertumbuhan telah
terhenti atau lempeng epifisis telah menutup. Lantaran laju pertumbuhan tulang
tidak diimbangi oleh pertumbuhan otot, maka postur tubuh tampak tidak
proposional.
Angka prevalensi Akromegali diperkirakan mencapai 70 kasus dari satu juta
populasi, sementara angka kejadian Akromegali diperkirakan mencapai 3-4 kasus
setiap tahunnya dari satu juta penduduk. Usia rata-rata pasien yang mengalami
Akromegali adalah 40-45 tahun. (Cahyanur, 2010). Frekuensi Gigantisme di
Amerika Serikat sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan hingga
saat ini. Insiden kejadian Gigantisme tidak jelas. (Eugster & Pescovitz, 2002).
Kelainan aktivitas hormon pertumbuhan dapat mengakibatkan beberapa
gangguan keseimbangan tubuh. Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang tepat
sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang muncul akibat gangguan hipofisis
yang terjadi. Oleh karena itu melalui makalah ini kami akan membahas mengenai
Dwarfisme, Gigantisme dan Akromegali beserta asuhan keperawatannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi kelenjar hipofisis?
2. Apa tinjauan teori dari Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegli?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Dwarfisme, Gigantisme, dan
Akromegali?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami gangguan pada kelenjar hipofisis
anterior terutama GH dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada
klien Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegali.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi kelenjar hipofisis
2. Mahasiswa mampu memahami tinjauan teori dari Dwarfisme,
Gingantisme, dan Akromegali

2
3. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien
Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegali

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang
berhubungan dengan kasus Dwarfisme, Gigantisme, dan Akromegali
2. Menjadi informasi dan bahan bagi perkembagan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan endokrin metabolik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Hipofisis


Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam
sela tursika di rongga dinding tulang sfenoid dan terbentuk sejak awal
perkembangan embrional dari penyatuan dua tonjolan ektofermal yang berongga
(Sylvia & Lorraine, 2006). Kantung Rathke (terdiri dari sel-sel rongga mulut), suatu
invaginasi dari atap daerah mulut primitif yang meluas ke atas menuju dasar otak
dan bersatu dengan tonjolan dasar vertrikel ketiga yang akan menjadi
neurohipofisis. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau
neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus dan lobus anterior atau
adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis.
Suatu sistem vaskular, yaitu sistem portal hipotalamo-hipofisis, juga
menghubungkan hipotalamus dengan bagian anterior kelenjar hipofisis. Terdapat
jaringan sinus kapiler yang luas mengelilingi sel-sel hipofisis anterior, sebagian
besar darah yang masuk ke sinus-sinus ini mula-mula mengaliri plekus kapiler lain
di bagian bawah hipotalamus atau eminensia mediana (John E., 2010). Darah dari
pleksus kapiler eminensia mediana berasal dari arteri hipofisialis superior dan
mengalir melalui pembuluh porta hipotalamus-hipofisis di tangkai hipofisis untuk
membasuh sel-sel adenohipofisis (John E., 2010). Melaui sistem vaskular ini,
hormon pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai sel-sel kelenjar untuk
mempermudah pelepasan hormon.

4
Hipofisis Anterior/Adenohipofisis
Hormon hipofisis anterior meliputi hal berikut ini.
1. Growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan. Organ targetnya adalah seluruh
tubuh. Fungsi:
a. Pertumbuhan sel dan tulang
b. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
a) Meningkatkan sintesis protein
b) Meningkatkan lipolisis (memecahkan lemak menjadi asam lemak dan gliserol)
c) Meningkatkan retensi elektrolit dan volume cairan ekstraselular
2. Prolaktin (PRL). Organ targetnya adalah payudara dan gonad. Fungsi:
a. Perlu untuk perkembangan payudara dan laktasi
b. Pengatur organ reproduksi wanita dan pria
3. Thyroid-stimulating hormone (TSH). Organ targetnya adalah kelenjar tiroid.
Fungsi:
a. Perlu untuk pertumbuhan dan fungsi tiroid
b. Mengendalikan semua fungsi tiroid
4. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Organ targetnya adalah korteks adrenal.
Fungsi:
a. Perlu untuk pertumbuhan dan mempertahankan besarnya korteks adrenal
b. Mengendalikan keluarnya (release) glukokortikoid (kortisol) dan adrenal androgen
(sifat kejantanan)
5. Gonadotropin, terdiri atas follicle stimulating hormon (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Organ targetnya adalah gonad. Fungsi:
a. Menstimulasi gametogenesis dan produksi steroid seks pada pria dan wanita

Kelenjar Hipofisis Posterior

Kelenjar hipofisis posterior menyimpan dan mengeluarkan dua hormon, hormon


antidiuretik atau vasopresin (ADH) dan oksitosin. Kedua hormon ini dihasilkan
oleh hipotalamus. Organ target hormon ADH atau vasopresin adalah ginjal dan
fungsi utamanya adalah
1. Mengatur osmolalitas dan volume air dalam tubuh.

5
2. Meningkatkan permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih banyak air
yang direabsorpsi.
3. Menstimulasi rasa haus. Organ target oksitosin adalah payudara dan uterus,
fungsinya:
 Pengeluaran air susu ibu (ASI) yang sedang laktasi.
 Meningkatkan kontraksi uterus bila sudah ada his

Growth Hormone (Hormon Pertumbuhan)

Hormon pertumbuhan (GH, somatotrpin merupakan suatu polipeptida besar


yang dibentuk 191 asam amino (BM. 21.500), yang disekresi oleh sel somatotropik
hypophysis anterior. Sekresi Gh dirangsang oleh faktor pelepas hormon
pertumbuhan (GRF), yang disintesis dalam neuron hypothalamus parviselular.
Somatostatin, juga dikenal sebagai faktor penghambat hormon pertumbuhan
(GIH=growth inhibiting hormone factor), suatu faktor hypothalamus lain, langsung
menghambat sekresi GH. Sekresi hormon pertumbuhan meningkat selama masa
latihan fisik, stres, hipoglikemia atau depresi protein serta setelah pemberian
berbagai obat, seperti L-dopa, epinefrin, insulin, glukagon dan turunan morfin.
Sekresi Gh hypothalamus timbul secara periodik sepanjang hari, dengan gelora
menonjol selama pagi hari.
Hipersekresi Hormon Pertumbuhan Hipersekresi hormon pertumbuhan bisa
disebabkan oleh disfungsi hipotalamus atau yang lebih sering adalah adenoma
hipofisis. Adenoma hipofisis ditemukan pada pasien dengan akromegali.
Akromegali bisa terjadi pria dan wanita. Umur rata-rata gangguan ini diketahui
adalah 40 tahun, dan penyakitnya berlangsung selama 5-10 tahun. Akromegali
adalah penyakit kronis, progresif, dan menimbulkan cacat badan. Penyebab
kematian akromegali adalah kardiomiopati dengan kegagalan jantung kogestif,
hipertensi, diabetes mellitus, dan infeksi paru.
Keluarnya hormon pertumbuhan yang terlalu banyak mengakibatkan produksi
somatomedin yang terlampau banyak. Somatomedin yang sangat banyak akan
mengakibatkan sel tulang, jaringan ikat, kartilago, dan jaringan lunak menjadi
sangat banyak. Gangguan ini disebut akromegali atau gigantisme. Akromegali
timbul apabila hipersekresi hormon pertumbuhan terjadi pada masa dewasa dan

6
mengenai pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulanh, misalnya hidung, bibir,
rahang, dahi, tangan, dan kaki, karena pertumbuhan atau pembesaran berlangsung
secara progresif. Gigantisme terjadi pada masa kanak-kanak dan masa pubertas
sebelum lapisan epifis menutup, sehingga pertumbuhan tulang adalah proporsional.

