Anda di halaman 1dari 4

Indikator A

Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat
krisis ekonomi menerpa Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah
satunya ialah banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan,
Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis
ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga saat
ini.. Menyadari situasi dan kondisi demikian, pemerintah melalui Kementerian Negara
BUMN mulai memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini di lingkungan
BUMN, Melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha
Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good Corporate
Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Komitmen GCG juga diberlakukan pada sector swasta non-BUMN. Pada tahun 2000,
Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan Keputusan Direksi PT
Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 perihal Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-
A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai Komisaris Independen, Komite
Audit, memberikan peran aktif Sekretaris Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban
keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi
yang material dan relevan. Selain itu juga dibentuknya berbagai organisasi dan perkumpulan
yang mendukung pelaksanaan dari GCG itu sendiri seperti. Lahirnya Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG),
Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), Indonesia Corporate Secretary
Association (ICSA), Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI), Asosiasi Auditor Internal (AAI),
Klinik GCG Kadin, dan lahirnya Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI) yang
kegiatannya antara lain mengadakan Forum LKDI untuk membahas berbagai hal seperti
tanggung jawab hukum bagi Komisaris dan Direksi, undang-undang pencucian uang dsb.

Indikator B

Penarapan Prinsip Good Corporate Governance di Indonesia


Peranan implementasi prinsip Good Corporate Governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para stakeholders dalam
memenuhi kepentingannya masing-masing, Melalui prinsip Good Corporate Governance
kepentingan yang saling bertentangan itu dicoba dikeseimbangkan. Apabila anggota
stakeholders terpenuhi kepentingan secara maksimum tanpa harus merugikan kepentingan
stakeholders lainnya, maka titik ekuilibrium tercapai dan pada saat itu, kepentingan
perusahaan akan terumuskan dengan utuh. (Surya & Yustiavandana, 2008)

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut Indonesian’s code of Good Corporate Governance (2006), Terdapat lima


prinsip dalam Good Corporate Governance, yaitu:

1. Transparency: Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan


harus menyediakan informasi yang material dan relevan yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang diamanatkan oleh undang-undang dan
peraturan, tetapi juga informasi lain yang dianggap perlu oleh pemegang saham,
kreditur dan pemangku kepentingan lainnya untuk membentuk keputusan.
2. Accountability: Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Dengan demikian, perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan dalam sedemikian rupa sehingga sejalan dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Accountability merupakan prasyarat untuk mencapai kinerja
yang berkelanjutan.
3. Responsibility: Perusahaan harus mematuhi undang-undang dan peraturan dan
memenuhi tanggung jawabnya kepada masyarakat dan lingkungan untuk tujuan
menjaga keberlanjutan jangka panjang dari bisnis dan untuk diakui sebagai warga
korporasi yang baik.
4. Independency: Untuk mempercepat pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance, perusahaan harus dikelola secara independen dengan keseimbangan yang
tepat dari kekuasaan, sedemikian rupa bahwa organ tidak ada perusahaan tunggal
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain harus ada.
5. Fairness: Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus selalu
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan prinsip fairness.
Good Corporate Governance akan menjadi suatu alat atau sistem yang mengatur dan
mengarahkan setiap organ-organ perusahaan untuk dapat menjalankan perusahaan sesuai
dengan ketentuan atau regulasi yang berlaku didalam (anggaran dasar dan peraturan
perusahaan) maupun diluar perusahaan (pemerintah) serta hubungan antar perusahaan dengan
stakeholder atau shareholder melalui prinsip-prinsip Transparancy, Responsbility,
Accountability, Fairness, Independency (TARIF). Prinsip - prinsip tersebut harus berjalan
secara bersama agar mendapatkan hasil atau implikasi yang positif.

