Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II. 1.1 Bioetanol
Bioetanol adalah etanol (C2H5OH) yang dibuat dari biomassa yang mengandung
komponen pati atau selulosa, seperti singkong, talas dan tetes tebu. Etanol bentuknya berupa
cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang khas. Berat jenis pada 15 oC adalah
0,7937 dan titik didihnya 78,32 oC pada tekanan 76 mmHg. Sifatnya yang lain adalah larut
dalam air dan eter, serta mempunyai panas pembakaran 328 kkal.
Banyaknya variasi tumbuhan yang tersedia memungkinkan kita lebih leluasa memilih
jenis yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada. Sebagai contoh ubi kayu dapat tumbuh di
tanah yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur
waktu panennya. Namun kadar patinya yang hanya 30 persen, masih lebih rendah
dibandingkan dengan jagung (70 persen) dan tebu (55 persen) sehingga bioetanol yang
dihasilkan jumlahnya pun lebih sedikit.
Biaya produksi bioetanol tergolong murah karena sumber bahan bakunya merupakan
limbah pertanian atau produk pertanian yang nilai ekonomisnya rendah serta berasal dari hasil
pertanian budidaya tanaman pekarangan (hortikultura) yang dapat diambil dengan mudah.
Dilihat dari proses produksinya juga relatif sederhana dan murah.
Pembuatan bioetanol bukan merupakan suatu hal yang baru. Secara umum, proses
pengolahan bahan berpati/karbohidrat seperti ubi kayu, jagung dan gandum untuk
menghasilkan etanol dilakukan dengan proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi
glukosa. Prinsip dari hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati
menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya.
Proses berikutnya adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula) menjadi
etanol dan CO2.
Produksi etanol dengan cara fermentasi dapat diproduksi dari 3 macam karbohidrat, yaitu :
a. Bahan yang mengandung gula atau disebut juga substansi sakarin yang rasanya manis,
seperti misalnya gula tebu, gula bit, molase (tetes), macam- macam sari buah-buahan
dan lain-lain. Molase mengandung 50-55% gula yang dapat difermentasi, yang terdiri
dari 69% sukrosa dan 30% gula inversi.

II-1
Bab II Tinjauan Pustaka

b. Bahan yang mengadung pati misalnya: padi-padian, jagung, gandum, kentang sorgum,
malt, barley, ubi kayu dan lain-lain
c. Bahan-bahan yang menagdung selulosa, misalnya: kayu, jerami, tongkol jagung,
cairan buangan pabrik pulp dan kertas (waste sulfire liquor).

II.1.2 Proses Pembuatan Bioetanol


Proses pembuatan etanol secara industri tergantung bahan bakunya. Bahan yang
mengandung gula biasanya tidak atau sedikit saja memerlukan pengolahan pendahuluan.
Tetapi bahan-bahan yang mengandung pati atau selulosa harus dihidrolisa terlebih dahulu
menjadi gula barulah dilakukan fermentasi menjadi etanol.
Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat dibedakan
berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu hidrolisa asam dan hidrolisa enzym.
Berdasarkan kedua jensi hidrolisa tersebut, saat ini hidrolisa enzym lebih banyak
dikembangkan. Sedangkan hidrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat) kurang dapat
berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa dari pati-patian sekarang ini dipergunakan
dengan hidrolisa enzym. Dalam proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air
dilakukan dengan penambahan air dan enzym, kemudian dilakukan proses peragian atau
fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau ragi.

II. 1. 3 Karakteristik Lignoselulosa Sebagai Bahan Baku Bioetanol


Biomassa lignoselulosa sebagian besar terdiri dari campuran polymer karbohidrat
(selulosa dan hemiselulosa), lignin, ekstraktif, dan abu. Kadang-kadang disebutkan
holoselulosa, istilah ini digunakan untuk menyebutkan total karbohidrat yang dikandung di
dalam biomassa dan meliputi selulosa dan hemiselulosa.
a) Selulosa
Selulosa adalah polymer glukosa (hanya glukosa) yang tidak bercabang. Bentuk
polymer ini memungkinkan selulosa saling menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang
sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di dalam polymer,
disebut dengan derajat polymerisasi. Derajat polymerase selulosa tergantung pada jenis
tanaman dan umumnya dalam kisaran 2000 – 27000 unit glucan. Selulosa dapat dihidrolisis
menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim. Selanjutnya glukosa yang dihasilkan
dapat difermentasi menjadi etanol.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI


II-2
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

Selulosa-selulosa dalam dinding sel terkumpul dalam suatu ikatan mikrofibril. Kumpulan
mikrofibril membnetuk serat. Serat yang satu dengan yang lainnya diikat oleh lignin dalam suatu
ikatan yang kompak dan tersusun rapi pada dinding tanaman sehingga memberikan keteguhan
mekanis atau pengeras sel tanaman.

