PENDAHULUAN
1
b. Membuat benda uji.
c. Pengujian marshal test.
I.3. Lokasi Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura.
2
Pemeriksaan kadar lumpur.
Konsultasi proporsi campuran laston.
Membuat benda uji.
Tes marshall
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
3. Sebagai lapisan aus
Laston yang mengandung agregat yang tinggi dapat menyediakan
permukaan jalan yang rata dan tidak licin.
4. Menyediakan permukaan yang rata dan tidak licin.
Sifat – sifat laston yang diharapkan sebagai berikut:
1. Stabilitas yang tinggi
Hal ini diperoleh dari gesekan dan saling menguncinya agregat satu
dengan lainnya di dalam campuran, disamping laston menggunakan
agregat yang bergradasi menerus.
2. Ketahanan gesek (skid resistance)
Dengan menggunakan fraksi agregat kasar yang banyak serta kadar
aspal yang relatif lebih rendah maka permukaan akan memberikan
kekesatan yang baik.
3. Kedap air dan udara
Sifat ini menghasilkan dari kecilnya rongga dalam campuran (VIM)
karena penggunaan agregat bergradasi menerus.
4. Nilai struktural
Sebagai lapisan permukaan laston mempunyai koefisien relatif antara
0,30 sampai 0,40 dan sebagai lapis pondasi nilai koefisien relatif dari
laston berkisar 0,24 sampai 0,28.
Untuk mendapatkan campuran laston yang baik perlu dilakukan
perencanaan campuran.
1. Data perencanaan
Jenis agregat.
Gradasi agregat.
Mutu agregat.
Jenis aspal keras.
Rencana tebal lapisan.
Jenis bahan pengisi (filler).
2. Penentuan Persentase Aspal.
5
Persentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada agregat
kering, ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Melalui
metode “marshall test” akan diperoleh kadar aspal optimum, dimana
pada kadar aspal tersebut persyaratan-persyaratan berikut harus
dipenuhi.
Karateristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton
campuran panas adalah:
1. Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan
menerima beban lau lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap,
seperti gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas
tergantung pada jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan
melewati jalan tersebut. Jika volume lalu lintas tinggi dan sebagian
besar merupakan kendaraan berat maka menurut stabilitas yang lebih
besar dibandingkan dengan jalan yang volume lalu lintasnya rendah
dan hanya terdiri dari kendaraan penumpang saja. Kestabilan yang
cukup tinggi menyebabkan lapisan menjadi terlalu kaku sehingga
dengan adanya repitisi beban lalu lintas akan mudah terjadi retak.
Stabilitas yang baik dapat dihasilkan oleh gesekan antara butiran
agregat, susunan agregat yang saling mengunci dan daya ikat aspal
yang baik. Guna mendapatkan stabilitas yang tinggi maka dapat
diupayakan dengan cara menggunakan agregat bergradasi rapat.
Agregat yang berbentuk kubus, dan menggunakan aspal dengan
penetrasi rendah dalam jumlah yang cukup.
2. Durabilitas (Keawetan / Daya Tahan)
Durabilitas adalah kemampuan dari suatu lapisan untuk menahan
keausan akibat pengaruh air, cuaca dan perubahan suhu ataupun akibat
gesekan roda kendaraan. Durabilitas juga diartikan kemampuan dari
suatu campuran untuk mencegah terjadinya perubahan pada aspal,
kehancuran agregat dan pengelupasan selimut aspal pada agregat.
6
Durabilitas merupakan faktor yang penting untuk
mengevaluasi keandalan mutu pelayanan dari material yang di
gunakan sebagai bahan perkerasan jalan. Faktor mempengaruhi
durabilitas campuran:
Proses rongga udara yang tinggi atau kurangnya pemadatan akan
menyebabkan mudah mengerasnya aspal, yang akan di ikuti
keretakan dan mudah menyusupkan air dan udara ke dalam
perkerasan.
Kadar aspal rendah menyebabkan kemudahan agregat saling
melepas dari satu perkerasan (stripping).
Stripping adalah proses terkelupasnya aspal dari permukaan
agregat oleh air, yang selanjutnya mengakibatkan keruntuhan
pada suatu campuran perkerasan, dimana air akan membasahi
sebagian agregat dengan mudah dari pada aspal menyelimuti
agregat.
Selimut aspal yang tebal tebal dapat menghasilkan lapis aspal
beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya
bleeding menjadi tinggi.
Pada umumnya durabilitas campuran dapat dinaikkan dengan dua
cara, yaitu:
Pemakaian kadar aspal optimum, dimana pada kondisi ini
selimut aspal yang cukup akan menghambat laju pengerasan dan
penuaan aspal yang cepat sehingga bisa menyebabkan
karakteristik aspal yang asli bertahan lebih lama. Demikian juga
aspal akan menyelimuti lebih rapat terhadap rongga udara yang
saling berhubungan sehingga menyulitkan bagi air dan udara
untuk melakukan penetrasi.
Campuran direncanakan dan dipadatkan hingga menghasilkan
perkerasan dengan permeabilitas maksimum, agar air dan udara
yang menyusup masuk ke dalam perkerasan dapat diperkecil.
7
3. Fleksibilitas (Kelenturan)
Fleksibiltas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan
perkerasan untuk mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban
berulang dari lalu lintas tanpa timbulnya retak dan perubahan volume.
