Anda di halaman 1dari 11

BOWEL ELIMINATION

A. REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Usus Besar
Merupakan organ primer bowel elimination, usus besar merupakan lumen yang
dilapisi membran mukosa. Serat ototnya sirkuler dan longitudinal yang
memudahkan untuk berkontraksi. Bentuknya berliku /lekuk karena ototnya
longitudinal lebih penden dari panjang kolon. Waste product dari system digesti
dinamakan chyme, diterima oleh usus besar dari usus kecil. Sekitar 1500 ml
chyme diproses setiap hari oleh usus besar dan diserap di portio proximal colon,
jumlha chyme yang direabsorspsi sekitar 350 ml, sekitar 100 ml cairan dieliminasi
di dalam feses.
Fungsi Kolon:
a. Absorspsi air dan nutrient
b. Proteksi/perlindungan dengan mensekresi mukus yanga kan melindungi
dinding usus dari trauma oleh feses dan aktifitas bakteri.
c. Mangantrakan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.

3 type Gerak kolon:


a. Haustrel churning /shuffling
Merupakan gerakan mencampur chyme untuk membantu absorpsi air
b. Peristaltis
Berupa gelombang yang dihasilkan oleh sirkuler dan longitudinal yang
merupakan gerak maju menuju anus, terjadi setiap 3 – 12 menit
c. Mass peritaltis
Merupakan gerak dengan kekuatan kontraksi otot pada area di atas kolon.
Biasanya terjadi setelah makan, yang distimulasi dengan adanya makanan di
lambung dan usus kecil.

2. Rektum dan Saluran Anus


Panjang rektum bervariasi sesua dengan tingkat usia, bayi: 2.5- 3.8 cm, toddler: 4
cm, Pra sekolah : 7.6 cm, Sekolah 10 cm, dewasa 10-15 cm.
Saluran anus dibagi menjadi internal dan ekternal. Gerak spinkter internal
dikendalikan oleh otot levator anii pada dasar panggul. Otot spinkter internal
dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom (otot tak sadar), tetapi spinkter external
oleh syaraf somatik (otot sadar).

DEFECATION
Defecation adalah pengeluaran feses melalui rectum dan anus yang juga disebut
“Bowel Movement”. Frekwensi dan jumlah defekasi bervariasi pada setiap orang.
Ketika gelombang peristaltik menggerakkan feses ke dalam kolom sigmoid dan
rektum, maka saraf sensorik di rektum terstimulasi sehingga individu menyadari
adanya keinginan defekasi.
Secara normal reflek defekasi dibagi 2, yaitu:

1. Reflek defekasi Intrinsik:

feses masuk rektum

Distensi rektum

Rangsang fleksus mensenterikus

Terjadi peristaltik di kolon desenden, sigmoid, dan rektum

Feses terdorong ke anus

Spinkter anal internal tidak menutup, spinkter external relaksassi

Defekasi.
2. Refleks Defekasi Parasimpatis

Feses masuk rektum

Rangsang saraf rektum

Spinal cord

Kembali ke kolon desenden, sigmoid dan rektum


Intensifikasi relasksasi spinkter internal, intensifkan refleks intrinsik

IDefekasi

Kontraksi otot abdominal dan diaphragma

Tekanan intra abdomen

Otot levator anii kontraksi

Menggerakkan feses untuk melalui kanan anal

Defekasi

Defekasi normal difasilitasi /dipermudah oleh:


