Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Biohidrogen

Eksplorasi sumber energi terbarukan semakin digalakkan untuk mengatasi


semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil. Selain itu dalam industry proses
yang menggunakan sumber bahan bakar minyak atau batu bara masih mempunyai
hasil samping yang berbahaya danmerusak lingkungan. Salah satuenergi
terbarukan yang dapat dikembangkan saat ini adalah biohidrogen.

Hidrogen bukanlah sumber energi (energy source) melainkan pembawa


energi (energy carrier), artinya hidrogen tidak tersedia bebas di alam atau dapat
ditambang layaknya sumber energi fosil. Hidrogen harus diproduksi. Produksi
hidrogen dari H2O merupakan cara utama untuk mendapatkan hidrogen dalam
skala besar, tingkat kemurnian yang tinggi dan tidak melepaskan CO2. Kendala
utama metode elektrolisis H2O konvensional saat ini adalah efisiensi total yang
rendah (30%), umur operasional electrolyzer yang pendek dan jenis material
yang ada di pasaran masih sangat mahal. Kendala-kendala tersebut membuat
hidrogen belum cukup ekonomis untuk dapat bersaing dengan bahan bakar
konvesionalsaat ini. Biohidrogen adalah gas hidrogen yang dihasilkan oleh
aktivitas mikroorganisme seperti ganggang hijau, cyanobacteria, atau
mikroorganisme fermentasi.

Gambar II.1 Kendaraan yang menggunakan Biohidrogen


Gas hidrogen (H2) yang berbasis biomassa merupakan bahan bakar alternatif
yang sangat menjajikan dikembangkan sebagai bahan bakar fosil, karena
biohidrogen dapat diproduksi dari bahan yang dapat diperbaharui, efisien, dan tidak
memiliki ikatan dengan karbon, sehingga tidak akan menghasilkan emisi gas buang
yang dapat mencemari lingkungan. Produksi hidrogen dari sumber daya
terbarukan dengan fermentasi adalah metode yang lebih menjanjikan di antara
alternatif proses produksi hidrogen yang lain. Sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan dan masalah minimalisasi limbah, produksi hidrogen biologis,
yang dikenal sebagai "teknologi hijau" telah menerima banyak perhatian dalam
beberapa tahun terakhir dikarenakan membutuhkan energi yang sedikit dan
dapat dikombinasikan dengan proses pengolahan limbah cair. Hidrogen tidak
berbau, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak beracun ketika digunakan
sebagai bahan bakar karena tidak menghasilkanpolutan tetapi menghasilkan air
sebagai produk tunggal.

II.2 Keuntungan Penggunaan Biohidrogen

Adapun berapa keuntungan dari penggunaan hidrogen ialah pembakaran


hidrogen pada automobile 50% lebih efisien dari pada bensin. Kemudian
hidrogen mempunyai efisiensi konversi sebesar 55-60% (Nilai pembakaran gas
H2) dibandingkan dengan gas metana yang hanya 33%. Hidrogen dapat dijual
sebagai metal hydride erta transmisi hidrogen melalui perpipaan gas akan lebih
efisien daripada transmisi electricity down power line. Selain itu gas H2
mempunyai aplikasi industri yang lebih luas dibandingkan gas metana.
Biohidrogen juga diproduksi dari bahan yang dapat diperbaharui dan tidak memiliki
ikatan karbon sehingga tidak akan menghasilkan emisi gas yang dapat mencemari
lingkungan.