Kelenturan yang tinggi dapat dicapai dengan cara:
Memperbesar rongga antar butir agregat sehingga dapat
digunakan aspal yang lebih layak.
Penggunaan aspal yang cukup banyak membuat film aspal lebih
tebal serta rongga dalam campuran lebih kecil.
Menggunakan aspal yang lunak.
4. Ketahanan Geser (Skid Resistance)
Ketahanan Geser adalah kemampuan lapis perkerasan untuk
memberikan kekesatan sehingga kendaraan tidak mengalami slip baik
waktu hujan atau basah maupun waktu kering. Ketahanan Gesernaik
jika:
Penggunaan agregat dengan permukaan kasar atau bersudut
Penggunaan fraksi agregat kasar yang cukup
Penggunaan agregat berbentuk kubus
Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi
bleeding.
5. Ketahanan Kelelahan (Fatique Resistance)
Ketahanan kelelahan adalah ketahanan lapisan aspal dalam menerima
beban berulang tanpa terjadinya kelelahan berupa retak dan
alur(rutting).
Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelahan adalah:
Rongga udara antar campuran yang tinggi dan kadar aspal yang
rendah akan mengakibatkan kelelahan yang cepat.
Rongga antar butir agregat yang tinggi dan kadar aspal yang
tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel.
8
6. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
Yang dimaksud dengan Workability adalah mudahnya suatu campuran
untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang
memenuhi kepadatan yang diharapkan.
Faktor yang mempengaruhi kemudahan pelaksanaan adalah:
Gradasi agregat, Agregat bergradasi baik lebih mudah
dilaksanakan dari pada agregat bergradasi lain.
Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan
bahan pengikat yang bersifat termoplastis.
Kandungan filler yang tinggi menyebabkan pelaksanaan lebih
sukar.
9
Tabel 2.2. Ketentuan Sifat-sifat campuran Laston (AC)
Laston
Sifat Campuran
WC BC Base
Penyerapan aspal(%) Maks 1,2
Jumlah tumbukan per bidang 7,5 112
Min 3,5
Rongga dalam campuran (%)
Maks 5,5
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Min 800 1500
Stabilitas Marshall (kg)
Maks - -
Pelelehan (mm) Min 3 5
Marshall Quoitient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall Sisa % setelah Min
75
perendaman selama 24 jam, 60 0C
Rongga dalam campuran (%) pada
kepadatan membal (refusal) Min 2,5
Sumber : Dep.PU, Bina Marga(SNI
03-17371989).
II.2. Agregat
Agregat didefinisikan sebagai mineral keras berupa batu pecah, pasir
atau komposisi mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil
pengolahan.
Ditinjau dari asal kejadiannya agregat atau batu dibedakan atas batuan
beku (igneous rock), batuan sedimen, dan batuan metamorf (batuan malihan).
Berdasarkan proses pengolahannya agregat yang digunakan pada perkerasan
lentur dapat dibedakan atas agregat alam, agregat yang telah mengalami
proses pengolahan terlebih dahulu dan agregat buatan. Sedangkan
berdasarkan ukuran besarnya butiran maka agregat dapat dibedakan menjadi
agregat kasar dengan ukuran > 4 ,75 mm (ASTM) atau > 2 mm (AASTHO),
dan agregat halus dengan ukuran butiran < 4,75 mm (ASTM) atau antara
0,075 mm – 2 mm (AASTHO).
Sebagai bahan perkerasan jalan maka sifat dari kualitas agregat
menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Agregat
10
dengan sifat dan kualitas yang baik langsung memikul beban lalu lintasdan
menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.
Beberapa sifat agregat yang penting sehubungan dengan penggunaan
pada perkerasan jalan,antara lain:
A. Gradasi
Gradasi atau distribusi butiran mempengaruhi besarnya rongga
antar butiran yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam
proses pelaksanaan.Gradasi agregat terdiri dari:
Gradasi seragam (uniform graded), adalah agregat dengan
ukuran yang hampir sejenis atau mengandung agregat halus
yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga
antar agregat. Gradasi seragam di sebut juga gradasi terbuka.
Gradasi rapat (dense graded), adalah campuran agregat kasar
dan halus dalam porsi yang berimbang, sehingga dinamakan
juga agregat bergradasi baik.
Gradasi buruk (poorly graded), adalah campuran agregat yang
tidak memenuhi kategori diatas, agregat bergradasi buruk yang
umum digunakan untuk lapis perkerasan lentur yaitu gradasi
celah yang disebut juga gradasi senjang.
11
2. Ukuran nominal maksimum, merupakan ukuran ayakan terbesar
dimana agregat tertahan ayakan tidak lebih dari 10%.
C. Kebersihan (Cleaness)
Agregat yang mengandung substansi asing harus dibersihkan
sebelum digunakan dalam campuran. Substansi asing ini dapat berupa
tumbuhan, partikel halus atau gumpalan lumpur yang dapat
mengurangi daya lekat aspal terhadap batuan. Agregat seperti ini
dihindari kecuali bila zat-zat tersebut dapat dikurangi atau dalam
jumlah yang sangat terbatas.
