Anda di halaman 1dari 197

II.

BAGIAN BAGIAN DARI TRANSMISSION LINE

1. TOWER
Tower adalah konstruksi besi siku dengan syarat-syarat yang dapat memikul beban
konduktor yang cukup berat sesuai dengan konduktor yang akan dipergunakan.
Jenis-jenis tower:
- Piramid Tower
- Portal Tower
- Guyed tower dimana tower tersebut hanya diperkuat dengan kawat skur

2. CONDUCTOR
Konduktor adalah suatu media untuk mengalirkan daya listrik, setiap fasa dapat berupa
1, 2, 3, konduktor dan apabila untuk setiap fasa terdiri lebih dari dua konduktor maka
disebut Bundle Conductor. Konduktor adalah media yang mampu mengalirkan energi
listrik, dalam hal konduktor ACSR energi listrik disalurkan melalui kawat Aluminium,
sedangkan inti baja berfungsi sebagai penguat untuk menarik pada konduktor terserbut.
Diameter kondotor mulai dari 10, 50, 100 mm dan seterusnya. Dalam penggunaan
konduktor dapat dengan sistem bundle untuk diameter tertentu karena bila
menggunakan satu konduktor dengan diameter yang besar akan mengalami kesulitan
teknis.

1
Inti dari kawat baja
Mantel terbuat dari
kawat Aluminium

3. INSULATOR
Fungsinya adalah sebagai penyekat antara bagian konduktor yang bertegangan dengan
tower yang diketanahkan.
Permukaan isolator dibuat berlekuk lekuk yang maksudnya untuk menghindarkan air
hujan jangan sampai menghubungkan bagian yang bertegangan dengan tower yang
ditanahkan akibat dari air hujan.
Jumlah isolator tergantung dari tegangan sistem yang dipergunakan.
Tegangan semakin tinggi semakin banyak isolator yang dipergunakan dalam satu
rangkaian untuk mendapatkan jarak yang cukup untuk menghidarkan terjadinya
lompatan api listrik.
Untuk daerah yang berkabut misalnya daerah pantai dipergunakan jenis isolator anti
fog dan untuk daerah yang kering dipergunakan jenis isolator normal
Diameter isolator bermacam-macam tergantung tegangan kerja yang dikenakan makin
tinggi tegangan sistem makin besar diameter isolator.

2
4. FITTING
Fitting adalah seluruh material yang dipergunakan untuk mengikat atau memegang
sepanjang penghantar yang berhubungan dengan penyaluran tenaga listrik.

5. JOINT
Joint adalah penyambungan, mengingat panjang konduktor dalam haspel hanya
beberapa meter sedangkan panjang SUTT cukup jauh maka konduktor perlu
disambung. Pertama penyambungan antara inti baja dengan inti baja kemudian di press
kemudian baru aluminiumnya.

6. SUSPENSION SET
Adalah perlengkapan untuk memegang konduktor agar tidak jatuh, suspension klem ini
terdiri dari beberapa bagian.

7. SPACER
Spacer adalah pengikat antara konduktor dalam satu fasa pada penghantar bundle,
jumlah spacer tiap gawang tergantung jarak gawang dan jenis konduktor.

8. DUMPER
Dunper berfungsi untuk mengurangi getaran pada suspension clamp akibat tiupan
angin, karena apabila getaran tersebut tidak dikurangi akan dapat mengakibatkan
kerusakan konduktor pada suspension clamp.

9. PROTECTION RING
Protection ring adalah untuk menghindarkan terjadinya loncatan api listrik akibat
kelebihan muatan sehingga loncatan api listrik terjadi antar protective ring bukan
antara konduktor dengan tiang melalui permukaan isolator.

10. JUMPER
Jumper adalah konduktor penyambung pada tower tension

3
11. MONITORING
Monitoring adalah terbuat dari suatu plat yang menggambarkan susunan kawat fasa,
nomor tower, nilai tahanan tanah, tanda bahaya.

12. EARTHING GROUNDING


Earthing grounding adalah konduktor yang menyambungkan antara tower ke tanah
pemasangannya mutlak diperlukan karena apabila tower tersambar petir dapat
langsung diketanahkan sehingga tidak membahayakan manusia dan tidak
menimbulkan gangguan.
Type Earthing Grounding tergantung pada keadaan tanah, karena setiap jenis tanah
mempunyai tahanan tanah yang berbeda-beda,

Tower

Gulungan
kawat
pipa

13. TYPE TOWER


- Untuk jalur yang lurus dipergunakan jenis tower pikul atau suspension tower dan
diperbolehkan dengan sudut belokan yang kecil sampai dengan 2o.

- tower penegang atau tension tower dipergunakan untuk belokan dari 0o s/d 60o dan
juga dipergunakan untuk jalur yang lurus, misalnya dekat sungai, crossing dengan
jalan tol dan sesuai dengan kebutuhannya.

4
- Jenis Dead End Dipergunakan untuk tiang terakhir dimana konduktor berikutnya
masuk ke Switch yard.
- Jenis Special Suspension Tower Jenis tower ini merupakan jenis tower suspension
yang diperkuat dan dipergunakan untuk sudut belokan antara 0o s/d 5o.

14. EARTH WIRE


Fungsi kawat petir adalah untuk melindungi konduktor dari sambaran petir langsung,
sambaran petir yang mengenai kawat petir disalurkan langsung kebumi.
Kawat petir dipasang pada bagian paling ujung dari tower, kawat petir terbuat dari
kawat baja yang di Galvani, yang dihubungkan langsung dengan tower, dan tower
dihubungkan langsung dengan tanah.
Sudut perlindungan petir yang paling ideal adalah 0o dan sudut maksimum adalah 30o.
Untuk memperluas daerah perlindungan maka kawat petir diletakan pada bagian
tertinggi (ujung tower)
o
D1 / H1 = tan 15
o
D2 / H2 = tan 15

5
H
30 o H1 H3
D1

H2
D
D2

D3

30o
Daerah
perlindungan

o
D3 / H3 = tan 15

6
15. ELECTRICAL CLEARANCE
Electrical Clearance adalah jarak paling aman dari konduktor, electrical clearance ini
harus dipertimbangkan besarnya simpangan kekiri dan kekanan oleh gaya transversal
yang menyebabkan konduktor tersebut bergoyang, simpangan tersebut membentuk
o
sudut simpangan sebesar 15 kekiri dan kekanan, Besarnya electrical clearance juga
tergantung dari besarnya tegangan transmisi.

30 o

III. FOUNDATION
Pondasi adalah suatu bangunan untuk membuat suatu tower dapat didirikan. Gaya yang
bekerja pada pondasi adalah:
- Gaya angin
- Gaya berat
- Gaya tarik Konduktor

7
pada pondasi harus dibuat kuat karena kalau tidak kuat tower tersebut akan roboh, pada
pondasi akan bekerja tiga macam gaya yaitu:
a. Gaya vertikal yang disebabkan oleh berat konduktor dan fitting dan beratnya
tower itu sendiri
b. Gaya transversal yang disebabkan oleh adanya tiupan angin
c. Gaya tarikan konduktor yang dirasakan sepanjang konduktor.
Pondasi adalah bangunan yang berada dibawah tanah yang kekuatannya dipengaruhi
oleh keadaan tanah dimana pondasi tersebut didirikan, jenis-jenis tanah adalah sebagai
berikut
- tanah normal
- tanah berlumpur
- tanah berpasir
- tanah berbatu
Type pondasi dibuat sesuai keadaan tanah .

PONDASI

Tradisional Special Rock Raft Auger Rock


Pondation Drilled
Normal

Pile

Reinforcing Rods

8
1. NORMAL FOUNDATION

Chimney Stub

Plinth
Slub

Pondasi ini digunakan bila keadaan tanahnya normal. Keadaan tanah dikatakan normal
apabila Bearing Capacity (Kemampuan tanah menahan berat) atau sering juga disebut
Sigma Tanah adalah kurang lebih 2 Kg/Cm2 .

9
Ukuran H dan L tergantung dari type tower, juga tergantung dari gaya vertikal. Untuk
pondasi tower transmisi tegangan 70 Kv, 150 Kv dan 500 Kv untuk pondasi jenis
normal adalah sama hanya ukurannya yang berlainan.

2. SPECIAL FOUNDATION
Pondasi ini dipergunakan untuk keadaan tanah yang lembek. Untuk pondasi jenis ini
tidak perlu tinggi tinggi namun harus lebar, untuk menjaga agar tower tidak roboh
maka LxL = L2 harus luas

Untuk pondasi jenis ini bila keadaan tanahnya lembek yang pada umumnya Bearing
Capacitynya rendah sekitar 0,5 Kg / Cm 2 sehingga daya tahan terhadap berat cukup
kecil.

3. ROCK FOUNDATION
Jenis pondasi ini digunakan pada daerah yang berbatu-batu dimana tanah didaerah
tersebut mempunyai bearing capacity > 5Kg / Cm 2. Untuk pondasi jenis ini H dan L
tidak perlu sebesar pondasi normal (lebih kecil dari pondasi normal) karena kondisi
tanah yang keras maka penggaliannya tidak teratur.

10
Pada pondasi jenis ini Chimney tidak perlu tinggi-tinggi antara 30 s/d 50 Cm hanya
untuk membungkus besi Stub agar tidak karatan. Untuk itu semua pondasi dicor.

Perbadingan volume penggalian antara pondasi Normal , Special , Rock

Luas penggalian
pondasi Special
Luas penggalian
pondasi Rock Luas penggalian
pondasi Normal

4. RAFT FOUNDATION
Jenis pondasi ini digunakan untuk daerah yang keadaan tanahnya sangat lembek dan
berair, untuk jenis raft ketinggian pondasi kurang lebih 50 Cm namun LxL = L 2 cukup
luas dan lebih besar dari pondasi special jadi seperti rakit dan seolah–olah pondasi
tersebut mengambang.

11
Kira–kira sepuluh tahun terakhir ini sudah dipikirkan bagaimana membuat pondasi
untuk tower transmisi yang cukup effisien, hal ini disebabkan karena hal–hal sebagai
berikut:
- masalah transportasi
- masalah biaya
- masalah waktu penyelesaian
Karena dari volume pondasi yang cukup besar
- Jenis pondasi normal kira-kira volumenya 20 m3.

- Jenis pondasi special kira-kira volumenya 60 m3.

- Jenis pondasi rock kira-kira volumenya 10 m3.

- Jenis pondasi raft kira-kira volumenya 100 m3 dan dapat lebih besar lagi, maka
diciptakan jenis pondasi yang dinamakan jenis Auger.

5. AUGER FOUNDATION
Jenis pondasi ini diciptakan karena kondisi medan yang cukup sulit sehingga
dipikirkan bagaimana caranya agar pondasi tersebut mudah mengerjakannya, rendah
biayanya serta cepat penyelesaiannya, pondasi jenis Auger ini sebagai pengganti type
normal.

12
Slub

Kolom

Untuk membuat pondasi jenis auger ini dibuat lobang dengan ukuran dalam 1 meter
lebar dan panjang 2 meter, kemudian dibor dengan jumlah lobang pengeboran antara 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7 dst, dengan kedalaman antara 8 s/d 10 meter dan diameter lobang antara
30 s/d 40 cm, penggalian bagian atas hanya untuk Chimney saja dan pengecoranya
sangat kecil kira-kira 2 m3. Pondasi jenis ini sangat kuat karena adanya gaya gesek
antara pondasi dengan tanah disekitarnya, dan ekonomis.

PEMBESIAN PONDASI JENIS AUGER

13
Untuk menggabungkan semua kolom agar menjadi satu kesatuan maka digabung
dengan slub, setelah kolom diadakan pembesian kemudian dilakukan pengecoran
kemudian digabungkan menjadi satu dan dicor sehingga terbentuklah slub.

6. ROCK DRILLED FOUNDATION


Jenis pondasi ini adalah merupakan perbaikan dari type Rock, pondasi ini dibuat
dengan membuat beberapa lobang dengan diameter 10 cm dan kedalaman antara 6 s/d
10m cara membuat lobang dengan menggunakan peralatan yang disebut Jack Hammer.
Setiap lobang diadakan pembesian dan hanya diberi satu batang besi beton dan pada
setiap batang diberi cabang-cabang yang dilas untuk menjaga agar batang besi beton
tepat ditengah-tengah.

PEMBESIAN PONDASI JENIS ROCK DRILLED

Setelah pembesian kemudian dilakukan pengecoran dengan semen cair dan sedikit
pasir dan juga menggunakan Vibrator, yaitu alat untuk memadatkan semen agar tidak
terjadi rongga, hal ini sangat penting karena diameter lobang hanya 10 cm.

14
Pengecoran tidak menggunakan concrate karena concrate terdapat kerikil-kerikil
yang dapat mengakibatkan rongga-rongga, setelah pengecoran kemudian dilakukan
penggabungan menjadi satu kesatuan dengan slub, dan Chimneynyapun sangat kecil.
Pondasi jenis ini sangat kuat bagaikan pohon dengan akar-akar yang menancap
sangat kuatnya disamping itu biayanya sangat ekonomis, mudah pengerjaannya dan
transportasinya ringan.
Dari keenam jenis pondasi ini semuanya tergantung dari keadaan tanah, sedangkan
pada type spesial masih ada pengembangannya yaitu yang disebut Special Pile.

7. SPECIAL PILE FOUNDATION


Jenis pondasi ini merupakan pengembangan dari jenis pondasi special, pondasi ini
dibuat dari concrate dan dibuat terlebih dahulu (dicetak) dengan penampang bujur
sangkar dengan ukuran 30x30 atau 40x40 atau berpenampang lingkaran dengan
diameter 30 s/d 40 cm.

CONCRATE (BETON) CETAKAN

Setelah cukup keras kemudian dipancang kedalam tanah dengan menggunakan


hammer. Setelah terpancang semua kemudian digabung menjadi suatu kesatuan oleh
slub.
Jenis pondasi dibuat demikian karena keadaan tanah yang lembek. Untuk kondisi
tanah yang labil jenis pondasi ini juga sering digunakan dengan kedalaman lebih dari
10 meter dengan cara cetakan beton tersebut disambung, yaitu dengan cara setelah

15
batang pertama dipancang sampai masuk semua kedalam tanah kemudian disambung
batang berikutnya dengan plat besi dan dilas dan dipancang lagi sampai mencapai

PONDASI JENIS SPECIAL PILE

tanah yang stabil.


Banyak macam jenis pondasi sehingga banyak pula jenis stub tergantung dari keadaan
tanah dan jenis pondasi, stub mempunyai banyak ukuran, stub adalah bagian paling
bawah yang ditanam dalam concrate.

IV. PEMBESIAN
Untuk semua pondasi dibutuhkan pembesian yang akan dicor, pembesian ini
diperlukan terutama pada ukuran sbb:
a) Bila a/b < 1
b) Bila sudut kemiringan lebih kecil dari 45o
Pembesian untuk keadaan tersebut diperlukan karena bila tidak diadakan pembesian
pondasi tidak akan kuat dan akan membahayakan.
Syarat pembesian:

16
a<1
b

a
b

< 45 o

1. Pembesian pada Special Pondasi


o
Karena H/L<1 disamping itu juga kemiringan <45 maka diperlukan pembesian
tanpa pembesian pondasi tersebut akan pecah karena beban yang disangga lebih dari
sepuluh ton, untuk pondasi normal dapat tidak menggunakan pembesian karena pada
o
umumnya plinth selalu dibuat lebih besar dari 45 disamping itu juga slub cukup tebal
sehingga pondasi tidak pecah, juga a/b >1.

17
2. Pembesian pada Raft foundation
Karena a/b<1 maka diperlukan pembesian tanpa pembesian pondasi tersebut akan
pecah, untuk pondasi jenis Rock dapat dibuat tanpa pembesian karena a/b = 1
sehingga tanpa pembesian pondasi tersebut tidak akan pecah.

3. Pembesian pada Pondasi Auger


Pada pondasi Auger karena diameter kolom antara 30 s/d 40 cm sedangkan panjang
kolom adalah antara 800 s/d 1000 cm atau a/b = 30/800 << 1 (kecil) maka diperlukan
pembesian.

18
4. Pembesian pada Pondasi Rock Drilled
Pada pondasi rock drilled perlu dilakukan pembesian karena a/b = 50/100 < 1

Batang besi dengan


diameter 20 mm

V. ROUTE
Untuk menentukan route suatu transmisi maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut
1. Langkah pertama untuk menentukan route adalah dengan cara
2. memperkirakan letak route dengan melihat pada peta
3. Langkah kedua adalah dengan menghubungi pihak berwenang mengenai route dan
juga mengadakan pendekatan kepada masyarakat untuk mendapatkan persetujuan,
bila tidak mendapatkan persetujuan maka route harus dipindahkan (pilih yang lain)
dan merevisi route yang telah direncanakan, dalam menentukan route walaupun
berbelok-belok tetapi dipilih route yang paling menguntungkan, Jalur terbaik bagi
route suatu transmisi adalah jalur yang lurus, tetapi dikarenakan keadaan medan
maka jalur transmisi yang lurus sulit dilaksanakan, oleh karena itu jalur transmisi
terbagi menjadi seksi-seksi jalur lurus.

19
B
A3 A2

A5 A
A4
A1

Dari peta dapat ditentukan route tersebut akan melalui daerah mana karena dari
peta dapat diketahui letak kota , jalan raya, rel kereta api , sungai , bandara,
transmisi yang sudah ada, dan bangunan penting lainnya.

4. Langkah ketiga adalah setelah mendapat persetujuan yaitu dengan terjun


kelapangan untuk memberi patok tanda (Pegging) sepanjang route yang akan
dilalui dimana tower akan didirikan, pemberian tanda patok adalah pada seksi
pertama dari T ke A1 dilihat dengan tachometer, satu seksi ini bisa 1 km, 5
km , 10 km dst. Cara pengukuran adalah tentukan patok pertama dilihat dari
titik T kemudian pindah ke patok No 1 yang telah ditancapkan untuk
menentukan patok berikutnya dengan referensi titik T yaitu dengan melihat
kebelakang demikian pula dengan patok No.3 kita pindahkan instrumen ketitik
patok No.2 dengan melihat patok No 1 kemudian menentukan patok No.3 dan
seterusnya.
Tanda harus tetap terlihat , cara penandaan sedemikian karena kita tidak dapat
patok de\idepan , maka harus melihat kebelakang agar antara titik T ke A1
tetap lurus.
Dalam praktek titik A1 tidak selalu terlihat dari titik T tergantung keadaan
medan untuk itu dibedakan menjadi tiga keadaan medan :

20
1. Titik A1 dapat dilihat langsung dari titik T
2. Titik A1 dapat dapat dilihat dari titik tertinggi yang ada diantara titik T dan A1
3. Titik A1 sama sekali tidak dapat dilihat dari titik T

T A1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T A1

Jarak antara patok adalah bervariasi antara 100 m , 200 m , 250 m dst.

Kesalahan Pengukuran

Dalam pratek pengukuran sering terjadi kesalahan ukur yang disebabkan oleh
kesalahan pengukuran maupun kesalahan alat ukur , untuk itu ada cara agar kesalahan
itu tidak terjadi , misalkan kesalahan ukur pada alat sebesar 5 cm maka semakin jauh
dan semakin banyak patok semakin besar kesalahannya , sehingga makin banyak
patoknya semakin besar kesalahan yang timbul.
Untuk mengatasi terjadinya kesalahan tersebut dilakukan cara-cara sebagai berikut :
Pertama-tama kita tentukan patok No.1 setelah didapat patok No.1 dari patok No.1 kita
melihat kebelakang (T) Kemudian melihat patok No.2 , kesalahan misalkan ada
disebelah kanan , beri patok sementara pada titik tersebut , setelah itu instrumen kita
putar 180o sehingga menghadap kebelakang kemudian kita balik menghadap kedepan
dan kesalahan pengukuran ada disebelah kiri kemudian diberi patok sementara , dari

21
kedua patok sementara itu kita ambil tengah-tengah yang merupakan letak patok yang
sebenarnya (patok yang kita inginkan)
Begitulah selanjutnya sehingga kita mendapatkan patok-patok yang lurus .

1 2 3 A1
T

5 cm
30cm 
 = ( n +1 )nx  = kesalahan ukur 10 cm
2 x= kesalahan alat ukur
n= jumlah patok

1 3
T 2 4
A1

Patok sementara
5 cm

5 cm
Patok yang diinginkan
Patok sementara

1. Bila keadaan medan dapat melihat dari titik T ketitik A1 pengukuran dapat mudah
dilakukan tetapi dengan cara-cara seperti diatas agar letak patok tetap lurus

2. Bila keadaan medan tidak memungkinkan untuk melihat langsung maka dicari titik
tertinggi agar dapat melihat titik T dan titik A1
Setelah didapat titik tertinggi maka dicari titik-titik yang benar dengan cara
memindah-mindah titik tersebut pada satu garis A-B dengan cara dicoba-coba
antara kiri kanan titik yang kita inginkan , dalam hal menentukan titik tertinggi ini ,
bila terjadi kesalahan antara 2 - 3 cm itu tidak menjadi masalah karena kita hanya

22
menentukan satu titik, kemudian menentukan titik-titik ( patok-patok ) seperti cara
diatas agar tidak terjadi kesalahan .

A1
T
A

T A1

3. Bila keadaan medan tidak memungkinkan sama sekali untuk melihat titik T dan A1
maka dibuatlah patok-patok sementara.
Dalam praktek keadaan medan 99% ditemui seperti ini

T
A1

T A1


d
d = tg D
D

 kecil sehingga tg  sin


A1’

23
Biarpun mengalami kesalahan tetap saja patok-patok sementara itu ditancapkan setelah
selesai pemberian tanda sementara kemudian diukur besarnya kesalahan antara A1 -
A1’ (misal 101,25 m) dan jarak antara T – A1 = (misal 6345,5 m) dari pengukuran ini
dapat kita tentukan sudut α .
Jadi 101,25 = 6345,5 sin α
sin α = 101,25/6345,5 sehingga α = . . . .

Setelah ditentukan sudut α kemudian kita tentukan letak titik patok No.1 yang
sesungguhnya dari titik awal ini kita dapat melakukan pengkuran dengan tepat seperti
cara-cara diatas .
Setelah selesai pemberian tanda pada seksi pertama kita lanjutkan keseksi kedua , bila
kita ingin memulai seksi berikutnya maka ditentukan besarnya sudut yaitu dengan
cara menempatkan instrumen tersebut pada titik A1 kemudian melihat

o
0
18  A2 
A1 180o

24
kebelakang dan putar 180o kemudian ditambah sudut α yaitu ( 180 o + α ) demikian
selanjutnya

Perlu diingat instrumen biasanya menggunakan satuan centi cimal ( perseratus) maka
dari derajat harus diubah menjadi centi cimal.