II.3 Proses Produksi Biohidrogen

Produksi biohidrogen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perubahan


secara fotobiologis dan melalui teknik fermentasi. Teknik fotobiologis hanya dapat
dilakukan pada siang hari ketika ada cahaya matahari. Hal ini dikarenakan mikroba
fotosintetik menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energinya. Sementara
itu, teknik fermentasi dapat berlangsung siang maupun malam hari (dalam
keadaan gelap). Hal ini tergantung pada tipe mikroba yang digunakan dalam
fermentasi. Sebagian besar bakteri aerob dan anaerob memproduksi
biohidrogen dengan pendekatan fotosintesis dan fermentasi (fotofermentasi).
Produksi gas bio-hidrogen biasanya melibatkan mikroba atau enzim.
Sejumlah spesies jasad renik dari berbagai taksa dan tipe fisiologi mampu
menghasilkan bio-hidrogen. Gas hydrogen ini dapat dihasilkan oleh beberapa
bakteri misalnya Enterobacter aerogenes, Clostridium butyricum, Bacillus pumilus,.
Enterobacter aerogenes yang diisolasi langsung dari limbah biodiesel mampu
memanfaatkan berbagai macam substrat, baik itu substrat murni dan sederhana
seperti glukosa gliserol, maupun senyawa yang lebih kompleks dari limbah
misalnya molases, pati singkong, nira aren, shorgum dan limbah biodiesel.

Biohidrogen dapat dihasilkan dari limbah pertanian melalui proses


bioteknologi yaitu fermentasi. Metode ini merupakan perpaduan antara pendekatan
secara kimiawi dan biologi. Secara biologi limbah pertanian yang menjadi bahan
baku pembuatan hidrokarbon ini didegradasi menggunakan berbagai jenis jamur.
Sedangkan secara kimiawi menggunakan asam kuat dari mulai yang pekat sampai
yang telah diencerkan. Biohidrogen sebagai produk utama dari proses fermentasi
itu menjadi salah satu jawaban atas terbatasnya sumber energi fosil. Di masa yang
akan datang biohidrogen, sebagaimana bioetanol dan biodiesel dimungkinkan
menjadi bahan bakar yang banyak digunakan oleh industri. Keistimewaan yang ada
pada biohidrogen adalah bahwa biohidrogen mudah dikonversi menjadi fuel atau
listrik tanpa menyisakan polutan. Melimpahnya biomassa dari limbah dan non
limbah di Indonesia merupakan penunjang ketersediaan substrat dalam jangka
waktu yang panjang serta merupakan sumber energi baru dan dapat diperbaharui.

Gambar II.3 Proses Produksi Biohidrogen dengan Fermentasi

Bakteri dan mikroalga sering digunakan untuk memproduksi


biohidrogen. Mikroorganisme fotosintetik seperti bakteri fotosintetik dan
sianobakteria dapat menguraikan air menjadi hidrogen oksigen dengan bantuan
cahaya matahari (Sirait, 2007). Keuntungan organisme tersebut adalah tidak
menggunakan senyawa organik sebagai substrat tetapi menggunakan sinar
matahari. Sayangnya, produksi biohidrogen menjadi cenderung lambat, sistem
reaksinya membutuhkan energi yang besar, dan pemisahan gas hidrogen dan
oksigen membutuhkan penanganan yang khusus. Bakteri anaerob tidak
menggunakan air sebagai senyawa penghasil biohidrogen namun menggunakan
senyawa organik. Keuntungannya adalah reaksi pembentukan hidrogen yang cepat
dan tidak memerlukan energi matahari. Kelemahannya, penguraian senyawa
organik akan menghasilkan asam-asam organik. Asam organik itu menjadi
permasalahan baru bila tujuan produksi ingin menanggulangi limbah.

Bakteri fotosintetik membutuhkan senyawa organik untuk memproduksi


hidrogen dan energi cahaya untuk membantu reaksi energi yang terlibat dalam
produksi hidrogen. Keuntungan bakteri tersebut dibandingkan sianobakteria
adalah energi yang dibutuhkan lebih kecil. Senyawa organik yang dapat digunakan
sebagai substrat adalah asam lemak, gula, tepung, dan selulosa. Bakteri
fotosintetik selalu melibatkan senywa organik, fotosistem I, feridoksin, dan
enzim nitrogenase dalam produksi biohidrogen.