Pemeriksaan akan kebersihan agregat sering kali ditentukan
secara visual, tetapi dengan test laboratorium akan memberikan hasil
positif, kotor tidaknya agregat. California Devision Of Highways,
mengembangkan suatu cara test untuk menentukan perbandingan
relatif dari bagian yang merugikan. Test ini lebih umum disebut
sebagai test (SE). makin kecil nilai SE maka bahan makin kotor,
dimana besarnya nilai SE = (skala pasir/skala Lumpur) x 100%.
Umumnya besarnya nilai SE dari partikel agregat yang dapat
dipergunakan untuk bahan konstruksi perkerasan jalan adalah 50%
(Silvia Sukirman, 1992).
12
tertahan saringan no. 12 dengan berat benda uji semula. agregat keras
mempunyai nilai abrasi < 20% dan agregat lunak > 20%. Nilai abrasi
> 40% menunjukkan agregat tidak mempunyai kekerasan yang cukup
untuk digunakan. Nilai < 30% baik sebagai lapisan penutup,
sedangkan nilai dibawah 40% baik digunakan sebagai lapisan
permukaan dan lapisan pondasi atas pada perkerasan jalan.
Agregatdengan soundness ≤ 12% menunjukan agregat yang cukup
tahan terhadap pengaruh cuaca dan dapat digunakan untuk lapisan
permukaan.
13
antara agregat. Kekuatan campuran pada umumnya tergantungpada
nilai abrasinya, daya pelapukan dan daya lekat terhadap aspal,
sedangkan cara pengerjaan tergantung butiran.
Di dalam pelaksanaan pembatasan penggunaan butiran masih
dapat dipertimbangkan antara lain:
Untuk lapisan subbase bentuk bulat dapat dipergunakan
Untak lapisan base berbutir bulat < 10% dapat dipakai
Untuk lapisan surface agregat harus 100% berbentuk kubus.
Gesekan antar partikel juga menentukan stabilitas dan daya
dukung dari lapisan perkerasan. Besarnya gesekan dipengaruhi
olehjenis permukaan agregat yang dapat dibedakan atas : permukaan
kasar, halus, licin dan pengkilat dan pori. Gesekan timbul pada
partikel yang berpermukaan kasar, sudut geser dalam antara partikel
bertambah semakin besar dengan bertambah kasarnya permukaan
agregat.
F. Porositas
Porositas merupakan sifat yang kurang penting dibandingkan
dengan sifat agregat yang lainnya, namun sifat ini mempengaruhi
faktor ekonomis dari campuran. Porositas yang cukup diperlukan oleh
agregat untuk menyerap aspal sehingga menimbulkan adhesi antara
aspal dan agregat.
14
Tabel 2.3. Spesifikasi agregat kasar
Spesifikasi
Jenis pengujian Satuan
Min Max
Gradasi - - -
Penyerapan air % - 3
Berat jenis curah - 2,5 -
Berat jenis semu - - -
Kelekatan pada aspal % 95 -
Keausan pada 500 putaran % - 40
jumlah brt #4 pecah dua % 50 -
indeks kepipihan % - 25
bagian yang lunak % - 5
(sumber : Dep.PU, Bina Marga 1989)
15
Tabel 2.6. Gradasi agregat halus
Ukuran Saringan
% lolos saringan
Inch Mm
¾” 4,76 100
½” 2,38 95 – 100
3/8” 0,595 75 – 95
NO. 4 0,149 13 – 50
NO. 200 0,075 0–5
(sumber : Dep. PU, Bina Marga 1989)
16
Tabel 2.9. Gradasi agregat kasar
Ukuran Saringan
% lolos saringan
Inch Mm
¾” 19 100
½” 12,7 85 – 100
3/8” 9,51 0 – 95
NO. 4 4,76 0 – 60
NO. 200 0,075 0–1
(sumber : Bina Marga 1989)
17
2.11. Gradasi Agregat
No. campuran I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Gradasi Kasar Kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat
Tebal padat 19,1-38,1 25,4-50,8 19,1-38,1 25,4-50,8 38,1-63,5 50,8-76,2 38,1-50,8 19,1-38,1 38,1-63,5 38,1-63,4 38,1-50,8
Ukuran saringan % Berat yang lewat saringan
38,1 mm - - - - - 100 - - - - -
25,4 mm - - - - 100 90 – 100 - - 100 100 -
19,1 mm - 100 - 100 80 – 100 82 – 100 100 - 85 – 100 95 – 100 100
12,7 mm 100 75 – 100 100 80 – 100 - 72 – 90 80 – 100 100 - - -
9,52 mm 75 – 100 60 – 85 80 – 100 70 – 90 60 – 80 - - - 65 – 85 56 – 78 74 – 92
4,76 mm 35 – 55 55 – 7 5 50 – 70 50 – 70 48 – 65 52 – 70 54 – 72 62 – 80 45 – 65 38 – 60 48 – 70
2,38 mm 20 – 35 20 – 35 35 – 50 35 – 50 35 – 50 40 – 56 42 – 58 44 – 60 35 – 50 27 – 47 33 – 53
0,59 mm 10 – 22 10 – 22 18 – 29 18 – 29 19 – 30 24 – 36 26 - 38 28 – 40 20 – 35 13 – 28 15 – 30
0,279 mm 8 – 16 6 – 16 13 – 23 13 – 23 13 – 23 16 – 26 18 – 28 20 – 30 16 – 26 9 – 20 10 – 20
0,149 mm 4 – 12 4 – 12 6 – 16 8 – 16 7 – 15 10 – 18 12 – 20 12 – 20 10 – 18 - -
0,074 mm 2–8 2–8 4 – 10 4 – 12 1 – 18 6 – 12 6 – 12 6 – 12 5 – 10 4–8 4–9
18
II.3. Aspal
Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral.
