80
e. Program rehabilitas bagi pasien dengan perawatan paliatif sangat berperan untuk
mengambilkan pasien kepada aktifitas sehari-hari, sesuai dengan kemampuan dan
kemandirian. Rehabilitas paliatifmerupakan metodee bagi pasien untuk
mengalihkan proses kematian ke proses mengisi kehidupan.
f. Perawat harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas penyelesaian bila ada
masalah yang terkait dengan pasien keluarga dan tim medis
g. Persiapan untuk perawatan dirumah harus matang. Penyuluhan kepada pasien dan
keluarga diberikan sebelum pasien pulang. Protocol untuk pengawasan dirumah
diberikan kepada keluarga pasien
h. Perawat dan terapis untuk perawatan dirumah dipersiapkan, termasuk jadwal re
evaluasi dirumah. Relasi pihak rumah sakit dengan pasien dan keluarga tetap dibina
i. Prinsip perawatan paliatif bersumber daya masyarakat ( community based palliative
home care) perlu dikembangkan agar cakupan perawatan bagi pasien paliatif dapat
semakin besar
iv. Pendampingan social medis.,
a. Pendampingan social medis adalah pelayanan konsultatif terutama bagi
pasien/keluarga pasien yang secara ekonomis dan social tidak mampu dan pelh
karena sakitnya mengalami kesulitan untuk melunasi biaya perawatan dirumah sakit
Grha MM2100.
b. Pendampingan social medis diperuntukan bagi pasien/keluarga pasien yang tidak
mampu secara ekonomi dan social tanpa membedakan suku,gender,golongan,
agama/kepercayaan
c. Pendampingan social menjalin Hubungan kemitraan dengan pribadi maupun
institusi social kemanusiaan yang punya hati, peduli terhadap keprihatinan orang-
orang kecil dan terpinggikan dalam status sosialnya
d. Pendampingan social medis berupaya memberdayakan pasien/keluarga pasien
mengatasi kesulitanya secara mandiri dalam jaringan keluarga dan lingkungan
partisipasi pihak-pihak dermawan terkait, serta mengakses kemudahan system
pembayaran di rumah sakit
e. Pendampingan social medis dalam pelaksanaan pelayanannya meliputi tata cara
sebagai berikut:
1. Pasien/keluarga pasien tidak mampu yang benar-benar mengalami kesuilitan
dalam pembayaran biaya perawatan, dan telah berusaha untuk mengatasinya
namun belum menemukan cara pemecahanya, dapat mengadakan konsultasi
dengan kepala departemen pelayanan keperawatan dimana pasien dirawat.
2. Berdasarkan hasil konsultasi dengan pasien /keluarga pasien, bila dinilai perlu
ditindaklanjuti, kepala departemen pelayanan keperawatan mengisi dan
menyampaikan formulir rujukan kepengurus/bagian social medis.
3. Berdasarkan rujukan kepala departemen pelayanan keperawatan, petugas
social medis mengadakan pertemuan konsultatif dengan pasien/keluarga pasien
dengan membawa surat keterangan tidak mampu dari RT/RW dan atau
pimpinan jemaat dari denominasi terkait.
81
f. Bila dipandang perlu petugas social medis mengadakan kunjungan rumah
pasien/keluarga pasien untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggung
jawabkan
g. Petugas social medis mengadakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, keluarga
dokter, pribadi, maupun lembaga dermawan dan bagian keuangan rumah sakit.
82
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi bayi baru lahir
e. Pemantauan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasio
g. Pemberian penyuluhan
3. Pelayanan Kesehatan masyarakat
i. Melaksanakan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak
ii. Memantau tumbuh kembang anak
iii. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
iv. Melaksanakan deteksi dini infeksi menular seksual ( IMS ), penyalahgunaan narkotika
psikotropika dan zat adiktif ( NAPZA ) serta penyakit lainya
4. Pelayanan keluarga berencana alamiha
i. Prinsip umum pelayanan keluarga berencana alamiah:
a. Hendakanya kaum beriman bersikap positif terhadap usaha untuk
meningkatkan hidup bangsa, juga bila itu mengundang ajaran untuk mengatur
keluarga adanya keluarga berencana dapat diterima. Tetapi cara
melaksanakanya harus diserahkan kepada pemikiran dan tanggung jawab
suami-istri masing-masing dengan mengindahkan unsure kesejahteraan
keluarga dan unsur kepentingan umum dalam bangsa, Negara dengan
merindukan bimbingan agama.