Pemberian Tanda
Pemberian tanda adalah sangat penting sekali karena bila terjadi kesalahan akan
berakibat fatal dan juga perlu diperhatikan pemberian nomor pada setiap tanda harus
benar-benar teliti karena bila terjadi kesalahan dalam pemberian tanda nomor akan
berakibat pula salah dalam pendirian tower.

A3
5 15
6 14
4 7 8 A2 13 16
3 12 17
A1 9 10 11 18
19
2
1 A4
T

Untuk menjaga agar patok aman maka pada titik-titik tertentuharus digambar dalam
monographi agar bila patok tersebut hilang atau ada yang memindahkan dapat ditentu
kan kembali letak yang benar.
patok
Untuk itu diperlukan paling sedikit tiga referensi misal jarak dari pohon 6,5 m , jarak
dari sudut rumah 5 m , dan jarak dari tiang listrik 4 m
Bila patok tersebut hilang maka kita dengan mudah menentukan kembali letak patok
dengan benar.

Untuk menentukan letak patok yang hilang atau dipindah orang maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :

25
1 . Kita ukur 6,5 meter dari pohon kemudian dilingkarkan
2 . Kita ukur 5 meter dari sudut rumah kemudian dilingkarkan
Dari kedua pengukuran yang dilingkarkan akan terdapat dua titik potong
lingkaran , dari kedua titik potong tersebut kita belum dapat menentukan titik
potong yang mana yang merupakan letak patok yang hilang untuk menentukan
maka dilakukan langkah ketiga
3 . Kita ukur 4 meter dari tiang listrik dan dilingkarkan dan akan memotong salah satu
dari kedua titik tersebut yang merupakan letak patok yang hilang ( titik yang
dipotong oleh ketiga lingkaran )

Tiang listrik
4m

6,5 m 5m

Pohon
Rumah

Patok yang
dicari
4m

6,5 m

5m

26
Contoh Monographi patok No.2 :

Jalan raya
M
Tiang listrik
P2
4m

6,5 m 5m

Pohon Cemara Pohon Nangka

S/S
1 2 3 4

VI. PROFILE

Profile adalah bentangan memanjang dari seluruh route yang menggambarkan keadaan
medan yang sesungguhnya , dari profile inilah semua pekerjaan bermula.

Dalam pengukuran jarak dan perbedaan ketinggian dengan cara menggunakan sistem
koordinat.

27
Untuk menyatakan jarak diukur dari titik terminal pertama titik T1 ( arah sumbu X )
sedangkan untuk menyatakan keadaan ketinggian ( Deferensi level ) diukur dari
ketinggian titik T1 ( arah sumbu Y )

+10 +10
+3 +6 +8
-3 X
200 m -3
350 m
400 m
595 m

1 2 3 4 5

Penggambaran jarak maupun perbedaan ketinggian menggunakan skala , ada dua


macam skala yaitu :
1. Untuk skala horisontal ( H ) arah sumbu X misal 1 : 2000
2. Untuk skala Vertikal ( V ) arah sumbu Y misal 1 : 200
Skala untuk horisontal ( H ) lebih besar dari pada skala vertikal ( V )
Biasanya pada setiap Profile dicantumkan skala : SCALES
H , 1 : 2000
V , 1 : 200
( Ini misal )
Untuk skala horisontal tidak perlu teliti sekali akan tetapi untuk skala vertikal harus
teliti sekali karena bila tidak teliti akan berpengaruh pada ketinggian konduktor dari
tanah pada andongan ( lendutan ).
Didalam profile dapat dibuat bermacam-macam skala tetapi untuk satu terminal ( T1
– T2 ) hanya dibuat satu skala.
Pengukuran horisontal ( lurus ) tanpa perhitungan tapi bila keatas ( miring ) atau
miring ke bawah harus diadakan perhitunggan.

28
Pengukuran-pengukuran pada belokan-belokan penggambarannya adalah sebagai
berikut:
Untuk menyatakan sudut lurus dilihat dari satu arah tidak boleh bolak balik
R1 = belok ke kanan sebesar sudut 1
L2 = belok ke kiri sebesar sudut 2
Didalam profile ini juga diukur ketinggian terhadap bangunan-bangunan misal tiang
listrik , tiang telepon , dalamnya kanal , tinggi rumah , dan lain-lain juga dilakukan
pengukuran lebar jalan , lebar sungai , dan lain-lain .
Juga harus diperhatikan kiri kanan Centre Line karena mengingat fasa yang ada
dipinggir.

29
A1
A2
R 35o40’

h
L 46o37’

46o37’
35o40’

Untuk tanah datar tidak ada perbedaan tinggi


Perbedaan tinggi antara titik Centre Line dengan kemiringan yang lebih tinggi harus
diperhitungkan karena akan mempengaruhi ketinggian konduktor .

Berapa GC ?

Centre Line

Yang lebih tinggi ada disebelah


kanan Centre Line

Yang lebih tinggi ada disebelah


 kiri Centre Line

30
Dalam hal ini cara penggambaran untuk kondisi-kondisi kemiringan yang lebih tinggi
dari Centre Line ada dua macam cara yaitu disebelah kanan dan disebelah kiri .
Hal ini perlu diperhitungkan karena untuk menentukan ketinggian konduktor dengan
tanah sehingga konduktor tersebut berada pada jarak aman ( Electrical Clearance )
Pada profile pada umumnya diberi keterangan-keterangan sebagai berikut :

H = Horisontal
SKALA : 1 : 2000 ( H )
V = Vertikal
1 : 200 ( V )
RS = Right Slope
LS = Left Slope
RS
K-R = Menunjukan arah
Transmisi ( misal
LS
Klaten - Rawalo )
K-R RA = Right Angle ( menun-
jukan arah belokan
RA kekanan sebesar  )
LA LA = Left Angle ( menun-
jukan arah belokan
kekiri sebesar  )

Keterangan lainnya pada profile misalnya


500 KV
Klaten - Rawalo
O. S = 11 meter O,S = Outside Line
T1-A1 = P0 – P6

31
A1-A2 = P6 – P11
Dst
Survey dimaksudkan untuk mengumpulkan data sehingga dapat ditentukan
perencanaan yang matang .
Kesalahan pada profile akan berakibat serius maka diperlukan ketelitian dan
kecermatan , harus sesuai keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Survey dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Survey langsung kelapangan untuk menentukan Pegging The Route
(pemasangan patok-patok dan lain-lain )
2. Survey lapangan untuk membuat Profile dan diadakan pengukuran-pengukuran.
3. Membuat gambar profile secara lengkap di kantor.
Kebutuhan peralatan instrumen yang diperlukan dalam pengukuran adalah Tacheo
meter
Apa saja yang dapat diukur dengan Tacheo meter :
- H,A = Horisontal Angle
- H,D = Horisontal Distance
- V,A = Vertical Angle

Dari H,D dan V,A dapat ditentukan perbedaan ketinggian  ( dihitung ) dalam hal ini
dapat positip maupun negatip.
Cara pengukuran sudut horisontal sebagai berikut :

Pengukuran sudut Horisontal

Dalam 360o atau 400 c

Misal  = 31o 30’ atau


 = 34c,65

Z
 Pengukuran sudut Vertical
Zenith

90o
Titik pusat

32
Meletakan instrumen harus waterpas yaitu pada garis Zenith ( garis vertikal yang
menuju titik bumi ) bila tidak pada garis Zenith maka hasil pengukurannya akan salah.
Pada peralatan tersebut sudah dilengkapi dengan pengatur posisi sehingga benar-benar
tegak lurus.
Cara pengukuran Jarak :

 = 90o -  T1-a = x + y - c
x = D tan  = D tan + h - 1 meter
y = h = 1,95 ( misal )
c = 1 meter
c

x
a
 T1-a

h y

A1
c c
b
3
d a b
T1 a a
a 2

T1 2 3 A1

S/2d adalah sudah tertentu yang merupakan konstanta didalam instrumen tersebut ( C
) konstanta adalah f/2d = 100

33
Pengukuran jarak dan pengukuran perbedaan tinggi misal antara T1 ke peg No.2
diletakan stup dititik a, b, c, d dst, Setelah itu kemudian instrumen diletakan pada
peg No.2 dan melihat kebelakang sebagai koreksi ( rechek ) , a, b , c, d, adalah titik
peg sementara .

 = 90o -  T1-a = x + y - c
x = D tan  = D tan + h - 1 meter
y = h = 1,95 ( misal )
c = 1 meter
c

x
a
 T1-a

h y

A1
c c
b
3
d a b
T1 a a
a 2

T1 2 3 A1

h 
x

1,50
-
0,75 S
0,50
D

D=S sin 2 x 100


b
= S sin 2 (180 - ) x 100
- = x + 0,75 - h c
a

 P,A
 T
h

34
Hasil-hasil dilapangan diisikan kedalam daftar yang disebut Survey Field Book
sedangkan perhitungannya dilakukan dikantor

Reading

S h p   D Average
Progress
a c b P T H V
T1 1,50 a 1,00 1,75 2,50 88,20’ 144,86 4,44 4,44
T1 1,50 2 1,00 2,25 3,50 87,20’ 249,45 11,63 10,63
249,6
2 1,52 T1 1,00 2,25 3,50 91,45’ 249,75 -7,65 -8,61
2 1,52 a 0,50 1,75 3,00 86,30’ 249,06 16,10
2 1,52 b 0,75 1,25 1,75 86,20’ 99,59 6,30
2 1,52 3 0,50 1,25 2,00 87,20’ 149.67 7,32
149,66
7,24
3 1,42 2 0,50 1,25 2,00 87,23’ 149,65
3 1,42 a 0,75 1,25 1,75
3 1,42 b 1,00 1,50 2,00
3 1,42 c 1,00 1,75 2,00 dst
3 1,42 4 0,50 1,25 2,00

4 1,51 3 1,00 2,00 3,00


4 1,51 a 0,75 1,25 1,75
4 1,51 b 0,50 1,25 2,00
4 1,51 5 0,25 1,00 1,75 89,00 22.32’

S = Station dimana Instrumen ditempatkan


P∆ = Partial Deferensi Level
T∆= Total Deferensial level
T1∆ = P∆ + h – c
Progressive yang berdasar dari titik awal baik horisontal maupun vertikal
P∆ = D ctg 
D = S sin 2 

35
VII. PENEMPATAN TOWER
Penempatan tower adalah dengan referensi Centre Line.
Tower adalah bagian atas bangunan menara yang memikul beban konduktor.

Tower dibagi menjadi dua macam jenis tower :

TOWER

TENSION SUSPENSION
(STRAIN) MAX 2O S/D 5O

LINE( 0O) ANGLE


TOWER TOWER

TERMINAL
TOWER

1. Tension Tower

Tension tower adalah type tower penegang yaitu konduktor diputus kemudian
disambung dengan jumper, gaya yang dialami oleh tower ada dua arah

2 . Suspension Tower

36
Suspension tower berfungsi hanya untuk memikul beban konduktor , arah gaya
hanya satu arah ( arah kebawah ) dan konduktor tidak dipotong.

- Line Tower
o
Line tower adalah tower yang dipasang pada jalur yang lurus ( 0 ) ini dapat
menggunakan jenis tower Suspension maupun tower tension.
- Angle tower
Angle tower ini dipergunakan untuk pada belokan jalur antara 1 o s/d 60 o tetapi dapat

juga sampai 90 o untuk keadaan yang khusus , type suspension

tower hanya dapat dipergunakan untuk tower dengan sudut belok antara 0 o s/d 5 o

sedangkan type tension tower dipergunakan antara 0 o s/d 60 o


- Terminal Tower
Terminal tower dipergunakan pada tower akhir dari suatu transmisi ( Dead End
Tower ) tower yang dipergunakan hanya tower tension.
Tower yang dipergunakan untuk tower 500 KV single circuit adalah sebagai
berikut:

0 s/d 2 o type A = tower suspension

5 o < type A = tower suspension yang diperkuat

0 o s/d 10 o type B = tower tension

0 o s/d 30 o type C = tower tension

0 o s/d 45 o type D = tower tension

0 o s/d 60 o type E = tower tension

0 o s/d 45 o type FF = tower tension ( Special Tower )

Toff Deviasion F/90 o = tension tower

37
Toff deviasion F/90 o dipergunakan pada tower khusus untuk pencabangan

Tower F / 90o

Cara penempatan tower berdsar Centre Line

C
C D D

T1 A1
B A B
A

T2

A2

Perjanjian :
1. Pemberian nomor adalah : yang kecil dibelakang dan yang besar didepan
...........
1 2 3 > 15 16 17

2. Pemberian tanda A, B, C, D :
Harus melihat arah dari Centre Line ( CL )
- Depan kanan A
- Belakang kanan B
- Belakang kiri C
- Depan kiri D

C D

CL

B A

38
Perjanjian ini harus disepakati bersama , dan ini hanya perjanjian dan siapa saja
dapat membuat perjanjian dengan penamaan yang berbeda.

LINE TOWER

Konduktor

C D

CL

B A

Konduktor
CL

ANGLE TOWER

Kedudukan konduktor sejajar Centre Line

Cara penempatan tower adalah menggunakan garis bagi sudut belokan jadi tower
tegak lurus garis bagi sudut belok seperti gambar baik untuk jenis suspension
maupun jenis tension.

TERMINAL TOWER

Terminal tower adalah tower yang pada ujung terakhir dari transmisi yang berada
pada lokasi dekat dengan Gardu Induk atau lazim disebut Dead end tower.

39
Pada tower ini harus mampu menahan tarikan dari sebelah saja yaitu arah keluar
sedangkan arah yang menuju ke Gardu Induk tidak boleh ada tarikan.
Terminal tower yang paling baik adalah yang tidak mempunyai simpangan sudut,
Centre Line ( 0o ) dan tegak lurus gelagar.
Tetapi kadang-kadang terminal tower juga mengalami belokan akan tetapi belokan
maksimum adalah 45 o tetapi penempatan konduktor selalu sejajar dengan tower
tidak berdasar Centre Line.
Mengapa tower diharapkan tegak lurus gelagar , karena mengingat peralatan yang
berada di Gardu Induk dan juga estetikanya.

TERMINAL TOWER ( DEAD END TOWER )

C D
CL
S/S
B A

Gantry Konduktor
Gardu induk

40
C D

S/S
B A
9o

CL
Gantry
Gardu induk 45O Konduktor

Konduktor

CL
Gantry

Dalam keadaan yang memaksa kadang-kadang Centre Line membuat belokan yang
o o o
lebih besar dari 45 misalkan 49 karena melebihi 45 maka dibuatlah tower
o
khusus dengan Arrangemant special yang dimiringkan 9 .

Dalam hal kejadian demikian ini diakibatkan oleh kesalahan pada saat suvey,
seharusnya pada saat menentukan survey diusahakan Centre line masuk ke GI
o
membuat sudut maksimum 45 karena kesalahan tersebut mengakibatkan biaya
menjadi lebih mahal , masalah lain yang timbul adalah Electrical Clearance.

41
o
Special Arrangement ini kurang bagus bila sudut sampai 50 keatas baik dari segi
estetika maupun electrical clearance juga konduktor yang masuk ke FI tidak boleh
ada gaya.

VIII. GAYA –GAYA YANG TIMBUL PADA TOWER.


Gaya yang bekerja pada tower ada beberapa macam tergantung posisi tower dan
jenis tower yang dipergunakan.
- Pada tower suspension yang bekerja hanya gaya berat dari konduktor dan
perlengkapannya yaitu gaya hanya satu arah , arah kebawah
- Pada tower tension gaya yang bekerja adalah gaya tarik dari kiri dan kanan tower
pada konduktor , dan juga memikul gaya berat konduktor dan perlengkapannya
arah kebawah.
Pada tower tension yang dipasang sebagai Dead End Tower gaya yang bekerja adalah
gaya tarik hanya sebelah oleh konduktor ( satu arah ) karena yang masuk ke GI tidak
boleh mengalami gaya dan gaya berat oleh kondukor

Tower Tension Tower Suspension

F1
F2
R
W
W
Dead End Tower

F
W

- dan perlengkapannya .
Apabila pada salah satu tower akan diadakan pencabangan maka diperlukan Special
o
Special tower F/90 tension.
Cartenery adalah bagian lengkungan dari konduktor.

42
F = Ground Clearance ( jarak minimum konduktor dari tanah yang ditentukan oleh
PLN )

H=F+S

S = Sagging adalah jarak antara horisontal dengan titik terendah pada lendutan
H = Tinggi Tower ( H = F + S )
Gruond clearance berbeda-beda untuk setiap negara dan kondisi lingkungan disuatu
tempat.
Besarnya sagging ditentukan oleh 3 faktor :
1. Span ( C ) Jarak antara tower horisontal , makin panjang jarak antara tower makin
besar saggingnya.
2. Tarikan ( Tension ) ( T ) makin besar tarikan T makin kecil saggingnya namun
harus diperhitungkan faktor keamanannya.
3. Berat konduktor per meter ( P ) Berat konduktor ini tergantung dari ukuran
konduktor makin besar konduktor makin berat sehingga makin besar pula
saggingnya.

S T

C/4 T
W

C/2

P = berat konduktor / meter


43
Berat konduktor dapat diketahui ( kg/m )
- Jarak tower dapat diketahui ( misal 300m , 350m , 400m , 450m , 500m )
- Tarikan adalah tarikan yang cukup aman terhadap konduktor ( Pada pengujian
merusak yaitu konduktor ditarik sampai putus misal 4000 Kg maka tarikan 1500 Kg
adalah tarikan yang cukup aman )
Tarikan T ini akan dirasakan sepanjang konduktor

Misalkan pada titik tengah konduktor kita potong maka konduktor akan terayun
menuju tower karena beratnya konduktor , Dari sini beratnya W berada pada titik C/4
sehingga menimbulkan berat konduktor sebesar P x C/4 Uuntuk keseimbangan maka
diperlukan gaya tarikan sebesar T x S sebagai momen lawan pada titik terendah

P = berat konduktor / meter


W= berat konduktor pada titik C/4
S = Sagging
T = Tarikam pada C/2

P x C/2 x C/4 = Momen putar


S
T x S = Momen lawan
C/4 T
W
Untuk keseimbangan maka
C/2
mpmen putar = momen lawan
P x C/2 x C/4 = T x S

C2P
_________
S=
8T

sagging maka persamaan menjadi P x C/2 x C/4 = T x S

atau S = C2P/8T

44
Contoh : Berat konduktor / meter P = 1kg/m
Jarak tower ( Span ) C = 500 meter
Tarikan T = 1500 kg
Tentukan Saggingnya

S = C2P / 8T = 500 2 x 1 / (8 x 1500) = 20,83 meter


Dalam hal ini yang dapat diubah adalah Span ( jarak antar tower ) dengan berubahnya
span berati juga merubah tinggi tower sedangkan P dan T tidak dapat dirubah lagi .

S2
S = 20,83 m S1
S0

H = 15 + 20,83
= 38,83 m
F = 15 m
C1
C2
C3

45
S2
S = 20,83 m S1
S0

H = 15 + 20,83
= 38,83 m
F = 15 m
C1
C2
C3

Untuk transmisi 500 Kv jarak span rata-rata adalah 500 meter


Span sepanjang 500 meter selalu adalah tidak mungkin berhubung dengan keadaan
medan yang tidak datar .
Untuk di Indonesia Body Extention adalah 3 meter artinya tower bisa ditambah

500 500 500 500 500 500

Span dengan panjang 500 m terus adalah tidak mungkin

500 500
500 350 450 600
600

ketinggiannya adalah tiga meteran.


Misalnya tower dengan type A tingginya 35 meter maka

46
A  0 = 35 meter
A  3 = 38 meter
A  6 = 41 meter
Dst

Umpamanya tower bertambah tinggi 3 meter maka sagging juga bertambah tinggi tiga
meter . Jadi S = 20,83 + 3 = 23,83 meter , maka berapakah jarak spannya,

S = C2P / 8 T sehingga C =  ( 8T/P )

C =  (8 x 1500 x 23,83 ) = 534,75 meter

Maka panjang span adalah 534,75 meter dengan ketinggian tower 35,3 + 3 = 38,83 m
Satu macam konduktor hanya mempunyai satu macam Cartenery untuk S = C2P / 8 T

Setiap perubahan span maka harus dirobah ketinggian towernya, dalam teori span
dapat semakin panjang tetapi tower juga semakin tinggi sehingga menjadi mahal ,
untuk di Indonesia ketinggian tower transmisi 500 KV dibatasi + 18 meter
A 0 s/d A 18
AR  0 s/d AR 18
B0 s/d B 12
C 0 s/d C  12
D 0 s/d D 9
E0 s/d E  3

Cara penggambaran Cartenery atau sagging adalah sebagai berikut :


Untuk menggambar adalah dengan cara menghubungkan titik-titik dengan nomor yang
sama , hubungkan antara titik-titik tengah antara crossing

47
500 m

1
7
S = 20,83 m 2
6
5 3
4 4

20,83 m
3 5
2 6
1 7

Skala Panjang : 1 : 2000


Skala tinggi : 1 : 200

Tabel ketinggian tower

Type ±0 ±3 ±6 ±9 ± 12 ± 15 ± 18

A 35 38 41 44 47 50 53

AR 35 38 41 44 47 50 53

B 35 38 41 44 47 50

C 35 38 41 44 47

D 35 38 41 44

E 35 38 41 44

FF 35

48
Tabel yang dipakai di Indonesia

Type -3 ±0 ±3 ±6 ±9 ± 12 ± 15

A 32 35 38 41 44 47 50

AR 32 35 38 41 44 47 50

B 32 35 38 41

C 32 35 38 41

D 32 35 38 41

E 32 35 38 41

FF 35

Semakin tinggi tower adalah semakin mahal biayanya sedangkan pertambahan span
hanyalah kecil saja .
Karena tinggi tower tidak berbanding lurus dengan panjang span tetapi berbanding
kwadratis.
Dapat juga tinggi tower lebih rendah dari normal ( - 3 meter ) tetapi jarak span juga
semakin kacil .
Tinggi tower diukur dari kedudukan konduktor sampai ketanah , penambahan tinggi
selalu ditambahkan pada bagian bawah body tower bukan dari atas , makin tinggi
tower makin lebar tanah yang dipergunakan untuk tapak tower.
Untuk tower jenis piramide tinggi tower diukur sampai konduktor paling bawah.