Kendala penerapan GCG di Indonesia dibagi kedalam tiga bagian, yaitu kendala
internal, kendala eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur kepemilikan.

a. Kendala internal, meliputi: kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan


perusahaan, rendahnya tingkat pemahamam dari pimpinan dan karyawan perusahaan
tentang prinsip-prinsip good corporate governance, kurangnya panutan atau teladan
yang diberikan oleh pimpinan, belum adanya budaya perusahaan yang mendukung
terwujudnya prinsip-prinsip good corporate governance, serta belum efektifnya sistem
pengendalian internal. 20
b. Kendala eksternal dalam pelaksanaan corporate governance terkait dengan perangkat
hukum, aturan dan penegakan hukum (law enforcement). Secara implisist ketentuan-
ketentuan mengenai GCG telah ada tersebar dalam UUPT, Undang-undang dan
Peraturan Perbankan, Undang-undang Pasar Modal dan lain-lain. Namun
penegakannya oleh pemegang otoritas, seperti Bank Indonesia, Bapepam, BPPN,
Kementerian Keuangan, BUMN, bahkan pengadilan sangat lemah.
c. Kendala yang berasal dari struktur kepemilikan. Berdasarkan persentasi kepemilikan
dalam saham, kepemilikan terhadap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kepemilikan yang terkonsentrasi dan kepemilikan yang menyebar. Salah satu dampak
negatif yang ditimbulkan oleh struktur kepemilikan adalah perusahaan tidak dapat
mewujudkan prinsip keadilan dengan baik karena pemegang saham yang
terkonsentrasi pada seseorang atau sekelompok orang dapat menggunakan sumber
daya perusahaan secara dominan sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan.

Ketua OJK Akui GCG Indonesia Masih Tertinggal dari Negara Tetangga

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan


(OJK) Wimboh Santoso mengatakan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance/GCG) di Indonesia relatif tertinggal dibanding negara-
negara tetangga.
"Indonesia hanya menempatkan dua emiten sebagai 'ASEAN's Top 50 Issuers with the
best GCG' dalam ASEAN Corporate Governance Awards 2015 yang diselenggarakan
ASEAN Capital Markets Forum (ACMF) di Manila, Filipina," kata Wimboh dalam acara
Penghargaan Laporan Tahunan (Annual Report Award/ARA) 2016 di Gedung Dhanapala,
Jakarta, Selasa malam (19/9/2017).

Dua emiten Indonesia dalam ASEAN Corporate Governance Awards 2015 tersebut
adalah PT Bank Danamon Tbk (BDMN) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB). Wimboh
mengatakan pencapaian negara lain lebih baik dari Indonesia, seperti Thailand yang mampu
menempatkan 23 emiten, Filipina 11 emiten, Singapura delapan emiten dan Malaysia enam
emiten.

"Sehubungan dengan hal tersebut, kita perlu terus berinisiatif dalam meningkatkan
implementasi atas prinsip-prinsip GCG. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka negara kita
akan semakin tertinggal di belakang negara-negara lain," ucap dia.

Pelaksanaan Corporate Governance Di Indonesia Tahun 2016, Dilihat dari Berita


diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan Corporate Govenance untuk perusahaan baik
BUMN maupun Non-BUMN belum melakukan penerapan prinsip corporate governance
“TARIF” dengan maksimal sehingga hanya dua emiten yang terpilih dalam ASEAN
Corporate Governance dan Indonesia adalah salah satu negara yang tertinggal dengan
penerapan prinsip Corporate Governace. Selain dari berita tersebut terdapatnya kendala dalam
proses penerapan prinsip Corporate Governance membuat perusahaan hanya memanipulasi
dalam penerapan Corporate Governance karna kebanyakan perusahaan khusnya perusahaan
kecil merasa tidak ingin diribet kan dengan urusan penerapan tata kelola

Indikator 3

Daftar Pustaka :

https://alamsyahprasetio.wordpress.com/2010/10/28/pelaksanaan-good-corporate-governance-
di-indonesia/

https://www.scribd.com/document/326895815/GCG-Di-Dunia-Asia-Dan-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai