Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN PENGESAHAN

Materi : Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis

Kelompok : 6 Kamis

Anggota : 1. Andreas Teguh Yulianto 21030117140020

2. Meliana Dewi Sulaksono 21030117120061

3. Nicholas Franz 21030117130083

Telah diterima dan disetujui oleh asisten pengampu dan dosen pengampu :

Hari :

Tanggal :

Semarang,

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pranata Laboratorium Pendidikan Asisten Pembimbing

Ir. Kristinah Handayani, M.T Jufriyah, S.T.

NIP. NIP. 1970010901997032001

3
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpah
dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Bioproses dengan materi “Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis” ini tepat
pada waktunya. Pembuatan laporan ini disusun sebagai kelengkapan tugas mata
kuliah Praktikum Bioproses.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada :


1. Dosen penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi Industri Dr.-Ing.
Silviana, S.T., M.T.
2. Dosen pengampu materi PA/PSA, Ir. Kristinah Handayani, M.T.
3. Koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Diny Dwi
Anugrainy
4. Asisten pengampu materi PA/PSA Praktikum Bioproses, Muhamad Iqbal
Amali dan Shulha Amaliyyati Istikmala yang telah membimbing selama
praktikum
5. Laboran yang telah membantu selama praktikum

6. Teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun


motivasi
Kami menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari kata sempurna,
bahkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan laporan ini. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan dukungan, beserta masukan berupa kritik
maupun saran yang nantinya akan membuat laporan ini menjadi lebih baik dan
sempurna. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang,

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PRAKARTA iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Tujuan Pustaka 1
1.3. Manfaat Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroorganisme Air 3


2.2. Persyaratan Standarisasi Kualitas Air Bersih dan Air Minum 3
2.3. Sifat Koloni 5
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme 6
2.5. Perhitungan Jumlah Koloni 7
2.6. Growth Rate dan Doubling Time 8
2.7. Fase Pertumbuhan Mikroorganisme 8
2.8. Desinfektan 9
2.9. Sampel Air 10
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1. Gambar Rangkaian Alat 11


3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan 11
3.2.1. Bahan 11
3.2.2. Alat 11
3.3. Prosedur Praktikum 11
DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN
RINGKASAN

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan. Tanpa air di bumi
tidak akan ada kehidupan. Air memiliki banyak kegunaan atau fungsi dalam
kehidupan manusia, seperti untuk keperluan air minum, memasak, mandi, dan
lain-lain. Sebelum dapat digunakan air harus dalam kondisi bersih. Air bersih
merupakan air yang bebas dari bahan berbahaya dan kuman penyakit. Tujuannya
yaitu mampu mengkaji pengaruh suhu penyimpanan terhadap jumlah koloni
dalam air waduk Universitas Diponegoro, menentukan growth rate dan doubling
time pertumbuhan koloni, dan membandingkan radius perkembangan mikroba
dengan jenis desinfektan yaitu handsanitizer cussion carex dalam berbagai
konsentrasi. Tinjauan pustaka dalam praktikum ini meliputi mikroorganisme ir,
persyaratan standarisasi kualitas air bersih dan air minum, sifat umum dan khusus
koloni, faktor yang mempngaruhi pertumbuhan mikroorganisme, perhitungan
jumlah koloni, growth rate dan doubling time, fase pertumbuhan mikroorganisme,
desinfektan, dan sampel air waduk Universitas Diponegoro.
Bahan yang digunakan yaitu sampel air waduk Universitas Diponegoro,
Aquadest, media PDA, dan desinfektan handsanitizer cussion carex. Langkah
kerjanya yaitu pertama mengencerkan sampel sampai didapatkan 4kali
pengenceran, menyiapkan media dan dipanaskan kemudian membagi media ke
dalam petridish. Pada uji koloni media dalam petridish dibiarkan sampai setengah
padat kemudian taburi dengan sampel yang sudah diencerkan, simpan dalam
ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya, menghitung jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit, dan menghitung growth rate. Pada uji desinfektan
yangdicatat adalah radiu pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan. Tanpa air di bumi
tidak akan ada kehidupan. Air adalah bagian terbesar penyusun tubuh makhluk
hidup. Tubuh kita mengandung air lebih dari 60%. Sebagian besar permukaan
bumi ditutupi oleh air atau lautan. Air memiliki banyak kegunaan atau fungsi
dalam kehidupan manusia, seperti untuk keperluan air minum, memasak, mandi,
mencuci pakaian dan perabot dapur, pengairan sawah (irigasi), sarana angkutan di
sungai, perikanan, pembangkit sumber tenaga listrik, dan juga lingkungan hidup
binatang maupun tumbuhan air. Sebelum dapat digunakan air harus dalam kondisi
bersih. Air bersih merupakan air yang bebas dari bahan berbahaya dan kuman
penyakit. Sedangkan air yang kotor ditandai oleh warnanya yang tidak jernih,
baunya yang tidak enak, rasanya pun tidak enak, dan mungkin ditemukan pula
mikroba.
Mikroba adalah jasad renik, mahluk hidup yang sangat kecil dan hanya bisa
dilihat dengan bantuan mikroskop. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus.
Mikroba hidup dengan membentuk koloni yang khas. Oleh sebab itu praktikum
ini dilakukan untuk memeriksa kandungan mikroba pada air sehingga air tersebut
bisa digolongkan ke air bersih atau air kotor.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimana pengaruh suhu
penyimpanan terhadap jumlah koloni dalam air waduk Univeritas Dipnegoro,
berapa besar growth rate dan doubling time pada pertumbuhan koloni, serta
bagaimana radius perkembangan mikroba dengan jenis desinfektan yaitu
handsanitizer cussion carex dalam berbagai konsentrasi (0%, 12%, 55%, dan
95%).
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mampu mengkaji pengaruh suhu penyimpanan terhadap jumlah koloni dalam
air waduk Universitas Diponegoro.
2. Mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni.
3. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan jenis
desinfektan yaitu handsanitizer cussion carex dalam berbagai konsentrasi (0%,
12%, 55%, dan 95%).
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap jumlah koloni
dalam air waduk Universitas Diponegoro.
2. Mahasiswa mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan
koloni.
4. Mahasiswa membandingkan radius perkembangan mikroba dengan jenis
desinfektan yaitu handsanitizer cussion carex dalam berbagai konsentrasi (0%,
12%, 55%, dan 95%).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroorganisme Air