Bitumen adalah bahan yang berwarna coklat hingga hitam, keras hingga cair
mempunyai sifat lekat yang baik, dan mempunyai sifat berlemak, tidak larut
dalm air.
Secara kimiawi terdiri dari zat-zat hidrokarbon di tambah unsur-
unsur lain, seperti: belerang, zat asam, nitrogen, unsur logam dan unsur
lainnya dengan kadar dan susunan yang berbeda tergantung pada tempat dan
cara pengolahannya.
Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal
merupakan salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4%-10%
berdasarkan berat atau 10% - 15% berdasarkan volume, namun aspal
merupakan komponen yang cukup mahal.
Pada konstruksi perkerasan lentur jalan raya, aspal berfungsi
sebagai:
Bahan pengisi; mengisi rongga antara butir-butir dan pori-pori pada
agregat.
Lapisan kedap air; menyelimuti butir agregat sehingga tahan
terhadappengaruh garam, asam, dan basa.
Bahan pengikat; memberi ikatan yang kuat antara agregat dan aspal.
Guna memenuhi fungsinya sebagaimana telah di sebutkan di atas,
maka sifat-sifat aspal yang harus diperhatikan, yaitu:
Perlekatan
Perlekatan adalah kemampuan aspal untuk melekat pada agregat
sehingga tidak mudah terkelupas. Selain itu untuk menjaga agar
campuran tetap terpadu dalam ikatan yang kokoh diperlukan pula sifat
kohesi dari aspal.
Kekerasan
Dalam hubungan dengan gradasi campuran maka kekerasan aspal
perlu mendapat perhatian. Sebagai contoh, untuk lapisan perkerasan
bergradasi terbuka, maka digunakan aspal jenis keras. Hal ini untuk
menjaga agar aspal tetap mengalir keluar dari rongga pada saat terjadi
19
pengurangan panas. Kekerasan aspal dapat dilihat dari nilai
penetrasinya.
Di Indonesia, aspal keras berdasarkan nilai penetrasinya antaralain:
Pen 40/50, yaitu aspal dengan penetrasi antara 40 – 50
Pen 60/70, yaitu aspal dengan penetrasi antara 60 – 70
Pen 80/100, yaitu aspal dengan penetrasi antara 80 – 100
Pen 120/150, yaitu aspal dengan penetrasi antara 120 – 150
Pen 200/300, yaitu aspal dengan penetrasi antara 200 – 300
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas
atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan
penetrasi tinggi pada daerah bercuaca dingin dengan volume
rendah.Indonesia umumnya menggukan aspaldengan penetrasi 60 –
70 dan 80 – 100.
Kekentalan
Kekentalan adalah kemampuan aspal untuk mengalir pada waktu dan
suhu tertentu. Pada suhu dingin aspal akan lebih keras/kental, dan
sebaliknya jika suhu bertambah panas maka aspal akan lebih lunak
(lebih cair).
20
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA PERHITUNGAN
III.1.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat kasar, dan halus dengan menggunakan saringan.
III.1.2. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,1 gram
b. Satu set saringan ukuran.1 ½, 1, 3/4, 1/2, 3/8, No. 8, No. 16,No. 30, dan
No. 200.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)0C
d. Mesin pengguncang saringan
e. Talam atau wadah
f. Kuas, sikat saringan, sendok, dan alat lainnya.
21
III.1.4. Cara Kerja
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110±5)oC, sampai
berat tetap.
