Kualitas Semen
Oleh :
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Semen berasal dari bahasa latin “ CAEMENTUM ” yang berarti bahan perekat.
Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H
(Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahan-
bahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras.
Semen sangat berperan penting dalam sebuah pembangunan, semen merupakan
bahan dasar dari pebuatan sebuah bangunan. Semen yang digunakan untuk
merekatkan batu bata, batako, maupun bahan lainnya sangat dibutuhkan oleh para
pembangun rumah, apartemen, rumah susun, gedung, tempat sekolah dan tempat-
tempat lainnya. Agar sebuah bangunan mereka menjadi bangunan yang kokoh dan
tertata rapi sesuai dengan model arsitektur yang mereka inginkan.
i.2 Tujuan
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa:
Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses
produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen
merupakan bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama untuk pekerjaan
pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk pekerjaan lainnya
misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding, pemasangan keramik lantai, dll.
a. C3S
b. C2S
c. C3A
Semen dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut :
a. Semen Portland
Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak
dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya
antara lain meliputi beton, adukan, plesteran,bahan penambal, adukan encer
(grout) dan sebagainya.Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton
struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang
diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu
digunakan dalam segala macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok
penahan, perkerasan jalan dan sebagainya.Apa bila semen portland dicampur
dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk pasangan bata
atau batu,atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan tembok sebelah luar
maupun sebelah dalam.
Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar
terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisirongga-
rongga di antara butiran agregat. Pemakaian semen Portland pada bahan
bangunan sebagai bahan pengikat hidrolis karena sifat-sifat yang lebih baik dan
angka kepadatannya tinggi yaitubila dicampur dengan air maka akan terjadi
proses pengerasan. Suatu campuran komposisi kerikil, pasir dan semen Portland
dengan perbandingan 3:2:1 akanmembentuk suatu adonan beton yang banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan. Selain sebagai perekat, semen Portland
juga berfungsi sebagai isolatordan bahan pengawet, serta dapat mengurangi
sifat mudah terbakar.
1. Tidak menggumpal/keras
Pekerat bahan bangunan “semen” yang baik secara fisik/kasat mata, tidak
menggumpal/keras. Semen yang telah lama disimpan bisa membentuk gumpalan yang
akan hancur jika diremas dan lama-kelamaan mengeras (grit). Jika Anda melihat fisik
semen seperti ini, aduk atau ayak lah semen agar terpisah dengan bagian yang
menggumpal atau yang sudah mengeras, bagian yang tidak menggumpal nantinya
dapat digunakan sebagai campuran, sedangkan yang menggumpal jangan di paksa
untuk di pakai, karena sudah bereaksi dengan uap air/kelembaban dan hanya akan
menjadi bagian yang lemah pada plesteran/beton/acian, (rapuh).
2. Waktu mengeras
Terdapat dua waktu yang diukur dalam campuran material bahan bangunan semen,
yaitu waktu ikatan awal (setting time) dan waktu ikatan akhir (final setting). Waktu ikat
awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi
plastis menjadi tidak plastis, dimana waktu yang dibutuhkan selama proses ini ± 45
menit. Waktu ikatan akhir adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur
dengan air dari kondisi plastis menjadi kaku/keras. Ukuran standar adukan semen
untuk menjadi kering ± 6-7 jam. Jadi semakin cepat waktu pengerasan campuran
semen, semakin kuat mutu yang dihasilkan, bisa dikatakan tidak tepat. Faktanya,
semakin cepat semen mengeras berarti semakin cepat laju reaksi hidrasinya. Reaksi
hidrasi menghasilkan panas, sehingga suhu menjadi tinggi. Suhu yang tinggi akan
menimbulkan retak-retak pada beton/plesteran/acian sehingga kualitas, kekuatan dan
kekakuannya menurun.
3. Adukan lebih rapat dan rekat
Material bahan bangunan seperti semen yang kaya akan mineral dan logam
dapat membantu menghasilkan campuran yang sangat padat. Unsur yang berperan
dalam menentukan sifat lekatanya adalah C3S. Daya lekat yang baik antara pasta
semen dengan agregat menghasilkan campuran bahan bangunan yang padat dan
terbaik. Campuran yang padat menghasilkan bahan bangunan beton/plester/acian yang
berkualitas dan bermutu.
4. Kemasan tertutup sempurna
Kualitas pekerat bahan bangunan seperti semen akan terjaga dan
berkualitas baik jika kemasannya juga terjaga, dalam artian tertutup rapat, tidak
basah, dan tidak terdapat bekas tambalan. Sebelum membeli, ada baiknya cek
kertas pembungkus semen masih tersegel dengan rapat atau tidak.
5. Berlogo SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sebelum memilih pekerat bahan bangunan seperti semen, pastikan
terlebih dahulu sertifikat yang telah diraih oleh merek tersebut benar. Bisa
berupa logo SNI atau yang telah bersertifikasi internasional. Misalnya untuk
salah satu semen dari Tiga Roda telah diproduksi mengikuti Standar Nasional
Indonesia (SNI), Standar Amerika (ASTM) dan Standar Eropa (EN).
6. Baik dalam penyimpanannya
Cara menyimpan perekat bahan bangunan seperti semen yang baik
diantaranya adalah jumlah tumpukan tidak melebihi dari 2 meter dan terlindungi
dari kelembaban yang tinggi. Sebaiknya tidak bersentuhan langsung dengan
lantai dan dinding dengan memberi bantalan (palet/kayu) akan membuat semen
selalu kondisi hangat. Selain itu, semen yang baik ditumpuk secara berdekatan
untuk mengurangi sirkulasi udara yang besar.
BAB III
KESIMPULAN