Mikroorganisme merupakan jasad renik yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang tetapi harus menggunakan mikroskop. Yang tergolong ke dalam
mikroorganisme adalah bakteri, jamur, ganggang, protozoa, dan virus.

Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam dan hampir
terdapat di mana-mana di alam ini. Mereka dapat berada di dalam air, udara, tanah,
maupun di dalam tubuh makhluk hidup. Mikroorganisme terdapat paling banyak
ditempat yang mengandung nutrien, kelembaban dan suhu yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakannya.

Beberapa jenis bakteri yang mengkontaminasi air minum antara lain bakteri
Coliform, Escherichia coli dan Clostridium perfringens.Semakin tinggi tingkat
kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri
patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh
bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran
manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba
penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Aulia, Nur Maulida,
2017).

2.2 Persyaratan Standarisasi Kualitas Air Bersih dan Air Minum

a. Persyaratan Biologis

Indikator organisme yang dipakai sebagai parameter mikrobiologi digunakan


bakteri koliform (indicator organism). Secara loboratoris total coliform digunakan
sebagai indikator adanya pencemaran air bersih oleh tinja, tanah atau sumber alamiah
lainnya. Sedangkan fecal coliform (koliform tinja) digunakan sebagai indikator
adanya pencemaran air bersih oleh tinja manusia atau hewan. Parameter mikrobiologi
tersebut dipakai sebagai parameter untuk mencegah mikroba patogen dalam air
minum.

Berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel


air (Most Probability Number/MPN), kondisi air dibagi kedalam beberapa golongan
sebagai berikut (Chandra, 2007) :

1. Air tanpa pengotoran ; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri
koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi ; MPN < 50/100 cc

3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN < 5000/100 cc

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN > 5000/100 cc

5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN > 250.000/100 cc

6. MPN mewakili Most Probable Number, yaitu jumlah terkaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100 cc air.

b. Persyaratan Fisis

1. Tidak Berbau : Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan
organik yang terdapat di dalam air.

2. Jernih : Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang
dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang
keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh
partikel tersebut (Slamet, 2007).

3. Tidak Berasa : Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu
di dalam air tersebut.

4. Suhu : Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok
dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ±
3 ºC dari suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-
zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia
yang mengeluarkan atau menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).

5. TDS : Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10


-6 -3
-10 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain
(Effendi, 2002). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan
mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.

c. Persyaratan Kimia

Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia organik dan kimia


anorganik.

1. Zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat


berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (pH).

2. Zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile


organis chemicals (zat kimia organik mudak menguap) zat-zat
berbahaya dan beracun maupun zat pengikat Oksigen.

Sumber logam pada air dapat berasal dari Kegiatan Industri,


pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah, atau karena korosi
dari pipa penyalur air. Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan
menjadi 3 kategori. Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat
carcinogen bagi manusia. Kategori 2 bahan kimia yang tidak bersifat
carcinogen bagi manusia. Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat
menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carcinogen.

2.3 Sifat Koloni

a. Sifat Umum Koloni

1. Besar kecilnya koloni yang hanya serupa suatu titik ada pula yang melebar
sampai menutup permukaan medium.

2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang ,ada yang tepinya
rata,ada yang tepinya tidak rata.

3. Kenaikan Permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium ,
ada pula yang timbul , yaitu menjulang tebal diatas permukaan medium.

4. Halus kasarnya permukaan . Ada koloni yang permukaannya halus saja , ada
yang permukaannya kasar, tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang
permukaannya suram.

6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-


kuningan , akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan,coklat,jingga
biru,hijau,dan ungu.

7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti
mentega, ada yang keras dan kering.

b. Sifat Khusus Koloni

1) Dalam Medium Padat

a. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan


mengenai bentuk, permukaan, dan tepi.

Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik,


bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar, serupa
kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul
mendatar, timbul melengkung, timbul
mencembung, timbul membungkit, timbul
berkawah.

b. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak,


ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada
yang berbenang-benang, ada yang keriting.

Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring.


Sifat-sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni,
dan sifat-sifat itu dinyatakan dengan kata-kata
seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang, serupa
akar.

c. Sifat-sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada


bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, ada
juga bakteri yang tidak dapat mengencerkan
gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya
juga berbeda-beda. Bila dilihat dari samping,
maka bentuk-bentuk koloni yang tidak
mengencerkan gelatin, dapat serupa pedang,
serupa tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot, serupa
batang. Jika bakteri mampu memnencerkan
gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa
kawah, serupa mangkuk, serupa corong, serupa
pundi-pundi, berlapis.

2) Dalam Medium Cair

Medium cair itu pada dasarnya dapat diperoleh dengan tidak


mencampurkan agar-agar atau gelatin kepadanya. Di dalam medium
cair, bakteri akan ketahuan sikapnya terhadap udara. Demikian pula
sifat-sifat koloninya akan kelihatan berbeda-beda. Permukaan medium
dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin, langit-langit, atau
selaput.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme


a. Temperatur
Pertumbuhan mikrobia memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran
suhupertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikrobia masih dapat
hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikrobia.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggiuntuk kehidupan mikrobia.
2. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan
pada suhu 0-20oC.
3. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan
20-45oC.
4. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45oC.
b. Medium
Medium merupakan sutu substansi yang terdiri dari
c a m p u r a n n u t r i e n y a n g d i p e rg u n a k a n u n t u k p e m e l i h a r a a n
dan pertumbuhan mikroorganisme. Untuk dapat menjadi
tempat t u m b u h , medium haruslah mengandung zat-zat yang
diperlukan bagi pertumbuhaan mikroorganisme tersebut, antara lainnya
adalah senyawa-senyawa o rg a n i k (protein, karbohidrat,
l e m a k , m i n e r a l , d a n vitamin) (Hadioetomo, 1990). Medium juga
dapat dipergunakan untuk inokulasi, perbanyakan, pengujian sifat-
sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikrobia (Sutedjo, 1996).
c. Pengaruh sinar
Sinar ultraviolet mempunyai kemampuan dalam menonaktifkan
bakteri, virus dan protozoa tanpa mempengaruhi komposisi kimia air.
Absorpsi terhadap radiasi ultraviolet oleh protein, RNA dan DNA dapat
menyebabkan kematian dan mutasi sel (Cahyonugroho, 2009).
d. Pengaruh mekanik
Salah satu contoh pengaruh mekanik adalah pengaruh pengadukan.
Adanya pengadukan memberikan hasil yang berarti karena dengan
pengadukan akan terjadi pencampuran sampel dan pemerataan jumlah bakteri
yang terpapar. Beberapa bagian bakteri yang tidak terpapar langsung akan
menjadi lebih terpapar setelah mengalami pengadukan (Cahyonugroho, 2009).
e. Faktor kimia
Zat antibakteri yang dalam dunia medis lebih dikenal dengan
antibiotik adalah suatu formula yang mengandung zat untuk menghambat
pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuhnya. Misalnya pada kulit batang
matoa yang memiliki metabolit sekunder sebagai zat anti bakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (Ngajow, 2013).

f. pH
Mikroba biasanya tumbuh baik pada rentang pH tertentu. pH yang
berbeda ini dapat disebabkan oleh karena proses metabolisme yang terjadi di
dalam sel, misalnya akumulasi produk metabolisme yang asam atau basa,
sesuai kebutuhan pertumbuhannya. Pada dasarnya tak satupun yang dapat
tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik
pada pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri
tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada
pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada
pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak
bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa
(Volk&Wheeler,1993).

2.5 Perhitungan Jumlah Koloni

a. Perhitungan Dengan SPC

Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menemukan kepadatan


bakteri heterotrof dan fakultatif aerob. Dalam percobaan ini pengukuran
secara empiris karena bakteri dapat membentuk koloni rantai kelompok.
Dasar SPC adalah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan
10. Setelah inkubasi, dilihat jumlah koloni tiap periode dapat digunakan
coloni encounter yang dilengkapi dengan register. Perhitungan dan pencatatan
koloni pada plate dilakukan sesegera mungkin setelah periode ini sampai
selesai. Bila perhitungan ditunda, plate harus disimpan pada suhu 5-10°C dan
tidak boleh lebih dari 21 jam.

b. Perhitungan Manual

Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung


jumlah koloni terbanyak dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 4x
pengenceran, setelah waktu inkubasi, jumlah koloni dalam petridish dapat
dihitung secara manual (dihitung biasa), jumlah koloni terbanyak dan
tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.

, Jumlah koloni dalam petridish


= rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan: Luas petridish = 63,585 cm2
Fp = 104

Gambar 2.1 Contoh Perhitungan

Manual Koloni pada Petridish

2.6 Growth Rate dan Doubling Time

Laju pertumbuhan spesifik (μ) mikroba adalah laju yang ditunjukkan pada

fase pertumbuhan bakteri. Waktu penggandaan atau doubling time adalah Waktu yang


diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel
semula. Waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa
menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya.
Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.

2.7 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme


Pertumbuhan mikroba dalam suatu kultur melewati beberapa fase. Fase-fase
pertumbuhan mikroba menurut Fardiaz ( 1992 ), yaitu sebagai berikut :

1) Fase Adaptasi

Fase adaptasi adalah fase penyesuaian mikroba dengan kondisi


lingkungan baru di sekelilingnya. Jumlah awal sel yang dipindah ke media
barumempengaruhi cepat lambatnya fase adaptasi.Bila media dan
lingkungan pertumbuhan sama dengan media sebelumnya,mungkin tidak
diperlukan waktuadaptasi.Waktu penyesuaian ini umumnya berlangsung
selama 2 jam.

2) Fase Pertumbuhan Awal (stasioner)

Mikroba mulai membelah diri dengan kecepatan yang rendah karena


barumenyesuaikan diri.

3) Fase Pertumbuhan Logaritmik

Mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva


logaritmik. Kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh pH, kandungan
nutrien, suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini kultur paling sensitif
terhadap keadaan lingkungan.

4) Fase Pertumbuhan Lambat

Pertumbuhan populasi mikroba diperlambat karena zat nutrisi sudah


sangat berkurang dan ada hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Jumlah populasi masih naik karena jumlah
sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada yang mati.

5) Fase Tetap (Stationary Phase)

Pertumbuhan populasi mikroorganisme dibatasi oleh habisnya bahan


gizi yang tersedia atau penimbunan zat racun sebagai hasil akhir metabolisme.
Sehingga kecepatan pertumbuhan menurun, mulai ada yang mati. Pembelahan
terhambat pada suatu saat terjadi jumlah bakteri yang tetap sama. Jumlah sel
yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini
menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah
habis. Karena kekurangan nutrisi, sel mempunyai komposisi berbeda dengan sel
yang tumbuhpada fase logaritmik.

6) Fase Menuju Kematian atau Fase Kematian (Death Phase)

Sel–sel yang berada dalam fase tetap akhirnya akan mati bila tidak
dipindahkan ke media segar lainnya. Dalam bentuk logaritmik fase menurun
atau kematian merupakan penurunan secara garis lurus yang digambarkan oleh
jumlah sel–sel hidup terhadap waktu, jumlah bakteri hidup berkurang dan
menurun. Dan sebagian besar populasi mikroba mulai mengalami kematian
karena nutrien di dalam medium sudah habis, adanya zat racun dan habisnya
energi cadangan di dalam sel. Kecepatan kematian tergantung dari kondisi
nutrien, lingkungan dan jenis mikroba (Suhartono, 1989).

2.8 Desinfektan

Hand sanitizer adalah suatu cairan atau gel antiseptik yang digunakan
untuk mencuci tangan tanpa menggunakan air untuk membilasnya. Menurut
food and drug administration (FDA) Hand sanitizer dapat menghilangkan
kuman kurang dari 30 detik. Berdasarkan penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa hand sanitizer efektif untuk mengurangi penyakit saluran
pencernaan.17,18,19, CDC (Center for desease control) mengungkapkan
bahwa pada dasarnya hand sanitizer terbagi dua berdasarkan bahan aktif yang
terkandung, yaitu hand sanitizer dengan alkohol dan tanpa alkohol yang
memiliki bahan aktif berupa agen antimikrobalain yang biasa digunakan
sebagai higenitas tangan yaitu Chlorhexidine, Chloroxylenol,
Hexachlorophene, Iodine and iodophors, Quaternary ammonium compounds,
dan Triclosan.Namun paling banyak ditemukan mengandung alkohol dan
triclosan.3,4,20, Alkohol pada hand sanitizer biasanya diukur dengar skala
ukuran “%” terhadap volume air yang terkandung dengan kandungan alkohol
yang sering digunakan di hand sanitizer, yaitu etil alkohol, isopropil alkohol
dan n-propanolol, ketiga bahan ini sering digunakan sebagai bahan aktif di
produk-produk pembersih tangan karena bahan-bahan ini menunjukkan
aktivitas antimikroba yang cepat dengan spektrum yang luas melawan bakteri
vegetatif, virus dan jamur, namun tidak bersifat sporosidal. Kemampuan
antimikroba dari alkohol ini adalah dengan mendenaturasi protein mikroba
dan aktifitas antimikroba ini optimal bila diencerkan dengan air sekitar 60 –
95 %. Alkohol memiliki kemampuan aktivitas bakteriosida yang baik terhadap
Gram positif dan Gram negatif termasuk juga MRSA (Methicilin Resistent of
Staphylococcus aureus), virus dan beberapa jamur. Tetapi alkohol tidak
memiliki efek antimikroba terhadap bakteri berspora dan efeknya sangat
lemah terhadap non-enveloped (non-lipophilic) viruses. Aktivitas antimikroba
pada alkohol berpengaruh pada beberapa faktor, yaitu jenis alkohol yang
digunakan, konsentrasi alkohol, waktu kontak, volume yang digunakan, dan
keadaan tangan yang sedang menggunakan. Menurut beberapa penelitian
menyatakan bahwa efek dari antimikroba etil etanol dengan isopropil alkohol
berbeda terhadap virus Hemofilus A, yaitu etil alkohol sudah biasa
memberikan efek antimikroba terhadap virus Hemofilus A dengan kadar 60 –
80 % sedangkan isopropil alkohol pada kadar 70 – 90 %, selain itu volume
alkohol 3 ml lebih menunjukkan sifat antimikroba dibandingkan dengan
volume alkohol 1 ml, namun sampai sekarang belum ada kepastian mengenai
berapa volume alkohol yang efektif digunakan sebagai antimikroba. Selain
alkohol salah satu bahan aktif yang sering digunakan di dalam hand sanitizer
adalah triclosan. Triclosan adalah salah satu jenis bisfenol yang biasa
digunakan secara luas sebagai bahan aktif di sabun antiseptik atau beberapa
produk antiseptik lainnya, triclosan ini dipakai karena memiliki sifat
bakteriostatik, sporostatik dan bakterisidal (dengan kadar tertentu). Meneurut
WHO triclosan efektif dipakai dengan kadar 0.2 – 2 % karena dengan kadar
itu triclosan memiliki efek antimikroba dengan mekanisme menghambat
enoyl ACP-reductases essential enzymes yang berguna sebagai sistesis asam
lemak bakteri. Namun triclosan lebih efektif terhadap bakteri Gram positif
dibandingkan Gram negatif, hampir tidak memiliki efek pada bakteri Gram
negatif seperi Pneumonia aeruginosa. Walaupun alkohol mempunyai efek
antimikroba namun hanya bekerja pada short acting bukan long acting,
sehingga tidak berifat persisten. Menurut hasil beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa pemakaian kombinasi alkohol dan antimikroba
lainnya seperti triclosan dan lainnya menyebabkan terciptanya sifat efek
antimikroba yang persisten.

2.9 Sampel Air


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum

Langkah Pendahuluan

Mengencerkan sampel Menyiapkan media Membagi media ke


sampai 4 kali panaskan hingga dalam petridish secara
pengenceran mendidih merata
Uji Koloni

Biarkan media dalam Simpan dalam ruang Menghitung jumlah


petridish sampai setengah inkubasi dengan cara koloni terbanyak dan
padat dibalik peletakannya tersedikit

Menghitung
growth rate

Uji Desinfektan

Biarkan media dalam


petridish sampai Buat lubang kecil di Simpan dalam
setengah padat tengah-tengah media ruang inkubasi

Mencatat radius
pertumbuhan diukur
dari lubang yang
dibuat

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan

3.2.1 Bahan

1. Sampel Air Waduk Universitas Diponegoro

2. Aquadest

3. PDA

4. Desinfektan handsanitizer cushion carex

3.2.2 Alat
1. Beaker Glass

2. Petridish

3. Erlenmeyer

4. Pengaduk

5. Kompor Listrik

6. Pipet Tetes

3.2.3 Gambar Alat

1. 2. 3.

4. 5. 6.

Gambar 3.2 Alat-Alat Praktikum Pemeriksaan Air

3.3 Prosedur Praktikum

Langkah-langkah pendahuluan :

1. Menyiapkan petridish yang sudah disterilisasi


2. Mengencerkan sampel dengan cara mengambil 10 ml sampel
kemudian diencerkan 100 ml, dan dari 100 ml diambil 10 ml lalu
diencerkan lagi menjadi 100 ml.

3. Lanjutkan sampai didapatkan 4 kali pengenceran.

4. Menyiapkan media, mengambil 3,9 gram media kemudian tambahkan


aquadest kurang lebih 80 ml.