Terdapat berbagai macam mikroorganisme yang dapat menghasilkan


biohidrogenbaik yang fotosintetik maupun non fotosintetik. Bakteri yang termasuk
fotosintetik adalah Rhodopseudomonas, Rhodobacter, Anabaena, Chlamydomonas,
Chromatrium, dan Thiocapsa. Sedangkan bakteri yang termasuk non fotosintetik
adalah Klebsiella, Clostridium, Enterobacter, Azotobacter, Metanobacteria, dan
Eschercia coli

II.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Anaerobik dalam Produksi


Biohidrogen

Aktivitas metabolisme mikroorganisme penghasil hidrogen tergantung pada

faktor:

1. Temperatur
Temperatur mempengaruhi aktivitas bakteri penghasil hidrogen dan laju
produksi. Reaksi fermentasi gelap hidrogen dapat dioperasikan pada
temperatur yang berbeda : mesofilik (25-40oC), termofilik (40-65oC), ekstrim
termofilik (65-80oC), atau hipertermofilik (>80oC).
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman memiliki efek terhadap aktivasi enzim mikroorganisme,
karena setiap enzim aktif hanya pada kisaran pH yang bersifat spesifik
dan mempunyai aktivitas maksimum pada pH optimalnya. Fermentasi
hidrogen bersifat sensitif terhadap pH dan pokok dari produk akhir.

3. Tekanan Parsial Hidrogen dan Karbondioksida


Akumulasi hidrogen dan karbondioksida dapat menyebabkan penekanan
produksi dan formasi dari produk yang berkurang secara berturut-turut.
Konsentrasi hidrogen pada fasa cair berhubungan dengan tekanan parsial
hidrogen yang merupakan salah satu kunci faktor yang mempengaruhi
produksi hydrogen. Tekanan parsial H2 (pH2) adalah faktor yang sangat
penting terutama bagi sintesis H2 secara kontinyu. Sedangkan untuk
karbondioksida, konsentrasi H2 yang tinggi dapat menyebabkan produksi
fumarat atau suksinat, yang berkontribusi mengkonsumsi elektron,
sehingga produksi hydrogen berkurang. Penghilangan CO2 dapat
meningkatkan produksi hidrogen pada fermentasi gelap. Setelah CO2
dihilangkan, produksi hidrogen meningkat dua kali semula. Terlebih lagi
ketika CO2 dihilangkan dari cairan dengan sparging gas argon dan gas
hidrogen, dibandingkan tekanan parsial hidrogen, tekanan parsial CO2
memiliki efek penghambat yang lebih besar pada proses fermentasi gelap.

4. Konsentrasi Asam Organik


Konsentrasi asam organik yang tinggi telah dilaporkan menghasilkan
penurunan gradien pH dan menyebabkan penghambatan total dari fungsi
keseluruhan metabolik sel. Konsentrasi total antara asam asetat atau
butirat dan bentuk tidak terpisahkan dari asam-asam ini dapat
menghambat proses fermentasi gelap hydrogen

5. Senyawa Anorganik
a. Konsentrasi Fe
Hidrogenase adalah enzim yang penting karena enzim ini terlibat
langsung dalam produksi hidrogen selama proses fermentasi. Dan
berdasarkan penelitian diketahui bahwa semakin meningkatnya
konsentrasi besi, maka produksi hidrogen akan meningkat secara
signifikan. Dalam proses produksi fermentasi hidrogen, Fd, sebuah
protein besibelerang, fungsi utamanya adalah sebagai pembawa
elektron dan terlibat dalam oksidasi piruvat untuk asetil-Ko A dan
CO2 dan pengurangan proton molekul H2.
b. Karbon/Nitrogen Ratio (C/N ratio)
Karbon/Nitrogen ratio juga sangat penting untuk stabilitas proses
fermentasi gelap. Rasio karbon/nitrogen yang tepat dapat meningkatkan
produksi hidrogen dalam fermentasi hydrogen mesofilik dari limbah
lumpur.

Anda mungkin juga menyukai