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
No. Lamp.: AC WC
Material : AGREGAT KASAR BATU 0,5 Dikerjakan : KELOMPOK 5
Pekerjaan : GRADASI
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
ANALISA SARINGAN
SNI 03-1968-1990
Berat Berat
Masing- Masing-
ASTM Sieve Size Rata-rata Dijumlahkan Spesifikasi
Masing Masing
tertahan tertahan
inci / no (mm) A B gram Berat Tertahan % Tertahan % Lolos
1" 25.400 0.00 0.00 0.00
3/4 " 19.050 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00 100.00
1/2 " 12.700 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8" 9.525 4.410 8.700 6.56 6.56 0.55 99.45
#4 4.750 696.540 800.000 748.27 754.83 62.90 37.10
#8 2.360 483.400 360.800 422.10 1176.93 98.08 1.92
# 16 1.200 6.000 21.150 13.58 1190.50 99.21 0.79
# 30 0.600 0.640 5.600 3.12 1193.62 99.47 0.53
# 50 0.300 0.33 0.18 0.26 1193.88 99.49 0.51
# 100 0.150 0.20 0.20 0.20 1194.08 99.51 0.49
# 200 0.075 8.48 3.37 5.93 1200.00 100.00 0.00
50
40
30
20
10
0
0.010 0.100 1.000 10.000 100.000
Diameter (mm)
23
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
No. Lamp. : AC WC
Material : AGREGAT KASAR BATU 1-1 Dikerjakan : KELOMPOK 5
Pekerjaan : GRADASI
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
ANALISA SARINGAN
SNI 03-1968-1990
Berat Berat
Masing- Masing-
ASTM Sieve Size Rata-rata Dijumlahkan Spesifikasi
Masing Masing
tertahan tertahan
inci / no (mm) A B gram Berat Tertahan % Tertahan % Lolos
1" 25.400 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 " 19.050 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.700 439.49 340.49 389.99 389.99 32.50 67.50
3/8" 9.525 354.710 387.670 371.19 761.18 63.43 36.57
#4 4.750 369.170 385.380 377.28 1138.46 94.87 5.13
#8 2.360 27.070 50.390 38.73 1177.19 98.10 1.90
# 16 1.200 0.910 4.150 2.53 1179.72 98.31 1.69
# 30 0.600 0.840 1.960 1.40 1181.12 98.43 1.57
# 50 0.300 0.86 0.26 0.56 1181.68 98.47 1.53
# 100 0.150 0.19 20.41 10.30 1191.98 99.33 0.67
# 200 0.075 6.76 9.29 8.02 1200.00 100.00 0.00
100
90
80
70
60
Lolos (%)
50
40
30
20
10
0
0.010 0.100 1.000 10.000
Diameter (mm)
24
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
No. Lamp.: AC WC
Material : AGREGAT HALUS PASIR Dikerjakan : KELOMPOK 5
Pekerjaan : GRADASI
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
ANALISA SARINGAN
SNI 03-1968-1990
Berat Berat
Masing- Masing- Rata-
ASTM Sieve Size Dijumlahkan Spesifikasi
Masing Masing rata
tertahan tertahan
inci / no (mm) A B gram Berat Tertahan % Tertahan % Lolos
1" 25.400 0.000 0.000 0.00 100.00
3/4 " 19.050 0.000 0.000 0.00 0.0 0.00 100.00
1/2 " 12.700 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8" 9.525 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.750 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00 100.00
#8 2.360 27.800 50.000 38.90 38.90 3.24 96.76
# 16 1.200 76.670 79.680 78.18 117.08 9.76 90.24
# 30 0.600 359.780 323.050 341.42 458.49 38.21 61.79
# 50 0.300 356.80 340.70 348.75 807.24 67.27 32.73
# 100 0.150 104.80 98.78 101.79 909.03 75.75 24.25
# 200 0.075 98.50 110.60 104.55 1013.58 84.47 15.54
25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
No. Lamp. : AC WC
Material : AGREGAT HALUS ABU BATU Dikerjakan : KELOMPOK 5
Pekerjaan : GRADASI AGREGAT HALUS ABU BATU
Tanggal : 31 OKTOBER - NOVEMBER 2018
ANALISA SARINGAN
SNI 03-1968-1990
Berat Berat
Masing- Masing- Rata-
ASTM Sieve Size Dijumlahkan Spesifikasi
Masing Masing rata
tertahan tertahan
inci / no (mm) A B gram Berat Tertahan % Tertahan % Lolos
1" 25.400 0.000 0.000 0.00 100.00
3/4 " 19.050 0.000 0.000 0.00 100.00
1/2 " 12.700 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8" 9.525 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.750 1.630 0.000 0.82 0.82 0.07 99.93
#8 2.360 223.890 249.020 236.46 237.27 19.77 80.23
# 16 1.200 403.600 411.700 407.65 644.92 53.74 46.26
# 30 0.600 73.760 103.060 88.41 733.33 61.11 38.89
# 50 0.300 181.12 129.90 155.51 888.84 74.07 25.93
# 100 0.150 76.00 80.00 78.00 966.84 80.57 19.43
# 200 0.075 55.80 52.80 54.30 1021.14 85.10 14.91
100
90
80
70
60
% Lolos
50
40
30
20
10
0
0.010 0.100 1.000 10.000
Diameter (mm)
26
Analisa Perhitungan
Percobaan praktikum agregat kasar batu 1-1 pada saringan nomor #4 yaitu:
Berat Contoh A = 1200,00 gr
Berat Contoh B = 1200,00 gr
1200 + 1200,00
Berat Contoh rata – rata = 2
= 1200,00 𝑔𝑟
Berat tertahan = rata-rata berat tertahan + berat tertahan sebelumnya
= 377,28 + 1169,36761,18 = 1138,46 gr
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 1138,64
% tertahan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥100% = 1200,00 𝑥100%
= 94,87 %
% lolos = 100 % - 94,87 % = 5,13%
27
III.1.6. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari grafik analisa saringan didapat nilai-nilai persen untuk
masing-masing agregat adalah :
Agregat kasar (Batu 1/1) : 18 %
Agregat kasar (Batu 0,5) : 30 %
Agregat halus (Pasir) : 31 %
Agregat halus (Abu Batu) : 21 %
b. Saran
1. Untuk mendapatkan data-data yang akurat dari hasil percobaan yang
telah dilakukan oleh praktikan, sebaiknya pengukuran atau
pengambilan data percobaan dilakukan lebih dari satu kali dan
dilakukan oleh beberapa orang sehingga peluang untuk terjadinya
kesalahan dapat diminimalisir.
2. Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan mengerti akan
percobaaan yang hendak dilakukan dengan membaca terlebih dahulu
buku pedoman praktikum perancangan perkerasan jalan.
