Anda di halaman 1dari 17

LALAT RUMAH (Musca domestica)

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Pengendalian Vektor”

Dosen: Agus Jamaludin, M.Kes

Disusun oleh:
Novita Sari
NPM. 18K251005

Reguler B Semester VI

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN


STIKes IBNU SINA BATAM
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengendalian Vektor dengan judul “Lalat Rumah (Musca domestica)”.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Terima kasih disampaikan kepada dosen yang telah membimbing dan
memberikan materi demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat.

Tanjungpinang, Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Insecta (serangga) merupakan anggota dari filum Arthropoda yang
memiliki jumlah spesies terbanyak. Insecta bisa ditemukan di berbagai habitat
baik di darat maupun di laut. Ada banyak jenis hewan yang masuk ke dalam
kelas ini, salah satunya adalah lalat.
Lalat merupakan salah satu serangga yang termasuk ke dalam ordo
Diptera. Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling berperan
dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan
ppenyakit. Peranan lalat dalam meyebarkan penyakit adalah sebagai vektor
mekanik dan vektor biologis. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-
bibit penyakit melalui anggota tubuhnya. Tubuh lalat mempunyai banyak
bulu-bulu terutama pada kakinya. Bulu-bulu yang terdapat pada kaki
mengandung semacam cairan perekat sehingga benda-benda yang kecil
mudah melekat (Suraini, 2011: 1).
Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan
mempergunakan sayap (terbang). Hanya sesekali bergerak dengan kakinya.
Ada berbagai jenis lalat yang berada di sekitar kita. Cara membedakannya
dapat dilihat dari morfologi yang dimiliki lalat tersebut. Salah satu contoh lalat
yang sering kita temukan adalah lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini
tersebar merata di berbagai daerah. Kebiasaan lalat ini adalah berpindah-
pindah tempat dari tempat-tempat yang kotor seperti tempat pembuangan
sampah, bangkai, bahkan kotoran. Tidak heran apabila pada tubuh lalat ini
menempel banyak mikroba yang dapat menyebabkan penyakit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana klasifikasi dari lalat rumah (Musca domestica)?
2. Bagaimana morfologi tubuh lalat rumah (Musca domestica)?
3. Bagaimana siklus hidup dari lalat rumah (Musca domestica)?
4. Apa kebiasaaan (cara hidup) lalat rumah (Musca domestica)?
5. Apa bakteri yang terdapat pada tubuh lalat rumah (Musca domestica)?
6. Apa keajaiban yang terdapat pada sayap lalat?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana klasifikasi dari lalat rumah (Musca domestica).
2. Mengetahui bagaimana morfologi tubuh lalat rumah (Musca domestica).
3. Mengetahui bagaimana siklus hidup dari lalat rumah (Musca domestica).
4. Mengetahui apa kebiasaaan dan cara hidup lalat rumah (Musca
domestica).
5. Mengetahui apa bakteri yang terdapat pada tubuh lalat rumah (Musca
domestica).
6. Mengetahui apa keajaiban yang terdapat pada sayap lalat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Lalat Rumah (Musca domestica)


Klasifikasi lalat rumah adalah sebagai berikut (Anonim, 2008):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Muscidae
Genus : Musca
Spesiess : Musca domestica

Lalat masuk ke dalam ordo Diptera yaitu memiliki dua pasang sayap
(Di- = dua dan – ptera = sayap). Mata biasanya berukuran besar. Antena
memiliki jumlah segmen yang bervariasi dari 3 – 40 buah. Metamorfosis
sempurna dengan larva yang tidak berkaki (Sa’adah, 2013: 146).
Ordo ini memiliki tipe alat mulut untuk mengunyah dan menghisap atau
menjilat dan menghisap membentuk alat mulut yang sepeti belalai disebut
probosis. Probosis ini dapat ditarik ke dalam atau dijulurkan sesuai dengan
keperluan hewan tersebut. Sesuai dengan namanya, hewan dari ordo ini
mempunyai 2 pasang sayap depan, sedangkan sayap belakang berubah
bentuknya menjadi suatu bulatan kecil yang disebut haltere. Haltere ini
digunakan sebagai alat keseimbangan dan alat untuk mengetahui keadaan
angin (Rusyana, 2011: 154).
B. Karakteristik