Efek Fisiologis Menurut John E. Hall (2010), GH memiliki berbagai efek di seluruh
tubuh, yaitu:

a. Meningkatkan pertumbuhan linier


GH merangsang kartilago hipofisis atau lempeng pertumbuhan tulang-tulang
panjang. Di bawah pengaruh GH, kondrosit di lempeng pertumbuhan
terangsang sehingga sel-sel ini berproliferasi dan megendapkan tulag rawan baru
yang diikuti oleh perubahan tulang rawan ini menjadi tulang. Proses ini
memperpajang batang tulang pajang. Pada akhir masa remaja, ketika tidak ada
lagi tulang rawan epifisi (penutupan epifis), GH tidak lagi dapat memperpanjang
tulang panjang. GH juga meningkatkan aktivitas osteoblas, sehingga masssa
tulang total akan meningkat oleh GH meskipun epifisi telah menutup.
b. Mendorong pengendapan protein di jaringan GH adalah suatu hormon anabolik
protein dan menyebabkan keseimbangan nitrogen positif. Hormon ini
meningkatkan penyerapan asam amino di sebagian besar sel dan sintesis asam
amino menjadi protein.
c. Mendorong pemakaian lemak untuk energi GH menyebabkan mobilisasi asam
lemak dan meningkatkan kecenderungan pemakaian asam lemak bebas untuk
energi. Efek GH tersebut bersama dengan efek anabolik proteinnya,
menyebabkan peningkatan lean body mass (masa tubuh tanpa lemak). Efek
lipolitik GH memerlukan waktu beberapa jam untuk muncul. Paling tidak
sebagian dari efek ini disebabkan oleh efek GH yang menimbulkan gangguan
penyerapan glukosa ke dalam sel lemak. Karena menigkatnya kadar asam lemak
bebas dan ketoasid dalam plasma, GH bersifat ketogenik.
d. Mengganggu pemakaian karbohidrat untuk energi GH menurunkan penyerapan
dan pemakaian glukosa oleh banyak sel peka-insulin, misalnya otot dan jaringan
lemak. Akibatnya, konsentrasi glukosa darah cenderung meningkat dan sekresi

7
insulin juga meningkat untuk mengompensasi terjadinya resistensi insulin yang
dipicu oleh GH. Oleh karea itu, GH bersifat diabetogenik.
Somatomedin dan Efek Anabolik GH
Efek GH pada pertumbuhan linier dan metabolisme protein bersifat tak langsung
dan diperantarai melalui pembentukan polipeptida yang dinamai somatomedin atau
faktor pertumbuhan mirip insulin (IGF). Somatomedin disekresikan oleh hati dan
jaringan lain. Somatomedin C atau IGF-1 adalah suatu protein 70 asam amino yang
dihasilkan oleh hati dan mencerminkan kadar GH plasma (John E., 2010). Efek
pemicu pertumbuhan GH disebabkan oleh somatomedin yang diproduksi baik
secara lokal maupun sirkular di tulang rawan dan otot, somatomedin yang
diproduksi secara lokal bekerja secara otokrin atau parakrin untuk merangsang
pertumbuhan.
Rangsangan Metabolik Sekresi Hormon Pertumbuhan
Sekresi hormon pertumbuhan berada di bawah pengaruh suatu hormon pelepas
(GHRH) hipotalamus dan inhibiting hormon (somatostatin) hipotalamus (John E.,
2010) . Regulasi umpan balik sekresi GH diperantarai oleh somatomedin C darah
melalui kerja di hipotalamus dan hipofisis. Kadar somatomedin C yang tinggi di
plasma akan menurunkan pelepasan GH dengan menigkatkan sekresi somatostatin
dari hipotalamus dan dengan bekerja langsung pada hipofisis untuk mengurangi
kepekaan terhadap GHRH.
Sekresi hormon pertumbuhan paling tinggi selama masa pubertas dan berkurang
pada masa dewasa (John E., 2010) . Hal ini mungkin ikut berperan menurunkan
massa tubuh non lemak dan meningkatkan massa lemak yang khas bagi usia lanjut.
Menurut John E. Hall (2010) terdapat tiga kategori umum rangsangan yang
menigkatkan sekresi GH, yaitu:
a. Berpuasa, kekurangan protein kronik, atau keadaan lain dengan penurunan
mendadak substrat-substrat metabolik, misalnya glukosa dan asam lemak bebas
dalam plasma.
b. Meningkatkan kadar asam amino plasma, seperti terjadi setelah megkonsumsi
makanan berprotein.
c. Olahraga dan rangsangan stres, misalnya nyeri dan demam.

8
2.2 Definisi Dwarfisme

Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi


hormone. Dwarfisme atau kekerdilan adalah gangguan genetis bawaan dimana
tulang-tulang panjang misalnya tulang lengan dan kaki tidak tumbuh dengan baik
(K. Lyen dkk, 2003).

Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi


hormone. Dwarfisme tidak sama dengan kreatinisme. Pada wanita dengan
dwarfisme yang seimbang dimungkinkan persalinan vaginal. Kadang-kadang oleh
karena gangguan pernafasan pada umur kehamilan lanjut kita tidak dapat
menunggu sampai ada tanda tanda persalinan. Umumnya pasien melahirkan dengan
section caesarea antara 35 – 37 minggu. Seringkali janinnya cukup besar, sekitar
2,6 kg. (Dr. M. Hakim, Ph.D .2010).

2.3 Klasifikasi Dwarfisme


Hipopituitarisme pada anak menimbulkan gejala dwarfism. Kupperman (1963)
membagi dwarfisme dalam 2 jenis :
a. Pituitary Dwarfisme
Pada penyakit ini penderita selain kekurangan somatroprin juga kekurangan
ACTH, TSH dan gonadotropin. Karena itu mereka sering pula mempunyai
gejala-gejala dari hipoadrenalisme, hipotiroidisme dan hipogonadisme.
Pemeriksaan epifisis dari tulang-talang terlambat dibandingkan dengan umur
kronologis.
b. Primordial dwarfisme
Dalam hal ini yang ada kekurangan adalah hanya somatropin. Mereka tidak
kekurangan hormone hipofisis lainnya. Pada pemeriksaan tulang ditemukan
penutupan epifisis dari tulang tidak terlambat dan cocok dengan umur
kronologis.

2.4 Etiologi Dwarfisme


Dwarfisme dapat disebabkan oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau
penyebab lainnya. Beberapa kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi seluruh

9
sekresi kelenjar hipofisis anterior atau disebut panhipopituitarisme selama masa
anak-anak.
Dwarfisme disebabkan defisiensi Hormon Pertumbuhan. Kekurangan hormon
pertumbuhan ini akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan otot serta
mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan mineral yang bermanifestasi
menjadi cebol. Ada dua sebab kekurangan hormon pertumbuhan yaitu:
 Kekurangan hormon pertumbuhan yang congenital (bawaan) yaitu karena
produksinya memang kurang atau karena reseptor dalam sel yang kurang
atau tidak sensitive terhadap rangsangan hormon. Biasanya gejala mulai
tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur
tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. Misalnya karena agenesis
hipofisis atau defek /mutasi dari gen tertentu yang menyebabkan kurangnya
kadar hormon seperti sindroma laron dan fenomena pada suku pygmi di
Afrika.
 Kekurangan hormon pertumbuhan yang didapat. Biasanya gejala baru
muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi
saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya
pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga
disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga
diproduksi hipofisis. Penyebab paling sering adalah tumor pada
hipothalamus – kelenjar hipofisis seperti kraniofaringioma, glioma. Iradiasi
kronis juga dapat mengurangi produksi hormon (Greenspan, F.S. & Baxter,
J.D.,2000).
Seseorang dapat menjadi individu dwarfisme disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain :
a. Defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior (panhipopituitary)
selama masa kanak-kanak (Guyton & Hall, 1997).
b. Terlalu sedikitnya hormon hipofisis sehingga menyebabkan tubuh yang
kerdil (Atkinson, 1994)
c. Mutasi genetik yang berlangsung secara spontan yang terjadi pada sel telur
atau pada sel sperma. Dalam beberapa kasus, kedua orang tua yang

10
memiliki ukuran tubuh normal sekalipun dapat memiliki anak dengan
struktur tubuh yang kecil (Nicholson, 2005).
d. Defisiensi hormon pertumbuhan selanjutnya dapat disebabkan karena
penyakit hipofisis atau defek pada tigkat hipotalamus yang tidak mampu
merangsang sekresi hormon pertumbuhan (Ganong, 1990).

2.5 Manifestasi Klinis Dwarfisme


Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan dengan gejalanya berupa :
- badan pendek,
- terdapat penipisan tulang,
- muka dan suara imatur (tampak seperti anak kecil),
- pematangan tulang yang terlambat,
- lipolisis (proses pemecahan lemak tubuh) yang berkurang,
- peningkatan kolesterol total / LDL, dan
- hipoglikemia.
Biasanya intelengensia / IQ tetap normal kecuali sering terkena serangan
hipoglikemia berat yang berulang (Kleingsen,2011).