30
III.2. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
KASAR (AASHTO T-85-74) (ASTM C -127-68)
III.2.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk),
berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry – SSD), berat
jenis semu (apparent) dari agregat kasar.
a. Berat jenis (Bulk Specific Grafity) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (Apparent specific grafity) ialah perbandingan antara
berat agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan ialah presentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering.
III.2.2. Peralatan
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (No. 6 atau No. 8)
dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% pori berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)oC.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan No. 4
31
III.2.3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 diperoleh
dari alat pemisah contoh atau cara perempat kira-kira 5 kg.
32
Penyerapan
Bj - Bk
Rumus = x100%
Bk
Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering – permukaan jenuh (gram)
Ba = berat benda uji kering – permukaan jenuh di dalam air (gram)
Perhitungan :
Contoh Pada material batu 1/1 :
Berat jenis (Bulk Specific Graffity)
Bk
Rumus = =
B 500 Bt
497,74
= 2,551
677,96 500 982,845
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
500
Rumus = =
B 500 Bt
5000
2,563
677,96 500 982,845
33
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
34
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : AGREGAT KASAR 0.5
Pekerjaan : BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
Tanggal : OKTOBER 2015
A
Berat Benda Uji Kering Ov en ( Bk ) 914.39
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh ( Bj ) 924.27
Berat Benda Uji Dlam Air ( Ba ) 589.33
35
III.2.6. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada permukaan berat jenis agregat kasar didapat
nilai :
A. Batu 1-1 :
1. Berat jenis (oven) sebesar 2,774
2. berat jenis semu (app) sebesar 2,847
3. Berat jenis kering permukaan jenuh ( SSD ) sebesar 2,799
4. Penyerapan sebesar 0,925 %
B. Batu 0,5 :
1. Berat jenis (oven) sebesar 2,730
2. berat jenis semu (app) sebesar 2,813
3. Berat jenis kering permukaan jenuh ( SSD ) sebesar 2,760
4. Penyerapan sebesar 1,081 %
b. Saran
1. Pada saat pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar,
praktikan sebaiknya harus lebih cermat dan teliti dalam
menimbang maupun membaca hasil timbangan agregat. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kesalahan terutama
kesalahan manusia (human error).
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu di dalam
penguasaan materi, sehingga di dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif di dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
36
III.3. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
HALUS (AASHTO T-85-74) (ASTM C -127-68)
III.3.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surfaced dry = SSD), berat jenis semu
(apparent), dan penyerapan dari agregat halus.
a. Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara
berat agregat kering – permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara
berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan pada suhu tertentu.
d. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
III.3.2. Peralatan
a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40±3) mm, diameter
bagian bawah (90±3) mm dan tinggi (75±3) mm dibuat dari logam
tebal minimum 0,8 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(340±15) gram, diameter penumbuk (25±3) gram
e. Saringan No. 4
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memasang sampai
dengan (110±5)oC
g. Pengatur suhu dengan ketelitian pembacaan 1oC
h. Talam
37
i. Bejana tempat air
j. Pompa hampa udara (vacum pump) atau tungku
k. Air suling
l. Desikator.
38
udara, tetapi harus memperhatikan jangan sampai ada air yang ikut
terhisap dapat dilakukan dengan merebus piknometer.
g. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan suhu standar 25oC.
h. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
i. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
(Bt).
j. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110±5)oC
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
k. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk).
l. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar.
39
Perhitungan : (Contoh Perhitungan pada Sampel Pasir)
Berat jenis (Bulk Specific Graffity)
Bk
Rumus =
B 500 Bt
497,73
= 2,594
666,85 500 974,97
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
500
Rumus =
B 500 - Bt
500
= 2,606
666,85 500 - 974,97
Berat jenis semu (Apparent)
Bk
Rumus =
B Bk - Bt
497,73
= 2,625
666,85 497,73 - 974,97
Penyerapan
500 Bk 500 497,73
Rumus = x 100% = 0,456%
Bk 497,73
40
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : PASIR
Pekerjaan : BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
41
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : ABU BATU
Pekerjaan : BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
Tanggal : 31 OKTOBER- 1 NOVEMBER 2018
42
III.3.6. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada permukaan berat jenis agregat halus (pasir)
didapat nilai :
A. Pasir :
1. Berat jenis (oven) sebesar 2,594
2. Berat jenis semu (app) sebesar 2,697
3. Berat jenis kering permukaan jenuh sebesar 2,632
4. Penyerapan sebesar 1,471%
B. Abu Batu :
1. Berat jenis (oven) sebesar 2,558
2. Berat jenis semu (app) sebesar 3.023
3. Berat jenis kering permukaan jenuh sebesar 2,712
4. Penyerapan sebesar 0,060%
b. Saran
1. Pada saat pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus,
praktikan sebaiknya harus lebih cermat dan teliti dalam
menimbang maupun membaca hasil timbangan agregat. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kesalahan terutama
kesalahan human error.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu di dalam
penguasaan materi, sehingga di dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif di dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
43
III.4. PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT KASAR
(SNI-03-2417-1991) (AASHTO T-96-87)
III.4.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Los
Angeles.
Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat
bahan aus lewat saringan No. 12 terhadap berat semula dalam persen.