1. Fleksi otot femur yang meningkatkan tekanan pada abdomen
2. Posisi jongkok yang meningkatkan tekanan pada rektum

FESES DAN FLATUS


1. FLATUS
Flatus adalah gas yang terbentuk sebagai hasil pencernaan di usus besar dalam waktu
24 jam. Jumlah gas yang terbentuk secara normal sekitar 7 – 10 liter dalam 24 jam.
Komposis flatus terdiri dari CO2, methane, H2S, nitrogen. Produksi gas yang
berlebihan akan mengakibatkan flatulen yang biasanya dipengaruhi oleh efek
pemberian anestesi, narkotika atau pembedahan abdomen.
Bila flatus tidak bisa keluar maka dilakukan rectal tuse atau enema flow.
2. FECES (tinja, stool, fecal)
Karaktersistik feses
Komposisi : feses terdiri dari 75 % air dan 25 % material padat
Warna : berwarna coklat karena pengaruh stercobilin dan urobilin serta
aktifitas bakteri
Bau : berbau khas karena aktifitas mikrorganisme
Konsistensi : lembek

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEFEKASI

1. Usia dan perkembangan


Usia tidak hanya berpengaruh terhadap karakteristik feses, tetapi juga terhadap
kontrol defekasi.
Kontrol defekasi dicapai pada usia 1.5 – 2 (masa toilet training)
Pada elderly (manula) terdapat beberapa perubahan, yaitu:
a. Tonus otot kolon menurun
b. Peristaltik menurun
c. Tonus otot abdomen menurun
d. Kontrol otot spinkter anal menurun.

2. Diit
Jenis makanan akan berpengaruh terhadap produksi feses, ketidakmampuan mencerna
makanan akan menyebabkan feses cair, makan tidak teratur dapat juga menyebabkan
gangguan defekasi. Makanan tinggi serat meningkatkan jumlah material feses.
Makanan yang dapat sebabkan konstipasi: keju, daging tanpa lemak, tekur dan pasta.
Makanan dengan efek laxative: buah-buahan dan sayuran tertentu (eg: prune: buah
plam yang dikeringkan), coklat, makanan berbumbu (spicy foods), alkohol dan coffee.
Makanan yang menghasilkan gas: onion (bawang), cabbage (kobis), beans (kacang).
3. Cairan
Intake cairan yang tidak adekuat akan menpengaruhi tubuh dalam mereabsorpsi cairan
dari chyme yang lama di kolon, sehingga feses menjadi keras.
4. Aktifitas
Aktifitas akan menstimulasi peristaltik yang kemudian memfasilitasi gerakan chyme
pada kolon. Kurangnya exercise, immobilisasi atau gangguan neurologi akan
menyebabkan kelemahan otot abdomen dan pelvic, sehingga tekanan intra abdomen
menurun.
5. Faktor psikologis
Cemas, marah dan stress akan mengakibatkan meningkatan peristaltik yang
berdampak terjadinya diare. Depresi akan menyebabkan konstipasi
6. Life style (gaya hidup)
Kebiasaan mengabaikan keinginan defekasi berakibat defekasi yang tidak teratur. Di
samping itu kebutuhan akan privacy juga berpengaruh kepada defekasi (sering terjadi
di RS). Bowel training akan membawa kebiasaan defekasi yang teratur.
7. Prosedur diagnostik
Pasien yang dipuasakan (ex: sigmoidoscopy) dan dilakukan enema akan berakibat
tidak dapat defekasi normal.
8. Anestesi dan pembedahan
Manipulasi langsung terhadap bowel selama pembedahan manghambat persitaltik,
menyebabkan tendensi terjadinya paralitik ileus. Hal ini biasanya secara normal
berakhir setelah 24 – 48 jam setelah pembedahan, selama fase ini makanan dan
minuman tidak diperbolehkan. Bila hal ini berlangsung lama mungkin dapat
sebabkan distensi dan merupakan symtom acut obstruksi. General anestetic yang
terinhalasi juga dapat menghambat peristaltik dengan membloking impulsu
parasympatis ke otot-otot intestinum.
9. Medikasi
Berbagai obat tersedia baik untuk meningkatkan peristaltik (cathartic dan laxative)
atau menghambat peristaltik (obat anti diare). Type lain obat-obatan yang
berpengaruh terhadap eliminasi BAB dan charakteristik stool antara lain : narcotic
analgetik (opioid) antacid yang mengandung alumunium, dan obat-obatan
anticholicinergis dapat berpengaruh terhadap konstipasi dengan menurunkan motilitas
gsatrointestinal. Beberapa obat mempunyai efek diare pada tahat lankut. 20 %
penggunaan antibiotik biasnya diikuti oleh diare, akan tetapi pengunaan antidiare
akibat obat ini tidak diperlukan.
10. Kondisi patologis
Kondisi patologis yang mungkin sebabkan diare antara lain: diverticulosis, infeksi,
syndrome malabsorpsi, penyakit-penyakit neoplasma, diabetik neuropathy,
hypertiroidisme dan uremia. Sedangkan kondisi yang dapat mempredisposisi
konstipasi antara lain: penyakit dalam rektum atau kolon, injury atau degenerasi
spinal cord dan megacolon.
MASALAH-MASALAH UMUM DEFEKASI YANG SERING TERJADI