49
C2P
________
S =
8T
±9

±6
±3
±0
S
-3

Tinggi tower untuk tower Suspension (A dan AR )

H-3
H±0

H±3

H±6

H±9

H ± 12

H ± 15

Tinggi tower untuk tower tension ( B , C , D , E )

50
H-3
H-3 H±0
H±0
H±3
H±3
H±6

H±6

Untuk tower tension pengukuran tinggi tower dari tanah sampai Cross Arm ( Travers)
Penambahan tinggi ( Extention Body ) sebesar 3 meter adalah desain dari pabrik
sedangkan dipabrik lain panambahan tinggi ( Extention Body ) mungkin 1 meter atau 2
meter dan lain-lain.
Tower jenis tension penggunaannya sedikit untuk suatu transmisi sedangkan tower
jenis suspension paling banyak digunakan.
Untuk jenis tower FF hanya mempunyai ketinggian normal yaitu H  0

o o
Untuk Tower jenis F / 90 adalah dirancang untuk sudut belokan 90 tower ini
didesain khusus untuk percabangan T sistem.
Bila pencabangan akan dilakukan maka konduktor diantara kedua tower dihilangkan .

51
Tower jenis AR banyak dipakai karena banyak belokan dengan sudut kecil sedangkan
bila menggunakan jenis tower type B, C , D , E adalah terlalu mahal

IX. CARTENERY

Cartenery dibuat untuk menentukan tinggi tower berdasarkan keadaan lokasi ,


ketinggian tower berdasarkan keadaan lokasi dengan ketentuan tingginya Ground
Clearance.
Setiap Konduktor hanya mempunyai satu Cartenery

H-3
H±0
F

H± 0

H+3

H+ 6

A±0
A±0
A-3 A-3

52
C
C
C
Carteney tidak
dapat dirubah

F
F F

Cartenery dapat dibuat berdasarkan sagging bila diketahui :


C = Jarak span rata-rata misal 500 meter
P = Berat konduktor per meter misal 1 Kg /m
T = Tarikan dengan faktor keamanan misal 2000 Kg
C2 P
__________
Maka sagging :
8T

5002 x 1.3

53
__________
: = 20,3125 m
8 x 2000

Setelah diukur dengan skala Vertikal : 1 : 200


Horisontal : 1 : 2000
Kemudian dibuat template ( Pola )

Penggunaan template pada profile sebagai berikut :


B+6
A+6
C+3 B±0
A+3 A±0 A±0
A+6 A±0
A ±0 A±0 C±0 B-3
A±0
FF±0 A-3

1 2 3 4 5 6 7 8

A1
T1
10o
1 2 3 4 30o 5 7 8
6
A2

Setiap jenis konduktor diberi nama misal “ Dove “ dengan karakteristiknya


misal P = 1,3 Kg/m , T = 2000 Kg , C = 500 m maka dari data tersebut dapat dibuat
Cartenery .
Dari cartenery ini dapat digunakan untuk menentukan bermacam-macam kedudukan
tower, seperti contoh diatas diantara titik T1 s/d A2 untuk dapat dipilih beberapa
alternatif letak tower yang semuanya memenuhi Ground Clearance.

54
1 . FF  0 ; A + 6 ; C + 3 ; A + 6 ; B + 6
2. FF 0 ; A - 3 ; A0 ; C 0 ; A+ 3 ; A 0 ; B0
3. FF  0 ; A  0 ; A  0 ; C  0 ; A  0 ; A  0 ; B – 3

Penggunaan template Cartenery harus benar yaitu sejajar dengan sumbu horisontal .

Dari semua titik-titik tempat lokasi tiang itu harus dipilih yang benar-benar
menguntungkan ditinjau dari segala macam faktor.
Misalnya pemilihan tempat kedudukan tower telah ditentukan , seperti contoh dibawah
ini kemudian dilakukan exavasi.

B+3
C+3
A±0
A+3 A±0
A±0
FF±0

10 o
30 o

1 2 3 6
5 7
4

X. SPAN
Span adalah jarak horisontal antara tower ke tower
Span dibagi menjadi enam jenis span :

55
1. Span normal
2. Wight Span
3. Wind Span
4. Ideal Span
5. Virtual Span
6. Equivalent Span

1. Span normal adalah jarak horisontal antara dua tower.


2. Weight Span adalah jarak horisontal antara dua titik terendah dari konduktor dikiri
dan kanan, Jarak diambil horisontal karena lengkungan ( Sag ) yang sebetulnya
hanyalah kecil maka dianggap horisontal.
Tw1 = ( x + y ) P = . . . . . . . Kg
Tw2 = ( a+ b) P = . . . . . . . Kg
Tw3 = ( c + d ) P = . . . . . . . Kg
Tw = Total beban yang diderita oleh tower , berat total yang diderita oleh tower
adalah : Tw = ( a+b ) P x K x F
( a + b ) = Weight Span
P = berat konduktor per meter
K = Jumlah konduktor per fasa
F = Jumlah fasa

56
c d

a b
x y

Tw3

Tw1 Tw2
Weight span ( a + b )

1 2 3

3. Wind Span adalah jarak kedua titik tengah antara span normal horisontal dikiri
kanan tower , yang terkena tiupan angin yang dirasakan oleh tower yang datangnya
transversal ( memotong konduktor ) sedangkan angin yang datangnya searah
dengan konduktor diabaikan

57
Misalkan konduktor mempunyai diameter 2 cm sedangkan panjang wind span
550 m maka luas konduktor yang terkena angin adalah 0,02 x 550 = 1,1 m2.
Luas konduktor bundle empat kawat tiga fasa adalah :
A = 0,02 x 550 x 4 x 3 = 132 m2

A = 600 m B = 500 m

A B
Wind Span (A+B)

 ( A + B ) =  ( 600 + 500 ) = 550 m

2
Misalkan gaya angin persatuan luas adalah 100 Kg / m ( angin topan ) maka gaya transversal
yang dirasakan oleh tower adalah : 132 m2 x 100 Kg = 13200 Kg.

58
Jadi dalam hal ini gaya angin yang dirasakan oleh tower sangat membahayakan
sekali.
Oleh karena itu tower harus tahan terhadap gaya berat yang ditimbulkan oleh
konduktor dan perlengkapannya serta juga harus tahan terhadap gaya angin yang
arahnya transversal memotong konduktor.
4. Ideal Span adalah jarak horisontal antara tower ke tower standard normal = 500 m.
5. Virtual Span sama dengan ideal span.
6. Equivalent Span adalah harga rata-rata span yang dilihat hanya satu section.
Satu section adalah jarak antara tower tension ke tower tension berikutnya.
Simple Average = ( S1 + S2 + S3 + S4 ) / 4 = S A
Tetapi bentuk persamaan Curva adalah merupakan persamaan Kwadrat, oleh
karena itu Equivalent Span dihitung dari pangkat tiga dibagi Equivalent Simple
Average . karena persamaan yang kita inginkan persamaan kwadrat maka
persamaan menjadi :
 (S13 + S23 + S33 + S43)  (  S3)
E S = _________________________________ = __________

 (S1 + S2 + S3 + S4)  (  S)
 S = L = Panjang satu section

S S S
a1 b1 e1 f1
T c1 d1
T

a b
c d e f

S1 S2 S3 S4

T = Tower Tension
S = Tower Suspension

59
Wind Span :
S1 + S2 S2+ S3 S3 + S4
__________ __________ __________
; ;
2 2 2

Weight Span Maximum Temperatur


a+b ; c+d ; e+f

Weight Span Minimum Temperatur


a1 + b1 ; c1 + d1 ; e1 + f1

Sedangkan Template dibuat dari Ideal / Virtual Span 500 m , sedangkan equivalent
span panjangnya tidak sama dengan ideal span akan tetapi perbedaan curva antara span
500 m dan 550 m , 450 m adalah sedikit sekali oleh karena itu dibuatlah dua macam
template cartenery yaitu :
Template Cartenery standard dengan span 500 m
Template Catenery Chek dengan span 350 m
Template cartenery dengan span 350 m dipergunakan untuk memeriksa apabila kita
dapatkan equivalent span kurang dari 450 m karena template 350m adalah baik untuk
span antra 300m s/d 400 m.
Sebagai contoh misalkan kita dapatkan equivalent span 350 m sedangkan tower ploting
menggunakan Cartenery template ideal 500 m dan Ground Clearance cukup tapi bila
kita chek dengan template cartenery 350 m maka ground clearancenya tidak
mencukupi maka tower plotting harus diulang dan mempergunakan cartenery template
350 m

Ratio untuk suspension tower juga menggunakan catenery template .

60
Catenery template
Template ratio

OK

Tidak OK

Limit Tidak OK

a
A B

a 2a
Ratio = A+B R = = 0,35
2 A+B

Tower yang akan dichek rationya berada ditengah-tengah antara dua tower dikiri
kanannya.
Puncak tower yang dichek bila berada diatas catenery berarti memenuhi syarat tapi
bila berada diatas catenery tidak memenuhi syarat.

61
XI. ROAD CROSS
Bila terjadi Transmision lines crossing dengan jalan maka harus ditentukan type tower
yang akan dipasang dalam satu section , yang jelas tower T1 harus type C

30OR
45OL

7m

11m
45O
T1 30O T2 T3 T4
11m 16 m 13 m

H=8m
H= 20 m
Building

dan T4 harus type D sedangkan tower T2 dan T3 adalah type A


Kita inginkan T1 = Type C 0
T4 = Type D 0
Karena antara T2 dan T3 terjadi crossing dengan jalan maka perlu diperhatikan ground
clearancenya dengan memperhatikan tinggi tower dan letaknya, kita tentukan tinggi
tower normal = 35 meter , misal jarak section tersebut 1500 meter maka bila dengan
ideal span 1500 meter kita dapatka 3 span
Cara Plotting Tower
Pertama dari T1 kita tempatkan letak konduktor dengan ground clearance minimum 15
m kemudian dari T4 kita tempatkan konduktor dengan memperhatikan ground
clearance minimum 15 meter kemudian diantara dua posisi konduktor kita tempatkan

62
satu posisi lagi dengan memperhatikan Road clearance 20 meter maka didapat dua titik
potongan dari sini dapat ditentukan posisi tower dengan ketinggiannya .
Bila telah didapat posisi tower harus diperhatikan juga posisi itu terhadap jalan , bila
jaraknya mencukupi berarti OK , kemudian di chek persyaratan lainnya . seperti :
Ratio . Wind Span dan Weight Span , Ground Clearance bila semuanya OK berarti
tower Plotting sudah benar.
Cara yang lain adalah dengan mengambil patokan road clearance 21 meter maka Sag
S = H – 21 = 35 – 21 = 14 meter , Bila T = 1800 Kg maka S = C2 p / 8T
C =  ( 8 TS / p ) =  (8 x 21x1800 / 1,25 ) = 418 meter
Tetapi bagaimana dengan span dikiri dan kanannya , maka sagnya akan besar dan
ground clearance tidak memenuhi syarat.
Kemudian dipilih dengan meninggikan tower menjadi A +3 maka H = 35 + 3 = 38
meter
Kemudian dicoba dengan span 460 meter dan didapat S = 16,89 meter
Sehingga ground clearancenya = 38 – 16,89 = 21,11 meter
Ternyata setelah di chek ground clearancenya di span kiri dan kanan tidak memenuhi
syarat yaitu 13,41 meter , tetapi karena span tidak rata karena tinggi sebelah +3 maka
ground clearance menjadi 13,41 + 1,5 = 14,91 .
1,5 adalah perkiraan adalah ½ extension Body dalam hal ini sudah mendekati betul.
Dibuat lebih tepat lagi maka span dibuat 465 meter maka didapat S = 17,26 meter
Sehingga road clearance = 20,74 meter berarti OK
Ground Clearance 13,62 + 1,5 = 15,12 meter ( OK )
Span dikiri dan kanan = 517,5 meter ( OK )
Kemudian dichek Wind Span T1 , T2 , T3 , T4 ( OK )
Weight Span T1 , T2 , T3 , T4 ( OK )
Ratio T2 , T3 (OK )
Kemudian di chek House Clearance misal tinggi rumah 7 meter maka HC = RC – 7 =
20,74 – 7 > 8,5 meter ( OK )
Kemudian chek Building (OK) begitu juga pohon-pohon bila OK berarti benar.

63
XII.PEMBACAAN PADA TACHEO METER

Pembacaan pada tacheo meter harus diperhatikan tiga kondisi sebagai berikut :

1. Arah vertikal harus benar-benar diperhatikan , titik tengah harus benar-benar


berada dititik tengah tepat diatas centre peg.

90o

2. Posisi titik nol (0) harus benar-benar terletak pada arah garis Zenith ( Z ) karena
bila tidak pembacaan sudut inklinasi tidak akan benar.

Z

0

64
3. Posisi peralatan harus benar-benar rata air ( Water Pas ) diatur diantara tiga arah
( bidang datar dan harus rata air )

90o 90o

Dari ketiga syarat tersebut harus dipenuhi karena bila tidak dipenuhi pembacaan tidak
akan betul.
Pada pembacaan sudut inklinasi dilakukan dua kali diputar 180 o kemudian dibalik
c c
hasil pembacaan kalau dijumlahkan harus 400 , 1 + 2 = 400 .

65
Dalam hal ini peletakan titik nol ( 0 ) harus benar-benar pada garis Zenith bila tidak
pembacaan akan salah.

0 1

2

1 + 2 = 400 C

c c c c
Miasl 1 = 32 dan 2 = 342 maka 1 + 2 = 374 sehingga pembacaan tidak 374
c
bukan 400
Pada pengukuran horisontal ( Jarak ) kesalahan ukur 2 cm untuk setiap 100 m , bila
terlalu jauh maka diatur pada pengatur lensa.

CONTOH PEMBUATAN PROFILE


Data yang didapat dari lapangan kemudian diadakan perhitungan

Reading D 
st p h  s D rata p T rata
a b c rata rata

1 a 1,5 1,00 2,00 3,00 94 200 198,22 18,73 19,23

1 2 1,5 0,00 1,75 3,00 89 350 339,65 340,50 59,27 59,02 56,11

2 1 1,54 0,50 2,25 4,00 110 350 342,43 54,07 -54,78

2 a 1,54 2,00 2,50 3,00 94 100 99,11 9,36 8,4

2 3 1,54 1,00 2,00 3,00 93 200 197,59 21,81 21,23


197,75 20,55
66
3 2 1,49 1,00 2,00 3,00 106,5 200 197,92 20,27 19,76
XIII. PERSYARATAN TOWER
Tower dibuat sesuai dengan kondisi yang harus memenuhi segala persyaratan , oleh
karena itu pembuatan profile harus benar-benar teliti sesuai dengan keadaan medan .
Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain :
- Ground Clearance
- Kemampuan atau daya dukung
- Tinggi tower
- Lokasi dimana tower akan didirikan
- Keadaan lokasi ( miring , datar , dll. )
Dan masih banyak lagi faktor-faktor yang menentukan pendirian tower.
Ketinggian tower ditentukan oleh lendutan ( Sag ) dan Ground Clearance ( F )
H=S + F
Dalam preaktek ketinggian tower ditentukan oleh keadaan tanah ( naik , turun , datar )
oleh karena itu tinggi tower mulai dari normal , lebih rendah atau lebih

PROFILE
20,55
8,4
56.11
19,23

198,22 F
396,5
459,61
F
657,53

Scales : F
H ==> 1 : 2000
V ==> 1 : 200

67
Bila terjadi perobahan tinggi tower maka tower base keatas tetap ( tidak berobah )
sedangkan perobahan dilakukan dibagaian bawah dari tower , yaitu dengan perobahan
standard : -3 , 0 , +3 , +6 , +9 , +12 , . . . .
Bila terjadi perobahan tinggi yang kurang atau lebih dari tiga meter diadakan
pengaturan pada tinggi kaki tower dimana pengaturan kaki tower dimulai dari :
-2 , -1 ,  0 , +1 , +2 , +3 , +4 .
Bila pengaturan kaki tower melebihi dari -2 s/d +4 maka harus diadakan pembuangan
tanah ( dikepras ) untuk penimbunan tidak diijinkan.
Untuk tower type FF tidak boleh ada perobahan harus standard yaitu FF  0

XIV. EXCAVASI (PENGGALIAN)

-3

-1
±0
+1

+3
-1

+6

+9

A±0

A±0

A+6

68
Dengan berobahnya letak kaki tower maka berobah pula letak penggalian tetapi posisi
penggalian masih dalam sepanjang garis diagonal.
Besarnya penambahan atau pengurangan panjang kaki tower ditentukan pula oleh
besarnya sudut kemiringan kaki tower ( sudut inklinasi )
Penambahan atau pengurangan panjang kaki tower ditulis dalam tabel sebagai berikut :
Misalnya kaki tower makin pendek 1 meter maka jarak titik kaki tower ke centre

T 235 A±0 T 235 A±0

A B C D A B C D

±0 ±0 ±0 ±0 +1 +1 -1 -1

T 235 A+6

A B C D

-1 -1 +3 +3

tower sejauh X = 1 m tan 

Misalnya kaki tower makin panjang 3 meter maka penggeseran titik kaki tower

X Y

 

T 235 T 236
A±0 A+6
A B C D A B C D
±0 ±0 ±0 ±0 -1 -1 +1 +1

dari centre tower sepanjang Y = 3m tan 

69
o
Misal  = 3 ==== > tan  = 0,052
o
X = ( 6 - 1 ) tan  = 5 tan 3
= 5 x 0,052 = 0,26 m
o
Y = ( 6 + 1 ) tan 3 = 7 x 0,052 = 0,364 m


A±0

A±0 A+6

10 m 10 m 10 m Y
10 m

10 m
10 m 10 m
10 m Y =0,364m

x = 0,26 m

Tiga hal yang harus diperhatikan :


- Sudut inklinasi stub dari setiap jenis tower adalah berbeda dilihat dari diagonal
- Pengukuran adalah selalu sepanjang diagonal dari tower.
- Pengukuran selalu horisontal dari titik pusat tower.

70
Cross Diagonal Section
Dibuat gambar mal dengan skala 1 : 100 H dan V sama sesuai dengan type tower
kemudian diletakan diatas profile , dari sini dapat diketahui berapa kaki tiang
ditambah atau dikurangi dan gambar mal ini dapat digeser sejajar garis
horisontal sesuai dengan type tower dengan penambahannya , penggeseran
disebut  

-2
geser

-1

+1

+2

Model ini diletakan diatas profile tower sehingga langsung dapat diketahui perobahan
kaki tower seperti pada contoh :
Titik kaki A dikurang 1 meter ( -1 )
Titik kaki B dikurang 1 meter ( -1 )
Titik kaki C ditambah 1 meter ( +1 )
Titik kaki D ditambah 1 meter ( +1 )

71
Pada name card dapat ditulis :
T 235 A+3
A B C D
-1 -1 +1 +1

Model ini dapat digeser disesuaikan dengan ketinggian tower yang diperlukan cara
penggeseran harus selalu garis horisontal sejajar , perobahan kaki tower tersebut
adalah   sehingga pada kartu identitas ditambah   , hal ini untuk menentukan
hasil akhir, yaitu untuk menentukan tinggi tower , tinggi konduktor dsb.
T 235 A+3 
A B C D
-1 -1 +1 +1

Kemudian dalam tabel dapat ditulis :


Type -3 0 +3 +6 +9 +12 Legs 
A 33 36 39 42 45 48 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4
AR 33 36 39 42 45 48 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4
5o
B 33 36 39 42 ---- ---- -2 -1 0 +1 +2 +3 +4
C 33 36 39 42 ---- ----- -2 -1 0 +1 +2 +3 +4
6o
D 33 36 39 42 ---- ---- -2 -1 0 +1 +2 +3 +4
E 33 36 39 42 ---- ---- -2 -1 0 +1 +2 +3 +4
8o
FF --- 36 ---- ---- ---- ----- --- ---- 0 ---- ---- ---- ----

72
36m
36m

±0
±0 +3
+3 +6
+6
+9
+12 Type tower : B , C , D , E , FF

Type tower : A , AR

Berdasarkan Catenery letak-letak tower dapat ditentukan sepanjang route , penempatan


tower ditentukan banyak faktor antara lain :
- Ground clearance
- Faktor teknik
- Faktor ekonomi
- Lokasi tanah
- Span horisontal
- Weight sapan
- Wind span
- Sudut posisi
- Tinggi tower dan lain-lain
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Profile sepanjang route untuk menentukan posisi tower, tinggi tower , right slope ,
left slope.

73
2. Dibutuhkan profile dari cross diagonal section untuk menentukan perbedaan tinggi
kaki tower juga untuk menentukan letak posisi kaki tower.

Contoh 1 kartu identitas :


T235 A + 6 - 0,5
A B C D
-1 -1 +1 +1

A + 6 = 48 meter  = 0,5 maka tinggi tower adalah = 42 – 0,5 = 41,5 meter


Karena dalam hal ini pengaturan kaki tower dari - 2 s/d +4 dan tidak ada
perpanjangan kaki sebesar 0,5 meter maka pilihan satu-satunya adalah menurunkan
centre tower sebesar 0,5 meter
Contoh 2 pada kartu identitas tertulis :
T236 A + 3 + 0,5
A B C D
-1 -2 +1 +1

A +3 + 0,5 adalah 39,5 meter


Dengan adanya perobahan tinggi kaki tower maka berobah pula jarak titik kaki tower
dari centre tower , misal sudut kemiringan :
Sudut inklinasi adalah  = 5 o maka pertambahan jarak adalah :

Kaki D = ( 4+3+3 )tan 5 o = 10 x 0,08 = 0,8 meter

Kaki C = ( 4+3+1 )tan 5 o = 8 x 0,08 = 0,64 meter

Kaki B = ( 4+3-2 )tan 5 o = 5 x 0,08 = 0,40 meter

Kaki A = ( 4+3-1 )tan 5 o = 6 x 0,08 = 0,48 meter

74
±0
-2
-1 +0,5

+3
+1

+3

C
B
10
,40

,6 4
10

10
,80
,4 8
10

Keterangan : misal dalamnya galian adalah 4 meter maka masing-masing ditambah 4


meter , +3 adalah A +3 , dan +3 , +1 , -2 , -1 adalah tambahan panjang kaki tower.
Dalam contoh 3 adalah dalamnya penggalian untuk tower normal ,
Centre peg dinaikan 0,5 meter dalam hal ini perhitungan dilaksanakan secara vertikal ,
misalnya jarak centre tower degan centre penggalian.