III.4.2. Peralatan
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup yang kedua sisinya dengan
diameter 71 cm dan panjang dalam 50 cm.
Silinder tertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan
berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan
benda uji.
Penutup lubang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm.
b. Saringan No. 12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum dalam
daftar No. 1.
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola – bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-
masing antara 390 garm sampai 445 gram.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(100±5)oC.
44
III.4.3. Benda Uji
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar No. 1.
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110±5)oC
sampai berat tetap.
Ukuran Saringan Berat dan Gradasi Sampel (gram)
Lewat (mm) Tertahan (mm) A B C D
37.5 (1 1/2") 25.0 (1") 1250 ± 25 ……. ……. …….
25.0 (1") 19.0 (3/4") 1250 ± 25 ……. ……. …….
19.0 (3/4") 12.5 (1/2") 1250 ± 25 2500 ± 10 ……. …….
12.5 (1/2") 9.5 (3/8") 1250 ± 25 2500 ± 10 ……. …….
9.5 (3/8") 6.3 (1/4") ……. ……. 2500 ± 10 …….
6.3 (1/4") 4.75 (No. 4) ……. ……. 2500 ± 10 …….
4.75 (No. 4) 2.36 (No. 8) ……. ……. ……. 5000 ± 10
Total 5000 ± 10 5000 ± 10 5000 ± 10 5000 ± 10
Jumlah Bola 12 11 8 6
Berat Bola (gram) 5000 ± 25 4584 ± 25 3330 ± 25 2500 ± 25
45
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : AGREGAT KASAR
Pekerjaan : PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT KASAR
Tanggal :31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
Ukuran Saringan
Percobaan
Lew at ( mm ) Tertahan ( mm )
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 28
19.05 12.7 2500
12.7 9.51 2500
9.51 6.35
6.35 4.71
4.71 2.36
Jumlah Bola 11
Berat Bola ( gram ) 4584 + 25
Percobaan 1 :
Berat Benda Uji ( a ) 5000
Berat Tertahan # 12 ( b ) 4118.29
Percobaan 2 :
Berat Benda Uji ( a ) 5000
Berat Tertahan # 12 ( b ) 4167.62
46
Hasil percobaan :
- berat benda uji (a) = 5000 gr
- berat benda uji tertahan saringan No.12 (b) = 4118,29 gr
ab
keausan = x 100%
a
5000 - 4118,29
= X 100%
5000
= 17,63 %
Keausan rata2
17,63 16,65
keausan = = 17,14 %
2
47
III.4.6. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil percobaan rata-rata keausan agregat yang tertahan di
saringan No. 12 (1,7 mm) yaitu persentase keausannya adalah 17,14%.
Agregat ini bisa dipakai untuk perkerasan jalan raya karena kurang dari
batas maksimum keausan menurut Bina Marga yaitu sebesar 40%.
b. Saran
1. Dalam melakukan percobaan hendaknya mahasiswa mengerti akan
percobaaan yang hendak dilakukan dengan membaca terlebih
dahulu modul perancangan perkerasan jalan.
2. Pada saat mahasiswa sedang praktikum maka sebaiknya asisten
laboratorium mengontrol jalannya praktikum sehingga dalam
pelaksanaan pratikum tidak terjadi kesalahan baik dalam pembacaan
hasil maupun cara pelaksanaannya.
48
III.5. PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (PASIR)
(SAND EQUIVALENT TEST) (AASTHO T-72-90)
III.5.1. Maksud
Untuk mengetahui kebersihan agregat dari debu halus atau pun
lempung/ lumpur.
III.5.2. Peralatan
a. Larutan Stock Solution.
b. Tabung Gelas Berskala.
c. Beban ± 1050 gr (terbuat dari logam)
49
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Sampel
No. Uraian Keterangan
1
SkalPsir
3 Nilai SE = …
SkalLumpr
x10% . (%) 98.78
50
III.5.6. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan nilai sand equivalent yang diperoleh
sebesar 98,78 %. Hasil tersebut memenuhi standar Bina Marga yaitu
minimal 50%.
b. Saran
1. Diharapkan praktikan lebih teliti dalam proses pembacaan tinggi
lumpur pada tabung skala serta melakukan pemeriksaan kadar
lumpur tersebut di tempat yang cahayanya terang agar tidak terjadi
kesalahan saat pembacaan.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
51
III.6. PEMERIKSAAN PENETRASI ( KEKERASAN ) ASPAL
(AASHTO T-49-68)(ASTM D-5-71) ( SNI – 06-2456-1991 )
III.6.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi
bitumen keras atau lembek (solid atau semisolid) dengan memasukkan
jarum ukuran tertentu, beban dan waktu ke dalam pada suhu tertentu.
III.6.2. Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,4±0,05) gr yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50±0,005) gr dan (100±0,05) gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan
200gr.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu tinggi 14oC atau HRC
54 sampai 60 dengan ukuran dan bentuk menurut gambar No. 2 ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata-rata berukuran sebagai berikut:
Penetrasi Diameter Kedalaman
Dibawah 200 55 mm 35 mm
200 - 300 70 mm 45 mm
f. Bak perendam (water bath)
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 lt dan dapat
menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1oC.Bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm diatas
dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah permukaan air
dalam bejana.