2.6 Patofisiologi Dwarfisme


Sekresi hormon pertumbuhan hipofisis dirangsang oleh hormon pelepas hormon
pertumbuhan (GHRH) dari hipotalamus dan mungkin oleh sinyal lain, yang dapat
distimulasi oleh peptida pelepasan hormon pertumbuhan tertentu (GHRPs).
Reseptor untuk GHRPs telah diidentifikasi, dan ligan alami untuk reseptor ini telah
ditentukan untuk menjadi ghrelin. Somatostatin yang disekresikan oleh hipotalamus
menghambat sekresi hormon pertumbuhan. Ketika denyut hormon pertumbuhan
disekresikan ke dalam sirkulasi sistemik, insulin seperti growth factor 1 (IGF-1)
dilepaskan, baik lokal maupun di tempat tumbuh tulang. Hormon pertumbuhan
mengikat protein pengikat hormon pertumbuhan spesifik (GHBP) dan beredar.
GHBP ini adalah bagian ekstraselular dari reseptor hormon pertumbuhan. IGF-1
berikatan dengan satu dari beberapa IGF-binding protein (IGFBPs) dan beredar
hampir seluruhnya (> 99%) dalam keadaan terikat. IGFBP-3 menyumbang
sebagian besar ikatan IGF-I dan protein pengikat ini secara langsung bergantung

11
pada hormon pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan bisa berakibat
terganggunya sumbu hormon pertumbuhan di otak yang lebih tinggi, hipotalamus,
atau hipofisis. Disfungsi ini bisa bawaan atau didapat.

12
2.7 WOC Dwarfisme

DWARFISME

Hiposekresi GH Defisiensi GH

Gg. Fungsi Pertumbuhan Somatomasin Peningkatan


dan bentuk tulang, otot turun penggunaan
tubuh kronis dan organ glukasa dalam
menurun Sintesis tubuh
protein
Perubahan
menurun
Penampilan Bentuk Hipoglikemi
tubuh
abnormal Gg.
MK : HDR Penurunan
Metabolisme
Kronis nutrisi
hepar
Gg fungsi jaringan
psikososial otak
ATP turun
MK : Gg.
Lemas Kortek
Citra Tubuh
serebri
kurang
MK :
suplai
Intoleransi
energi
aktifitas

Mata Kabur

MK : Resiko
Cidera

13
2.8 Pemeriksaan Diagnostik Dwarfisme
Menurut Syahbuddin,2002:
1. Pemeriksaan hormon pertumbuhan dan somatomedin secara RIA
(Radioimmunoassay), dapat memberi petunjuk adanya penurunan kadar hormon
pertumbuhan dan somatomedin C pada defisiensi hormon pertumbuhan.
2. Pemeriksaan X-Ray tulang epifis dan pergelangan tangan dengan bantuan Atlas
Gruelich dan Pyle adalah untuk menilai tingkat pematangan tulang dan umur
tulang. Umur tulang tertinggal pada defisiensi hormon pertumbuhan.
3. X Ray sella tursica (tengkorak /kepala) dapat memberi petunjuk adanya tumor
hipofisis dan sekitarnya
4. Pemeriksaan kadar gula darah yang menurun dan kolesterol yang meningkat.
5. Pengukuran kadar IGF-1 berkisar yang cenderung turun (kadar normal: 0,3-1,4
U/mL).

2.9 Penatalaksanaan Dwarfisme


1. Terapi pengobatan dengan memberikan hormon pertumbuhan yang diproduksi
dengan teknologi DNA rekombinan dengan dosis 1.4 mg/m2/hari. (Sas TC, de
Ridder MA, Wit JM, et al.2010)
2. Operasi pengangkatan tumor dan sinar radiasi untuk penanganan tumor.
3. Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang
kurang. GH manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari
tehnik rekombinasi asam deoksiribonukleat (DNA), dapat digunakan untuk
mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter
spesialis. GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita dwarfisme
hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH
manusia rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon pengganti pada
pasien dewasa dengan panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat
diberikan dengan cara disuntikan. Sehingga, terapi harian pengganti hormon
kelenjar target akibat defesiensi hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya
diberikan sebagai alternatif. (price, Sylvia. 2006).

14
4. Terapi psikososial pada anak contohnya terapi dinamik yaitu dirancang untuk
memotivasi psikologi anak dan terapi perilaku juga terapi keluarga. (Behrman
et al.2000).

2.10 Komplikasi Dwarfisme


1. Stenosis spinal
2. Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
3. Nyeri sendi dan osteoarthritis
4. Palate sumbing
5. Sleep apnea

2.11 Prognosis Dwarfisme


Pada kasus dwarfisme akibat hipopituitarisme yang penyebabnya bisa diobati,
pertumbuhan bahkan dapat melebihi normal setelah diberi pengobatan (pemberian
hormon pertumbuhan) (Sutjahyo,2002)

2.12 Masalah Keperawatan Dwarfisme


1. Harga diri rendah kronis
2. Gangguan citra tubuh
3. Intoleransi aktivitas
4. Risiko cedera

2.13 Definisi Gigantisme


Gigantisme adalah Kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon
pertumbuhan atau Growth hormon yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa
atau sebelum proses penutupan epifisis (Corwin, 2007).

Gigantisme adalah berlebihnya produksi hormon pertumbuhan pada anak-


anak yang memberi dampak kepada ukuran tinggi dan berat badannya. Kondisi ini
tergolong langka dan terjadi sebelum lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan
di dalam tulang menutup. Selama masa pertumbuhan, anak-anak yang terkena
gigantisme dapat memiliki ukuran tinggi dan berat badan yang terlihat di atas rata-

15
rata. Hal ini jugalah yang menjadi penyebab gigantisme tidak mudah dikenali
gejalanya dan awalnya dianggap sebagai fase pertumbuhan anak yang wajar.

2.14 Etiologi Gigantisme


Penyebab gigantisme yang paling sering ditemui adalah tumor pada kelenjar
hipofisis atau tumor kelenjar pituitari yang terletak pada bagian bawah otak.
Kelenjar ini berperan pada perkembangan seksual, pengendalian suhu tubuh,
produksi urine serta metabolisme pertumbuhan pada wajah, tangan, dan kaki.
Tumbuhnya tumor pada kelenjar hipofisis menyebabkan kelenjar ini
memproduksi hormon pertumbuhan secara berlebihan. Penyebab gigantisme
lainnya adalah:
 Carney complex, tumbuhnya tumor jinak pada kelenjar endokrin, jaringan
ikat serta munculnya bintik-bintik yang lebih gelap pada kulit. Kondisi ini
merupakan penyakit yang diturunkan.
 Multiple endocrine neoplasia type 1, juga dikenal sebagai MEN 1, yaitu
tumbuhnya tumor pada kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, dan
pankreas. Penyakit ini merupakan kelainan yang diturunkan.
 Neurofibromatosis, tumbuhnya tumor pada sistem saraf dan merupakan
kelainan turunan.
 Sindrom McCune-Albright, pertumbuhan tidak wajar pada jaringan tulang,
kelainan kelenjar, dan munculnya bercak cokelat muda pada kulit.

2.15 Manifestasi Klinis Gigantisme


Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Lingkar kepala bertambah
2. Hidung melebar
3. Lidah membesar
4. Wajah kasar
5. Mandibula tumbuh berlebihan
6. Gigi menjadi terpisah – pisah
7. Jari dan ibu jari tumbuh menebal
8. Kifosis

16
9. Kelelahan dan kelemahan
10. Hipoganadisme
11. Keterlambatan maturasi seksual
12. Pembesaran kaki dan tangan, tinggi bisa mencapai 2 meter
13. Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku

2.16 Patofisiologi Gigantisme

Sel asidofilik sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis


anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis
tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormon pertumbuhan menjadi sangat
tinggi. Akibatnya seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali termasuk
tulang. Pada gigantisme hal ini terjadi sebelum masa remaja yaitu sebelum epifisis
tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus
meningkat seperti raksasa.
Biasanya penderita gigantisme juga mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia
terjadi karena produksi hormon pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan
hormon pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh
sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah dan sel-sel beta pulau
langerhans pankreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemia dan akhirnya sel –
sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya kira – kira 10 persen pasien gigantisme
menderita DM.
Pada sebagian besar penderita gigantisme akhirnya akan menderita
hipopituitarisme bila gigantisme tetap tidak diobati sebab gigantisme biasanya
disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai
merusak kelenjar itu sendiri.