Penambahan ( perubahan ) adalah vertikal dengan memperhatikan :


- Type tower

75
- Sudut inklinasi
- Perpanjangan tower
- Perpanjangan kaki
- Panjang stub
Menentukan Letak Excavasi
Menentukan letak titik kaki tower dimana harus dilakukan penggalian , jarak dari
centre tower ketitik excavasi arah diagonal adalah tergantung dari type tower
( sudut inklinasi ), extention of leg , extention of body.
Excavasi harus dilakukan tepat pada posisinya

±0

10 m
m
2
5

76
0,20 m

3,80 m
3,80 m

Level Excavasi
Tentukan letak titik excavasi dan levelnya , bila pertambahan panjang vertikal 1 meter
pertambahan panjang horisontal 0,1 meter
Tentukan letak titik excavasi dan levelnya , bila pertambahan panjang vertikal 1 meter pertambahan
panjang horisontal 0,1 meter
T. 246 A +3 -0,30
+1 +1 -1 -1
SF SF

Kaki A dan B Normal Tower  = 7,07 meter


Extention body = +3  3 x ( 0,1 ) = 0,3 meter
Extention leg = +1  1 x ( 0,1 ) = 0,1 meter
Stub ( SF ) = 4  4 x ( 0,1 ) = 0,4 meter
Jumlah = 7,87 meter

77
Kaki C dan D Normal Tower  = 7,07 meter
Extention body = +3  3 x ( 0,1 ) = 0,3 meter
Extention leg = -1  - 1 x ( 0,1 ) = - 0,1 meter
Stub ( SF ) = 4  4 x ( 0,1 ) = 0,4 meter
Jumlah = 7,67 meter
 Tidak mempengaruhi jarak horisontal dari titik centre tower , karena adanya  = -

-1
1m
0,30
+1
3m

5m 0,30

0,30

10 m
B C
5
2
m m

7,
67
7
7,8

D
A

0,30 maka galian diperdalam 0,30 meter karena peg centre tower diturunkan 0,30
meter
Problem real yang terjadi antara line Cirebon – Bandung terdapat tower dengan dua
kaki dengan Pile foundation dan dua kaki dengan Standard foundation
Data pada identitas Card adalah sebagai berikut :

78
A+3 +0,50
A B C D
-1 -1 +2 +2
S.F P.F

+3

-1

2.5 m
2.5 m +3

7,67 m
7,67 m

Kaki A dan B
Extention body = +3  3 x ( 0,1 ) = 0,3 meter
Extention leg = -1  -1 x ( 0,1 ) =- 0,1 meter
Stub ( SF ) = 4  4 x ( 0,1 ) = 0,4 meter
Normal Tower  = 7,07 meter
Jumlah = 7,67 meter

79
Kaki C dan D
Extention body = +3  3 x ( 0,1 ) = 0,3 meter
Extention leg = +2  +2 x ( 0,1 ) = 0,2 meter
Stub ( PF ) = 1  1 x ( 0,1 ) = 0,1 meter
Normal tower  = 7,07 meter
Jumlah = 7,67 meter
Level A/B = 4 – 0,50 – 1 = 2,50 meter

Menentukan Excavasi adalah :


1. Tentukan letak titik galian arah diagonal dari centre tower
2. Tentukan level ( dalamnya galian ) diukur dari centre tower

Contoh menentukan Excavasi

A 0
A B C D
0 0 +2 +2

A B
c 3m b

3m

d a

CT
CL

p 3m q

3m

s r
D C

80
Jarak antara kaki = 10 meter
Panjang Stub = 4 meter
o
Sudut inklinasi = 5
o
Untuk kaki A dan B jarak antara titik penggalian ke CT  x = 52 + tan 5
Panjang diagonal dari luas tanah yang akan digali bila ukuran 3 x 3 m antara a ke c =
Y
Y = 32
o
Jarak antara titik a ke CT adalah X – ½Y = 52 + 4 tan5 – ½ (32)
o
Jarak antara titik c ke CT = X + ½Y = 52 + 4 tan 5 + ½ (32)
Untuk menentukan titik b dan d adalah dengan benang sepanjang 6 meter diikatkan
pada titik a dan c dan diambil tengah tengahnya kemudian ditarik kekanan kita
dapatkan titik b kemudian kita tarik kekiri kita dapatkan titik d
Untuk kaki C dan D karena leg extention +2 maka jarak titik penggalian ke CT
adalah :
o
Z = 52 + ( 4 + 2 ) tan 5

Panjang diagonal p – r = 32


o
Jarak p ke CT = 52 + ( 4 + 2 ) tan 5 - ½ (32)
o
Jarak r ke CT = 52 + ( 4 + 2 ) tan 5 + ½ (32)
Untuk menentukan titik q dan s caranya adalah sama seperti menentukan titik b dan
d

81
XV. PELAKSANAAN SURVEY

SURVEY

ROUTE PROFILE FIELD PROFILE


PEGGING SURVEY BOOK DRAWING

TOWER TOWER CODUCTOR


DATA PLOTTING DATA

TYPES OF TOWER DIAMETER


TOWER HEIGHT UNIT WEIGHT
BODY EXTENS TOWER.H TYPE + NAME
MIN & MAX
LEG EXTENS TEMPLATE
CATENERY
E.D. TENSION
MAX.WIND S. VIRTUAL SPAN
BASE DIAG TEMPLATE
MAX. WEIGHT S. TEMPLATE VIRTUAL SAG
RATIO WH/WI > 0,5 GROUND CLEAR
ANGELS MIN TEMPERATURE
BASE TEMPLATE MAX TEMPERATURE
RATIO WH/WI FOR S

SOIL
TOWER PEGGING INVESTIG
CROSS DIAG. SECTION
FOUND
LEG EXTENSION± OF TYPE
TOWER FONDATION
TEST

STRUCTURE LIST

Survey merupakan pekerjaan mula dari suatu pembuatan transmission lines, biarpun
sulit pekerjaan ini harus dilakukan karena tanpa survey, pembangunan transmisi tidak
dapat dilaksanakan.

82
Dari mulai route pegging dan melaksanakan profile survey yang dicatat dalam field
book dapat dilaksanakan bersama-sama .
Setelah didapatkan data kemudian diadakan profile drawing dari sinilah diadakan
tower ploting sehingga profile merupakan profile yang lengkap.
Setelah itu kemudian membuat tower pegging dilapangan sekalian membuat cross
diagonal section dan dari sini dibuat tower identification dan stucture list untuk setiap
tower sepanjang route.
Pada stucture list dimasukan antara lain :
- Sudut deviasi dari Transmission lines
- Keadaan posisi Centre Tower
- Type , Leg , Height , Pondasi , Type tanah dari setiap tower dan sebagainya.
Sebagai hasil didapat dua dokumen penting yaitu :
- Profile drawing ( Plotted profile )
- Structure List
Tanpa hal-hal tersebut diatas kita tidak dapat membangun suatu transmisi.

1. PEGGING OF THE ROUTE


Pegging of the route adalah menentukan letak patok sesuai route yang ada di peta .
- Menentukan letak patok yang baik adalah yang dari beton supaya jangan hilang dan
dibuat monographi dengan tiga refernsi untuk patok-patok tertentu , untuk
menemukan kembali bila ada patok yang hilang atau dipindah orang.
- Patok harus diberi nama dan nomor.
- Menentukan section atau titik belokan ( T1 – A1 ) dan diantara patok-patok
tersebut harus ditempatkan patok-patok yang lurus.
- Setiap section merupakan line yang lurus dan pada titik-titik deviasi harus
diberi nomor patok progressive.
2. MARKING OF THE ROUTE
Untuk memudahkan menemukan patok harus diberi tanda untuk line-line yang lurus ,
misalnya dengan jalan , pohon , rumah dan lain-lain, makin banyak tanda makin baik
dan tanda tersebut diberi cat warna merah jangan diganti-ganti.

83
Setelah didapatkan patok-patok pada route yang benar maka patok-patok sementara
harus dibuang .
Kesalahan menentukan pegging biasanya terjadi bila tidak dapat melihat satu saction
sehingga hanya memperkirakan sehingga terjadi deviasi.

1 2 3 4 5

Tanda-tanda sepanjang route

Error =42 cm
2 cm
 = 2cm
 = 2 + 2(6+5+4+3+2 ) = 42 cm

Error = +  ( n + ( n-1 ) + ( n-2 ) + ( n - 3 ) …….. + n- ( n - 2 )

n = jumlah patok

3. PROFILE DRAWING
Toleransi untuk horisontal adalah 1 meter untuk setiap 1000 meter dan toleransi untuk
vertikal adalah 10 cm untuk setiap 1000 meter.
Bila dalam penentuan route kita menemukan transmission lines yang lain atau
bangunan-bangunan , maka benda-benda tersebut harus diukur ketinggiannya ,
ketinggian benda-benda tersebut harus digambarkan dalam profile , pada profile juga
harus dicantumkan keadaan tanah disekitar kiri kanan Centre Line , sehingga ground
clearance konduktor yang dipinggir dapat dipenuhi
Slope kanan - - - - -
Slope kiri - . - . - . -
Yang dicatat adalah tanah miring yang lebih tinggi dari Centre Line

84
1 : 200

1 a b 2 a 3 a b c 4 5 a a 7 a b 8
100 s/d 200 m
1 : 2000

11 m
2L
CL
1 2 3 4 5 1R 6 7 8
11 m

SECTION SECTION

4. FIELD BOOK
Dari data yang didapat dicatat dalam field book dibalik halaman setiap lembar dibuat
sket untuk menggambarkan medan.
Staff Reading progressive
Point Peg a b c H V
h S 1  2 D  Hb

Hb = tinggi benda-benda lainnya.

SKET

1 2 3 4

85
Data ini semuanya digunakan untuk membuat design dari profile dan untuk
menentukan tower plotting.
Dalam pembuatan profile ini harus benar karena bila tidak benar akan mengakibatkan
kesulitan dalam pelaksanaannya.

5. TOWER PLOTTING
Tower plotting adalah berdasarkan dari dua karakteristik yaitu :
- Konduktor Karakteristik
- Tower Karakteristik
Konduktor Karakteristik
- Diameter konduktor ( = 22,5 mm )
- P/m = 1.25 Kg / m ( berat konduktor per meter )
- Breake Tension ( B/T ) = 7000 Kg
- Safety Tension ( S / T ) = 2000 Kg
- Span = 500 meter
- Ground Clearance = 15 meter
- Temperature Maximum
- Temperature Minimum
Dari data diatas dapat dibuat Catenery Template.
Catenery Template untuk -Suhu Maximum
-Suhu Minimum
-Ground Clearance

Diameter = 22,5 mm karena tegangan yang digunakan adalah 500 KV adalah syarat
minimum agar tidak terjadi Corona.

Tower Karakteristik
- Hight diukur dari Centre Line
- Type ( A , AR , B , C , D , E , FF )

86
- Extension Body ( -3 ,  0 , +3 , +6 , +9 , …… )
- Extension Leg ( -2 ,-1 ,  0 , +1 , +2 , +3 , +4 )
- Tension atau Suspension
- Angle Tower atau Line Tower
- Nomor Tower
- Weight Span
- Wind Span
- Ratio dalam persen ( % ) Wh/Wi > 0,5 ( Khusus untuk suspension tower )
- Angle Inclination ( Stub angle )
- H
Dalam pembuatan catenery harus menggunakan tegangan tarik rata-rata atau everyday
tension ( EDT )
Besarnya EDT = 2000 X ( 0,7 ÷ 0,8 ÷ 0.9 )
2000 Kg adalah Tension yang diijinkan , bila menggunakan tension yang diijinkan
( 2000 Kg ) maka bila terjadi penurunan suhu ( dingin ) akan terjadi penyusutan yang
berarti tension akan naik T > 2000 Kg ini akan melebihi tegangan tarik yang
diijinkan.

87
Everyday Tension = 1700 Kg Safety Tension pada
pada suhu maximum 45o C suhu minimum = 15 oC

500 m

F = 15 m

Wind span tidak akan pernah berubah , tidak terpengaruh oleh perubahan temperature
karena jarak span tidak berubah.
Sedangkan untuk Weight span akan berubah karena terpengaruh oleh perubahan
temperature , yang diambil sebagai syarat adalah yang paling besar antara Weight span
pada temperature maximum atau Weight span pada temperature minimum, dan ini
tergantung pada posisi tower makin tinggi atau makin rendah.
Hal-hal khusus pada weight span :
1. Dalam keadaan horisontal weight span tidak berubah yang berubah hanya sagnya.

Wh
C
5o

C
5o
t1

t1
C
5o
t4

C
5o
t4

Wh

88
Wh = Wh
2. Dalam keadaan tower lebih tinggi dari yang lain maka weight span lebih besar pada
suhu minimum

Wh

t1
5o
C
5o C
t1

t4
5
oC
C
5o
t4

Wh

Wh15oC > Wh45oC

89
Wh

t1
5o

C
5o
C

t1

t4
5
oC
C
5o
t4
Wh

Wh15oC > Wh45oC

3. Dalam keadaan tower lebih rendah dari yang lain maka weight span lebih besar
pada suhu maximum

Wh
t1

oC
5
oC

5
t1
t4
5
oC

oC
5
t4

Wh

Wh15oC < Wh45oC

Dalam keadaan tower lebih tinggi lagi dari tower dikiri kananya maka weight span
lebih besar pada temperature minimum dan letaknya akan melampaui tower dikiri
kananya.

90
Wh 45oC

Wh 15oC

Wh 15oC > Wh 45oC

5. Dalam keadaan tower lebih rendah lagi dari tower dikiri dan kananya maka Wh
pada suhu minimum akan berubah diluar span dan hasilnya adalah negatif

-Wh 15oC
Wh 45oC =0

Wh 15oC = Negatip

Dalam keadaan seperti ini Wh15oC menjadi negatip akibatnya adalah gaya akan
mengarah keatas pada suhu rendah oleh karena itu tower harus type tension bukan
suspension.

91
6. Keadaan tower yang berturut-turut lebih tinggi dari yang lain dan letak titik
terendahnya berada diluar tower berikutnya , maka weight span akan bergeser
ketower yang lebih rendah.

_
Wh2
1

Wh3
2

Wh2
Wh4
3 -Wh 15oC
Wh 45oC = 0

Wh 15oC = NegatipWh3

4
Wh4
5

Dalam keadaan seperti ini maka Cross Arm harus benar-benar diperhitungkan
kekuatannya , dalam keadaan khusus seperti ini harus diperhatikan pemasangan
isolatornya.

92
SUSPENSION SALAH
BETUL

TENSION
BETUL SALAH

XVI. TOWER PLOTTING

Tower plotting adalah merencanakan dimana tower akan didirikan , yang di plotkan
pada gambar profile, untuk menentukan harus diperlukan beberapa informasi yaitu :
- Karakteristik Tower
- Karakteristik Konduktor yang diperlukan untuk membuat catenery template
Penenpatan tower dapat dimana saja dengan memperhatikan type tower dan ground
clearance , misalkan tower No. 2 kita pilh type A  0 kemudian dilihat Weight span
dan Wind spannya kemudian dihitung rationya, batas span antara tower No.1 dan tower
No. 2 adalah 1000 meter ini adalah batas tidak boleh lebih karena pada type wind span
adalah 500 meter , dari sini tower No.2 dapat ditentukan posisi dan tingginya.

93
580 m
210 m
A± 0
A+ 0
FF ± 0
15 m 15 m 15 m
500 m 15 m A± 0
250 m 4
2

1000 m 5
1 1000 m 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T1

Ditinjau dari segi ekonomis jarak wind span yang paling ideal adalah yang mendekati
kurang dari 500 meter , misalnya 495 meter bila melebihi 500 meter kita harus
merubah type tower , ini kurang ekonomis.
Misalkan tower No.2 kita tempatkan tower A  0 wind span 500 meter memenuhi
syarat tapi pada temperature minimum Wh.Max = 580 meter untuk ini tidak mungkin
ditempatkan tower A  0 , karena Wh Max yang diijinkan adalah 500 meter.
Misalkan kita menambah tinggi tower No.3 dalam hal ini ground clearancenya terlalu
tinggi sehingga kurang ekonomis , satu-satunya jalan adalah merubah type tower
menjadi AR  0 yang mempunyai Wh Max yang diijinkan 600 meter, sehingga
memenuhi syarat untuk Wh max 580 meter, setelah ditetapkan tower No.2 adalah type
AR  0 maka kita Chek tower No. 3 dengan melihat tower No.2 dan tower No. 4
Misalkan kita pilih tower No. 3 adalah type A  0 kemudian kita ukur Wh pada
temperature Max misal 250 meter dan Wh pada temperature Minimum misal 210 meter
kemudian kita chek rationya Wh/Wi = 210/500 = 0,4 , untuk ratio Wh yang diambil
adalah yang kecil sedangkan Wi adalah 500 meter untuk ini ratio tidak memenuhi
syarat karena untuk suspension tower Wh/Wi > 0,5 ( dalam proyek ini Wh/Wi > 0,7 )

94
Maka harus dicari penyelesaian dengan menambah tinggi tower menjadi A + 3
sehingga Wh berubah menjadi 300 meter untuk temperature minimum sehingga
Wh/Wi = 300/500 = 0,6 memenuhi syarat tetapi ground clearancenya menjadi

besar , pilihan kedua merubah type tower menjadi B  0 karena type B adalah tension
tower tidak ada masalah dengan ratio , dari kedua pilihan itu kemudian kita
bandingkan harganya dalam hal ini harga dari type B  0 > A + 3 ( misal harga B  0 =
Rp 10 juta sedangkan A+3 = Rp 9 juta )untuk itu dipilih type A + 3 dengan ground
clearance yang lebih besar.
Dengan perubahan tower No.3 dar A  0 menjadi A+3 maka tower No. 2 akan
terpengaruh karena Wh nya akan berubah misalnya dari 580 meter menjadi 500 meter
maka pada keputusan pertama untuk tower No.2 dengan tower type AR  0 dapat
dirubah kembali menjadi A  0 setelah ditentukan type tower No.2 dan No. 3 kita
tentukan type tower No.4 dengan melihat tower No.3 dan No. 5.
Misalkan Wh/Wi = 390/500 > 0,5 OK, ( dalam proyek ini Wh/Wi > 0,7 ) ground
Clearance OK, jarak antara Tower No.3 ke No.5 = 1000 meter OK, maka dapat
ditentukan tower type A , penentuan selanjutnya adalah sama.
Hal-hal yang harus di Chek untuk setiap tower adalah :
- Wind span harus mendekati kurang dari harga wind span yang diijinkan , dalam
hal ini wind span berbeda untuk masing-masing type tower.
- Weight span pada temperature maximum kita pilih mana weight span yang
paling besar dan dipilih harga yang mendekati kurang dari harga maximum yang
diijinkan.
- Chek ratio Wh/Wi > 0,5 untuk tower suspension , Wh diambil yang paling kecil
.
Formula yang perlu diketahui
1. Makin tinggi tower makin berat beban yang dipikulnya dan makin rendah tower
makin ringan beban yang dipikulnya
2. Perubahan weight span dipengaruhi oleh perubahan temperature tergantung posisi
tower.

95
3. Perubahan weight span pada suatu tower akan mempengaruhi weight span pada
tower disampingnya ( dikiri dan kanannya )
Catatan :
Untuk pemasangan isolator pada suspension tower yang tegak lurus kebawah
berbentuk I harga ratio Wh/Wi > 0,5 pada suhu rendah konduktor akan terangkat
sehingga dapat mengakibatkan Flashover.

Contoh lainnya

280m 700m
570m 720m
310m
570m 625m
C±0
A+3

A ±0

2 4
1
3
5

1 11 m 3 4 5 6 7 8 33 o 10 11

T1
2 T2 15 o T3 T4 9 T5
11 m 4o

o
Tower No.1 adalah type FF  0 , tower No.2 adalah type C karena deviasi 15 dan
o o
berada diantara 0 ÷ 30 untuk menentukan Wh nya maka di chek berapa Wh yang
o
diijinkan untuk deviasi 15 setelah di chek Wh yang diijinkan adalah 680 meter untuk
o
deviasi 15

30o

15o

0 500 680 800


96
Sedangkan Wh max pada temperature rendah adalah 650 meter sehingga type C
memenuhi syarat dan setelah diukur ketinggian tower adalah C  0 kemudian di chek
tower No.3 dengan melihat tower No, 2 dan No.4 karena pada line lurus kita tentukan
type A kemudian di chek Wh Max nya setelah diukur adalah 310 meter pada suhu
maximum sedangkan Wh minimum adalah 280 meter dibandingkan dengan Wh Max
dengan Wh yang diijinkan 310 <500 ( memenuhi syarat ) kemudian dilihat rationya
Whmin/Wh = 280/500 > 0,5 memenuhi syarat .
Dari sini dapat ditentukan bahwa tower No.3 dapat ditentukan dengan type A dan
setelah diukur tinggi tower adalah A  0.
o
Kemudian menentukan tower type D untuk tower No. 4 karena sudut deviasi 33
o o
( type D antara 0 ÷ 45 )

45o

30o

0 500 630 900

o
Di chek Wh yang diijinkan untuk deviasi 33 setelah dichek ternyata Wh nya 630
meter dalam hal ini tower tidak memenuhi syarat karena Wh max lebih besar dari pada
Wh yang diijinkan maka pilihan supaya memenuhi syarat adalah meninggikan tower
No.3 menjadi A + 3 sehingga Wh Max nya menjadi 625 meter, sehingga Wh max lebih

97
kecil dari Wh yang diijinkan sehingga tower type D memenuhi syarat begitu
selanjutnya .
Setelah tower plotting selesai maka didapat data sebagai berikut :
- Jarak tower dari titik awal
- Jarak tower dari peg-peg sebelum dan sesudahnya
- Jarak ground clearance minimum
- Level pada ground clearance minimum
- Span antara tower dengan tower sesudahnya .
Kemudian setelah didapat data tersebut diadakan tower Pegging.