5. Panaskan media hingga mendidih.

6. Membagi media ke dalam petridish secara merata.

Langkah-langkah percobaan PA :

1. Uji Koloni

a. Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat


kemudian taburi dengan sampel yang sudah diencerkan secara
merata ke permukaan media menggunakan pipet tetes yang
sudah disterilisasi.

b. Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik


peletakannya selama waktu inkubasi yang ditentukan.
(Biasanya ± 2 hari)

c. Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung


biasa), kemudian dicari rata-ratanya.
Rata-Rata jumlah koloni = (terbanyak + tersedikit) / 2
Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x
fp
Keterangan : Luas petridish = 63,585 cm2
fp =104

d. Menghitung growth rate atau nilai laju pertumbuhan spesifik (μ)


dengan menggunakan persamaan :

ln x −ln x 0
µ=
t

Keterangan :
μ = laju pertumbuhan spesifik
x = konsentrasi sel pada t tertentu
x = konsentrasi sel awal
0

t = waktu yang dibutuhkan


Sedangkan doubling time tersebut dapat dirumuskan menjadi :

ln 2
td =
μ

Keterangan :
td = doubling time
μ = laju pertumbuhan spesifik
ln 2 = konsentrasi sel (saat penggandaan)

2. Uji Desinfektan
a. Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian
taburi dengan sampel yang sudah diencerkan secara merata ke
permukaan media menggunakan pipet tetes yang sudah
disterilisasi.
b. Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang
kecil pada tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan
contoh desinfektan sesuai variabel.
c. Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu yang telah ditentukan
(biasanya ± 2 hari).
d. Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat
(radius terjauh, radius terdekat, dan rata-rata).
DAFTAR PUSTAKA

Afif, Fahtoni. 2015. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang
yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan.
Diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/257/246
pada 3 September 2017
Agustiyani, Dwi, dkk. 2004. Pengaruh pH dan Substrat Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Pengoksidasi Amonia. Diakses dari
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0502/D050201.pdf pada 11 Oktober
2017
Aini, Nurul. 2015. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan
Sumber Karbohidrat Yang Berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dairy. 2004. Standard Plate Count..
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Bioteknologi. Djambatan : Jakarta
Fajriputri, Hera. 2014. Uji Koefisien Fenol Produk Antiseptik dan Desinfektan yang
Mengandung Senyawa Aktiv Benzalkonium Klorida. Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30031/1/HER
20AJRIPUTRI-FST.pdf pada 11 Oktober 2017
Fauziah, Adelina. 2011. Efektivitas Saringan Pasir Cepat Dalam Menurunkan
Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Dengan Penambahan Kalium Permanganat
(KMnO4) 1%. Skripsi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Furkan. 2011. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PEMERIKSAAN
AIR. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/100064154/Pemeriksaan
Air pada 3 September 2017
Gultom, David R. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Mikroorganisme. Diakses dari https://www.academia.edu/16528952/Maka
lah_Mikrobiologi_FAKTORFAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PE
KEMBANGAN_MIKROORGNISME pada 3 September 2017
Hikmat. 2010. Hitungan Cawan. https://www.academia.edu/12062724/Hitungan-
Cawan pada tanggal 21 Maret 2017

3
HALAMAN PENGESAHAN

Materi : Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis

4
Kelompok : 6 Kamis

Anggota : 1. Andreas Teguh Yulianto 21030117140020

2. Meliana Dewi Sulaksono 21030117120061

3. Nicholas Franz 21030117130083

Telah diterima dan disetujui oleh asisten pengampu dan dosen pengampu :

Hari :

Tanggal :

Semarang,

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pranata Laboratorium Pendidikan Asisten Pembimbing

Ir. Kristinah Handayani, M.T Jufriyah, S.T.

NIP. NIP. 1970010901997032001

5
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpah
dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Bioproses dengan materi “Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis” ini tepat
pada waktunya. Pembuatan laporan ini disusun sebagai kelengkapan tugas mata
kuliah Praktikum Bioproses.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada :


1. Dosen penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi Industri Dr.-Ing.
Silviana, S.T., M.T.
2. Dosen pengampu materi PA/PSA, Ir. Kristinah Handayani, M.T.
3. Koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Diny Dwi
Anugrainy
4. Asisten pengampu materi PA/PSA Praktikum Bioproses, Muhamad Iqbal
Amali dan Shulha Amaliyyati Istikmala yang telah membimbing selama
praktikum
5. Laboran yang telah membantu selama praktikum

6. Teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun


motivasi
Kami menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari kata sempurna,
bahkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan laporan ini. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan dukungan, beserta masukan berupa kritik
maupun saran yang nantinya akan membuat laporan ini menjadi lebih baik dan
sempurna. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang,

Penyusun

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PRAKARTA iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Tujuan Pustaka 1
1.3. Manfaat Praktikum 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sterilisasi 2


2.2. Metode Sterilisasi 2
2.3. Aspergillus niger 4
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1. Gambar Rangkaian Alat 6


3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan 6
3.2.1. Bahan 6
3.2.2. Alat 6
3.3. Prosedur Praktikum 7
DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN

7
RINGKASAN

Mikroba adalah jasad renik, mahluk hidup yang sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan bantuan mikroskop. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus.
Jamur adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada berbagai lingkungan dengan
media yang berbeda-beda, serta memperoleh makanannya dari media tempat jamur
tersebut tumbuh. Teknik aseptik adalah salah satu cara untuk memperoleh kondisi
bebas dari mikroorganisme. Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat menguasai teknik
pemindahan jamur dari suatu wadah ke wadah lain, dan memahami berbagai macam
proses sterilisasi. Sterilisasi merupakan suatu prosesmenghancurkan atau
memusnahkan semua mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau
lingkungan. Metode sterilisasi bermacam-macam yaitu meliputi sterilisasi secara
mekanik, secara fisik, dan secara kimiawi. Sampel jamur yang digunakan adalah
Aspergillus niger. Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum
dan mudah diidentifikasi dari marga Aspergillus.
Bahan yang digunakan yaitu jamur Aspergillus niger dan media PDA. Variabel
tetapnya yaitu media PDA dan variabel berubahnya adalah suhu penyimpanan.