17
2.17 WOC Gigantisme

Adenoma
hipofisis
Antagonis
Sel tumbuh
insulin
abnormal
meningkat

Fungsi organ
terhambat Pemakaian
glukosa
sedikit
Sekresi
hormon
Glukosa
pertumbuhan
darah
meningkat
meningkat
Pertumbuhan tulang
yang berlebihan hiperglikemi

gigantisme

Tulang Jaringan Pengetahua Pertumbuhan Pertumbuhan


mengalami membesar n tentang berlebihan jaringan lunak
kelainan pada tungkai gigantisme pada tulang semakin cepat
dan lengan kurang rahang
(mandibula)
dan lidah Kulit semakin
Tubuh
Peradangan menebal dan
semakin tinggi Defisiensi Kesulitan
tungkai dan kasar
pengetahuan makan
lengan

Perubahan
Intake makan Resiko
penampilan Kelemahan
kurang kerusakan
fisik pada tungkai
integritas kulit
dan lengan

Gangguan Nutrisi kurang


body image Gangguan dari kebutuhan
mobilitas fisik tubuh

18
2.18 Pemeriksaan Diagnostik Gigantisme
1. Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya akan meningkat
mencapai 400 mg/ml
2. Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid,
alur supraorbital, dan rahang bawah. lantai fosa hipofisis biasanya tampak
mengalami erosi menjadi ganda pada tomogram tampak lateral.
3. CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
4. Kadar glukosa serum bisa meningkat

2.19 Penatalaksanaan Gigantisme


1. Kraniatomi
Hipofisektomi kranial atau operasi transsphenoidal bisa dilakukan sebagai
upaya pengobatan pertama
2. Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah metode
pengobatan lain yang dilakukan untuk mengobati tumor di otak. Terapi ini
akan memaparkan ratusan sinar radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif
serta dapat mengembalikan level hormon pertumbuhan menjadi normal, terapi
ini dapat berisiko munculnya gangguan emosional pada anak-anak, obesitas,
dan ketidakmampuan belajar. Terapi ini umumnya diambil sebagai alternatif
akhir jika metode operasi standar mengalami kegagalan.
3. Bromocriptine (parlodel) dan octreotide (sandostatin) digunakan untuk
menghambat hGh. Obat-obatan dapat digunakan untuk mengurangi gejala
gigantisme pada anak jika prosedur operasi tidak berhasil atau menghadapi
kasus tumor yang tumbuh kembali.

2.20 Komplikasi Gigantisme


Bedah dan radiasi dapat menyebabkan rendahnya tingkat hormon hipofisis,
yang dapat menyebabkan:
1. Adrenal insufisiensi
2. Diabetes insipidus (jarang)
3. Hipogonadisme
4. Hypothyroidisme

19
2.21 Prognosis Gigantisme
Prognosis pada pasien gigantisme tergantung pada lamanya proses kelainan
berlangsung dan besarnya tumor. (Guyton, 2006)

2.22 Masalah Keperawatan Gigantisme


1. Gangguan bodi image b.d perubahan struktur tubuh.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gigi tumbuh terpisah – pisah, lidah
membesar.
4. Gangguan integritas kulit b.d wajah kasar, kulit tebal.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar sumber informasi.

2.23 Definisi Akromegali


Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormon
pertumbuhan (GH) yang berlebihan pada saat dewasa (Patrik Davey . 2003)
Akromegali adalah keadaan dimana tumor somatotrop hipofisis anterior
mensekresi sejumlah besar hormon pertumbuhan ketika dewasa. (Ganong F
William. 1999) Akromegali adalah keadaan setelah pertumbuhan somatis selesai,
hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan
penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak (Syaiffudin.2006 ) .

Akromegali secara harfiah berarti “pembesaran ekstremitas” terjadi karena


hipersekresi GH dan IGF-1 semakin bertambah dimulai selama masa kanak-
kanak, sebagian besar karena tumor hipofisis. IGFH-1 menyebabkan sebagian

20
besar manifestasi klinis akromegali (Porth, 2007). Sebagai hasil dari stimulasi
konstan, tulang kecil pada tangan dan kaki, tulang membranosa tengkorak,
jaringan ikat dan jaringan lunak terus tumbuh. Dahi melebar, maksilaris
memanjang, lidah membesar dan suara memberat.
Pertumbuhan berlebihan pada tulang dan jaringan lunak pada kaki dan
tangan menyebabkan pasien harus membeli cincin, sarung tangan dan sepatu
semakin besar. Kondisi ini berbeda dengan sindrom Marfan.

2.24 Etiologi Akromegali


Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh
tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan hormon berlebihan (Price, 2005), Namun menurut
Saputra, Lyndon, 2014 penyebab lainnya :
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)
3. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4. Adenoma yang menskresikan LH,FSH atau TSH Penyebab yang sering
ditemukan antara lain:
a. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
b. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)

2.25 Manifestasi Klinis Akromegali


Berikut adalah manifestasi klinis gigantisme menurut Wong, et.al (2009):
1. Mulai terjadi pada usia 30-50 tahun, lama setelah epifise tulang menutup,
sehingga tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2. Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak.
Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah
gelapnya kulit. Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit
membesar, menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat
3. Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan
rahang menonjol (prognatisme).

21
4. Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan
serak.
5. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
6. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti tong.
7. Nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis degeneratif yang
melumpuhkan
8. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi
gagal jantung.
9. Pembesaran tengkorak frontal (mengakibatkan dahi bias menonjol dan alis
berat), mandibular prognatisme (menonjol rahang bawah), maloklusi rahang
dan overbite, penebalan kulit, dan ukuran sepatu dan cincin bertambah
10. pembengkakan jaringan lunak lidah, usus, jantung, ginjal, dan pita suara dan
penebalan periarticular dan tulang rawan, sehingga menyebabkan nyeri sendi
osteoarthritis.
11. 60% pasien menunjukkan kyphoscoliosis tulang belakang (kelengkungan luar
dari tulang belakang) dan hyperostosis rangka difus (pertumbuhan berlebih
dari tulang).

2.26 Patofisiologi Akromegali


Menurut Saputra, Lyndon, 2014 perjalanan penyakit Akromegali yaitu antara lain:
1. Sekresi GH yang berlebihan terjadi sesudah penutupan epifise
2. Sekresi GH yang berlebihan menyebabkan perumbuhan kartilago, tulang dan
jaringan lunak yang berlebihan; dan melebarkan kelenjr keringat, kelenjar
sebasea dan gonad.
3. Hipermetabolisme yang diinduksi oleh GH menyebabkan perubahan hormon.
Pada akromegali, sekresi GH naik dan kontrol dinamis sekresi menjadi
abnormal. Sekresi tetap episodik, namun jumlah, durasi, dan amplitudo
episode sekresi meningkat. Sekresi terjadi secara acak dalam periode 24 jam.
Pelepasan karakteristik saat nokturnal juga tidak ditemukan, dan terjadi respon
abnormal terhadap supresi dan stimulasi. Supresibilitas glukosa hilang, dan
stimulasi GH akibat hipoglikemia tidak ditemukan. Efek dari hipersekresi GH
kronik diakibatkan oleh stimulasi IGF-I dalam jumlah berlebihan dan level

22
plasma dari IGF-I meningkat dalam akromegali. Efek promosi pertumbuhan
yang ditimbulkan IGF-I (Sintesis DNA, RNA, dan protein) menyebabkan
munculnya gejala karakteristik seperti proliferasi tulang, kartilagom dan
jaringan lunak serta peningkatan ukuran organ lain. Resistesi insulin dan
intoleransi karbohidrat yang muncul pada akromegali dikarenakan efek
langsung dari GH.

23
2.27 WOC Akromegali

Penyebab sekunder: Kelainan


Penyebab primer: Tumor hipofisis Hipotalamus
anterior
Adenoma Menekan jar. otak
tumbuh agresif Pada
Sekresi GHRH metabolisme
Saraf yang
membawa signal karbohidrat:
ke mata tertekan Antagonis
insulin
Gangguan Sakit kepala,
pengelihat muntah, papil Sekresi GH Peningkatan
an edema berlebih Glukosa darah

MK: MK:
Terjadi ketika lempeng
Resiko Resiko
epifisis tulang sudah
Cidera PTIK Glukosa
menutup
darah
meningkat
AKROMEGALI
MK:Hiperglikemi
Pada sintesis protein: a
Proliferasi pada Tulang meningkatkan produksi
protein dan transportasinya
ke sel-sel otot
- Penonjolan tulang merangsang
rahang&pipi pertumbuhan otot
Tangan,kaki & jari- dan jaringan
jari menebal - Bentuk wajah kasar
- Pembesaran mandibula
Pada metabolisne
Koping inefektif lemak: meningkatkan
Sulit menggigit penguraian lemak
Sulit /mengunyah makanan
tubuh menjadi asam
Malu dengan berbicara lemak bebas dan
keadaan tubuhnya
MK: Gangguan Nafsu makan kadar lemak dalam
Komunikasi menurun darah meningkat.
MK: verbal
HDR MK: Ketidakseimbangan nutrisi:
MK: Gangguan Kurang dari kebutuhan tubuh
citra tubuh

Kelelahan&kelemahan
MK: Intoleransi aktivitas 24
2.28 Pemeriksaan Diagnostik Akromegali
1) Laboratorium darah yaitu:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH. Kadar GH berlebihan
mencapai 400 ng/ml
b. Kadar somatomidin meningkat 2,6-21,7 U/ml ( 0,31-1,4 U/ml)
c. Tes toleransi glukosa : hiperglikemia
2) Rontgen tulang tengkorak untuk melihat penebalan tulang.
3) Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari
tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.
Sedangkan, pemeriksaan gigantisme dan akromegali menurut Corwin, E.J.
(2009) adalah:
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan mendiagnosis kelebihan
hormon pertumbuhan
2) Pemeriksaan darah yang mengukur peningkatan kadar GH akan mendukung
diagnosis gigantisme atau akromegali.
3) Peningkatan kadar glukosa darah dapat terjadi pada kedua kondisi
tersebut.Pola sekresi pelepasan GH tidak lagi dapat diduga dan tidak
berkaitan dengan tidur pada kedua kondisi tersebut.

2.29 Penatalaksanaan Akromegali


Tujuan pengobatan adalah:
1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3) Menormalkan fungsi hipofisis
4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C
akibat pembesaran tumor
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1) Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan
bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut

25
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2) Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69
4500 RAD)
b) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles
Radiation, 150 69 15000 RAD)
3) Terapi medikamentosa
a. Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat
meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien
akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine
menurunkan kadar pH dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a) Brokriptin
b) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis
yang dicapai antara lain adalah:
• Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak nafas ringan,nausea, konstipasi, dll.
b. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-
200 mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang
dicapai:
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1
pada 50 kasus

26
b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
c) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu
nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.

2.30 Komplikasi Akromegali


Komplikasi yang menyertai penyakit gigantisme dan akromegali, antara lain:
1. Hypopituitarism
Hypopituitarism dapat terjadi akibat efek pendesakan tumor maupun akibat
pengobatan. Penderita dengan terapi radiasi perlu monitor jangka panjanh
terhadap fungsi hipofise, karena kelainan dapat terjadi setelah 15 tahun atau
lebih (Cook, 2004).
2. Kelainan pernafasan
Kelainan pernafasan pada akromegali terjadi karena pertambahan massa
jaringan lunak di daerah saluran napas sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan tidur.
3. Penyakit kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskular yang terjadi pada pasien akromegali biasanya
adalah gangguan fungsi sitolik dan diastolic (hipertensi) dan juga
pembesaran kedua ventrikel jantung. Hipersekresi hormone pertumbuhan
dapat mengakibatkan retensi cairan natrium oleh ginjal yang akan
menyebabkan peningkatan volume plasma dan berperan dalam terjadinya
hipertensi.
4. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat terjadi akibat kecenderungan HP untuk
meningkatkan glukosa darah dan menurunkan sensitivitas insulin (Corwin,
2009).

2.31 Prognosis Akromegali


Angka kematian dan morbidity yang terkait dengan akromegali disebabkan
oleh dua keadaan yakni efek metabolic dari hipersekresi hormon pertumbuhan
serta efek massa dari adenoma hipofise. Angka kematian penderita penyakit ini

27
adalah dua kali lipat bila dibandingkan dengan populasi normal. Kematian dapat
disebabkan oleh kelainan kardiorespiratori, diabetes serta keganasan, terutama
keganasan kolon, yang diakibatkan oleh efek dari ekses HP dan IGF1 (Cook,
2004; Melmed, 2005; Khandwala; 2005).
Penderita akromegali dengan kadar hormon pertumbuhan lebih dari 10
ng/ml, didapatkan peningkatan angka kematian dua kali lipat, sedangkan
penderita dengan kadar hormon pertumbuhan kurang dari 5 ng/ml mempunyai
angka kematian hampir sama dengan populasi normal (Bates, 1993). Tindakan
yang dapat menurunkan kadar IGF-1 serum menjadi normal dapat menurunkan
resiko kematian (Holdaway, 2004).

2.32 Masalah Keperawatan Akromegali


1. Nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
2. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada struktur tubuh
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam menggigit /mengunyah dan menelan
makanan
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan berbicara
karena perubahan bentuk wajah
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
ke jaringan

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus Dwarfisme


An. J laki-laki umur 11 tahun dibawa ke RSUB oleh orang tuanya karena orang
tuanya khawatir terhadap pertumbuhannya yang tidak sama dengan teman
seusianya sehingga anak sering tidak mau pergi bermain dengan teman sebayanya
bahkan tidak mau masuk sekolah. An. J mengeluh sering diejek teman-temannya
saat disekolah dan dirumah. An. J juga sering merasa lemas. Setelah dilakukan
pemeriksaan CT-scan ditemukan adanya kelainan pada hipofisisnya, tes lab
menunjukan kadar GH rendah. Ibu mengatakan bahwa kakek An. J juga memiliki
tubuh yang pendek dan saat kehamilan ibu An. J mengalami malnutrisi. Hasil dari
pemeriksaan fisik ditemukan tinggi badan 75 cm berat badan 10 kg kelemahan
sendi, kelemahan otot dan tulang kecil, hidung menonjol.

1. Pengkajian

a. Identitas
1) Nama : An. J
2) Umur : 11 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Suku bangsa : Indonesia
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Pendidikan : Sekolah Dasar
7) Alamat : Bojonegoro
8) Diagnosa : Dwarfisme
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
An. J mengeluh sering diejek teman-temannya saat disekolah dan
dirumah. An. J juga sering merasa lemas.

29
b) Riwayat penyakit sekarang
Pertumbuhan anak yang tidak sama dengan temannya sehingga anak
merasa malu untuk bermain dengan temannya dan disertai dengan
lemas.
c) Riwayat prenatal
Pada masa kehamilan ibu mengalami malnutrisi karena asupan nutrisi
yang kurang. Ibu An. A mengatakan saat kehamilan jarang
mengonsumsi makanan bergizi.
d) Riwayat keluarga
Dari genogram keluarga terdapat gangguan pertumbuhan yaitu kakek
An. J.
c. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a) Pertumbuhan
Usia 11 tahun tinggi badan An. J 75 cm dengan berat badan 10 kg.
b) Perkembangan
An. J susah berjalan karena ada kelemahan sendi, An. J juga sering
menghindari interaksi sosialnya karena malu dengan bentuk
tubuhnya yang tidak sama dengan teman sebayanya.
d. Pemeriksaan fisik
B1: RR 20x/menit, teratur, tidak ada suara nafas tambahan
B2: TD 110/80
B3: compos mentis
B4: normal intake dan output
B5: penurunan nafsu makan
B6: terasa lemas, kelemahan sendi dan otot, tulang berukuran kecil dari
usianya

30
2. Analisa Data

Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS: keluarga An. J Hiposekresi GH Gangguan citra tubuh
mengatakan bentuk tubuh ↓
anaknya tidak sama Pertumbuhan tulang,
dengan teman sebayanya otot, organ menurun

DO: Bentuk tubuh
- Hidung menonjol abnormal
- Kelemahan sendi ↓
- Usia 11 tahun berat Gangguan fungsi
badan 10 kg dg tinggi psikososial
badan 75 cm ↓
Gangguan citra tubuh

DS: An. J mengeluh sering Hiposekresi GH Harga diri rendah


diejek teman-temannya ↓ kronik
saat disekolah dan Gangguan fungsi dan
dirumah bentuk tubuh kronis

DO: perubahan penampilan
- Senang menyendiri ↓
- Murung Harga diri rendah
kronik
DS: An. J mengatakan Defisiensi GH Intoleransi aktivitas
sering lemas ↓
Somatomedin turun
DO: ↓
- Penurunan hormon GH Sintesis protein turun
- kelemahan otot, ↓
kelemahan sendi dan Gangguan
tulang kecil. metabolisme hepar

ATP turun

Lemas

Intoleransi aktivitas

3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan fungsi psikososial
2. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kurangnya respek dari orang
lain

31
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan

4. Intervensi Keperawatan

Gangguan Citra Tubuh 00118 berhubungan dengan perubahan fungsi psikososial


Domain 6 Persepsi diri
Kelas 3 Citra Tubuh
NOC NIC
Citra Tubuh 1200 Pengurangan Kecemasan 5820
120001 Gambaran internal terhadapnya 1. Buat klien tenang melalui pendekatan
120002 Kesesuaian antara body reality, yang menyenangkan
body ideal, dan body presentation 2. Mencari untuk memahami harapan
120005 Kepuasaan terhadap penampilan klien terhadap situasi yang penuh stres
tubuh 3. Menyediakan informasi tentang
120006 Kepuasaan terhadap fungsi tubuh diagnosis, pengobatan dan prognosis
4. Mendorong rasa aman dan menurunkan
Harga Diri 1205 ketakutan
120502 Penerimaan terhadap keterbatasan 5. Mendorong keluarga untuk tetap
diri berada dengan klien
120505 Mendeskripsikan diri 6. Mendengarkan dengan penuh perhatian
120511 Tingkat kepercayaan diri 7. Identifikasi tingkat ansietas
8. Mendorong untuk menyampaikan
perasaannya, harapannya, dan
kecemasannya

Peningkatan Perkembangan:Anak 8274


9. Bina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarga
10. Membangun interaksi yang dekat
dengan klien
11. Bimbing klien untuk sadar pentingnya
dirinya sebagai individual
12. Fasilitasi keluarga menjalin hubungan
dengan komunitas yang memiliki
permasalahan yang sama
13. Dorong klien berinteraksi dengan
orang lain melalui role modeling dalam
kemampuan interaksi
14. Menyediakan aktivitas yang
mendorong klien berinteraksi dengan
anak-anak lainnya
15. Dorong klien untuk mencari
kemampuan lebih dirinya seperti
bernyanyi, menari, dan lain-lain
16. Bantu klien membuat rencana dengan
mendorong klien untuk

32
membayangkan apa yang akan terjadi
selanjutnya dan membuat daftar pilihan
lain yang memungkinkan

Harga Diri Rendah Kronik 00224 berhubungan dengan kurangnya respek dari orang lain
Domain 6 Persepsi Diri
Kelas 7 Harga Diri
NOC NIC
Harga Diri 1205 Peningkatan harga diri 5400
120502 Penerimaan terhadap 1. Dampingi klien untuk menerima dirinya
keterbatasan diri 2. Dorong kontak mata selama berkomunikasi
120505 Mendeskripsikan diri 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi respon
120511 Tingkat kepercayaan diri positif dari orang lain
4. Menahan diri dari komentar negatif
5. Bantu klien membuat tujuan yang realistik
untuk mencapai kepercayaan diri yang
tinggi
6. Bantu klien untuk memikirkan kembali
persepsi negatif terhadap dirinya
7. Fasilitasi dengan lingkungan dan aktivitas
yang dapat meningkatkan harga diri
8. Buat pernyataan positif tentang klien
9. Memberikan pengertian kepada keluarga
tentang pentingnya perhatian dan dukungan
terhadap perkembangan anak dalam konsep
diri positif

Intoleransi Aktivitas 00092 berhubungan dengan keletihan


Domain 4 Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 Respons Kardiovaskular/Pulmonal
NOC NIC
Intoleransi Aktivitas 0005 Terapi Latihan:Mobilitas
000510 Jarak berjalan (pergerakan) Sendi 0224
000518 Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari 1. Tentukan keterbatasan pergerakan
sendi dan pengaruhnya terhadap
fungsinya
2. Tentukan tingkat motivasi klien
untuk mempertahankan atau
mengembalikan pergerakan sendi
3. Mengukur tingkat nyeri sebelum
memulai terapi gerakan sendi
4. Bantu klien memposisikan posisi
tubuh untuk gerakan sendi secara
pasif / aktif
5. Tunjukkan latihan pasif (PROM)
atau aktif (AROM)

33
6. Kolaborasi dengan terapi fisik
dalam mengembangkan dan
menjalankan program latihan

Terapi Latihan:Kontrol Otot 0226


7. Kolaborasikan dengan terapi fisik,
okupasi, dan recreational dalam
mengembangkan dan
menjalankakn program latihan
8. Konsultasikan dengan terapi fisik
untuk menentukan posisi optimal
klien selama latihan dan
banyaknya pengulangan pada
masing-masing pola gerakan
9. Berikan penjelasan tentang tujuan
dari tipe-tipe latihan dan protokol
kepada klien / keluarga
10. Bantu klien memposisikan duduk /
berdiri untuk latihan
11. Memberikan langkah demi
langkah pada masing-masing
aktivitas motorik selama latihan
atau ADL
12. Bantu klien untuk
mengembangkan protokol latihan
dalam kekuatan, ketahanan,dan
fleksibilitas
13. Dorong pasien untuk latihan secara
mandiri

5. Evaluasi
1. S : An. J mengatakan tidak apa-apa dengan tubuhnya sekarang dan dapat
memahami situasinya.
O : AN. J terlihat lebih tenang dan mau bermain dengan teman
sebayanya
A : Intervensi berhasil keseluruhan
P : Intervensi diberhentikan
2. S : An. J mengatakan dapat menerima apa yang terjadi padanya
O : An. J terlihat lebih tenang dan percaya diri saat diajak bicara oleh
perawat
A : Intervensi berhasil keseluruhan
P : Intervensi diberhentikan

34
3. S : An. J mengatakan kadang-kadang masih merasa lemas.
O : An. J melakukan ADL dengan bantuan keluarga.
A : Intervensi belum berhasil
P : Intervensi 5,6,7,11,12,13 dilanjutkan

3.2 Kasus Gigantisme Anak


Seorang ibu datang ke rumah sakit dengan anak M dan mengeluhkan bahwa
anaknya yang sudah berumur 16 tahun mengalami pertumbuhan dan peningkatan
berat badan yang abnormal dari anak seusianya. Tinggi anak tersebut mencapai 2,2
meter dan berat bada mencapai 150 kg serta mengatakan ibunya bahwa penglihatan
anaknya berkurang. Keadaan fisik sang anak tampak mandibula tumbuh berlebihan,
Gigi menjadi terpisah – pisah, Pembesaran kaki dan tangan sehingga dia merasa
berbeda dengan temannya dan menyebabkan tidak mempunyai teman. Dari hasil
wawancara didapatkan bahwa sang ibu pernah menderita hipertiroid semasa hamil.
Hasil pemeriksaan lab : glukosa darah meningkat , peningkatan hormon
pertumbuhan pada darah .

1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama : An. M
Usia : 16 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
b. Keluhan Utama
An. M mengalami pertumbuhan dan peningkatan berat badan yang
abnormal dari anak seusianya
c. Riwayat Penyakit Sekarang
An. M mengalami pertumbuhan dan peningkatan berat badan yang
abnormal dari anak seusianya. Tinggi anak tersebut mencapai 2,2 meter
dan berat bada mencapai 150 kg serta mengatakan ibunya bahwa
penglihatan anaknya berkurang. Keadaan fisik sang anak tampak

35
mandibula tumbuh berlebihan, Gigi menjadi terpisah – pisah,
Pembesaran kaki dan tangan sehingga dia merasa berbeda dengan
temannya dan menyebabkan tidak mempunyai teman.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
An. S tidak pernah terkena penyakit terdahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dari An. M terkena hipertiroid saat mengandung An. M
f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran composmentis, tampak tinggi dan besar
a) Tanda-tanda Vital
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,60C
TD : 120/80 mmHg
RR : 25x/menit
b) Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Kulit kepala bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor,
bentuk wajah, tidak ada luka,tidak ada edema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Rambut
Inspeksi : Rambut hitam, persebaran merata, ikal, tidak
berketombe dan rambut tidak rontok.
Palpasi : Tekstur rambut halus dan sedikit berminyak.
 Mata
Inspeksi : Mata simetris, fungsi penglihatan kurang baik,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata.
 Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada polip, tidak terdapat secret.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Leher

36
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri telan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Mulut
Inspeksi : Keadaan fisik sang anak tampak mandibula tumbuh
berlebihan, Gigi menjadi terpisah – pisah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Irama nafas reguler, frekuensi pernafasan 25x/menit,
tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Suara paru sonor.
Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan.
Jantung
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada jejas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Denyut jantung 90x/menit, irama reguler, tidak ada
bunyi jantung tambahan.
 Abdomen
Inspeksi : Perut simetris dan datar.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan di abdomen.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus 7x/menit
 Ekstremitas
Inspeksi : Pembesaran kaki dan tangan
Inspeksi : Tidak terdapat tanda sianosis, akral hangat.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, CRT <3 detik.
 Integumen
Inspeksi : Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tidak ada
ruam.