Gambar II.1 Selulosa


b) Hemiselulosa
Hemiselulosa didapatkan di alam pada dinding sel semua jenis kayu, merang padi,
buah-buahan dan kulit buah umbi-umbian. Demikian pula pada alga juga ditemukan
hemiselulosa. Hemiselulosa merupakan karbohidrat dengan bobot molekul lebih rendah dari
pada selulosa dan tersusun atas satuan-satuan gula pentosan dan heksosan. Sebagian besar
hemiselulosa terdiri atas dua sampai empat heteroglikan dan jarang yang sampai lima atau atau enam
jumlahnya. Heteroglikan yang umum ditemui yaitu arabino D-xilan, L-arabino-D-glukurono-D-xilan,
D-gluko-Dmannan, D-galakto-D-gluko-D-mannan dan L-arabino-D-galaktan.
Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polymer gula. Namun, berbeda
dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa tersusun dari bermacam-
macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa terdiri dari monomer gula
berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya: xylosa, mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan
sejumlah kecil rhamnosa, asam glukoroat, asam metal glukoronat, dan asam galaturonat.
Xylosa adalah salah satu gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di di biosfer setelah
glukosa. Kandungan hemiselulosa di dalam biomassa lignoselulosa berkisar antara 11% hinga
37 % (berat kering biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis daripada selulosa, tetapi
gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol daripada gula C-6.
Hemiselulosa memiliki derajat polimerisasi yang lebih rendah daripada selulosa, yaitu
maksimum 200. Dengan dasar bahwa rantai hemiselulosa bercabang, maka umunya struktur
hemiselulosa tidah berbentuk kristal sehingga mudah dimasuki air atau pelarut lain

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI


II-3
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

dibandingkan selulosa. Sedangkan sifat kimiawi hemiselulosa hamper sama dengan selulosa.
Gugus OH hemiselulosa dapat diesterifikasi. Pengaruh alkalis pada suhu tinggi sekali
menyebabkan pemecahan hidrolitik dari ikatan glukosid. Pada medium asam terjadi
perombakan hidrolitik yang lebih rendah dibandingkan selulosa

Gambar II.2 Hemiselulosa

c) Lignin
Lignin adalah molekul komplek yang tersusun dari unit phenylphropane yang terikat
di dalam struktur tiga dimensi. Lignin adalah material yang paling kuat di dalam biomassa.
Lignin sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia.
Karena kandungan karbon yang relative tinggi dibandingkan dengan selulosa dan
hemiselulosa, lignin memiliki kandungan energi yang tinggi.

Gambar II.3 Lignin


d) Glukosa
Glukosa (C6H12O6) adalah gula sederhana (monosakarida). Glukosa adalah salah satu
produk utama fotosistesis dan merupakan komponen structural pada tanaman. Glukosa

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI


II-4
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

merupakan gula C-6 yang memiliki beberapa bentuk, tetapi umumnya digambarkan sebagai
cincin karon seperti gambar di bawah ini.

Gambar II.4 Glukosa


e) Etanol
Ethanol dapat diproduksi melalui fermentasi glukosa. Umumnya biokonversi glukosa
menjadi etanol dilakukan dengan memanfaatkan yeast. Reaksi umumnya adalah sebagai
berikut:

C6H12O6  2CO2 + 2C2H5OH + Panas

Pembakaran akan merombak etanol, oksidasi (penambahan oksigen dari udara) hydrogen
menghasilkan uap air (H2O), karbon menjadi karbondioksida (CO2) dan melepaskan energi.

Gambar II.5 Etanol


II. 1. 4 Kandungan Lignoselulosa & Potensi Etanol Yang Dapat Dihasilkan
Komponen selulosa yang bisa dirombak menjadi etanol adalah hasil hidrolisis selulosa
dan hemiselulosa. Data-data di bawah ini dikumpulkan dari beberapa sumber. Potensi
produksi etanol dihitung dengan metode yang disampaikan oleh Badger (2002). Kalau ada
yang punya data lebih baik dan lebih akurat silahkan dikoreksi.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI


II-5
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

Secara umum proses produksi ethanol dari lignoselulosa adalah sebagai berikut:

bahan baku  pretreatment  hidrolisis  fermentasi  distilasi & dehidrasi  fuel


grade ethanol

Magnet Pacu Etanol


Para ilmuwan Brazil menemukan kegunaan gelombang magnetik untuk meningkatkan
produksi etanol. Victor Perez dan mahasiswa Universitas Campinas menggunakan gelombang
magnet frekuensi rendah untuk memacu jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi gula.
Produksi etanol meningkat 17% setelah menggunakan gelombang magnetik frekuensi rendah
dalam proses peragian tebu. Selain itu, produksi etanol berlangsung 2 jam lebih cepat
daripada metode fermentasi biasa sehingga biaya produksi lebih irit
 Pervaporasi
Pervaporasi merupakan proses pemisahan suatu campuran dengan perubahan bentuk
dari cair menjadi uap pada sisi membran. Letak perbedaannya, teknik pemisahan berbasis
membran ini bekerja berdasarkan mekanisme difusi larutan. Dengan menggunakan metode
pervaporasi inilah dipastikan bioetanol yang dihasilkan fuel grade etanol alias sesuai standar
mutu bahan bakar yang berkadar etanol 99,8%.
 Efektif
Untuk meningkatkan kadar etanol, teknologi membran lebih efektif. Bandingkan
dengan cara konvensional berupa destilasi dan dehidrasi. Ketika proses destilasi, bioetanol
membentuk azeotrop. Artinya, antara etanol dan air yang terkandung sulit dipisahkan.
Destilasi dengan meninggikan kolom sekali pun, air sulit diceraikan dari etanol. Memang
masih ada sebuah cara untuk menarik air yaitu dengan menambahkan zat toluen.
Toluen merupakan sebuah pelarut air. Ketika zat itu ditambahkan sesuai dengan kadar
air yang terkandung, air akan tertarik. Namun, tetap saja masih ada air tersisa. Celakanya
sebagian zat toluen itu juga bercampur dengan bioetanol menjadi kontaminan.
 Efisien
Artinya biaya itu jauh lebih murah ketimbang teknologi gamping. Gamping alias
kalsium karbonat acap dimanfaatkan sebagai penyerap air untuk mengatrol kadar etanol.
Pelaksanaannya memang mudah. Produsen tinggal mencelupkan 1 kg gamping ke dalam
wadah berisi 4 liter bioetanol. Sayang, bukan cuma air yang terserap, tetapi juga bioetanol.
Kehilangan bioetanol akibat serapan gamping mencapai 30%. Alkohol tak dapat keluar lagi
lantaran terikat pada pori-pori gamping.
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI
II-6
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

Jadi secara garis besar, teknologi membran ini mempunyai beberapa keistimewaan
seperti menghasilkan bioetanol berkualitas tinggi. Selain itu produsen juga mudah
mengoperasikan, ramah lingkungan, dan ukuran alat yang lebih kecil. Satu lagi keistimewaan
membran yaitu hemat energi, karena membran hanya membutuhkan energi listrik sebesar
1.000 watt untuk kapasitas 50 liter per hari.
II.1.5 Singkong
Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (crash crop). Sebagai tanaman
perdagangan, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong, etanol, gula cair,
sorbitol, MSG, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman pangan, singkong merupakan
sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Singkong merupakan penghasil
kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya. Selain itu, singkong memiliki
potensi yang cukup bagus sebagai tanaman bahan baku etanol..
Singkong masuk dalam kelas Dicotiledoneae dan famili Euphorbiaceae.
Klasifikasi tanaman singkong sebagai berikut.
Kelas : Dicotiledoneae
Sub Kelas : Arhichlamydeae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Sub Famili : Manihotae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta
Brazil merupakan pusat asal sekaligus pusat keragaman singkong. Singkong tumbuh
di daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 18oC dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun.
Produktifitas singkong di tingkat petani adalah 14,3-18,8 ton/ha, walaupun data dari pusat
penelitian melaporkan bahwa produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha.

II. 1. 6 Pemanfaatan Limbah Bioetanol


Limbah dari proses produksi pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran
pembuatan pupuk organik. Karena berasal dari biomasa, limbah bioetanol baik cair maupun
padat mengandung bahan organik yang dibutuhkan tanaman, mengandung unsur makro dan
mikro yang diperlukan tanaman.
 Limbah Cair
Untuk membuat pupuk, 4 liter limbah cair dicampur dengan 1 liter larutan mineral, 1
kg ampas tebu yang sudah menjadi abu, dan 2 sak alias 100 kg pupuk kandang. Pupuk
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI
II-7
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