Keterangan:
A. Tarsus
B. Antena
C. Torax
D. Mata
E. Sayap

Gambar 1. Morfologi Tubuh Lalat Rumah (Musca domestica)


(Anonim, 2012)

Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam


keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata
lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan.
Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder
dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis
lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap
makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas
sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut
pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat
garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis
ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan
merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki
lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut
pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat
menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika
hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya (Anonim, 2012).
C. Siklus Hidup

Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica)


(Anonim, 2012)

Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari
telur, larva, pupa dan dewasa.
1. Fase Telur
Telur lalat berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm
panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan
menetas dalam waktu 8–16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan
menetas (dibawah 12 –13 º C) (Depkes, diakses 2013).

2. Fase Larva
 Tingkat I : telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang
2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan
ganas terhadap makanan, setelah 1 – 4 hari melepas kulit dan keluar
menjadi instar II.
 Tingkat II : ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah satu sampai
beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III.
 Tingkat III : larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan
waktu 3 sampai 9 hari. Larva mencari tempat dengan temperatur yang
disenangi, dengan berpindah-pindah tempat (Anonim, 2008).
3. Fase Pupa atau Kepompong
Jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini
berlangsung 3 sampai 9 hari, setelah stadium ini selesai maka melalui
celah lingkaran bagian anterior akan keluar lalat muda (Anonim, 2008).

4. Lalat Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewassa kurang lebih dari 15 jam
dan setelah itu siap mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa dapat
mencapai 2 – 4 minggu (Anonim, 2008).
Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari
Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis
yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian
sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina
dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar
2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3
(tiga) bulan. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer (Depkes, diakses
2013).

D. Kebiasaan dan Cara Hidup


Lalat rumah merupakan pemakan makanan yang berbau busuk biasa
dia memakan bahan berbentuk cairan seperti: sirup, susu, buah-buahan dan
sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran, air dia juga
mencemari makanan pada kulit/tubuh yang basah seperti mulut, lubang
hidung, mata pada luka serta pada daging kemudian lalat hinggap pada
keju, gula, dan makanan lain lalat memakan makanan kering dengan
bantuan dia mengeluarkan air liurnya yang mengandung penyakit
kemudian dihisapnya kembali makanan tadi hingga lalat sudah dikenal
sejak lama sebagai pembawa penyakit (Dinata, 2011).
Lalat membawa bakteri pada tubuh dan kaki-kakinya, sewaktu lalat
menikmati makanan ia akan mencemari makanan melalui cairan yang
dikeluarkan oleh makanan yang dicerna dan masuk kembali kedalam
permukaan makanan. Bila lalat terlampau banyak maka lalat dapat
membuang kotoran diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar
oleh telur atau larva lalat (Depkes, diakses 2013).
Tempat yang disenangi lalat untuk perindukan atau berkembang biak
adalah tempat yang basah, pada benda-benda organik, tinja, sampah basah,
kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk. Sedangkan lalat akan
beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-
rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat-tempat dengan tepi yang
tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat beristirahatnya terletak
berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya
yang terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari
4,5 meter di atas permukaan tanah. (Anonim, 2008).