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroba adalah jasad renik, mahluk hidup yang sangat kecil dan hanya bisa dilihat
dengan bantuan mikroskop. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Jamur adalah
organisme yang dapat bertahan hidup pada berbagai lingkungan dengan media yang
berbeda-beda, serta memperoleh makanannya dari media tempat jamur tersebut tumbuh.
Jamur juga dapat hidup pada sisa tumbuhan atau hidup melekat pada organisme lain.

Teknik aseptik adalah salah satu cara untuk memperoleh kondisi bebas dari
mikroorganisme. Dasar dari teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dari luar tubuh,
sehingga teknik ini dipakai untuk mencegah masuknya infeksi dari luar tubuh melalui
tempat pembedahan. Tujuan akhir dari aseptik adalah untuk menghindarkan pasien dari
infeksi paska operasi dan untuk mencegah penyebaran patogen (Nurul Laeli,2012).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimana teknik pemindahan jamur dari
satu wadah ke wadah lain dan apa saja macam proses sterilisasi.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Dapat menguasai teknik pemindahan jamur dari suatu wadah ke wadah lain
2. Memahami berbagai macam proses sterilisasi
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat menguasai teknik pemindahan jamur dari suatu wadah ke wadah
lain.
2. Mahasiswa dapat Memahami berbagai macam proses sterilisasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sterilisasi

2
Sterilisasi merupakan suatu prosesmenghancurkan atau memusnahkan semua
mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan. Peranan
sterilisasi pada pembuatan makananyaitu berfungsi untuk menjamin
keamananterhadap pencemaran oleh mikroorganismedan memperpanjang waktu
simpan (Purnawijayanti, 2001). Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur
simpan bahan pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya.
Mikroorganisme yang tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk
pangan dan membuat makanan lebih cepat basi. Mikroorganisme pembusuk tersebut
bisa berupa bakteri, khamir (yeast)dan kapang (jamur) (Hiasinta, 2001).

2.2 Metode Sterilisasi


a. Secara Mekanik
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain. (Fauzi,
2013).
b. Secara Fisik
 Autoclave
Autoklaf merupakan salah satu alat dalam teknik sterilisasi panas.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang fungsinya untuk mensterilkan
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi biasanya
suhu yang digunakan 121°C dan bertekanan 15 kg/cm 2 yang dilakukan
selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan
suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh
mikroorganisme. Autoklaf ditujukan untuk membunuh endospora,yaitu sel
resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat
bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif
bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100°C, yang
merupakan titik didih air pada tekananatmosfer normal. Pada suhu 121°C,
endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif
bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65°C
(Nurhabibah Hasibuan, 2014). Prinsip kerja autoklaf yaitu mensterilkan
bahan dengan menggunakan tekanan uap optimum untuksterilisasi pada

3
suhu 121°Cdan tekanan 15 kg/cm2. Pada saat sumber panas dinyalakan,
air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang
terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara
dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapaitekanan dan suhu
yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panasdimatikan
dan tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan
tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke
angka nol).(Fitri Rahmayanti, 2013)
 Oven
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa
yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya yang
tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Misalnya, minyak
lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril
seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat lain.
 Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu
mengurangikontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di
lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida)
diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif
pada 253,7 nm.
 Pendidihan
Air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam
sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-
bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus
mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan
dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan
pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1–
2% Na-carbonat atau 2–3% larutan kresol tersaponifikasi yang
menghambat kondisi bahan-bahan logam.

c. Secara Kimiawi
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap
seperti halnya alkohol. Proses sterilisasi antiseptik kimia ini biasanya dilakukan

4
dengan cara langsung memberikan pada alat atau media yang akan disterilisasi.
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan dari tujuan tertentu serta
efek yang dikehendaki.
2.3 Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari marga Aspergillus. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35ºC-
37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan memerlukan
oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih
atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.
Kepala konidia berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian
yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang
halus dan berwarna coklat.
Morfologi jamur Aspergillus niger dapat dilihat pada Gambar 2.3 Klasifikasi
Aspergillus niger adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Order : Eurotiales
Family : Eurotiaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus niger

Gambar 2.3 Jamur Aspergillus niger


Aspergillus niger mempunyai miselium bersekat-sekat. Pembiakannya secara
vegetatif dengan konidia, sedangkan secara generatif dengan spora yang terbentuk di
dalam askus. Bersifat sporofit, dalam bentuk koloni menghasilkan warna coklat-
kekuningan, kehijau-hijauan dan kehitam-hitaman. Aspergillus niger dapat berfungsi
untuk menyederhanakan amilum (Rahmawati, 2010).