XVII. TOWER PEGGING

FF± 0

3m 15m 37m
310m 250m

1 2
3
4
4m
5
450m 500m 600m

20m 25o
6

1 2 LP 3 4 LP 5 30o 7 8 9 10

Misal kita dapatkan tower No.2 adalah type A datanya adalah :


Tinggi tower = 37 meter
Span = 450 meter

98
Jarak ground clearance minimum dari tower 2 adalah 310 meter perbedaan level
adalah 3 meter dan letak tower Peg adalah +20 meter dari peg No. 3 kemudian dari
data tersebut kita kelapangan untuk mencari lokasi tower peg, pertama kita berjalan
dimulai dari titik T1 sampai menemukan peg No.3 kemudian kita tempatkan
instrument di peg No.3 kita lihat peg No.4 dan dibalik untuk melihat peg No.2 , begitu
diulang sehingga kita dapatkan line yang lurus kemudian kita ukur sejauh 20 meter dari
Peg No.3 setelah didapat instrument kita pindahkan ke
peg tower No.T2 dari sini kita lihat peg No. 2 dan dibalik melihat Peg No.4 agar tower
peg berada pada line yang lurus , stelah didapat peg tower T2 maka :
- Chek span T2 ke T1 bila jaraknya 450meter berarti betul ( OK )
- Chek levelnya bila perbedaan level = 3 meter berarti betul ( OK ) pada ground
clearance minimum
- Chek jarak titik ground clearance minimum bila jaraknya 310 meter dari T2
berarti betul ( OK )
Bila ukuran-ukuran diatas sudah cocok berarti letak tower peg sudah betul , bila salah
satu tidak cocok berarti terjadi kesalahan .
Setelah lokasi tower peg betul kemudian kita ukur sejauh 50 meter kedepan dan 50
meter kebelakang , kita tempatkan peg baru pada kedua titik tersebut dan warnanya
dibuat berbeda dari peg-peg sebelumnya, kemudian kita membuat sket untuk cross
diagonal section pada lokasi tower tersebut kemudian dibuat profile.

A
B

CL
LP LP

Skala : H : 1 : 100
V : 1 : 100
C
D

A
B

D 99 C
Dari cross diagonal ini dapat kita tentukan extension legnya , yaitu dengan
menempatkan model tower type A diatas cross diagonal section tersebut dan dari sini
dapat dibaca , karena type tower A  0 , sedangkan tinggi tower adalah 37 meter ,maka
model ditempatkan 1 meter lebih tinggi diatas centre peg , kemudian dibaca extension
legnya , misalnya A = -1 ; B = -1 ; C = +1 ; D = +1 , setelah data tower didapat
maka dibuatlah structure list, setelah itu baru dilakukan axcavasi.
Setelah selesai tower No.2 kita lanjutkan ke tower No.3 yaitu tower sudut dengan
o
deviasi 30 yang ber ada tepat di peg No.5 kemudian kita tempatkan instrument pada
peg No.5 kemudian kita lihat peg No.6

BP

CT

BP 5 BP
30o

180o-30o

6
4
CL
CL
BP

o
Dan digeser kekiri sejauh 30 kemudian dibalik melihat peg No.4 dan digeser sejauh
o
150 kekanan kita tempatkan peg instrument kita balik sehingga didapatkan garis bagi
o
sudut 30 dan kita tempatkan bay sector peg dikedua titik tersebut , kemudian
o
instrument kita putar sejauh 90 kekiri kita tempatkan peg didapat bay sector untuk
o o
sudut 180 -30

100
Dari profile kita dapat :
- Jarak span = 500 meter
- Jarak ground clearance minimum = 250 meter
- Level 4 meter
- Tower type C dengan ketinggian C +3
Dari data diatas kita chek dan kita cocokan , setelah cocok kita buat cross diagonal
section , setelah dibuat cross diagonal section kita plotkan model tower C+3 dan dapat
diketahui extension legnya.
Setelah model diplotkan diatasnya ternyata leg-legnya tidak tepat sehingga kita geser

A B

T3

D C CL

-2 -2
A B
-1 -1

+1 +1

D C
+2 +2

sejauh 0,5 meter kebawah dan kita dapatkan leg tepat untuk A=-1 ; B=-1 ; C= +1 ;
D= +1 dan - = 0,50meter

101
Catatan :
- Bila data tidak cocok misal level pada ground clearance , misal dari profile 3
meter tetapi kenyataannya 5 meter maka bila terus dilaksanakan ground clearance
akan terganggu
- Akibat  = -0,50 meter maka ketinggian tower akan berkurang 0,50 meter
dan ground clearancenya pun berkurang oleh karena itu pada waktu tower plotting
ground clearance minimum dilebihkan antara 20 ÷ 50 centi meter.
- Bila extension leg melebihi dari 4 meter ( +4 ) misalnya +5 atau +6 , karena
design leg untuk lebih besar dari +4 tidak ada maka harus dibuatkan special leg
atau tanah ditalud ( dibenteng ) sehingga leg dapat dikurangi menjadi +4.

XVIII. SOIL INVESTIGATION DAN GAYA YANG BEKERJA PADA TOWER


Soil investigation adalah penyelidikan keadaan tanah .
Untuk mendirikan tower kita harus mengetahui keadaan tanah yang akan
menentukan jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanahnya , apakah keadaan
tanah itu lembek, normal , atau keras berbatu .
2
Kita selidiki bearing capacity dari tanah yaitu dalam setia 1 cm luas tanah dapat
menahan berapa Kg , dalam hal ini biasa kita sebut dengan Sigma tanah , harga
2
sigma tanah berkisar antara 0,01 ÷ 300 Kg/cm
Dari sini kita dapat menentukan berapa luas pondasi yang disangga oleh tanah.

S
L

102
2
L adalah luas tanah yang menyangga pondasi
1. Angle of Friction
Angle of friction adalah untuk mengetahui besarnya sudut friction dari tanah , harga
o o
angle of friction berkisar antara  = 0 ÷ 45 .

Tanah urug

 

Tanah yang ikut terangkat bila pondasi dicabut

Untuk mengetahui angle of friction dari tanah harus dilakukan pengujian yaitu dengan
mencabut pondasi tersebut dan akan terjadi tanah disekitar pondasi akan ikut terangkat
diluar tanah urugan , banyaknya tanah yang ikut terangkat adalah tergantung besarnya
o o
sudut  yang terbentuk ( angle of friction of soil berkisar antara  = 0 ÷ 45 ).

2. Diagram of Force ( Diagram gaya )


F
90O F1 = F2
R =  (F12+F22)
45O R = F1 2 = F2 2

R F
F1 F1  F2

90O
R = F1/Cos = F2/Sin
 R =  (F12+F22)
R F2

/2

 F1 = F2
R = 2FSin /2
/2 F
F

R 1 + 2 + =180O = 200C

F1/Sin2 = F2/ Sin1
1 F2 = R/Sin 
F1 Sin / Sin2
R = F1 X103
2 = F2 X Sin / Sin1
R
3. Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Tower
Untuk setiap tower akan bekerja 3 gaya baik untuk angle tower , line tower ,
suspension tower maupun tension tower.
1. Gaya berat , gaya berat ini arahnya kebawah vertikal , gaya berat ini adalah
merupakan berat total dari - Konduktor
- Kawat tanah
- Isolator dan fitting
- Berat tower sendiri
2. Gaya angin , gaya angin ini arahnya horisontal transversal , yaitu gaya angin yang
menabrak dari - Konduktor
- Kawat tanah
- Isolator dan fitting
- Toernya sendiri
3. Gaya tension , gaya ini disebabkan oleh adanya tarikan kawat , gaya tarikan
kawat ini dirasakan terutama pada tower angle , sedangkan pada line tower
karena saling berlawanan maka saling meniadakan , gaya tension yang bekerja
sepanjang transmisi adalah sama.
Contoh gaya-gaya yang bekerja pada tower :
1. Gaya yang bekerja pada line tower

T T

V
Misal V = 6000 Kg
W = 4000 Kg
R = ( 60002 + 40002 )
R
W

104
Gaya tension berlawanan arah dan besarnya sama maka saling meniadakan yang
bekerja pada tower tersebut adalah gaya berat vertikal kebawah dan gaya angin
transversal horisontal dari kedua gaya tersebut dapat dicari resultantenya.
2. Gaya yang bekerja pada engle tower , misalkan pada tower suspension dengan
sudut deviasi 2o , misalkan gaya horisontal T = 2000 Kg dan berat W = 5000 Kg
Gaya horisontal yang disebabkan oleh angin misalnya V = 6000 Kg maka total
gaya horisontal adalah : gaya angin + gaya tension akibat deviasi = 6000 + 70 =
6070 Kg.

2o

T = 2000 kg T = 2000 kg

W = 5000 kg

2o

T T
2o
2 R
Gaya tension akibat deviasi 2o
R = 2 x F Sin 2o/2
= 2 x 2000 Sin 1o

= 4000 Sin 1o = 70 Kg

Gaya yang diperhitungkan adalah gaya maximum yaitu yang searah dengan arah
gaya karena deviasi.

105
Resultante gaya adalah antara gaya horisontal akibat angin dan tension dengan
gaya berat.
Perhitungan untuk gaya yang bekerja pada angle tension adalah sama

6070 Kg6070 Kg

R R 5000 Kg5000 Kg

R = ( 6070 2+
R = ( 50002 +
6070 2 )5000 2 )

= 7864=Kg7864 Kg

3. Gaya yang bekerja untuk tower yang gaya beratnya negatip ( arak keatas )
o
Kita ambil contoh dengan deviasi 45

T = 2000 Kg T = 2000 Kg

W =300

V = 500 Kg

106
o
Gaya horisontal dengan deviasi 45

V = 500 Kg

45o

22,5o
T = 2000 Kg
T = 2000 Kg

R = 1530 Kg

R = 2 x F Sin /2
o
R = 2 x 2000 Sin 22,5
R = 1530 Kg
Gaya karena angin = 500 x 1Kg/m = 500 Kg
Total gaya horisontal = 1530 + 500 = 2030 Kg
Gaya karena berat konduktor , karena Weight span berada diluar span maka
arahnya negatip ( Keatas ) W = 300 x 1 Kg/m = - 300 Kg
Jadi resultante gaya antara gaya horisontal dan gaya vertikal adalah :

300 Kg R = 2052 Kg

2030 Kg

R = ( 3002 + 20302 )
= 2052 Kg

107
4. Gaya yang bekerja pada terminal tower.

W 250 m

2000 Kg

R
R = (20002 + 2502 )
250 Kg = 2015 Kg

Misal : T = 2000 Kg
W = 250 x 1 Kg/m
V = 250 x 1 Kg/m
( Weight span dan wind span sama )
Gaya horisontal adalah

2000 Kg

R
R =(20002 + 2502)
= 2015 Kg
250 Kg

Resultante antara gaya horisontal dan gaya vertkal adalah :

2015 Kg

R R =(20152 + 2502)
= 2030 Kg
250 Kg

108
Dari contoh-contoh diatas adalah untuk tiap konduktor , untuk 12 konduktor maka
harus dikalikan 12 dan untuk kawat tanah pun harus diperhitungkan.

Sebagai akibat dari gaya-gaya tersebut maka pada tower akan dirasakan tiga macam
gaya yaitu :
1. Gaya Compression ( tekanan ) yang dirasakan oleh pondasi pada setiap kaki tower.
2. Gaya Uplift ( gaya angkat ) gaya angkat dirasakan oleh dua buah kaki tower.
3. Gaya Moment adalah Gaya X jarak ( M = F X H ).

GAYA COMPRESSION

F
GAYA UPLIFT

F
GAYA MOMENT

H M=FXH

Gaya berat diakibatkan oleh berat konduktor , berat kawat tanah , berat isolator dan
fitting , berat tower sendiri , yang merupakan berat total yang didistribusikan pada
keempat kaki tower , sehingga setiap kaki menerima gaya tekan akibat berat sebesar
W/4 ( Gaya Compression ).
Gaya yang ditimbulkan oleh tiupan angin yang mengenai konduktor V , isolator dan
fitting dan tower sendiri , gaya angin ini menimbulkan moment dan yang
diperhitungkan adalah tiupan angin yang mengenai konduktor setinggi H dari tanah

109
sihingga M = V X H, agar tower tetap berdiri maka harus ada moment lawan yaitu
gaya yang dirasakan oleh kaki B dan C karena

V V V

W W W

A B X
C = W/4 C = W/4

D C
C = W/4 C = W/4

apabila tidak ada moment lawan pondasi akan terangkat ( Uplift )

Sebagai referensi adalah kaki A dan D , misal moment lawan adalah MX besarnya
adalah MX = X x L X = gaya lawan arah kebawah

110
L = jarak antara kaki tower
Untuk tetap seimbang maka M = MX sehingga :
VxH =XxL  X = VH/L , bila V , H , dan L diketahui maka X dapat dihitung.
Akibat kedua adalah timbulnya gaya tekan ( Compression ) yang disebabkan oleh
moment M yang dirasakan oleh kaki A dan D karena adanya gaya tekan ini maka pada
kaki A dan D harus ada gaya lawan keatas agar pondasi tidak ambles dan tower tidak
roboh kita sebut moment My dan sebagai referensi adalah kaki B dan C .

My = y x L untuk tower tetap berdiri maka M = MY .


V x H = Yx L  Y = VH/L.
Jadi akibat gaya-gaya tersebut kaki A dan D akan merasakan gaya Compression
sebesar W/4 + Y/2 .
Y = Gaya tekan lawan akibat gaya yang ditimbulkan oleh angin , yang dirasakan oleh
dua kaki A dan D , jadi untuk setiap kaki adalah Y/2 .
Untuk kaki B dan C akan merasakan gaya Uplift yang besarnya adalah W/4 – X/2 .
X/2 adalah gaya lawan ( arah kebawah / minus ) yang dirasakan oleh kaki B dan C
akibat moment yang disebabkan oleh angin , jadi gaya Uplift yang dirasakan setiap
kaki adalah X/2.
Contoh 1 : perhitungan gaya yang bekerja pada tower :

V =6000 Kg

W = 5000 Kg

A B X
C w = 1250 Kg C w = 1250 Kg
Cv = 11700 Kg + Cv = -11700 Kg
12950 Kg -
= -10450 Kg
L

C w = 1250 Kg
111 C w = 1250 Kg
Cv = 11700 Kg + D C Cv = -11700 Kg
= 1290 Kg -
= -10450 Kg
H = A  0 = 36 meter
L = 10 meter ( Jarak kaki )
Gaya Compression yang dirasakan setiap kaki akibat berat adalah W/4 =
5000/4 = 1250 Kg.
Moment akibat angin M = H x V , moment lawan MX = X x L ( pada kaki B dan C )
Agar seimbang maka M = Mx = H x V -- X = HV/L = 36 x 6000 = 23400 Kgm
sehingga gaya uplift yang dirasakan kaki B dan C = 23400/2 = 11700 Kg.
Moment lawan akibat gaya tekan pada kaki A dan D adalah sama dengan gaya angkat
pada kaki B dan C = 11700 Kg.
Gaya total yang dirasakan setiap kaki :
- Kaki A dan D akan menderita gaya compression sebesar W/4 + Y/2 = 1250 +
11700 = 12950 Kg
- Kaki B dan C akan menderita gaya sebesar W/4 – X/2 = ( gaya angkat
dikurangi gaya uplift ) = 1250 – 11700 = - 10450.
Karena arah angin berubah-ubah maka untuk setiap kondisi kaki tower harus tahan
terhadap gaya tekan (compression) sebesar 12950 kg dan tahan terhadap gaya angkat
(Uplift) sebesar 10450 Kg.
Dari sinilah sigma tanah diperlukan , sigma tanah berkisar antara  = 0,01 ÷ 300
2
Kg/cm .
2
Misalkan  = 1 Kg/ cm maka luas tanah yang harus menyangga pondasi adalah:
Untuk menahan beban sebasar 12950 Kg diperlukan luas tanah selebar :
2 2 2
L = 12950 Kg/1Kg/cm .  L =  (12950 ) = 1,13 m . atau diambil lebih besar
2
1,3 m , dan bagaimana dengan gaya uplift ?
Misal gaya Uplift sebesar – 10450 Kg maka harus ditinjau :
1. Berat pondasi
2. Tanah urugan diatas pondasi

112
3. Angle of friction dari tanah.
3
Berat pondasi /m = 2000 Kg / m3 ( misal )
3
Berat tanah / m = 1000 Kg ( misal )
Perhitungan sebagai berikut :
3
Volume slub = 1,3 x 1,3 x 0,5 = 0,85 m .
2 2
Volume Plinth = ½ h ( a + b + ab )

2 2 3
= ½ x 0,5 ( 1,3 + 0,3 + 1,3x0,5 ) = 0,4 m .
3
Volume Chimney = 0,3 x 0,3 x 3 = 0,27 m .
3
Total volume pondasi = 0,845 + 0,4 + 0.27 = 1,515 m .
Berat total dari pondasi = 1,515 x 2000 = 3030 Kg.
3
Volume tanah diatas pondasi = (1,3 x 1,3 x 4) - 1.56 = 5,2 m .
Berat tanah diatas pondasi = 5,2 x 1000 = 5200 Kg
3
Berat tanah yang ikut terangkat apabila pondasi dicabut misalnya 7 m atau
7000 Kg
Maka berat total = 3030 + 5200 + 7000 = 15320 Kg.
Berhubung gaya Uplift sebesar = -10450 dan angka keamanan misal diambil 2 maka
pondasi harus tahan terhadap gaya uplift sebesar = - 10450 x 2
=- 20900 Kg.
Karena yang dipenuhi baru 15320 Kg berarti masih kurang sebesar 20900 – 15320 =
5670 Kg, maka harus diadakan tambahan untuk pondasi yaitu merubah luas slub dan
plinth dari pondasi.
Data real yang dipakai untuk transmisi 500 KV Ungaran – Cirebon dan Cirebon – Ba
ndung .

113
EAL CONDUCTOR DATA
LINE Ungaran - Cirebon Cirebon - Bandung
NAME ACSR “ DOVE “ ACSR “ GANNET “
DIAMETER 23,55 mm 25,76 mm
BERAT/ METER 1,15 Kg/m 1,37 Kg/m
Tension pada 25O C 19130 N 22900 N
EDT 25 O C 25 O C
Temperature Min 15 O C 15 O C
Ground Clearance Minimum 15 meter
Road Clearance Minimum 21 meter
House Clearance Minimum 8,5 meter

REAL TOWER DATA


DOVE GANNET
IDEAL SPAN 500 Meter 500 Meter
IDEAL SAG 21 Meter 21 Meter

IDEAL HIGHT 36 Meter 36 Meter


MAX.SPAN 850 Meter 850 Meter
ANGLE TYPE VS WS W/V min VS WS W/V min
O ÷ 5 A 550 1500 0,35 495 1250 0,35
O ÷ 5 AR 550 1080 0,35 495 1250 0,35
O ÷ 10 B 550 1000 - 495 990 -
O ÷ 30 C 550 1000 - 495 990 -
O ÷ 45 D 550 1000 - 495 990 -
O ÷ 60 E 550 1000 - 495 990 -

114
Contoh 2 :
Contoh 2 :

Max. W = 400m
Max. W = 400m
w
550 m
Min. W = 350m w
450 m 550 m
Min. W = 350m
450 m A B
A V B

T=2000 Kg T=2000 Kg
T=2000 Kg T=2000 Kg
D C CL
D C CL

Gaya-gaya yang bekerja pada kaki A dan B :


Cw = + 1200 Kg
U-L = - 7875 Kg
U-L = - 16301 Kg
Total Gaya = - 22976 Kg ( Uplift )
Gaya-gaya yang bekerja pada kaki C dan D :
Cw = + 1200 Kg
U-L = + 7875 Kg
U-L = + 16301 Kg
Total Gaya = + 25376 Kg ( Compression ) .
Apabila arah angin berlawanan dengan arah semula maka gaya yang bekerja pada :
Kaki A dan B = 1200 + 7875 – 16301 = - 7226 Kg ( Uplift )
Kaki C dan D = 1200 – 7875 + 16301 = 9326 Kg ( Compression )

115
Gaya-gaya yang harus diperhitungkan adalah gaya-gaya yang paling besar atau paling
kritis dalam hal ini adalah :
- Kaki A dan B = - 22976 Kg ( Uplift )
- Kaki C dan D = + 25376 Kg ( Compression )
Dan masih perlu diingat faktor keamanan K = 2 ÷ 3

Apa akibat gaya uplift sebesar – 22976 Kg terhadap pondasi A dan B ?


Misal sudut Inklinasi = 10 ( sudut stub ) , gaya kita urai menjadi dua komponen arah
sumbu x dan y .

Gaya yang bekerja pada sumbu y


Uplift Y
Y = 22976 Cos 10O = 22627 Kg

x
S Gaya yang bekerja pada sumbu x

S = 22976 Sin 10O = - 3989 Kg

Gaya yang bekerja pada sumbu x ini


kita sebut gaya Shear ( S ) gaya ini
cukup berbahaya terhadap pondasi

Apa akibat dari gaya compression sebesar 25376 Kg terhadap pondasi C dan D
Seperti pada gaya uplift gaya kita urai menjadi dua komponen kearah sumbu x dan y

Compression
Gaya yang bekerja pada sumbu y

x Y Y = 25376 Cos 10O = 24990Kg


S
Gaya yang bekerja pada sumbu x

S = 25376 Sin 10O = 4406 Kg

Gaya yang bekerja pada sumbu x ini


kita sebut gaya Shear ( S ) gaya ini
cukup berbahaya terhadap pondasi

116
Dari contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk setiap tower akan bekerja
tiga gaya yaitu :
1. Gaya berat ( Vertikal )
2. Gaya angin ( Horisontal transversal )
3. Gaya tension ( Horisontal Longitudinal dengan centre line )

Akibat ketiga gaya tersebut akan timbul tiga efek gaya yaitu :
1. Compression ( positip ) Vertikal arah kebawah
2. Uplift ( negatip ) Vertikal arah keatas
3. Shear ( positip / negatip ) arah horisontal
Gaya shear akan menjadi positip bila disebabkan oleh gaya Compression dan arahnya
keluar menjauhi tower, dan gaya shear akan menjadi negatif bila disebabkan oleh gaya
uplift dan arahnya kedalam.

U-L(Max)

S(Max) S(Max)

C (Max)

Oleh karena itu untuk setiap tower pondasinya harus mampu mengimbangi ketiga efek
gaya tersebut , dan masih perlu diperhitungkan faktor keamanannya. Untuk setiap
tower walaupun typenya sama akan berbeda pondasinya bila jenis tanahnya berbeda ,
pondasi selalu berkait dengan pondasi disekelilingnya.

117
- Untuk menahan gaya compression harus bearing capacity , bearing capacity
2
adalah berapa Kg daya sangga tanah seluas 1 cm , untuk setiap jenis tanah akan

berbeda bearing capacitynya (  = sigma ). Misal sigma tanah  = 1,2 Kg/cm2

S L

sedangkan gaya compression yang harus disangga adalah 20.000 Kg maka luas
tanah yang diperlukan adalah : S = L 2  L2 = 20.000/1,2 = 16.666 cm2  L=
16.666 = 1,29 m.
- Untuk menahan gaya Uplift harus diperhitungkan Berat pondasi dan berat
tower yang disangga oleh satu kaki ditambah back filling ( urugan tanah diatas
pondasi ) dan angle of friction , besarnya angle of friction  tergantung dari jenis
tanah , makin lembek tanah makin kecil harga  makin keras jenis tanah makin
besar  , harga  berkisar antara  = 0O ÷ 45O.