1. Konstipasi
Konstipasi adalah gangguan defekasi sebagai akibat feses yang kering, keras yang
melewati usus besar.
Proses:
Passase feses yang lama

Jumlah air yang diabsorpsi berlebihan

Fese kering dan keras

Konstipasi

Faktor-faktor yang berpengaruh terjadinya konstipasi


a. Defekasi yang tidak teratur
b. Kurang fiber dalam diet
c. Kurang cairan dalam diet
d. Inactivity
e. Menunda BAB ketika ada rasa ingin BAB
f. Penggunaan laxative yang berlebihan
g. Pengguanan obat-obat yang sebabkan konstipasi (antacid, narcotic, analgetik,
opium, antikolicinergik.
h. Perubahan dalam rutinitas BAB
i. Nyeri berhubungan defekasi

Untuk mengeluarkan feses yang keras diperlukan tenaga mengejan dan terjadi
peregangan otot, sebagai dampak lebih lanjut dapat terjadi:
a. Ruptum perineum
b. Peningkatan tekanan intra kranial
c. Peningkatan tekanan intra thorax

2. Fecal Impaction
fecal impaction adalah masa yang keras dilipatan rectum akibat retensi dan akumulasi
material feses yangberkepanjangan, tanda dan gejala:
a. Anoreksia, mual, muntah
b. Perembesan feses cair
c. Rasa ingin BAB
d. Sakit di bagian rektum

Penyebab fecal impaction adalah:


a. Pola defekasi tidak teratur
b. Konstipasi
c. Intake cairan kurang
d. Kurang aktifitas
e. Diit rendah serat
f. Kelemahan tonus otot.

3. DIARE
Adalah keluarnya fese cair dan frekwensi BAB meningkat akibat sepatnya chyme
melewati usus besar, sehingga usus besar tidak punya cukup waktu untuk menyerap
air. Tanda dan gejala:
a. Spasmodik
b. Nyeri arau kejang abdomen
c. Kadang disertai darah/mucus
d. Kadang vomitus/nausea
Penyebab:
a. Intoleransi makanan atau minuman
b. Alergi makanan atau obat
c. Penyalahgunaan laxative
d. Sress emosional
e. Infeksi intestinal
f. Penyakit kolon
g. Iritasi intestinal
h. Penyakit kolon.

4. Inkontinensia Alvi / Fecal


Inkontinensia alvi atau fecal adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sphinkter anus, akibat kerusakan fungsi spinkter
atau persarafan di daerah anus. Maslah ini disebabkan oleh gangguan kejiwaan. Feses
mengandung sejumlah ensim pencernaan dan bersifat asam, sehingga mengiritasi
mukosa
Penyebab
a. Penyakit neuromuskuler
b. Trauma spinal cord
c. Tumor spinkter anus external.
Tanda dan gejala
a. Feses keluar untuk waktu tertentu
b. Feses bersifat iritan
c. Iritasi pada daerah sekitar anus/bokong.