37
2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : ibu An. M Ibu mengalami Ketidakseimbangan
mengatakan bahwa hipertiroid saat hamil nutrisi : kurang dari
anaknya bertumbuh kebutuhan tubuh.
tinggi dan besar Sekresi GH Domain 2. Nutrisi
secara abnornal dari Kelas 1. Makan
usianya. Ke janin melalui
plasenta
DO :
1. Tinggi anak Hipertiroid saat bayi
tersebut
mencapai 2,2 lempeng epifisis
meter dan berat belum menutup
bada mencapai
150 kg. Gigantisme
2. Gigi menjadi
terpisah – pisah pertumbuhan tulang
3. mandibula dan organ tubuh lain
tumbuh yg sangat cepat
berlebihan
mandibula tumbuh
berlebihan

Gigi menjadi terpisah


– pisah

Intake makanan tidak


maksimal

Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari

38
kebutuhan tubuh.
DS : ibu An. M Ibu mengalami gangguan citra tubuh
mengatakan bahwa hipertiroid saat hamil (00118)
anaknya bertumbuh Domain 6. Persepsi Diri
tinggi dan besar Sekresi GH Kelas 3. Citra Tubuh
secara abnornal dari
usianya. Ke janin melalui
plasenta
DO :
1. Tinggi anak Hipertiroid saat bayi
tersebut
mencapai 2,2 lempeng epifisis
meter dan berat belum menutup
bada mencapai
150 kg. Gigantisme
2. Gigi menjadi
terpisah – pisah pertumbuhan tulang
3. mandibula dan organ tubuh lain
tumbuh yg sangat cepat
berlebihan
4. Pembesaran mandibula tumbuh
kaki dan tangan berlebihan, Gigi
menjadi terpisah –
pisah, Pembesaran
kaki dan tangan

perbedaan dengan
teman sebaya

gangguan citra tubuh


DS : ibu An. M Ibu mengalami Resiko Jatuh (00155)
mengatakan bahwa hipertiroid saat hamil Domain 11.

39
anaknya bertumbuh Keamanan/Perlindungan
tinggi dan besar Sekresi GH Kelas 2. Cedera Fisik
secara abnornal dari
usianya. Ke janin melalui
plasenta
DO :
1. Tinggi anak Hipertiroid saat bayi
tersebut
mencapai 2,2 lempeng epifisis
meter dan belum menutup
berat bada
mencapai 150 Gigantisme
kg.
2. Penglihatan Penglihatan
berkurang terganggu

Resiko Jatuh

3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko Jatuh

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
Domain 2. Nutrisi
Kelas 1. Makan
NOC NIC
Dalam waktu x24 jam klien dapat mengatasi Terapi Nutrisi (1120)
masalah nutrisinya, dengan outcome : 1. Menentukan jumlah kalori dan tipe

40
Status Nutrisi (1004) nutrisi yang diperlukan untuk
1. Klien memiliki rasio berat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien,
badan/tinggi badan dalam rentang kolaborasikan dengan ahil gizi
yang normal 2. Mengatur diet pasien
2. Klien mendapatkan asupan gizi yang 3. Memberikan terapi insulin atau obat
adekuat hipoglikemik oral
3. Klien memiliki statushidrasi yang 4. Memberikan nutrisi yang
normal dibutuhkan sesuai batas diet yang
4. Klien memiliki energi yang normal dianjurkan
5. Klien tidak mengalami mual dan 5. Memonitor hasil laboratorium
muntah jumlah glukosa darah pasien
6. Mengajarkan pasien dan keluarga
Status Nutrisi : Energi (1007) mengenai diet yang dianjurkan
1. Klien memiliki stamina yang kuat 7. Memberikan pasien dan keluarga
2. Klien memiliki daya tahan tubuh contoh tertulis mengenai diet yang
yang kuat dianjurkan
3. Klien memiliki pertumbuhan yang Manajemen Cairan (2080)
normal 1. Berikan Intake cairan yang sesuai
2. Hindari asupan makanan dan
minuman dengan diuretik
3. Jaga intake dan output yang akurat
4. Pantau kadar serum elektrolit yang
abnormal

Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Citra Tubuh (00118)
Domain 6. Persepsi Diri
Kelas 3. Citra Tubuh
NOC NIC
Citra Tubuh (1200) Peningkatan Citra Tubuh (5220)
1. Klien dapat menerima dengan 1. Menentukan harapan citra diri

41
gambaran internal diri. pasien didasarkan tahap
2. Klien bangga denggan penampilan perkembangan.
tubuh diri sendiri. 2. Mendiskusikan perubahan fisik
yang disebabkan penyakit.
Harga Diri (1205) 3. Membantu pasien memisahkan
4. Klien mempunyai tingkat penampilan fisik dari perasaan
kepercayaan diri yang tinggi. bersalah.
5. Klien dapat berhadapan dengan 4. Membantu pasien dalam
orang lain. mengidentifikasi tindakan untuk
meningkatkan penampilan.
Tingkat Kecemasan Sosial (1216)
1. Klien tidak menunjukan adanya Peningkatan Harga Diri (5400)
ketakutan berinteraksi dengan orang 1. Memonitor pernyataan pasien
lain. mengenai harga diri.
2. Klien tidak merasakan cemas dalam 2. Menentukan kepercayaan diri
menghadapi orang lain. pasien dalam hal penilaian diri.
3. Klien tidak merasakan rasa tidak 3. Mendukung klien melakukan
nyaman saat berada di lingkungan kontak mata saat berkomunikasi
sosial. dengan orang lain.
4. Klien sudah tidak mempunyai 4. Membantu pasien dlam
persepsi diri yang negatif terhadap menghadapi bullying.
penerimaan oleh orang lain. 5. Berikan hadiah atau pujian terkait
kemajuan dalam menghadapi
orang lain.

Peningkatan Sosialisasi (5100)


1. Menganjurkan klien mengikuti
kegiatan sosial dan masyarakat.
2. Menganjurkan klien untuk
bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan dan
teknik komunikasi.

42
3. Menganjurkan klien untuk
mengekspresikan dan berbagi
masalah dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan :
Resiko Jatuh (00155)
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik
No NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan  Mengidentifikasi defisit kognitif
keperawatan selama x 24 jam, atau fisik pasien yang dapat
didapatkan hasil : meningkatkan potensi jatuh dalam
 Kemampuan untuk lingkungan tertentu
mempertahankan  Mengidentifikasi perilaku dan
ekuilibrium faktor yang mempengaruhi risiko
 Tidak ada kejadin jatuh jatuh
 Sarankan perubahan dalam gaya
berjalan kepada pasien.

5. Evaluasi

1. S = Klien mengatakan nafsu makan membaik dan tidak adanya rasa sakit
O = Klien tidak menunjukkan adanya sisa pada makanannya
A = Laporan subjektif memuaskan, kriteria hasil tercapai, masalah teratasi
keseluruhan.
P = Intervensi diberhentikan.
2. S = Klien mengatakan bahwa tidak ada rasa kecemasan dan gangguan citra
tubuh lagi
O = Klien merasa percaya diri dan tidak ada rasa takut untuk bersosialisasi
A = Laporan subjektif dan objektif memuasakan, kriteria hasil tercapai, masalah
teratasi keseluruhan.

43
P = Intervensi diberhentikan
3. S = Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk bergerak
O = Klien tidak jatuh saat beraktifitas
A = Laporan subjektif dan objektif belum memuaskan
P = Intervensi dilanjutkan

3.3 Kasus Akromegali Dewasa


Seorang bapak-bapak bernama Bapak Azzri, berusia 44 tahun, datang ke rumah
sakit dengan keluhan terdapat pembesaran jari-jari tangan, kaki dan lidah. Bapak
Azzri juga mengatakan adanya perubahan pada tulang wajahnya. Di samping itu
Bapak Azzri juga mengeluh nyeri pada punggung dan kepala. Tepat dua tahun yang
lalu bapak Azzri melakukan terapi radiasi karena terdapat tumor jinak hipofise.
Dari keterangan keluarga, penyakit ini tidak pernah terjadi di keluarganya.

1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama : Bp. Azzri
Umur : 44 tahun
Alamat : Jl. Cokroaminoto No. 1
Jenis kelamin : Laki - laki
Suku : Jawa
Status : Sudah menikah
Anamnesa
- Keluhan utama :
Klien mengalami mengeluh mengalami perubahan ukuran dan bentuk tubuh
seperti pada jari-jari, tangan, dan lidah. Klien juga mengeluh nyeri pada
punggung dan kepala
- Riwayat kesehatan sekarang :
Terjadi pembesaran pada telapak tangan dan kaki, merasakan kulit yang
melapisi hidung, bibir, dan bagian dari wajah menjadi tebal dan kasar, rahang
menjadi lebih menonjol, kulit lebih berlemak, lidah kian besar suara
memberat.