118
Cara pengujian bearing capacity

Diberi gaya Compression makin lama makin besar sehingga


sampai pada keadaan tanah mulai berobah ( ambles )

Beton
1m

1m
1m

Penambahan gaya dihentikan dan dilihat berapa Kg berat tersebut , misalkan 12500
Kg , sehingga dapat dihitung bearing capacity dari tanah yaitu :
 = 12500/ ( 1m x 1m ) = 12500/10000 = 1,25 Kc/ cm2.
Setelah itu kemudian dilakukan pengujian yang disebut “ STANDARD PENETRATION TEST “ ,
Pengujian ini yaitu dengan cara : batang dengan penampang 1cm dipukul masuk kedalam tanah dan
dicatat jumlah pukulan serta dalamnya batang masuk kedalam tanah , pemukulan dilakukan dengan berat

tertentu dan ketinggian tertentu.

10 cm
20 cm
30 cm
40 cm

119
Pemukulan harus dilakukan dengan W yang tetap dan H yang tetap , pemukulan
dilakukan dengan mesin , kemudian dari data yang didapat kemudian dibuat curva
antara jumlah pukulan VS dalamnya batang masuk kedalam tanah.

Misal hasil pengujian adalah sebagai berikut.

160
Misal 0,6 Kg/cm2
1400

120
1,25 Kg/cm2

100

80

60

40 Misal 5 Kg/cm2

20
10

1 2 3 4 5 10 15 20 25 30

Dan curva ini diambil sebagai standard untuk mengadakan pengujian ditempat lain
dimana setiap tower akan didirikan .
Daerah yang berada diatas kurva adalah daerah yang bearing capacitynya dibawah
1,25 Kg /cm2 sedangkan daerah yang berada dibawah curva adalah daerah yang

bearing capacitynya diatas 1,25 Kg/ cm2 .

120
Untuk pengujian angle of friction (  ) harus diambil sampel tanah yaitu dengan cara
mengebor tanah , sampel tanah diambil misalnya pada kedalaman 1m , 2m , 3m , 4m
dan seterusnya.
Setelah didapat sampel tanah kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
pengujian dan ditentukan besarnya  .

CAROT = Sampel tanah

10÷20 cm

3÷5 cm

dst

Nomor Tower 1 2 3 4 5 6 7 8

 0,5 1 1,5 0,5 0,5 0,5 1,5 2


 1O 2O 3O 1O 1O 1O 3O 4O
Type Tower A A A A A A A A
Jenis Pondasi 1A 2 3 1A 1A 1A 4
A
Type Tower B B B B B B B

Jenis Pondasi B 1B 4B
Type Tower
Jenis Pondasi
C

121
Misalnya untuk type tanah dibedakan dalam kelas :
- C1 = Very Soft Soil
- C2 = Low Soft Soil
- C3 = Normal Soil
- C4 = Hard Soil

Type Tower TYPE OF SOIL


Class C1 C2 C3 C4
 0,5 1,0 2,0 2,5
 1 O
2O 3O 5O
TYPE PONDASI
A F1 F2 F3 F4
AR F1 F2 F3 -
B F1 F2 F3 -
C F1 F2 - -
D F1 - - -
E F1 F2 - -
FF F1 - - -

F1 . F2 , F3 . F4 adalah type pondasi yang sesuai dengan type tanah


Dari data diatas dapat diambil kesimpulan yaitu :
- Untuk setiap type tower efek gaya yang ditimbulkan adalah sama
- Untuk type pondasi maka jenis pondasinya adalah sama
- Untuk type tower yang berbeda tapi jenis tanahnya sama maka jenis pondasinya
adalah sama tetapi ukuranya yang berbeda
Pondasi untuk type tower A jenis pondasi F1 lebih kecil ukuranya dibanding dengan
type tower B dengan jenis pondasi F1 karena efek gaya yang ditimbulkan oleh type
tower A lebih kecil dibanding efek gaya yang ditimbulkan oleh type tower B.
Pemilihan type pondasi ditentukan oleh bermacam-macam faktor :
- Biaya material
- Biaya buruh

122
- Biaya transportasi
- Keadaan lokasi
- Peralatan
- Dan sebagainya
Pada proyek EHV 500 KV pondasi yang digunakan adalah 3 macam :
- Standard normal
- Special
- Pilled
Oleh karena itu jenis tanah hanya dibedakan menjadi 3 kelas yaitu C1 , C2 , C3
Dan dapat dibuat tabel :

Type tower C1 C2 C3
A N S P
AR N S P
B N S P
C N - P
D N - P
E N S -
FF N - -

Untuk dimensi dari pondasi harus dilihat efek gaya yang ditimbulkan oleh setiap type
tower sehingga ukuranya dapat ditentukan.
Setelah didapat datanya kemudian dibuat structure list.

A B

C
CL
U

D C

No, Type Calculate Span Type Leg Extension

123
Tower Tower Angle Span W V Pond. A B C D 
1 FF - - 300 237,5 N 0 0 0 0 0
475
2 A+3 - - 590 465 N +1 +1 0 0 +0,30
455
3 AR+6 2O30’ - 390 482,5 S 0 +1 +1 0 +0,20
510
4 B0 9 30’
O
450 527,5 P +1 +2 +2 +1 +0,50

Dst.

Pengujian Pondasi
Pondasi setelah selesai dibangun maka diadakan pengujian dengan peralatan khusus
yaitu untuk :
- Compression diuji pada gaya compression maximum yang telah ditentukan
- Uplift diuji pada gaya uplift yang telah ditentukan
Bila terjadi perobahan lebih besar dari 2,5 mm maka pondasi itu tidak baik dan harus diganti

Pondasi dan titik Excavasi


Untuk setiap tower akan bekerja tiga gaya yang akan menimbulkan tiga efek gaya pada
pondasi yaitu Compression , Uplift dan Shear.
Untuk setiap type tower dimana tower itu dipasang dan berapa tingginya efek yang
ditimbulkan akan tetap sama.
Chek apakah betul untuk tower dengan type sama menimbulkan efek gaya yang sama .

124
Misal Type twer A 0 = 10 m lebar kaki.

H = 36 m

H1

C U-L
H2

A= 10m H3
+s -s U-L
C
+s A1 -s U-L H4
C
+s A2 -s U-L
C
+s A3 -s U-L
C
+s A4 -s

Sebagai contoh tower type A dengan lebar kaki 10 m


dan tinggi tower 36 meter

- Chek untuk weight span ( W ).


Weight akan selalu sama dibag 4 untuk weight span yang bekerja untuk setiap kaki
yang lebar maupun yang sempit.
Compression yang ditimbulkan akan tetap sama C1 = W/4
- Chek untu wind span ( V )
Misal Compression yang disebabkan oleh wind span adalah C2

Maka V H = C2 A untuk setiap kaki


C2 = VH/A  V = Constan
VH1 = C2 A1  C2 = VH1/A1
VH2 = C2A2  C2 = VH2/A2
VH3 = C2 A3  C2 = VH3/A3
Ratio dari H/A = H1/A1 = H2/A2 = H3/A3 dst Constan

125
Karena sudut inclinasi dari stub adalah tetap
Misal A = 10 ; h = 36  H/A = 36/10 = 3,6
Untuk A+3 = 39  39/A1 = 3,6  A1 = 39/3,6 = 10,8
Untuk A + 9 = 42  42/A2 = 3,6  A2 = 42/3,6 = 11,6
Extension body = 3 meter , pertambahan lebar = 0,8m
Untuk satu sisi = 0,8/2 = 0,4 m
Jadi tan  = 0,4/3   = 7,6O.

10/2 = 5 m

(5 + 0,8/2) m

Stub

Jadi terbukti efek gaya yang ditimbulkan akan tetap sama biarpun terjadi extension
body maupun extension leg karena ratio constan dan sudut inclinasi sama.
Tower dengan type yang berbeda maka efek gaya yang ditimbulkan akan berbeda
pula .
Efek dari type A < B < C < D < E
Oleh karena itu sudut kemiringan stub akan berbeda pula A < B < C <  D <
E
Contoh perhitungan :
Tower type A0  H = 36 m dan A = 10 m
V = 7000 Kg
W = 4000 Kg

C1 = 4000/4 = 1000 Kg ( tidak begitu penting )


Yang berbahaya akibat angin
X1 = 36 x 7000/10 = 25200 Kg
C2 = 25200/2 = 12600 Kg
A + 3  H = 39 m

126
X2 = 39 x 7000 / A1 = 25200  A1 = 10,83
Tan  = ( 0,83/2 ) / 3   = 7,52 O.

Misal untuk type B lebar kaki = 11 meter


Akibat deviasi misalkan menghasilkan resultante R = 1000 Kg
Maka gaya horisontal total = 7500 + 100 = 8500 Kg
Moment = 8500 x 36 = X x 11  X = 27800 Kg
C2 = 27800/2 = 13900 Kg
Berapa jarak A1 bila tinggi tower type B + 3  H = 39 m
A1 = ( 8500 x 39 )/27800 = 11,95 meter
Tan  B = {( 11,95 – 11 ) 2 }/3 =   B = 8 O 41’
Jadi A < B = 7,52 O < 8 O 41’ .

Excavasi , foundation and Soil


( REAL SOIL AND FOUNDATION DATA UNGARAN – CIREBON – BANDUNG )

127
Jenis tanah dan pondasi dibedakan menjadi beberapa kelas

Tanah normal kering ( Normal dry soil )

H1
H2
H3
a

C 1A
b
C 2A
c
C3 A

C 4A
H4
Rock Fondation
tanah berbatu ( Rock )

Tanah basah
wet soil
C 5A
d

Tanah normal kering ( Normal Dry Soil )


Kelas tanah dibedakan menjadi :
1. Tanah normal kering ( Normal dry soil ) yang digolongkan menjadi tiga jenis
dengan perbedaan bearing capacity
- C1 = 1,3 Kg / Cm
- C2 = 0,7 Kg / Cm
- C3 = 5 Kg / Cm
- a< b <c
- H1 < H2 < H3
- 1 > 2 > 3

128
2. Tanah berbatu ( Rock soil ) C4 R
3. Tanah basah ( Wet soil ) C5 ( Normal Special )
- H4 > H3
- c>c
- tetapi 4 > 3
Jenis tanah yang kondisinya seperti ini diperlukan pondasi jenis normal special
dengan pembesian
4. Tanah sangat basah dan berlumpur ( Soft Wet Soil ) untuk jenis tanah seperti ini
menggunakan jenis pondasi Special dan pilled

C6 ( Soft Wet Soil )

C6 A

30 O

Atau

C6 P

Ada satu jenis tanah yang jenisnya berada diantara C3 dan C6 yaitu kita namakan
C3M yaitu jenis tanah yang bearing capacitynya seperti kelas C5 tetapi keadaan
tanahnya kering

129
C6 ( Soft Wet Soil )

C3 M

H3 + X

45o

C+X

Pondasi yang digunakan jenis normal tetapi ukuranya diatas C3 jenis pondasi ini
menggunakan sedikit pembesian

XIX. STUB SETTING


Setelah dilakukan excavasi kemudian dilakukan stub setting .
Perlu diingat bahwa dalam melakukan excavasi harus hati-hati dan teliti jangan
sampai penggalian kelebihan dalamnya bila hal ini terjadi maka tidak boleh diurug
dengan tanah tetapi harus dicor dengan beton , dalam melaksanakan penggalian harus
selalu diukur kedalamannya dengan ukuran batang kayu , setelah selesai excavasi
kemudian dilakukan stub setting.
Dalam melakukan stub setting bila tidak ada peralatan maka dipergunakan tower
bagian bawah , yaitu bagian base dari tower dirakit sementara ( Temporer )
Dibagian bawah dari stub harus dipasang beton ganjal sebagai penyangga stub .
Setelah bagian bawah base dirakit kemudian dilakukan pengechekan :
1. Centre tower harus berada di centre line ditengah-tengah , batang yang memotong
centre line dilot tegak lurus pada centre line
2. Chek horisontal diagonal harus sama panjangnya.
3. Chek level harus sama .
- Toleransi ke centre line = 1 cm
- Toleransi panjang diagonal = 0,5 cm

130
- Toleransi level = 1 ÷ 2 mm

Beton kecil
sebagai
penyangga
stub
1 3 4 5 6

Ditengah batang harus di lot ke centre line

Dapat juga menggunakan V Block , V Block ini pada prinsipnya hanya sebagai
pemegang stup supaya tidak bergerak dan mengatur kemiringan dari stubsedang
pengukuranya tetap menggunakan instrument , Vee Block ini dipergunakan untuk setiap
kaki.

Yang perlu diperhatikan dalam excavasi

131
Batas limit yang harus diperhatikan dalam excavasi :
1. Excact posisi leg ( Presisi )
Harus diperhatikan perbedaan kaki dan perbedaan posisi excavasi.
2. Excact level botom of excavasi.
Dalam praktek bagaimana membuang tanah bekas galian , yaitu harus dibuang
searah diagonal arah keluar agar tidak mengganggu pekerjaan , disamping itu
mengganggu peg-peg yang berada di centre line karena peg-peg tersebut setiap saat
masih dipergunakan , penggalian ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia
maupun dengan tenaga mesin.
Level diukur dengan instrument dan dicocokan pada model.

XX. VOLUME PONDASI


Setelah selesai excavasi dan stub setting maka dibuat pondasi.
Material yang dibutuhkan untuk membuat pondasi adalah :
1. Grvel ( koral )
2. Sand ( pasir )
3. Cement ( semen )
4. Air
5. Form Work ( cetakan / bekisting ) dibuat dari besi
Material-material tersebut harus memenuhi syarat-syarat Qualitas dan Quantitas .
1. Kuantitas
Misal jenis pondasi adalah normal kelas C2

132
Untuk mengetahui jumlah material yang akan dipakai maka harus dihitung
volumenya.
0,5

C2

2,75

0,75

0,5
d

2m

2m

Volume slub :
2 x 2 x 0,5 = 2 m 3
Volime Plinth:
(1/3) h ( a2 + b2 + ab ) = (1/3) 0,75 ( 22 + 0,52 + 2 x 0,5 ) = 1,1325 m3

Volume Chimney :
0,5 x 0,5 x 2,75 = 0,7 m3 .

Total volume untu satu kaki = 2 + 1,3125 + 0,7 = 4,0125 m3 .

133
Total volume untuk 4 kaki adalah = 4 x 4,0125 = 16,05 m3 .
Kemudian dihitung masing-masing volume materialnya , volume koral akan lebih
besar karena koral tidak dapat homogen ( solid ) dan masih berongga.
Volume - koral = 0,8 x 16,05 = 12,84 m 3 .

- pasir = 0,4 x 16,05 = 6,92 m 3 .

- semen = 300 Kg x 16,05 = 0,4 m 3  5250 Kg

- air = 100 Kg x 16,05 = 1,6 m 3  1750 Kg


_________________________________________

Total Volume = 21,26 m 3 .


Karena material tidak solid maka masing-masing material ditambah agar jangan terjadi
kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan .
Koral + 0,5 m3 , pasir + 0,3 m3 , semen + 50 Kg dan air dibuat 2000 Kg
Penempatan material dilokasi harus tepat karena jangan sampai mengganggu pekerjaan
yang lain.
2. Kualitas
Kualitas dari koral adalah tergantung dari jenis pondasi dan ukuranya :
- 2 ÷5 cm untuk normal pondasi .
- 1÷ 2 cm untuk Reinforcing foundation ( Pondasi dengan pembesian )
- 0,5 ÷ 1 cm untuk Pilled foundation ( pondasi pancang )

- Koral harus dicuci bersih


- Pasir harus dicuci bersih dengan air karena adanya organik soil akan
mengganggu perekatan material satu sama lainnya.
- Kualitas semen ada bermacam-macam yaitu Quick Hard dan Slow Hard , serta
Hight Compression dan Low Compression
Yang paling baik adalah Hight Compression dan slow Hard ( ini yang kita pilih )
Kualitas air harus bersih jernih , semen harus disimpan dalam ruangan yang
tertutup dan kering tidak boleh kena hujan .

134
Setelah syarat kuantitas dan kualitas dipenuhi maka kemudian di mixer , kita tidak
bisa mixer 16,05 m3 sekaligus tetapi harus bertahap, untuk itu dibuatlah takaran
dari kayu berupa kotak dengan ukuran panjang , lebar , tinggi 0,5 meter.

0,5 m

0,5 m 0,5 m

Sehingga mempunyai volume 0,125 m3 .


Perbandingan 0,8 koral 2 kotak + 04 pasir 1 kotak mendapatkan volume 2 kotak
atau
= 0,125 x 2 = 0,25 m3 .

Kebutuhan semen 300 Kg untuk 1 m3 jadi untuk 0,25 m3 dibutuhkan semen 300 x
0,25 = 75 Kg atau kurang lebih 2 zag. Untuk total beton yang akan terbentuk = 0,25
m3 .
Setelah itu kemudian diadakan pengecoran, misal ditentukan tebal slib 0,5 m maka
pada waktu pengecoran harus diukur dengan batang besi sepanjang 0,5 meter dan
ditancapkan pada slub yang sedang dicor , setelah sampai ketinggian yang
diinginkan kemudian diratakan dan dipadatkan , setelah selesai kemudian diatasnya
diletakan Form Work untuk Plinth.
Form work adalah cetakan beton dari besi , setelah dipasang dan dibaut kemudian
diadakan pengecoran dan digunakan Vibrator untuk memadatkan , setelah padat dan
penuh , kemudian dipasang Form work untuk Chimney , harus diperhatikan

135
kedudukan-kedudukan stub harus benar-benar berada di centre dari chimney ,
toleransi 2 ÷ 3 cm.
Form work untuk chimney agar tidak berobah maka harus dipegang dengan batang-
batang kayu, sudut kemiringan chimney harus disesuaikan dengan kemiringan stub
sesuai dengan type tower yang akan didirikan.
Pengecoran beton harus dilakukan nonstop tidak boleh ditunda-tunda , oleh karena
itu persiapan material harus cukup , jangan sampai ditengah-tengah pengecoran
material habis.
Pada saat ditengah-tengah pengecoran diambil dua sampel untuk keperluan
pengujian dilaboratorium , sampel dimasukan kedalam box besi yang ukurannya
20x20x20 cm .
Pada sampel diberi tanggal dan nomor tower.

Tower No :
20 cm Tanggal :

20 cm 20 cm

Sampel kemudian dibawa dan dibiarkan ditempat teduh hingga kering , tidak boleh
di jemur dalam terik matahari , karena bila dijemur hasil pengujian tidak
menggambarkan yang sebenarnya.
Setelah satu hari kemudian dilepas dari box besi , kemudian setelah 28 hari dan
sampel sudah kering dan keras kemudian dilakukan pengujian compression hingga
sampel pecah.

136
Pengujian dilakukan dengan hydrolik test yang dilengkapi dengan manometer dan
hasil pengujian dicatat dalam daftar .
Luas permukaan yang ditest adalah 20x20cm = 400 cm2 .
Misalkan tekanan sampai 90000 Kg baru beton tersebut pecah maka daya tahan
beton/cm2 adalah 90000/400 = 225 Kg/cm2 .
Kemudian dibuat daftar hasil pengujian untuk setiap tower.
Setelah selesai pada daftar tersebut ditandatangani oleh ketiga pihak
Misalnya - Pemborong ( rekanan )
- Konsultan
- Pemilik proyek ( PLN )
Sampel Date
1 2
Nomor Tower Tanggal diambil
2 2
( Kg/cm ) ( Kg/cm ) sampel

1 225 230 Tgl : . . . . . . . . .


2 240 220
3 245 210
4 215 230
5 115 250
6 95 125

Pemborong Konsultan PLN

( ) ( ) ( )

Misalnya terjadi kasus seperti tower NO, 5 , kemungkinan pengambilan sampel


yang kurang baik , dan misalnya terjadi seperti kasus tower No.6 harus dilakukan
pengujian ulang, karena batas minimum adalah 200 Kg/cm2 .

CAROT

2cm

4 cm

137
Untuk itu maka pada tower No. 6 pondasinya harus dibor untuk diambil sampelnya
yaitu CAROT dengan ukuran panjang 4 cm dan diameter 2 cm
Setelah diadakan pengujian misalnya didapat 110Kg/cm maka pondasi tersebut
harus dibongkar dan diganti , bila didapat 250Kg/cm maka pondasi tersebut dapat
dipakai .
Pengujian CAROT dilakukan dengan peralatan lain dan Khusus.
Form work dapat dibuka setelah 24 jam lebih baik setelah 24 jam , setelah form
work dibuka maka secepatnya dilakukan pengurugan ( Back Filling ) agar pondasi
tidak terkena sinar matahari , pengurugan setiap ketebalan 30 cm dipadatkan
sampai selesai , tanah yang tersisa ditimbun ditengah tower karena bila kena hujan
setelah 6 bulan akan turun dan akhirnya menjadi rata , mengapa daerah sekitar
pondasi diratakan karena kita akan berkali-kali datang untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan lain seperti :
Erection , insulator fitting , stringing dan lain-lain.
Setelah minimum umur Pondasi 14 hari pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan
namun pada umumnya setelah 1 bulan.

Letak titik untuk Pilled foundation


Pilled foundation digunakan pada type tanah kelas C6
Tower A 0
Lebar kaki = 11 meter
Maka jarak stub ke centre tower (CT ) b = 11/2  2 = 5,5  2 = 7,77 m
c = b – e  e = ( 1 2 )/2 = 0,7 m
c = 7,77 – 0,7 = 7,07 m

138
2m

0.5 m
1m

0.5 m

a=
b 9,
= 1
7,
c= 77 8
d 7,
= 07
6,
37


f h
e = g = 0,7 m

g f = 2 2 m
e

g = ( f –2 e ) /2 = ( 2  2 –  2 ) /2 = 0,7 m
d = c – f = 7,07 – 0,7 = 6,37 m
a = b + f / 2 = 7,77 + 22 / 2 = 9,18 m
tan  = 0,7 / 7,77   = 5O 8’
h = 7,77 / Cos 5O 8’ = 7,8 m
Stub harus diletakan pada centre excavasi yaitu pada titik tengah pada bagian
bawah ( centre bottom excavasi ).
Kemiringan pilled sama dengan kemiringan stub .
Dalam melakukan pilling harus presisi karena bila tidak presisi akan mengalami
banyak kesulitan , sebagai contoh pillet untuk A + 3 dibuat A + 0 karena
kesalahan membaca pada file sehingga pilled yang sudah di cor tidak akan ada
gunanya.

Pilled foundation dengan 6 Pilled

139
Untuk 6 pilled foundation excavasinya berbeda , untuk tower standard A  0 jarak
kaki = 11m setengah diagonal = 5,5  2 = 7,77 m

3m
1m

1m
2m

45o
0 m
m
8,2 7.
2 d=
7 m 8,2  = 6o57’
7,2 6m
d=


. 7 7m
7

 = 7o54’

Untuk bottom excavasi bila tinggi stub = 1 m dengan inclinasi 6O maka


penggeseran excavasi dibawah adalah 1 tan 6 O
= 0,1 m , jadi cebtre tower
excavasi dari cebtre tower adalah 7,77 + 0,1 = 7,87 m.
Untuk pondasi pilled beton yang diuji ( Sample ) adalah hanya beton pillednya saja
, sedangkan kapnya tidak diuji.

Pengujian pada pilled foundation untuk pengujian compression


Peralatan yang digunakan adalah :

140
- Mesin hydrolik
- Dinamo meter
- Fleksi meter
Mesin hydrolik dipergunakan untuk memberikan gaya pada pondasi yang akan
diuji.
Dinamo meter dipergunakan untuk mengetahui beban compression yang diberikan ,
sedangkan fleksi meter dipergunakan untuk mengetahui deformasi yang terjadi,
misalnya pada tekanan 40 ton terjadi deformasi 1 mm dan pada 50 ton terjadi
deformasi 2 mm dan pengujian melebihi toleransi 2,4 mm adalah tidak baik ,
biasanya pengujian sampai terjadi deformasi setelah 15 menit jarum deformasi
akan menuju titik nol kembali karena deformasi hanya disebabkan oleh adanya
elastisitas.

1 mm
2 mm
Dinamo meter
10t
3 mm
20t

4 mm 30t

40t

Fleksi meter 50t

Mesin hydrolik

S T S

141
XXI. RIGHT OF WAY ( ROW )
Setelah selesai dilakukan tower plotting kemudian menentukan lokasi tower
dilapangan dan menemui pemilik tanah untuk mendapatkan persetujuan dimana
letak tower akan didirikan dan memberikan ganti rugi kepada pemilik tanah , agar
dalam pekerjaan selanjutnya tidak mengalami hambatan., setelah mendapatkan
persetujuan kemudian dilakukan tower pegging , dan excavasi.
Antara tower pegging dengan excavasi interval waktunya jangan lama-lama untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan , seperti pembuangan peg atau ada yang
memindahkan .

XXII. ROUTE CLEARANCE DAN SWUNG OUT


Route clearing adalah daerah dibawah konduktor sejauh 11 m kekiri dan kekanan
dari centre line ( CL ) harus terbuka dan bersih dari pepohonan dan rumah , semua
pohon diatas 7 meter harus ditebang karena ground clearance adalah 15 meter dan
house clearance adalah 8,5 meter hal ini untuk menjaga keamanan .

142
Berhubung adanya hembusan angin pada konduktor maka akan terjadi simpangan
yang akan mengakibatkan route clearance tidak 22 meter lurus tetapi akan melebar
ditengah-

angin

11 meter

11 meter

angin Max = 5 meter

tengah antara satu span karena adanya simpangan karema hembusan angin.
Simpangan yang diijinkan adalah maximum 5 meter besarnya simpangan
maximum adalah tergantung dari jarak span dan sag , besarnya sudut simpangan
maximum adalah 15O kekiri dan kekanan

143
15O

X = 360
15O 2S
XC

x
b
a

15O

Pengaruh Simpangan Akibat Swung Out Terhadap Ground Clearance


Pengaruh simpangan karena swung out terhadap ground clearance , bila tanah datar
hal ini tidak ada masalah tetapi bila ada side slope , akibat simpangan ini perlu
diperhatikan karena akan mempengaruhi ground clearance
Side slope yang perlu diperhatikan adalah sise slope yang lebih tinggi diukur dari
centre line sedangkan yang lebih rendah dibanding centre line tidak menimbulkan
masalah.

144
S

Min GC H
GC

SS SS
½E

H = S + SS + GC

d = S sin 15O
15O
xc XC = S - S cos 15O
d = S ( 1 - cos 15O )
XG = d tan 
XG = S sin 15O tan 

SS
tan  =
½E
 XG
SS
SS XG = S sin 15O
½E ½E
XG < XC agar GC Memenuhi syarat

145
Hal ini berlaku untuk side slope yang reguler ( teratur ) tetapi pada tempat-tempat
tertentu terdapar side slope yang tidak teratur ( irregular ) oleh karena itu pada profile
harus dibuat dua macam side slope yaitu :
1. Side slope normal regular di ukur 11 m untu R SS dan L SS
2. Side slope irregular atau special side slope di ukur sejauh 11 + 11 = 22 m baik
kekiri atau kekanan.

SS special

SS normal
11m 11m

Pohon Yang Harus Ditebang


Pohon yang harus ditebang adalah pohon yang sejauh X dan setinggi H , bila
ketinggianya melebihi H harus ditebang karena bila pohon tersebut tumbang akan
mengenai konduktor .
Elektrical clearance adalah 8,5 meter
Ground Clearance = 15 meter
2 2
X =  ( H + 15 )
d = S sin 15O

146
½E = 11 meter

147
15O
S

H
15m
H

x d ½E

CL
11 m 11 m

STRIP
Harus bersih dari
segala hal

Pada umumnya yang kita jumpai dilapangan adalah sebagai berikut

148
GC = 15 meter

149
d = ( h2 - GC2 )
D=d+½E

D > ( h2 - GC2 ) + ½ E
S

H
GC

d ½E
D

Dalam menyelesaikan persoalan route clearing maka harus mecakup segala kondisi
antara lain :
- Ground clearance minimum 15 meter
- Road clearance minimum 20 meter
- House clearance minimum 8,5 meter
- Dan juga harus dipertimbangkan masalah ekonomisnya

Untuk keadaan tanah yang miring :


S
15O

H GC

c 
b a
e d ½E = 11 m
D
150
d = S sin 15o .
a = Side Slope
b = a  b = a (d + 11 )
d+11 11 11

c = a  c = a (e+d + 11 )
e+d+11 11 11

e = D – ( d + 11 )
X = { e2 + ( GC + b – c ) 2 }
H = D ctg  – c
Bila H > X maka pohon harus ditebang

XXIII. ACCESS ROADS


Access roads adalah jalan sementara menuju lokasi tower , hal ini sangat diperlukan
karena menyangkut pengangkutan material :
- Material Konduktor
- Material Earth wire
- Material Tower
- Material Insulator dan Fitting
- Material Pondasi
- Dan material-material tersebut yang jumlahnya hampir mencapai 66 ton
diangkut dengan kendaraan khusus bukan oleh manusia .

= CL Access Roads
= Main Access Roads

= Main Roads

MAIN ROADS

151
Untuk memudahkan pengangkutan material dari tower ke tower maka diperlukan
main access roads dan Centre Line Access roads .
Centre Line Access roads diwaktu-waktu kemudian dipergunakan untuk
pemeliharaan .
Untuk mendapatkan Access roads karena menyangkut tanah masyarakat maka jauh
sebelum excavasi harus dilakukan pendekatan terhadap masyarakat, untuk
mendapatkan persetujuan dengan memberikan ganti rugi pada daerah yang akan
dilalui.

XXIV. JENIS-JENIS TOWER


TRIANGLE ARRANGEMENT

Dengan konduktor 2 x 3 fasa dan 2 earth wire

SINGLE CIRCUIT 3 FASA

SATU EARTH WIRE

Dipergunakan untuk tegangan

30 KV
70 KV
150 KV

HORISONTAL ARRANGEMANT
3 x 3 fasa dan 2 earth wire
DELTA ( HORISONTAL ARRANGEMENT )

SINGLE CIRCUIT 3 FASA

DUA EARTH WIRE

Dipergunakan untuk tegangan

220 KV
330 KV
380 KV
400 KV
500 KV

152
VERTICAL ARRANGEMANT
3 x 4 fasa dan 2 earth wire

PIRAMIDE ( VERTICAL ARRANGEMENT )

DOUBLE CIRCUIT 2 X 3 FASA

SATU EARTH WIRE

Dipergunakan untuk tegangan

30 KV
70 KV
150 KV
330 KV
380 KV

Dengan konduktor sampai 2 x 3 fasa + 2 x 3 fasa denga satu earth wire.

PIRAMIDE ( VERTICAL ARRANGEMENT )

DOUBLE CIRCUIT 2 X 3 FASA

DUA EARTH WIRE

Dipergunakan untuk tegangan

70 KV
150 KV
330 KV
380 KV
400 KV
500 KV

153
Dengan konduktor sampai 4 x 3 fasa + 4 x 3 fasa denga dua earth wire

30 KV
70 KV
150 KV 70 KV
30 KV 150 KV
70 KV 220KV
150 KV 380 KV
220KV 400 kv
380 KV 500 kv

FAMILI PIRAMIDE

220 KV
330 KV
380 KV
400 KV
500 KV

Single Circuit
Double Earth Wire

154
GUYED TOWER
Jenis tower Guyed ini dapat digunakan untuk jenis tower piramide mauoun delta
Untuk jenis tower ini cukup bagus dan harganya murah tetapi sangat berbahaya
karena apabila ada yang memotong salah satu guyednya tower tersebut akan roboh.
Tower jenis ini hanya dipergunakan untuk daerah yang tidak ada penduduknya
dapat dipakai untuk sampai dengan tegangan 380 KV

155
Cara penarikan tali skur adalah membentuk sudut 60 O .

CL

60O 60
O

60O 60O
60O 60O

TOWER PORTAL
Single Circuit
Duoble Earth Wire
( Jarang dipakai )

156
BAGIAN-BAGIAN DARI TOWER

E.W.
PEAKS
TRAVE
CROSS
ARM

DELTA

BODY
(AND EXTENS)

BASE

LEG
(AND EXTENS)

STUB

JENIS-JENIS CROSS ARM

<5o
>30o

a a a
b

b>a
>10o
Line Tower

a a
c a

c>a

157
BASE

SQUARE BASE
(Untuk Tension Tower) CL

45O

RECTANGULAR BASE
(Untuk Suspension Tower )
CL

a = 2/3b
a

b
.

158
Rectangular Base dipergunakan untuk menahan gara angin karena momen lawan akan
lebih besar.

XXV. SECTION

Satu section adalah antara tension tower sampai dengan tension tower berikutnya.

159
T S S S S T S S S S T

SECTION 1 SECTION 2

T S S S S T

SECTION

T S S S S T

SECTION

T S S S T S S S S T

SECTION 1 SECTION 2

Equivalent Span dihitung untuk setiap section

(  S3 ) S
E.S = > No.S
S

E.S =
-50
+50 ] VS = 500 m ( Virtual Span )

550 ES
E.S =
-50
+50 ] VS = 500 m 450 ES

]
-50 400 ES
E.S = +50 VS = 350 m
300 ES

Dalam penggunaannya misalnya kita dapatkan ES = 400  450 m maka bila


menggunakan VS = 500 m tidak tepat karena sebenarnya Ground Clearance kurang

160
dari 15 m , oleh karena itu kita menngunakan VS = 350 m dengan konsekwensi
Ground Clearance lebih sedikit dari 15 m ini lebih baik.
Di Indonesia Template Catenery hanya menggunakan dua model yaitu
VS untuk 450  550 m
VS untuk 300  400 m
Karena di Indonesia perbedaan suhu minimum dan maksimum berkisar
antara
15O -- 35 OC , sedangkan di Eropa menggunakan Template catenery sampai 5 model
Yaitu : VS 350  350 - 450
VS450  450 – 550
VS 550  550 – 650
VS 650  650 – 750
VS 350  dst
Karena di Eropa perbedaan temperatur cukup jauh berkisar 70 O C yaitu antara – 30O
C sampai +35O C .

H2-H1
 x

S S1

H1 H2
C2P
C2 S=
8T
C
C1 C1 = C2
S1 - S = X
C1 2 P
S1 =
8T

Jadi biarpun levelnya tidak sama cara menghitung sag tetap sama tidak berubah sama
seperti perhitungan pada level yang sama dan hasilnya pun tidak berubah

161
H2 - H1

X

½C ½C
C1
C

H2 - H1
X = S1 - S tan  = X = ½C . tan 
C1
S1 - S = ½C . tan 

H2 - H1 H2 - H1
S1 = S + ½C .
= ½C C C1
1

Dalam pratek ini dipergunakan untuk pengecekan sag karena sag dan ground clearance
harus benar karena pada kenyataannya medan transmisi tidak selamanya datar.

OFFICE MAP

MEREDIANS ( BUJUR )

N
PARALLELS
( LINTANG )

A1 C
U

162
Transmisi 500 KV adalah line utama dan merupakan proyek besar oleh karena itu
harus diberi tanda pada tempat-tempat khusus di peta terutama pada titik-titik deviasi
dan ini sangat penting.
Oleh karena itu posisi dari terminal tower dan titik-titik deviasi harus tahu ordinatnya
yang menggunakan ordinat Meredians ( Bujur dan Lintang )
Misalnya pada gambar peta letak transmission lines Jakarta ( J )  Bandung 
Cirebon ( C )  Ungaran ( U ) dan diantara kota-kota tersebut juga digambarkan letak
titik-titik deviasi.
Bagaimana menentukan arah utara , menggunakan kompas kurang tepat karena
kompas menuju kekutub , tidak tepat keutara tetapi bergeser , cara yang terbaik adalah
dengan menggunakan matahari.
Pertama kita tempatkan teodolit diatas senter tower kemudian tempatkan peg sejauh 50 meter sebagai
referensi kemudian arahkan instrument ke peg referensi dan putar kearah matahari ( antara jam 08.00 –
09.00 pagi ) sebesar sudut , posisi instrument dengan peg referensi membuat sudut  horisontal dan
sudut  vertikal ( inklinasi ) , kemudian putar kearah matahari ( antara 15.00 –16.00 sore ) ditunggu
sampai posisinya pas matahari lurus dengan instrument dengan sudut inklinasi tidak berubah 

8-9 pagi
3-4 sore

 
6 pagi 6 sore

2 1

Peg referensi

163
Arah utara adalah diputar sebesar sudut    = ( 1+  2 )/2 dari peg referensi .
NOTE :
Untuk melihat matakari tidak boleh langsung karena retina mata akan terbakar , oleh
karena itu teodolit harus diberi filter yang berbentuk prisma sehingga matahari terlihat
menjadi 4 buah dan persinggungan matahari terlihat gelap titik inilah yang kita ambil
sebagai titik tengah matahari.

Setelah didapatkan garis arah utara yang tepat kemudian ditempatkan peg sebagai
referensi , arah utara untuk menentukan sudut yaitu arah dari transmission lines
( Centre Lines ).

peg N
R 4


2 3
-180
6
5
1 
L
FORMULA
 -   180O = 1+2 + 3 + 4 + 5 + 6
 -   180O =  1 ÷ n
Dengan perjanjian - Deviasi angle kekanan 
- Deviasi angle kekiri 
 -   180 = -1+2 - 3 + 4 - 5 + 6
O

164
Toleransi perbedaan sudut adalah 1O bila terjadi kesalahan lebih dari 1O maka pada
waktu survey pasti terjadi kesalahan , oleh karena itu harus diulang.
Kesalahan pengukuran sudut berakibat besar maka untuk mengoreksi harus dichek
dikedua terminal sehingga bila terjadi kesalahan akan terlihat .
Bila terjadi selisih 1O ( toleransi 1O ) maka setiap sudut deviasi harus diadakan
kompensasi sebesar sudut 1O / No,angle.
Contih :
Misal pada suatu transmission lines mempunyai dua sudut deviasi ( dua tempat )
Misal 1 = 30 O kekiri

1 = 27 O kekanan
sedangkan  = +180 O .
 = - 282 O .
 -   180 O = + 100 O – 282 O + 180 O = - 2 O .
1 + 2 = -30 O + 27 O = - 3 O.

Error = -1 O .
Compensation = -1O / 2 = - 0 O.30’

Karena kompensasi = - 0 O.30’ maka untuk setiap sudut deviasi harus ditambah 0
O
.30’ , maka 1 menjadi = - 30 O + 0 O.30’ = -29 O.30’
2 menjadi = 27 O + 0 O.30’ = 27 O 30’
Total = - 2 O

 - 180o
27o 27o30’


29o30’
30o 

165
COORDINATES
Dua macam koordinat
1. Polar Coordinates -  ( Azimut )
- L ( Distance )
2. Cartesius Coordinates ( X , Y )

PARTIAL COORDINATES

T1 
YA2 2
A2
L YA1
1

L 2
A1
1

XA1
XA2

Ubtuk titik A1 sebagai referensi adalah titik T1 maka :

XA1 = L1 cos ( - 90 O )

YA1 = L1 sin ( - 90 O )

XA2= XA1 + L2 sin ( 1 + 2 )

166
YA2 = YA1 + L2 cos ( 1 + 2 )

CONTOH

N 
4
 A4

2 YA4
A5
3
 A2 YA5
YA2 A3 YA
3
A1
TXA2
TXA3
TXA4
TXA5

REFERENSI A1 REFERENSI A2 REFERENSI A3 REFERENSI A4


X A2 = D2 sin  X A3 = D3 sin  X A4 = D4 sin  X A5 = D5 sin 
Y A2 = D2 cos  Y A3 = D3 cos  Y A4 = D4 cos  Y A5 = D5 cos 

TOTAL X A3 = T X A2 + X A3
Y A3 = T Y A2 + Y A3
X A4 = T X A3 + X A4
Y A4 = T Y A3 + Y A4
X A4 = T X A4 + X A5

167
Y A4 = T Y A4 - Y A5 ( Karena  > 90 O )

KEDUDUKAN LOKASI TRANSMISIION LINES TERHADAP GARIS BUJUR


( GREEN WICH ) DAN GARIS LINTANG ( EQUATOR )

Untuk mengetahui lokasi Transmission Lines harus berlaku secara internasional yaitu
diukur dari jarak garis Green wich dan garis Equator , sehingga umum dapat
mengetahui dimana lokasi koordinat transmission lines tersebut terhadap garis Green
wich (Bujur) dan terhadap garis Equator ( Lintang ) .
Yang harus diketahui lebih dahulu adalah titik Terminal tower kemudian setiap sudut
deviasinya dengan referensi koordinat terminal tower.
Untuk mengetahui geografi koordinat terminal tower maka titik terminal tower tersebut
harus menggunakan salah satu titik referensi yang sudah diketahui geografi
koordinatnya seperti Gunung , Menara TV, dan lain-lain , dari titik ini kita tinggal
menambah atau mengurangkan saja .

EQUATOR
GY59
GY T1

GX 59

PX T1
P.XA1 A1

GREEN WICH

PY T1

P.YA1


L

GX T1 T1
P.XA1 dan P.YA1
Partial coordinates titik A1

168
Partial Coordinates ( PX T1 dan P Y T1 )

PX T1 = L sin 

PYT1 = L cos 
Sehingga geografi koordinat terhadap garis green wich dan Equator untuk titik T1
adalah :
G.X T1 = G.X 59 + P.X T1 ( Terhadap Green Wich )

G.Y T1 = G.Y 59 + P.Y T1 ( Terhadap Equator )


Setelah didapat letak geografi koordinat titik T1 maka untuk setiap sudut deviasi
sepanjang transmisi dapat ditentukan dengan referensi titik T1.

XXVI. ERECTION TOWER


Steel
Tower terdiri dari banyak potongan-potongan besi siku dengan ukuran sesuai
dengan posisinya yang sudah digalvanisir .
Untuk memudahkan penyusunan tower ( konstruksi tower ) maka setiap potongan
besi siku harus diberi tanda sebagai identifikasi yaitu : type tower , nomor posisi
dan letaknya dikiri L dan dikanan R

A.1.L
2.R

A.1.R
A.

A.
2.
L

A.
1 32 R
. 2.
L .13
A

169 A.944
Identifikasi mulai dari ujung tower ( Earth Wire ) sampai ke Stub

A.132.R

A.132.L

Untuk memudahkan erection harus dibuat Composision List untuk setiap type tower
berikut extens body dan extens legnya , juga untuk kebutuhan bautnya.
Composision list harus benar dan teliti.
Contoh :
COMPOSISION LIST FOR TOWER TYPE A
No. posisi L R Quantity Ext. A+3 Ext A+6 Ext A+9
1 1 1 2
2 2 2 4
3 2 2 4
4
5
.
.
56 8
.
.
944 4
No. Posisi 56 dan 944 dapat dipasang dikiri atau dikanan.
COMPOSISION LIST OF BOLT TOWER TYPE A


QUANTITY

170
S
20 16 3 X4
18 20 2X4
16 18 4X8
Dst

 = diameter
S = panjang baut

STEEL YARD ( STEEL DEPO )


Cara penempatan potongan-potongan bagian tower adalah penting sekali ,
pengelompokan untuk setiap type tower harus teliti dan benar , ada dua sistem .
pengaturan penempatan potongan-potongan bagian tower :
1. Pengelompokan berdasarkan Nomor posisi untuk setiap type tower dalam satu
tempat sehingga bila diperlukan tinggal mengambil kebutuhan yang diperlukan
sesuai dengan komposisi list nya.
Karena tower type merupakan mayoritas dari jumlah semua tower , hampir 90 %
tower type A maka diperlukan tempat yang luas sedang type tower yang lain
tergantung prosentase tower yang diperlukan , misal type tower A.R = 5 % Tower
Type B = 2 %, Tower type C = 1 % dan seterusnya.
Cara pengaturan penempatan potongan dibuat teratur adalah untuk memudahkan
pengambilan , sehingga bila diperlukan sebuah tower type A dapat dilayani selama
satu jam dan tidak terjadi kesalahan.

171
1 R . 1 L . 2R . 2L . . . . . . . . . . .

TOWER TYPE AR

1R
1L
2R

TOWER TYPE B
2L

A.5.R
3R

TOWER TYPE C
3L

TOWER TYPE D
TYPE A
TOWER

TOWER TYPE E
TOWER TYPE FF TOWER TYPE F/90O

2. Cara kedua adalah sistem bundle yaitu beberapa bagian dari satu type tower diikat
menjadi satu dan ini juga masih dikelompokan menurut typenya sehingga bila
diperlukan tinggal mengambil beberapa bundle sesuai dengan composision list
untuk setiap type tower misal keperluan satu tower diperlukan :
- 2 bundle top
- 2 bundle trave
- 2 bundle cross arm
- 2 bundle delta
- 2 bundle body
- 2 bundle stub
- dst

172
Sedangkan pengelompokan mur-baut harus di pisah-pisah
dikelompokan menurut ukurannya, setiap ukuran mur-baut ditempatkan
dalam suatu peti dan diberi kode nomor ukuran mur-baut tidak boleh

20 x 60

No.256

24 x 20

No. 231
18 x 40

No.562

Dan seterusnya . . . . .

dicampur karena akan membuat bingung.