kandang asal kotoran ternak adalah sumber nitrogen, unsur makro yang paling dibutuhkan
tanaman. Limbah bioetanol yang mengandung enzim alfa-amilase berperan mengurai protein
dalam kotoran ternak menjadi zat organik yang bisa diserap tanaman. Untuk memperkaya
hara, ditambahkan larutan mineral terdiri dari unsur mikro seperti magnesium, besi, mangan,
dan boron.
Sedangkan abu ampas tebu mengandung karbon aktif penghambat pertumbuhan
cendawan yang kerap menyerang akar tanaman. 'Karbon aktif menyerap aflatoksin yang
dihasilkan cendawan sehingga cendawan tidak berkembang. Seluruh bahan itu lantas diaduk
sampai rata dengan pengaduk berkekuatan 2 PK alias 1500 watt. Dengan itu, semua bahan
tercampur sempurna sehingga bisa langsung ditaburkan di lahan. Sebaiknya pupuk didiamkan
semalam dan ditutup plastik agar enzim bekerja sempurna.
Pengaruh pupuk organik dengan campuran limbah singkong. Dibanding Canavalia
ensiformis yang hanya dipupuk dengan pupuk kandang biasa, produktivitas kacang kara
pedang Made Satria lebih tinggi. Setiap tanaman menghasilkan 10-15 polong, dengan pupuk
kandang saja, 5 polong.
Manfaat lain jika pupuk itu dipakai pada penanaman bunga potong dan jagung. Jagung
yang ditanam di lahan 2 ha maksimal hanya 1% yang terserang cendawan akar rigidoporus
dan sclerotium. Padahal biasanya serangan cendawan akar jagung mencapai 20%. Pada bunga
potong, pertumbuhan krisan dan sedap malam lebih cepat 15-20%. Pemakaian pupuk limbah
bioetanol pun hemat, hanya 10% dosis pupuk kandang murni.
 Limbah Padat
Sementara limbah padat bioetanol dicampur dengan bekatul dan pupuk kandang
digunakan sebagai pakan ternak sapi. Hasil penelitian di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, limbah padat kaya kandungan karbohidrat, glukosa,
dan serat. Total kalori yang dihasilkan lebih tinggi dibanding onggok ampas tapioka, yang
sama-sama dihasilkan dari singkong dan bungkil kedelai. Ragi untuk fermentasi kaya protein.
Fermentasi juga membuat protein singkong lebih mudah diubah menjadi daging, Makanya
total kalorinya lebih tinggi. Maklum, meski pakan utamanya tanaman hijau, asupan
karbohidrat dan glukosa pada sapi membuat pertambahan bobot lebih cepat. Itu lantaran
keduanya lebih mudah dikonversi menjadi daging ketimbang selulosa-kandungan utama
pakan hijauan. Makanya begitu pakan mengandung limbah padat bioetanol diberikan pada 3
sapi peranakan ongole, bobotnya naik 10% dari 240 kg. Tak melulu sapi, limbah padat
bioetanol bisa menjadi alternatif konsentrat buatan pabrik untuk kerbau, kambing, dan ayam

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI


II-8
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

BIOETANOL SINGKONG SEBAGAI SUMBER BAHANBAKAR TERBAHARUKAN


DAN SOLUSI UNTUKMENINGKATKAN PENGHASILAN PETANI SINGKONG
Oleh : ANDAL YAKINUDIN

Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Banyak negara
berperang untuk mendapat atau mempertahankan sumber-sumber energi tersebut. Jika tidak
ada lagi sumber energi di suatu negara, bisa dipastikan negara tersebut akan mati. Saat ini
sumber energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya sekarang,
bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang tak terbaharukan dan suatu saat pasti habis.
Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil. Jika
eksploitasi terus berjalan dengan angka saat ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis
dalam setengah abad mendatang. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan manusia kelak jika
bahan bakar fosil yang menjadi sumber energi utama umat manusia selama lebih dari dua
ratus tahun habis begitu saja. Untuk itu, banyak negara mulai mengembangkan alternatif
sumber energi baru yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif mudah untuk dibuat.
Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol.
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih
memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan budidaya
pertanian. Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di
AS dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun
1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam
implementasi bahan bakar etanoluntuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat
penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar
relatif murah, E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat
dunia.Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan baka
bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber
energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine)
konvensional.
Dengan adanya usaha produksi bioetanol berskala kemasyarakatan dan industri besar,
diharapkan banyak singkong yang akan terserap sehingga harganya akan lebih kompetitif.
Adanya pengaturan masa tanam dan panen juga diperlukan agar suplai bahan baku ke industri
bioetanol tersedia cukup secara kontinu. Dengan demikian, petani singkong akan lebih
sejahtera dan Indonesia akan mempunyai solusi energi alternatif yang terbaharukan.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATI


II-9
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA
FTI - ITS

Anda mungkin juga menyukai