4. FLATULANCE / KEMBUNG
Flatulance/kembung adlah flatus yang berlebihan di intestinal, sehingga menyebabkan
distensi intestinal.
Penyebab:
a. Konstipasi
b. Penggunaan obat: barbiturat, codein, morfin
c. Status cemas, penurunan aktifitas intestinal
d. Konsumsi makan yang mengandung gas
e. Efek anestesi.
Tanda dan gejala
a. Distensi dan gasteen
b. Pemeriksaan fisik : timpani
c. Rasa tidak nyaman di abdomen

NURSING MANAGEMEN FOR ELIMINATION

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Pola Defekasi
 Frekwensi tiap hari?
 Pernah berubah ?
 Pola saat ini berubah?
 Apa penyebabnya?
b. Perilaku defekasi
 Penggunan laksan?
 Bagaimana cara mempertahankan pola?
c. Deskripsi feses
gambaran pasien tentang feses: warna, bau, tekstur
d. Diit
 Menurut pasien makanan apa mempengaruhi defekasi?
 Makanan yangbiasa dimakan?
 Makan yang dihindarai
 Makanan teratur atau tidak.
e. Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi tiap hari
f. Aktifitas
 Kegiatan sehari-hari?
 Kegiatan yang spesifik?
g. Penggunaan obat
Penggunaan obat yang pengaruhi gastrointestinal ex: iron, antibiotik
h. Stress
 Stress berkepanjangan/pendek?
 Koping untuk menghadapi/bagaimana menerima?
i. Masalah eliminasi fecal
 Pernahkah ada masalah atau saat ini sedang dalam masalah defekasi?
 Kapan dan bagaimana terjadinya
 Apa penyebabnya (makanan, cairan, obat, penyakit)
 Cara apa yang dilakukan untuk mengurangi masalah.

j. Pembedahan atau penyakit menetap


Pembedahan atau penyakit menetap yang mempengaruhi gastrointestinal

2. Pemeriksaan Fisik
a. usus
 Inspeksi : simetris, ditensi, gerak peristaltik, permukaan perut.
 Auskultasi : mendengarkan adanya bising usus (intensitas, frekwensi,
kualitas)
 Perkusi : apa ada distensi (cairan, massa, udara) mulai dari bagian
kanan atas dan seterusnya searah jarum jam
 Palpasi : dangkal atau dalam, abdomen relask, daerah lembut atau
keras.
b. Rektum dan anus
Pasien di atur dalam posisi litotomi/sim
 Inspeksi : daerah perianal: tanda inflamasi,perubahan warna, lesi (lecet,
fistula, konsistensi, hemorroid)
 Palpasi pada dinding rektum : nodul, massa, tenderness, perhatikan lokasi
dan ukuran.

DIAGNOSTIK PROSEDUR
A. Colonoscopy
B. Sigmoidoscopy
C. Barium enema
D. Anoskopy (lihat anal kanal)
E. Proctodcopy ( pada rectum)

NURSING DIAGNOSIS
1. Gangguan eliminasi fecal berhubungan dengan
a. tidak adekuatnya diit serat
b. Tidak adekuatnya aktifitas fisik/imobilisasi
c. Tidak adekuatnya intake cairan
d. Penyalahgunaan laksan
e. Nyeri pada saat defekasi

2. Gangguan eliminasi fecal: diare berhubungan dengan


a. Perubahan/gangguan diit
b. Stress/cemas
c. Inflamasi/iritasi pada bowel
d. Efek samping obat

3. Bowel inkontinensia berhubungan dengan:


a. Diare
b. Fecal impaction
c. Kehilangan kontrol sphinkter sekunder terhadap gangguan
neuromuskuler
d. Menurunnya kesadaran terhadap keinginan defekasi
e. Kerusakan SSP
4. Resiko tinggi kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan: diare
yang lama / kehilangan yang abnormal pada ostomy
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan: diare yang lama /
bowel inkontinen.
6. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsumakan akibat flatulance atau impaction
7. Nyeri berhubungan dengan distensi intestinal, konstipasi yang lam, fecal
incontinence, hemorrhoid.

Anda mungkin juga menyukai