Pada waktu pengiriman mungkin terjadi kesalahan maka harus dichek
mana yang rusak, dan dibuat daftar untuk dimintakan ke pabriknya
demikian juga untuk bagian-bagian yang hilang.

XXVII. STRINGING
Stringing adalah pemasangan konduktor pada tower.
Sebelum stringing dilakukan perlu persiapan yaitu :
Pengecekan untuk setiap tower mengenai keadaan pondasi, dan bagian-bagian
tower apakahada yang hilang atau masih kurang atau masih ada kesalahan , dan
keadaan bautnya apakah masih lengkap hal ini dinamakan Revision.
Bila ada kekurangan ambil di steel yard dan segera dipenuhi kekurangan tersebut.

173
Dalam pekerjaan ini konstruksi oleh Pelaksana dalam negeri ( WK ) dan
Supervision oleh Suplyer luar negeri ( SAE ) .
Pada waktu stringing konduktor tidak boleh menyentuh tanah , karena akan
menyebabkan luka dan kotor , bila tegangan kerja sudah dikenakan akan
menimbulkan efek korona.
Bila keadaan tower sudah lengkap kemudian dipasang isolator dan pulley block
untuk tower suspension dan pulley block untuk tower tension.

Pemasangan Pulley Block untuk Suspension Tower

Pemasangan Pulley Block untuk Tension Tower

Setelah pulley block dan isolator terpasang kemudian dengan tenaga manusia
memasang pilot wire dari tali nylon dengan memanjat untuk setiap tower
dengan diameter tali Φ = 5cm , setelah tali nylon terpasang pada pulley block
kemudian disambung dengan steel pilot wire dengan diameter Φ = 10 cm , kemudian
tali nylon digulung untuk menarik steel pilot wire Φ = 10 cm , setelah pilot wire Φ =
10 cm terpasang kemudian disambung dengan pilot wire dengan diameter Φ = 20
cm , setelat pilot wire dengan diameter Φ = 20 cm terpasang pada pulley block ,
kemudian pilot wire dengan diameter Φ = 20 cm disambung dngan konduktor ,
penarikan konduktor dilakukan per fasa yaitu untuk empat konduktor sekali gus.

174
steel rope
 10 mm

steel rope nylon rope


 20 mm  5 mm
yoke

Karena konduktor tidak boleh menyentuh tanah maka diperlukan tension , oleh karena
itu diperlukan alat pengerem yaitu Brake Machine.

Brake
Drum Machine
Conductor Ditarik oleh
Winch machine

Tension

Setelah selesai pemasangan konduktor pada pulley block kemudian dipasang camelong
untuk memasang angker sementara agar konduktor tidak merosot ketanah.
Setelah selesai dipasang angker skur sementara kemudian dipasang Deadend Clamp
setelah selesai kemudian ditarik pelan-pelan , untuk dipasang pada pada isolator tension
tower kemudian pelan-pelan dilepas , dengan alat komunikasi memberitahu petugas
winch.

175
Tension Suspension Suspension
Deadend Tower Tower
Tower
Clamp

Winch

Camelong
Camelong Konduktor

Skur darurat Skur

Anker Pemberat Anker Pemberat

Cara penarikan setiap 3000 meter, setelah selesai berikutnya adalah sama 3000
meter setelah selesai kemudian konduktor disambung , setelah selesai
penyambungan angker darurat dilepas konduktor telah tersambung.

1. Drum Station dan Winch Terminal


Dalam stringing yang paling sulit adalah menentukan drum station dan winch
terminal , karena diperlukan tempat yang datar dan luas dan memungkinkan dalam
transportasi peralatan dan material , karena untuk stringing 300 meter diperlukan
12 drum konduktor, 2 drum earth wire , brake machine dan lain-lain, yang
semuanya itu cukup besar dan berat, dalam hal ini penempatan drum station dan
winch terminal dapat dilihat dari gambar profile.
2. Pekerjaan stringing
Urutan pekerjaan striging adalah sebagai berikut :
2.1. Transportasi material yang diperlukan ke lokasi drun station :
- Earth wire drum
- Conductor drum
- Insulator
- Pulley block
- Winch
- Dan peralatan stringing lainnya.

176
Karena jumlah material cukup berat dan besar maka perencanaan untuk
penempatan harus benar dan tepat.

2.2. Penarikan ( pull out ) dari drum earth wire dan conductor ke puncak tower ,
dan bila penarikan lebih dari single pulled ( 3000 meter ) maka diperlukan
jointing
2.3. Tensioning dan Sagging
Tensioning adalah memberikan tegangan tarik pada konduktor pada porsinya
( benar ) yaitu sesuai dengan EDT tension
Sagging adalah pengaturan sag untuk setiap span harus benar, tensioning dan
sagging dilakukan untuk setiap section.
2.4. Sectioning dan Clamping
Sectioning adalah stringing untuk tower tension ke tower tension
Clamping adalah memindahkan konduktor dari pulley block ke suspension
clamp.
Tension dilakukan untuk setiap section untuk tension sementara sebelum
clamping kurang dari 1800 kg dan sagging mendekati betul (temporary
sagging) untuk final paling sedikit adalah setelah dua hari karena
kemungkinan masih tertjadi perubahan pada konduktor dan final tension
dilakukan untuk setiap section.

S S S S S S S S S

T T T

section section
3000 m
Temporary
tension
Winch terminal

Drum station Drum station

177
Pada waktu mau memotong konduktor harus diberi tanda , juga saat
memindahkan dari pilley block ke suspension klem harus diberi tanda.
2.5. Pemasangan spacer dan pentanahan konduktor
Karena konduktor telah diisolasi dari tanah maka harus ditanahkan , karena
adanya muatan elektro statis konduktor akan bertegangan , oleh karena itu
konduktor harus ditanahkan untuk keamanan pekerja.
Pemasangan spacer menggunakan sepeda dan jumlah spacer tergantung dari
panjang span, spacer mempunyai ukuran 40 x 40 cm
2.6. pemasangan fitting , final revision , dan melepas pentanahan.
Fitting : - Anti panjat
- Monotoring ( tanda peringatan)
- Damper anti getaran
- Final number of tower
- Posisi fasa
Dalam proyek ini tidak menggunakan damper karena pada spacer sudah
dilengkapi dengan karet peredam getaran.

Karet
peredam

Setelah pemasangan fitting selesai kemudian melepas pentanahan.


2.7. Pengukuran tahanan tanah kaki tower
Tahanan tanah diukur karena tahanan tanah berbeda-beda , bila tidak cukup
dengan pipa maka dibuat dengan plat strip yang ditanam dalam tanah yang
dihubungkan antara tower dengan tower, tahanan tanah > 20 Ohm adalah tidak
baik

178
Pipa Plat strip
Ada kalanya menggunakan plat strip diputarkan disekeliling tower

Pentanahan dilakukan sebelum stringing.

3. Cara Pelaksanaan Stringing

Pertama kita tarik tali nylon dengan tenaga manusia memanjat setiap tower ( fasa

1 ) setelah selesai kemudian diputar ke fasa 2 sekalian menarik steel rope  =10
mm setelah selesai nylon diputar pada fasa 3 dan steel rope  =10 mm diputar pada

fasa 2sekaligus menarik steel rope  =20 mm setelah selesai kemudian disambung
dengan konduktor yang akan ditarik setelah selesai penarikan konduktor fasa 1 dam

Fasa 3

Nylon
Fasa 2

Steel  = 10 mm

Fasa 1

Steel  = 20 mm
Konduktor

posisi steel rope  =20 mm

pada fasa 2 dam steel rope  =10 mm pada fasa 3 kemudian dapat dilakukan

penarikan konduktor fasa 2 dan sekali gus steel rope  =20 mm diputar untuk fasa
3 dan siap untuk menarik konduktor fas 3.

179
Brake machine juga digunakan untuk steel rope  =10 mm dan  =20 mm karena
untuk menghindari rumah atau benda-benda lain.
Penarikan dapat dilakukan : - single pulley  3000 meter
- double pulley 6000 meter ( satu sambungan )
- triple pulley 9000 meter ( dua sambungan )
Penyambungan dilakukan di drum station , dalam penarikan harus dilengkapi
dengan alat telekomunikasi antara drum station dengan winch terminal untuk
memberitahu tarik , kendor , brake dan lain-lain.
Pentanahan :
Pentanahan sepanjang 1 km dari Substation (GI) harus dibuat continuous yaitu

1 km 1 km

antara tower ke tower sepanjang 1 km


Pengukuran tahanan tanah sebelum stringing karena setelah stringing pengukuran
bukan harga yang sebenarnya karena sudah ada earth wire , batas tertinggi tahanan
tanah adalah 20 ohm .
Bila tahanan tanah lebih dari 20 ohm harus ditambah elektroda pentanahan
sedangkan bila kurang dari 2 ohm pentanahan dengan stub sudah cukup tanpa
elektroda pentanahan .
Dalam proyek ini harga tahanan tanah 80 % adalah  2 Ohm, bila tahanan tanah
lebih dari 20 Ohm dibuat pentanahan radial.

180
4. Section

Yang dikatakan section adalah antara tower tension ketower tension kerikutnya
karena :
- Tension sama
- Equivalent span sama
- Virtual span pada cartenery sama

5. Sagging

Pengaturan saggging yaitu dengan pengaturan tension , pengukuran sagging


dilakukan pada suhu kerja , sedangkan curva diambil pada suhu maximum 45 O C ,
sedangkan penarikan adalah pada suhu kerja  30 O C sagging berarti diambil
antara suhu 15 O C s/d 45 O C, perbedaan suhu mengakibatkan perbedaan sag .

15o C

± 30o C
45o C

Misal maximum temperature S = 21,1 m


Minimum temperature S = 17,9 m

181
Perbedaan sag = 3,2 m

Toleransi sag adalah satu kali diameter konduktor atau maximum t = 2 x 


konduktor untut setiap derajat kenaikan suhu
Oleh karena itu penentuan sag dengan menggunakan list.
Stringing table of sagging
Span
1-2
toC

Perbedaan sag dipengaruhi oleh perbedaan suhu maka harus diperhitungkan untuk
setiap derajat untuk setiap span .
Untuk satu section cukup diukur satu span saja dengan sendirinya yang lainpun

Min G. C .

300 m 700 m 300 m

betul , misal kita dapatkan span yang cukup banyak maka pengukuran dilakukan
untuk beberapa span untuk koreksi.
Pengukuran span tidak pernah dilakukan pada span dekat tension tower karena
konduktor masih berubah pada saat ditarik

182
Bila menjumpai span seperti dibawah ini
Berat konduktor cenderung menjurus ke span terbesar sehingga pengukuran sag
dilakukan pada sag dengan span terbesar , sehingga ground clearance minimum
tidak kurang dari 15 meter , akan tetapi pada span terkecil tidak diperlukan
pengukuran lagi karena sag menjadi kecil dan gground clearance menjadi lebih
besar dan akan lebih aman ,
Pada waktu melakukan pulling out conduktor tension dibuat lebih dari EDT yaitu
sebesar 20 % dari EDT selama  15 menit , ini adalah bagus untuk sag yang akan
datang , kemudian dikendorkan dibawah sedikit dari EDT.
Penarikan konduktor over tension selama 15 menit dimaksudkan agar strand
( puntiran bagian-bagian konduktor ) agar mapan , setelah itu dikendorkan dan
dibiarkan selama paling tidak dua hari kemudian baru dapat dilakukan sagging.
Misal EDT = 1800 kg , 20 % EDT = 2160 kg selama 15menit kemudian
dikendorkan sedikit dari EDT misal = 1700 Kg salama dua hari baru disagging.

6. Pengukuran sagging :

Instrument untuk mengukur sagging adalah teodolit khusus yaitu teodolit kakatua
yang dapat dibautkan pada besi tower ( Parot Theodolit) .
Petugas sagging dilengkapi dengan sarana telekomunikasi untuk meminta pada
petugas winch terminal untuk mengendorkan atau menarik konduktor sampai
didapat sagging yang tepat dalam keadaan balanche , kemudian pada tension diberi
tanda untuk pemotongan , begitu juga pada suspension insulator juga diberi tanda
untuk memindahkan dari pulley block ke suspension clamp.

Cara pengkuran sagging :


1. Bila kita dapatkan satu span yang dapat melihat sag diantara tower ke tower :
Contoh :

183
Misal pada saat pengukuran sagging suhu menunjuk 30 o C pada thermometer
dari tabel dapat dilihat , masal pada span 2-3 dibaca sagging 19 m

t = 15 o C
x

x
19 m 19 m
19 m

t = 30 o C t = 45 o C Staff yang dipasang


horisontal sebagai
sasaran ( target )
Instriment dilengkapi
dengan telekomunikasi

2. bila kita dapatkan lokasi yang tidak rata dimana dari satu tower tidak dapat
melihat tower yang lainnya. ( 2.a. )
2.b ( Cara yang lebin baik )
o
A-3 = 36,5m Misal pada suhu 29 C didapat S = 34 m

S + X = 36,5 m
A + 3 + X = 42,5m
d = D/2 - x
1m x = D/2 - d
X = 3,5 m
34 m
x=T/pD

Harus didapatkan untuk S + X = 37,5 m


pengukuran sag
Cara ini terlalu repot 

 s
 = perbedaan
tinngi tower
diketahuid d instrument
S
x
S 
D/2 tg  =
 D D/2
D
D

3. Reduced Horisontal Sag

184
x=T./p.D
d = D/2 – ( T /p.D )
s = d2p / 8T  atau a = { D/2 - ( T /p.D )} 2.p
8T

T = Tension
 = Defferensi level
p = Berat konduktor / meter

Untuk pengukuran sag yang kita butuhkan adalah s ( sag dengan span 2d ) yaitu
dengan menempatkan unstrument sejauh s dari posisi konduktor dengan sudut 90
o
inklinasi
Bila ingin mengetahui RS ( Reduced Sag ) adalah :
T / ( D/2 – x ) =  / D  t = { ( D/2 – x ) } / D
RS = s + t

Cheks formula

185
1 a = 0
a = a - T. 
2 2 p. a
a = a
2 2

a/2

2
a
a a .T
a2p 2
=
4
=S= p.a/2
8T

a2p
=S=
8T
a/2 a2p
a = a a a a =a a =0
= -
2 4 8T 2 4 8 4 4
p.a/2 2

Formula untuk bermacam-macam sag

m n

S1 = m . n . p
2T
s1 s

Pada saat sag maximum adalah m = n

sehungga m = ½ C
n=½C S1 = m . n . p
2T

C2p
S = ½ C . ½ C. p S1 =
2T 8T

186
4. Dengan Menentukan Target & Instrument Horisontal Menyinggung Catenery
Offset

A + 3 - 0,20 A + 6 + 0,30 H = 41,30


+1,+1,+1,+1  =45-41,30 = 3,70 m
H= 39,80
 =45-39,80 = 5,2 m

45 m

target
instrument
Cara ini kurang tepat tetapi sewaktu waktu dapat digunakan

Berdasarkan pengalaman maka pada saat selesai sagging kemudian diberi tanda
kemudian pada saat clamping , suspension clamp tidak dipasang persis pada
tanda tetapi bergeser kurang lebih 25 cm sehingga pada saat suhu dingin
isolator tidak miring.

187
Penyebab miring ini tiada seorangpun tahu,

Besarnya pergeseran dari tanda adalah tergantung dari deferensi level dari
tower tension , penentuan Mark offset berdasar pada list.

5. Dengan menempatkan instrument kira-kira ditengah-tengah span yang akan


membentuk dua garis singgung pada catenery dengan sudut 1 dan 2

Pengukuran sagging maximum

Pengukuran sagging maximum adalah jarak vertikal antara dua garis sejajar yaitu
satu garis antara dua tempat kedudukan konduktor pada tower dan garis yang lain
adalah garis singgung cartenery.

T S
S Max
 
1 2
H 2
instrument

Tg   =  - 4S + 8S [ H + {D/4S(.H + DT) - H(D-H )}]


D D2

Tg   =  - 4S + 8S [ H - {D/4S(.H + DT) - H(D-H )}]


D D2

188
7. Clamping.
Sebelum diakukan clamping pada suspension tower yaitu setelah pengukuran
sagging kemudian pada konduktor diberi tanda untuk menempatkan konduktor
pada suspension clamp jamgan sampai salah atau bergeser .
Untuk section yang datar hal ini tidak menjadi masalah karena posisi pada suhu
dingin atau panas tidak berubah , tetapi bila pada span yang berturut-turut
mempunyai perbedaan level yang cukup besar maka bila sagging selesai kemudian
dilakukan clamping pada suhu dingin kedudukan konduktor akan berubah sehingga
isolator akan kelihatan miring.

8. Joint
Joint adalah penyambungan antara konduktor dengan konduktor , joint paling baik
adalah ditempatkan ditengah – tengah span karena getaran ditengah span adalah

yang paling kecil.


Joint tidak boleh dilakukan pada :

Compreesion joint
untuk steel

Compression
Steel joint untuk Conductor
Conductor ACSR

189
Dekat dengan tension Clamp ( span yang ada tensionya )

No Joint

0,1 D
0,1 D

- Dekat dengan sepersepuluh dari suspension clamp ( 0,1 D )


- Pada span yang crossing dengan :
- Jalan
- Rel kereta api
- Transmission line yang lain
- Kabel telepon
- Bangunan lainnya.
Joint merupakan titik terlemah dari sepanjang konduktor.

Arah pengepresan
Arah pengepresan

Di pres dari tengah kepinggir

Pengujian sambungan dipotong kemudian dilihat penampangnya


bila penampangnya masif tidak ada celah berarti sambungan baik
tapi bila masih ada celah sambungan tidak baik

Penampang sambungan Penampang sambungan


yang baik yang tidak baik

190
Penyambungan konduktor harus diperhatikan cara pengepresan yaitu dari tengah
kearah keluar , kemudian diambil satu sampel untuk dilakukan pengujian , yaitu
dengan cara dipotong kemudian dilihat penampangnya , bila penampangnya masif
tidak ada celah berarti hasil penyambungan baik tetapi bila penampang sambungan
masih terdapat celah-celah kecil atau masih terlihat bentuk-bentuk urat konduktor
berarti penyambungan tidak baik.

9. Jumper

Panjang Jumper :

4m 
 Y
x 

4m Y= 4
180
X= 4
180 L
L=4-X-Y


S

tg  = 2S
D/2

 

tg  = 
D
L = D + 8S + 
2 2
tg  = 2S 3D 2D
D/2

191
1
4m 4m

4m L = 4

2 4m 4m

x  
x
4m

L
X = 4
X= 4X
 180 180
L = 4 - 2X
4X
L = 4 - 2 [ 180 ]

S S

S1 S

8S1 L=  S
L1 = 2S + {jumper tanpa tension)
3.2S
( jumper dengan sedikit tension )
( 2S )2 . P
S1 =
8T

192
Ditambah 2/2D bila ada deferensi level sedangkan bila tidak ada deferensi level dapat
menggunakan rumus
XXVIII. CROSSING
Crossing adalah apabila suatu transmosi sampai pada persilangan dengan sesuatu :
Crossing dengan : - Jalan
- Transmisi lain
- Rel kereta api
- Telepon
- Sungai
- Pipa
Oleh karena itu bila menjumpai crossing dalam penggambaran profile harus teliti
dan hati-hati , harus diperhatikan bahwa :
- Lebar transmission line adalah 22 meter
- Side slope tanah 11 meter dari Centre Line

193
ss

ss

- Tinggi H diukur dari Centre Line


- Level crossing diukur dari Centre Line
- Kedalaman diukur dari Centre line
- Side slope dari puncak H untuk transmisi lain dan telephon
- Clearance dari side slope
- Sudut crossing
- Lateral norisontal clearance

194
Minimum clearance tergantung dari sudut crossing juga tergantung dari side slope

d
 11 m
CL
D
11m

Min . E.C

ss

Lateral horisontal clearance

Clearance

 11 m

11 m

d = D sin 
d = Horisontal lateral clearance
XXIX. FINAL REVISION

195
Final revision adalah dimana keadaan transmisi siap di energized ( dioperasikan )
untuk itu perlu dilakukan :
1. Melepas semua temporary earthing
2. Cheking semua elektrical clearance ( harus baik / safe )
- jumper dan suspension asemble
- pada building , menara dan lain-lain
3. Cheking semua ground clearance untuk setiap span
4. Harus bersih sepanjang route dari sisa –sisa pekerjaan , bekas haspel , kotak
dan lain-lain.
Setelah selesai kemudian dilakukan serah terima

XXX. MAINTENANCE

Untuk transmisi EHV sebetulnya tidak ada pemeliharaan , tetapi hal-hal yang perlu
diperhatikan atau yang harus mendapat perhatian adalah :
1. Transmission lines harus bebas dari pepohonan (pemeliharaan memotong
pohon)
2. Insulator harus bersih tidak kotor , karena di Indonesia cuaca cukup bagus
banyak hujan dan angin dengan sendirinya insulator tercuci ( tidak perlu
pemeliharaan insulator )
3. Pemeriksaan konduktor secara kontinyu apakah ada yang mekar , bila ada yang
mekar maka perbaikannya dilakukan dengan repair sleeve
4. Route harus dilakukan inspection secara Continu
5. Bila ada konduktor yang mekar perbaikannya dilakukan diatas , konduktor
tidak diturunkan yaitu dengan menggunakan sepeda.
6. Bila ada konduktor yang putus penyambungannya dilakukan dengan
menurunkan konduktor beberapa span dan perbaikannya dilakukan dibawah.
7. Pemeriksaan baut tower harus sering dilakukan , apakah ada yang kendor atau
hilang.

196
8. Bila ada karat atau korosi dan ada bagian-bagian yang luka (galvanis
mengelupas) harus segera dilapis dengan galvanis cair
9. Periksa semua pentanahan tower masih baik atau tidak dan apakah ada yang
hilang.
10. Periksa daerah ( lokasi ) disekitar tower apakah ada bagian tanah yang longsor
atau terkena erosi , hal ini harus selalu diperiksa karena sangat berbahaya.

197

Anda mungkin juga menyukai