E. Bakteri yang terdapat pada Lalat Rumah


Mengutip dari hasil sebuah penelitian yang telah dilakukan terhadap
jenis-jenis lalat (Diptera) yang terdapat di Tempat Pembuangan Akhir
Sampah (TPA) kota Padang, didapatkan dua jenis lalat yaitu Musca
domestica dan Chrysomya megacephala yang berasal dari dua famili yaitu
Muscidae dan Calliphoridae (Suraini, 2011: 6). Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Jenis-jenis bakteri pada permukaan luar tubuh lalat M. domestica dan C.
megacephala
No Jenis Bakteri C. Megacephala M. domestia L.
1 Enterobacter aerogenes + +
2 Eschericia coli + +
3 Proteus sp. + +
4 Bacillus sp. + +
5 Serratia marcescens + +
Keterangan:
+ = Ada
- = Tidak ad
Pada penelitian ini ditemukan lima jenis bakteri yang terdapat pada per-
mukaan luar tubuh lalat M. domestica dan C. megacephala yang terdiri dari
empat jenis bakteri Enterobacteriaceae yaitu Enterobacter aerogenes,
Escherichia coli, Proteus sp. dan Serratia marcescens serta satu jenis bakteri
basil dari genus Bacillus sp.
1. Enterobacter aerogenes
Koloni bakteri pada media Nutrient Agar tidak berwarna, jernih,
bulat sedang, cembung, smooth. Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan
dengan memakai metoda KIT API 20 E didapatkan bahwa jenis bakteri
yang ditemukan adalah E. aerogenes dengan ketepatan hasil 96 %.
2. Escherichia coli
Pada Media Nutrien Agar koloni terlihat tidak berwarna, bulat
sedang, smooth. Pada media Mac Conkey Agar ukuran koloni rata-
rata 1 mm, sedikit cembung, smooth, berwarna merah karena
memfermentasi laktosa. Berdasarkan hasil identifikasi dengan TSIA dan tes
biokimia deretan IMVICMU ditandai dengan hasil tes yaitu, TSIA A/A/-,
Sulfur (-), Motility (+), Indol positif (+), Voges Proskauer (-), Cimon
Sitrat (-), MR positif (+), dan Urease negatif (-), Mannit (+) dan Sukrosa
(+).
3. Proteus sp.
Pada Nutrien Agar koloni bulat, smooth, tidak berwarna, ada yang
menyebar. Pada Mac Conkey Agar koloni terlihat bulat, berwarna merah
muda, tidak memfermentasi laktosa. Berdasarkan hasil identifikasi dengan
TSIA dan tes biokimia deretan IMVICMU ditandai dengan hasil tes yaitu,
TSIA A/K/+, Sulfur (+), Motility (+), Indol (-), Voges Proskauer (-), Simon
Citrat (+), Metyl Red positif (+), Urease positif (+), Mannit (+) dan
laktosa (+) seperti terlihat pada (Lampiran 5). Proteus dapat ditemukan
di dalam air, tanah dan bahan-bahan yang terkontaminasi oleh feses
manusia.
4. Bacillus sp.
Pada media Nutrien Agar koloni besar terlihat menyebar, tepinya
tidak rata. Dengan melakukan pewarnaan Gram dapat diidentifikasi bahwa
ditemukan bakteri Bacillus sp. pada tubuh lalat M. domestica dan C.
megacephala dengan ciri-ciri morfologi bakteri berbentuk batang besar
persegi (tongkat), bersifat Gram (+). Setelah dilakukan pewarnaan
spora ditemukan adanya endospora. Hasil uji tes katalase untuk bakteri
Bacillus sp. menunjukkan bahwa katalase (+).
5. Serratia marcescens
Pada media Mac Conkey agar terlihat koloni bakteri bulat, menyebar
dan berwarna merah. Berdasarkan hasil identifikasi dengan memakai
metoda KIT API 20 E didapatkan bahwa jenis bakteri yang ditemukan
adalah Serratia marcescens dengan ketepatan hasil 97%.

Frekuensi bakteri yang disebarkan oleh lalat M. domestica pada TPA


Lubuk Minturun Padang adalah E.coli 25% dan Bacillus sp 25% dan
menempati angka tertinggi, sedangkan jenis bakteri lain (E. aerogenes, S.
marcescens dan Proteus sp) dengan frekuensi masing-masing 16,67%
(Suraini, 2011: 8-10).
Dari hasil penelitian tersebut, tidak heran apabila lalat bisa menjadi
vektor biologis dan mekanis dalam penyebaran penyakit. Penularan ini terjadi
secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi
merupakan tempat menenmpelnya mikro organisme penyakit perut kemudian
hinggap pada makanan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat
rumah antara lain:
1. Desentri, penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang
berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu
badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat
hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut akan mencemari
makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada
manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat
peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push.
2. Diare, cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada
bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.
3. Typhoid, cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus,
sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
4. Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-
muntah, demam, dehidrasi (Depkes, diakses 2013).