44
- Riwayat kes masa lalu :
Tepat dua tahun yang lalu bapak Azzri melakukan terapi radiasi karena
terdapat tumor jinak hipofise
- Riwayat keluarga :-
Pola fungsi kesehatan :
 Respirasi
biasanya pada pasien gigantisme dan akromegali tidak terjadi
perubahan pola nafas, dan bunyi nafas normal. Gangguan nafas
biasanya terjadi apabila adanya pembesaran tumor hipofisis.
 Aktivitas
Biasanya terjadi yang menyebabkan klien fatigue
 Makanan / cairan
Terganggu akbiat rahang menjadi lebih menonjol, lidah membesar,
gigi tidak rapat sehingga tidak dapat menggigit dan mengunyah
dengan baik
 Kenyamanan
Terganggu akibat tasanya nyeri dan kulit yang kasar dan berlemak
 Eliminasi
BAK dan BAB biasanya normal

- Pemeriksaan fisik :
 Atropometri : -
 Tanda tanda vital

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Nadi 98X/menit 60-80x/menit
Suhu 35,1C 37,5C
TD 120/90 110/80
RR 20X/menit 12-20x/menit

45
 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hb 12,8 12-16
Leukosit 5.900 4500-13.500
Ht 37% 35%-52%
Eritrosit 4,31
Trombosit 2,5 150.000-450.000
Pengkajian focus

 Inspeksi : pembesaran pada telapak tangan dan kaki, lidah membesar,


suara berat
 Palpasi : kulit yang melapisi hidung, bibir, wajah menjadi tebal, kulit
berminyak
 Auskultasi : -
 Perkusi : -

Pengkajian per system

 System cardiovaskuler
Biasanya fungsi cardio terganggu sehingga dapat terjadi
kardiomegali, penyakit arteri koroner, hipertensi, takikardi
Pem lab = TD: 120/90 nadi: 98x/menit
 System respiratory
Terjadi gangguan pernafasan akibat adanya pembesaran tumor
hipofisis
Pem lab= rr: 20x/menit
 System integument
Akibat peningkatan GH terjadi pembesaran pada telapak tangan dan
kaki. Kulit yang melapisi hidung, bibir, wajah menjadi tebal, dan
kulit berlemak
 System musculoskeletal
Akibat peningkatan GH terjadi pelebaran tulang sehingga rahang
menjadi lebih menonjol, gigi tidak rapat, dan dapat terjadi kiposis.

46
 System neuromuscular
Dapat menggangu penglihatan dan dapat merusak nervous
III,IV,V,VI
 System digestive
Lidah membesar rahang menonjol menyebabkan kesulitan dalam
mencerna makanan
BB = 90 kg
 System endokrin
IGF -1 meningkat, GH meningkat
 System hematologi
Hb: 12,8 Leukosit: 37% eritrosit:4,31 trombosit: 2,5

2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Klien mengeluh nyeri Akromegali Nyeri Akut
punggung dan kepala
DO : Deformitas tulang belakang
TD : 120/90
Nadi : 98x/menit Nyeri
RR : 20x/menit
DS : Klien mengatakan Akromegali Gangguan citra tubuh
terjadi perubahan ukuran
pada tangan, kaki, dan Pertumbuhan melebihi
lidah. normal
DO : -
Merasa malu

Gangguan Citra tubuh

3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan citra tubuh

47
4. Intervensi Keperawatan

Nyeri akut (00132)


Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan fisik
NOC NIC
Dalam 1 x 24 jam diharapkan pasien tidak Manajemen Nyeri (1400) :
mengalami nyeri dengan outcomes : 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kepuasan Klien : Manajemen Nyeri komprehensif yang meliputi
(3016) : lokasi, karakteristik,
- Nyeri terkontrol dengan frekuensi onset/durasi, frekuensi, kualitas,
(3-5) (301601) intensitas atau beratnya nyeri
- Tingkat nyeri dipantau secara dan faktor pencetus.
regular dengan frekuensi (3-5) 2. Observasi adanya petunjuk
(301602) nonverbal mengenai
Status Kenyamanan (2008) : ketidaknyamanan terutama pada
- Kesejahteraan fisik klien tidak mereka yang tidak dapat
terganggu (5) (200801) berkomunikasi secara efektif.
- Kesejahteraan psikologis klien 3. Pastikan perawatan analgesik
tidak terganggu (klien tidak bagi pasien dilakukan dengan
merasa cemas lagi) (200803) pemantauan yang ketat.
- Klien mampu 4. Gunakan strategi komunikasi
mengkomunikasikan terapeutik untuk mengetahui
kebutuhannya (5) (200812) pengalaman nyeri dan
Nyeri : efek yang mengganggu (2101) : sampaikan penerimaan pasien
- Ketidaknyamanan klien berkurang terhadap nyeri.
dengan frekuensi 3-5 (210127) 5. Berikan informasi mengenai
- Gangguan konsentrasi klien nyeri seperti penyebab nyeri,
berkurang 3-5 (210108) berapa lama nyeri
Keputusasaan klien berkurang 3-5 (2101 akandirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat

48
prosedur.
Pemberian Analgesik (2210) :
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien.
2. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesic yang
diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi obat.
4. Tentukan pilihan obat analgesic
(narkotik, non narkotik, atau
NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri.
5. Berikan kebutuhan kenyamanan
dan aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan nyeri.

Gangguan citra tubuh (00118)


Domain 6. Persepsi Diri
Kelas 3. Citra Tubuh
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Peningkatan citra tubuh (5220)
keperawatan selama 3 x 24 jam, - Membantu klien untuk menentukan
gangguan citra tubuh klien teratasi pengaruh dari peer group terhadap persepsi
dengan kriteria hasil : klien mengenai citra tubuh saat ini.
Citra tubuh (10200) : - Membantu pasien untuk mengidentifikasi
- Klien mampu menyesuaikan tindakan-tindakan yang akan
terhadap perubahan tampilan meningkatkan penampilan.
fisik - Menentukan persepsi klien dan keluarga

49
- Klien mampu menyesuaikan terkait dengan perubahan citra diri dan
terhadap perubahan fungsi realitas.
tubuh Peningkatan Harga Diri (5400)
Harga diri ( 1205) : - Menentukan kepercayaan diri klien dalam
- Mampu mempertahankan hal penilaian diri.
kepercayaan diri - Membantu klien untuk menemukan
- Mampu memverbalisasi penerimaan diri.
penerimaan diri - Bantu klien untuk mengidentifikasi respon
- Mampu menerima respon yang positif dari orang lain.
diharapkan dari orang lain - Membantu klien untuk mengatasi bullying
- Klien mampu komunikasi atau ejekan.
terbuka - Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas-
aktifitas yang akan meningkatkan harga
diri.
- Memonitor tingkat harga diri dari waktu ke
waktu, dengan tepat.
- Buat pernyataan positif mengenai pasien.

5.Evaluasi
1. S = Klien mengatakan bahwa nyeri berkurang
O = TTV klien normal
A = Masalah keperawatan teratasi sebagian, tujuan tercapai
P = Intervensi dilanjutkan
2. S = Klien mengatakan bahwa mencoba menyesuaikan perubahan bentuk
tubuh
O=-
A = Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai
P = Intervensi dilanjutkan

50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi
hormone. Dwarfisme tidak sama dengan kreatinisme. Pada wanita dengan
dwarfisme yang seimbang dimungkinkan persalinan vaginal. Kadang-kadang
oleh karena gangguan pernafasan pada umur kehamilan lanjut kita tidak dapat
menunggu sampai ada tanda tanda persalinan. Umumnya pasien melahirkan
dengan section caesarea antara 35 – 37 minggu. Seringkali janinnya cukup
besar, sekitar 2,6 kg. (Dr. M. Hakim, Ph.D .2010).
Gigantisme adalah Kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon
pertumbuhan atau Growth hormon yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa
atau sebelum proses penutupan epifisis (Corwin, 2007).
Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormon
pertumbuhan (GH) yang berlebihan pada saat dewasa (Patrik Davey . 2003)
Akromegali adalah keadaan dimana tumor somatotrop hipofisis anterior
mensekresi sejumlah besar hormon pertumbuhan ketika dewasa. (Ganong F
William. 1999) Akromegali adalah keadaan setelah pertumbuhan somatis
selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi
menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak (Syaiffudin.2006 ) .

51
DAFTAR PUSTAKA

Greenspan, F.S. & Baxter, J.D. (2000). Endokrinologi dasar & klinik (ed. ). Jakarta:
EGC.

Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses penyakit edisi 6. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G., (2002). Buku ajar: keperawatan medikal
bedah brunner & suddarth (ed. 8). Jakarta: EGC.

Syahbuddin,Syafril.(2002). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi . Jakarta : Balai


Penerbit FKUI.

Sas TC, de Ridder MA, Wit JM, et al. Adult Height in Children with Growth
Hormone Deficiency: A Randomized, Controlled, Growth Hormone Dose-Response
Trial. Horm Res Paediatr. 2010.

Baradero, Mary, dkk .2009. Klien Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Guyton, Artur C.2002.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC.

J. Corwin, Elizabet .2007. Buku Saku Patofisiologi Corwin ed 3. Jakarta: EGC.

LeMone, Priscilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 5, Vol..2.
Jakarta: EGC

Lewis, Sharon L. 2011. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of


Clinical Problems 8th ed. USA: Elsevier Mosby.

Tambayong Jan. 2010. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

52

Anda mungkin juga menyukai