b. Para tenaga medis langsung terlibat dalam persoalan yang dihadapi suami istri
mereka maupun lembaga-lembaga dengan penuh tanggung jawab menasehati
dan melayani suami – istri bila mana mereka ingin mencegah kehamilan baru
dengan menggunakan metode pantang mutlak atau pantang berkala.
c. Pelayanan keluarga berencana diberika tugas dengan tetap menjunjung tinggi
nilai luhur dan suci kehidupan melalui cara, metode, dan obat-obat yang tidak
bersifat abortif dan kontra kehidupan
ii. Asuhan keluarga berencana alamiah
a. Memberikan pelayanan pengaturan kehamilan dengan cara KBA
b. Memberikan konsultasi dan pendampingan pasien serta program KBA
c. Memberikan pelayanan rujukan kepada tenaga medis bagi pasien yang
dipandang perlu
d. Memberikan bimbingan penyuluhan dan perhatian tentang kesehatan
reproduksi dan KBA
5. Pelayanan perinatal resiko tinggi
i. Pelayanan perinatal resiko tinggi adalah pelayanan yang menciptakan kondisi bagi ibu
dan janin atau bayinya agar dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal dan mortalitas
ii. Unit pelayanan perinatal resiko tinggi merupakan unit yang mempunyai sifat pelayanan
gawat darurat , sehingga setiap standar atau kinerja pelayanan gawat darurat berlaku
bagi pelayanan perinatal resiko tinggi.
83
iii. Pelayanan perinatal resiko tinggi harus memenuhi kebutuhan pasien serta diatur dan di
integerasikan dengan unit kerja sekurang-kurangnya : kebidanan , kesehatan anak,
anastesi dan unit lain terkait.
iv. Perawatan pasien diawasi oleh bidan perawat yang berpengalaman dalam mengelola
setiap unit misalnya : perawatan antenatal kamar bersalin, perawatan bayi dan
perawatan instensif
v. Harus ada identifikasi untuk bayi baru lahir
vi. Pasien dengan keperawatan yang mengancam nyawa harus selalu di observasi dan
dipantau oleh tenaga terampil dan mampu
vii. Prosedur perawatan peringatan risiko tinggi harus memenuhi ketentuan pelayanan
perawatan perinatal
viii. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas
mengenai penyakitnya dan pengobatan selanjutnya
ix. Bila dipandang perlu harus ada pelayanan lanjutan
84
vi. Untuk pemeriksaan yang tidak bisa dilaksanakan di rumah sakit perlu di usahakan agar
minimal laboratorium mampu menampung bahan yang akan diperiksa, untuk kemudia
dirujuk ke laboratorium yang lebih mampu
2. Pemeriksaan laboratorium klinik
i. Pemeriksaan labopratorium secara ruutin dilaksanakan oleh analis, namun bertanggung
jawab kebenaran hasil tes berada pada dokter spesialis patologis klinik yang mengawasi
pemeriksaan tersebut sebagai penanggung jawab laboratorium
ii. Dokter spesialis patologis klinik memberikan professional expertise mengenai diagnosis
dan penafsiran hasil laboratorium serta saran untuk melakukan pemeriksaan lanjutan,
baik untuk memastikan diagnosis, mengikuti perjalanan penyakit maupun
pencegahanya
iii. Penampungan specimen dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai
dengan jenis pemeriksaan disusun secara jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti
oleh masyarakat
iv. Data laboratorium disampaikan kepada dokter yang merawat dalam sampul tertutup
sekali pun dengan atas pengembangan ilmu data laboratoium dan pasien tidak boleh di
publikasikan dengan mencantumkan identitas pasien
v. Bila pihak pengadilan meminta pemeriksaan bagi pasien maka data laboratorium harus
diberikan dalam sampul tertutup
vi. Hak pasien untuk mengirimkan specimen ke laboratorium rumah sakit lain untuk
keperluan konsultatif ( second opinion ) harus dihormati.
85