5
Aspergillus niger mempunyai ukuran diameter 4-5cm. Dan terdiri dari suatu lapisan
basal yang kompak berwarna putih hingga kuning dan suatu lapisan konidiofor yang lebat
yang berwarna coklat tua hingga hitam. Kepala konidiofor berwarna hitam, berbentuk
bulat. Vesikula bulat hingga semi bulat dan berdiameter 50-100µm. Konidia berbentuk
bulat hingga semi bulat, berukuran 3,5-4,5µm. Berwarna coklat memiliki ornamentasi
berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan. Habitat spesies ini kosmopolit di
daerah tropis dan subtropis dan mudah diisolasi dari tanah, udara, air dan lain sebagainya
(Rahmawati, 2010).
Aspergillus niger menghasilkan enzim α-amilase dan glukoamilase yang berperan
mengurai pati menjadi glukosa dengan kata lain gula sederhana. Setelah menjadi gula
difermentasi menjadi etanol (Rahmawati, 2010).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan

6
Menyiapkan Bunsen,
Menyiapkan Kawat osse, dan HCl Memindahkan
media Mikroorganisme

Mengamati kenampakan setelah


masa inkubasi Inkubasi 3 hari

Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan


3.1.2 Variabel Operasi
a. Variabel Tetap : Media PDA
b. Variabel Berurbah : Suhu Penyimpanan

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan
1. Aspergillus niger
2. PDA
3.2.2 Alat
1. Tabung reaksi
2. Inokulum
3. Beaker glass
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
6. Kompor listrik
7. Petridish
3.2.3 Gambar Alat
1. Beaker glass 2. Petridish 3. Tabung Reaksi

7
4. Gelas Ukur 5. Kompor listrik 6. Pipet tetes

Gambar 3.3 Gambar Alat


3.3 Cara Kerja
Langkah Langkah percobaan PSA :
1. Masukan media PDA ke dalam petridish kemidian dibiarkan sampai menjadi padat.
2. Menyiapkan kawat osse, Bunsen dan HCl.
3. Mensterilkan kawat osse : Panaskan kawat osse menggunakan bunsen kemudian
memasukkan ke larutan HCl kemudian panaskan kawat osse lagi.
4. Memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia menggunakan kawat osse
yang sudah disterilisasi ke media baru dalam tabung/petridish.
5. Untuk media dalam tabung, gunakan penutup (sesuaikan variabel) atau tanpa penutup
tabung.
6. Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi yang telah ditentukan
7. Mengamati kenampakan setelah waktu inkubasi

DAFTAR PUSTAKA

Aditia, Lansirang. 2014. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Diakses
dari https://www.academia.edu/16007115/Laporan_Praktikum_Mikrobiol
ogi_Sterisasi_ pada 3 September 2017
Amalia, Febri dkk. 2015. Makalah Sterilisasi dan Desinfeksi. Diakses dari
https://wwwslideshare.net/HuryCanz/makalah­sterilisasi­dan­desinfeks
pada 30 Oktober 2017

8
Cahyani, Vita R. PENGARUH BEBERAPA METODE STERILISASI TANAH
TERHADAP STATUS HARA, POPULASI MIKROBIOTA, POTENSI
INFEKSI MIKORISA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=149968&val=5909&
itlePENGARUH%20BEBERAPA%20METODE%20STERILISASI%20
ANA%20TERHADAP%20STATUS%20HARA,%20POPULASI%20M
KROBIOA,%20POTENSI%20INFEKSI%20MIKORISA%20DAN%20
ERTUMBUHAN%20TANAMAN pada 3 September 2017
Indriani, Dwi. 2015. INVERTASE DARI Aspergillus niger DENGAN METODE
SOLID STATE FERMENTATION DAN APLIKASI DI INDUSTRI:
KAJIAN PUSTAKA. Diakses dari http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article
/view File/263 /296 pada 3 September 2017
Putri, Ayu M. 2009. ISOLASI DAN PEMURNIAN MIKROBA. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/56202648/26251704­Isolasi­Dan­PemurnianMikro
ba pada 3 September 2017
Sulaiman, Riza, dkk. Laporan Praktikum Mikrobiologi Perairan Inokulasi, Isolasi,
Dan Identifikasi Mikroba. Diaksesd dari https://www.academia.edu/19642
172/keamanan_kemasan_pangan pada 11 Oktober 2017
Wahab, Abdul. 2009. Sterilisasi. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/1386
18184/Sterilisasi­Lengkap­pdf pada 3 September 2017
Wuryanti. 2008. Pengaruh Penambahan Biotin Pada Media Pertumbuhan Terhadap
Produksi Sel Aspergillus niger. Diakses darihttp://ejournal.undip.ac.id/
index.php/bioma/article/viewFile/3375/3036 pada 3 September 2017

Anda mungkin juga menyukai