F. Keajaibann Sayap Lalat


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (Rachdie,
2007:4):
”Qutaibah menceritakan kepada kami, Ismâ’îl bin Ja’far menceritakan
kepada kami dari ’Utbah bin Muslim Maula (mantan budak) Bani Taim dari
’Ubaid bin Hunain Maula Bani Zuraiq dari Abu Hurairoh Radhiyallahu’anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seekor
lalat jatuh ke dalam wadah minum kalian, maka celupkanlah seluruh tubuhnya
kemudian buanglah, karena sesungguhnya pada salah satu sayapnya terdapat
obat dan pada sayap lainnya terdapat penyakit.” (HR. Bukhari).
Salah seorang pakar medis di Jum’îyah al-Hidâyah al-Islâmîyah di
Mesir seputar hadits ini. Beliau (pakar medis ini) berkata:
”Lalat hinggap di atas tempat-tempat jorok yang penuh dengan kuman-
kuman berbagai penyakit. Sebagian kuman tersebut menempel di bagian
tubuhnya dan sebagiannya lagi termakan. Oleh karena itulah di dalam
tubuh lalat membentuk suatu (antibody) terhadap kuman tersebut berupa
senyawa yang disebut oleh pakar kedokteran sebagai ”antibacterial”, dan
antibacterial ini membunuh banyak kuman-kuman penyakit, sehingga tidak
memungkinkan lagi bagi kuman-kuman tersebut tetap hidup atau memberikan
pengaruh terhadap tubuh manusia dalam keadaan eksisnya antibacterial
ini. Dan ada lagi kekhususan salah satu sayap lalat ini, yaitu ia memojokkan
bakteri sampai ke ujungnya. Dengan demikian, apabila ada lalat yang jatuh ke
dalam minuman atau makanan, ia akan menurunkan kuman yang menempel
di tubuhnya pada minuman tersebut, karena kuman tersebut berada di bagian
tubuhnya yang terdekat, dan yang pertama kali melindungi dari kuman ini
adalah antibacterial yang dibawa lalat di dalam perutnya yang dekat dengan
salah satu sayapnya, yang apabila ada penyakit maka obat penawarnya adalah
pada bagian terdekat penyakit itu (yaitu di bagian sayap lainnya). Maka
cukuplah kiranya untuk membunuh kuman itu dengan cara mencelupkan
lalat tersebut (ke dalam minuman) kemudian membuangnya” (Rachdie,
2007: 10).
Hal ini dibuktikan dengan sebuah penelitian terbaru yang dilakukan
oleh Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas
Qashim, Kerajaan Arab Saudi, melakukan penelitian tentang analisa
mikrobiologi tentang sayap lalat. Laporan ini mereka presentasikan ke acara
”Student Research Seminar” di Universitas Qashim, KSA. Metode yang
mereka gunakan cukup sederhana, yaitu mengkultivasi (menumbuhkan) air
steril yang telah dicelupkan lalat ke media agar kemudian mengidentifikasi
mikroba yang tumbuh. Lalat yang digunakan ada beberapa spesies, dan
sample yang digunakan untuk tiap spesies terdiri dari dua sample, yaitu
(1) sample air steril dimana lalat dimasukkan sedemikian rupa sehingga
hanya pada bagian sayap lalat saja, dan (2) sample air steril yang
dimasukkan lalat yang dicelup seluruh tubuhnya. Semua ini dilakukan secara
aseptis (bebas mikroba) di ruangan khusus, untuk menghindarkan terjadinya
kontaminasi luar yang akan membuat hasil penelitian menjadi biasa (Rachdie,
2007: 11-12).
Salah satu hasil penelitiannya adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Hasil Penelitian Spesies Lalat A (Rachdie, 2007: 12)

Cawan Petri 1: sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang
berisi air steril yang dicelupkan lalat secara sempurna (seluruh tubuhnya
terbenam).
Cawan Petri 2: sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang
berisi air steril yang dijatuhkan seekor lalat ke dalamnya tanpa
membenamkannya.
Hasil:
Pada cawan petri 2, setelah diidentifikasi ternyata media ditumbuhi oleh
koloni bakteri patogen tipe E. Coli, yang merupakan penyebab berbagai
macam penyakit. Adapun pada cawan 1, pada awal mulanya tampak
tumbuh koloni kecil tipe E. Coli, namun pertumbuhannya terhambat oleh
mikororganisme yang setelah diidentifikasi merupakan bakteri Actinomyces
yang dapat memproduksi antibiotik. Bakteri ini biasanya menghasilkan
antibiotik yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin yang
berfungsi melisiskan bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi (Rachdie,
2007: 12-13).
Hasil yang sama didapatkan dari jenis lalat yang lain. Hal ini membuktikan
bahwa pada salah satu sayap lalat itu terdapat penyakit dan pada sayap yang
lainnya terdapat obatnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lalat rumah masuk ke dalam ordo diptera, yaitu yang memeiliki dua
sayap. Sepasang sayap depan dan sayap belakang yang berubah bentuknya
menjadi suatu bulatan kecil yang disebut haltere.
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam
keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Memiliki
sepasang mata, sepasang antena, dan tiga pasang kaki. Lalat rumah memiliki
bulu pada bagian atas dan bawah. Sayapnya mempunyai empat garis (strep)
yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis ini
menjadi ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis
lainnya.
Siklus hidup pada lalat rumah (Musca domestica) ada 4 fase, yaitu:
telur, larva, pupa, dan dewasa. Metamorfosis yang dilakukan oleh lalat adalah
metamorfosis sempurna.
Lalat rumah menyukai makanan yang berbau busuk d a n biasa
memakan makanan yang berbentuk cairan. Tempat yang disenangi lalat untuk
perindukan atau berkembang biak adalah tempat yang basah, pada benda-
benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan
busuk. Bakteri yang terdapat pada per mukaan luar tubuh lalat M. domestica
antara lain jenis bakteri Enterobacteriaceae yaitu Enterobacter aerogenes,
Escherichia coli, Proteus sp. dan Serratia marcescens serta satu jenis bakteri
basil dari genus Bacillus sp.
Keajaiban yang terdapat pada sayap lalat adalah pada salah satu
sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terdapat obat
(penawarnya). Hal ini disebabkan karena lalat hinggap di tempat yang penuh
kotoran dan terkadang lalat memakannya, sehingga pada tubuh lalat
membentuk antibodi.
B. Saran
Walaupun hanya sekilas pembahasan mengenai lalat ini, diharapkan
pembaca tetap menjaga diri, lingkungan, serta makanan agar tetap bersih. Hal
ini sangat penting untuk menghindari penyebaran penyakit di sekitar kita.
Karena lalat sebagai salah satu vektor penyebaran penyakit sangat menyukai
tempat-tempat yang kotor.
Namun, lalat tidak seburuk dengan apa yang telah dijelaskan. Segala
sesuatu yang diciptakan oleh Allah pasti ada manfaatnya. Seperti halnya
dengan lalat, walaupun ia menyebabkan penyakit, tetapi ia menyediakan
obat/penawarnya juga. Jangan melihat segala sesuatu dari satu sisi negatifnya
saja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Lalat. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/11/jtptunimus-gdl-s1-


2008-kartikasar-521-3-bab2.pdf diakses tanggal 13 Desember 2013 pukul
09.24.

Anonim. 2012. Morfologi Lalat Rumah (Musca domestica).


http://pancarahmat.blogspot.com/2012/05/gambar-morfologi-lalat-rumah-
musca.html diakses tanggal 21 Desember 2013 pukul 11.30.

Dinata, Arda. 2011. Namaku Lalat. http://kesehatan.kompasiana.


com/alternatif/2011/11/05/namaku-lalat-407634. html diakses tanggal 21
Desember 2013 pukul 13.00.

Departemen Kesehatan. Tanpa Tahun. Pengendalian Lalat.


http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Lalat.pdf diakses
tanggal 13 Desember 2013 pukul 12.16.

Rachdie, Abu Salma M. 2013. Mukjizat Hadits Lalat.


http://rofistera.files.wordpress.com/2013/03/mukjizat-hadits-lalat-
gratis.pdf diakses tanggal 13 Desember 2013 pukul 10.48.

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung:


Alfabeta.

Sa’adah, Sumiyati. 2013. Zoologi Invertebrata. Bandung: Program Studi


Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung
Djati.

Suraini. 2011. Jenis-jenis Lalat (Diptera) dan Bakteri Enterobacteriaceae yang


terdapat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kota Padang.
http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/JENIS-JENIS-
LALAT-DIPTERA-DAN-BAKTERI-ENTEROBACTERIACEAE-
YANG-TERDAPAT-DI-TEMPAT-PEMBUANGAN-AKHIR-SAMPAH-
TPA-KOTA-PADANG.pdf diakses tanggal 13 Desember 2013 pukul
12.16.

Anda mungkin juga menyukai