52
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup
untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukur waktu
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan dperlukan stop watch
dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari kesalahan
tertinggi 0,1 detik per detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer.
53
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum untuk memeperoleh beban
sebesar (110±0,1) gr.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan – lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 arloji penetrometer,
sehingga jarum penunujuk berhimpit padanya.
f. Lepaskan penegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama
jangka waktu (5±0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berhimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
i. Lakukan pekerjaan sampai diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda
uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu
sama lain dan dari tepi dinding tidak lebih dari 1 cm.
CATATAN :
a. Termometer untuk bak perendam harus ditera.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat
dan cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara
350 sampai 500 perlu dilakukan dengan alat lain.
c. Apabila pembacaan stop watch tidak lebih dari (5±0,1) detik dari hasil
tersebut tidak berlaku (diabaikan).
54
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
b. Saran
1. Pembacaan nilai-nilai di dalam pengambilan data-data percobaan,
hendaknya dilakukan oleh beberapa orang sebagai pembanding
sehingga peluang terjadinya kesalahan dapat diminimalisi
55
III.7. PENGUJIAN TITIK LEMBEK (Ring and Ball)
(AASHTO T-53-74) (ASTM D-36-86) ( SNI – 06-2434-1991 )
III.7.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal.
Pemeriksaan ini mengacu pada PA-0302-76 Peraturan Bina Marga.
III.7.2. Peralatan
a. Termometer
b.Cincin kuningan
c. Bola baja diameter 9,53 mm dengan berat 3,45 sampai 3,55 gram.
d.Alat pengarah bola.
e. Bejana gelas diameter dalam 8,5 dengan tinggi minimal 12 cm (tahan
pemenasan mendadak).
f. Dudukan benda uji.
g.Penjepit.
56
III.7.4. Cara Kerja
a. Pasang dan atur kedua buah benda uji di atas kedudukannya, letakkan
pengarah bola diatasnya, masukkan seluruh peralatan ke dalam bejana
gelas.
b. Isilah bejana dengan air suling baru dengan suhu ( 5 1 )° C sehingga
tinggi permukaan air 106,6 sampai 108 mm. Letakkan thermometer
yang sesuai diantara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji
menjadi 25,4 mm.
c. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5°C di atas dan ditengah-tengah
masing-masing permukaan benda uji yang bersuhu 5°C dengan
memakai penjepit dengan memasang kembali pengarah bola.
d. Panaskan bejana dengan kenaikan suhu 5°C/ menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil kecepatan pemanasan rata-rata dari
awal sampai akhir. Untuk tiga menit yang pertama perbedaan kecepatan
pemanasan tidak boleh melampaui 0,5°C.
57
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : Aspal Pen 60/70
Pekerjaan : PENGUJIAN TITIK LEMBEK
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
58
III.7.5. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Jadi titik lembek pada pengujian ini adalah 41 °C. Maka hasil titik
lembek tersebut masuk kedalam spesifikasi standar Bina Marga dengan
batas titik lembek 48 – 58 °C.
b. Saran
Pada saat melakukan pengujian titik lembek, praktikan sebaiknya
harus lebih cermat dan teliti terutama dalam pembacaan waktu per lima
menit.
III.8. PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
(AASHTO T-53-74) (ASTM D-36-86) ( SNI – 06-2434-1991 )
III.8.1. Maksud
Untuk menentukan titik nayala dari bitumen keras.
III.8.2. Peralatan
a. Termometer.
b.Alat pemanas, pembakaran gas
c. Penahan dingin, apabila digunakan nyala sebagai pemanas.
d.Plat pemanas, terdiri dari logam untuk meletakkan cawan claveland.
e. Nyala penguji yang dapat diatur dan memberikan nayala dengan diameter
3,2 sampai 4,8 dengan panjang tabung 75 mm.
59
f. Nyalakan nyala penguji.
g. Putarlah nyala penguji hingga melalui permukaan cawan.
h. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2 °C, sampai terlihat nyala
tingkat pada suatu titik di atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada
termometer dan catat.
60
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : Aspal Pen 60/70
Pekerjaan : PEMERIKSAAN TITIK NYALA & BAKAR
Tanggal : 31 OKTOBER- 1 NOVEMBER 2018
56 226
51 231
46 236
41 240
36 247
31 253
26 260
21 264
16 270
11 277
6 280
1 15.252 285 285 325
61
III.8.4. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Jadi titik nyala pada pengujian ini adalah 285 °C dan titik bakar pada
pengujian ini adalah 325 °C. Hasil dari pengujian tersebut masuk kedalam
standar spesifikasi dari peraturan Bina Marga.
b. Saran
Pada saat melakukan pemeriksaan titik nyala maupun bakar,
praktikan harus lebih berhati-hatiserta teliti dalam membaca suhu karena
pada pemeriksaan ini suhunya sangat panas.
62
III.9. PEMERIKSAAN DAKTILITAS (KEGETASAN) ASPAL
(AASHTO T-49-68) (ASTM D-5-71) (SNI – 06-2456-1991)
III.9.1. Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang yang
dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi dua bitumen keras sebelum
putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
III.9.2. Peralatan
a. Termometer
b. Cetakan daktilitas kuningan gambar 2
c. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0,1oC dan benda uji dapat direndam
sekurang-kurangnya 10 cm, dibawah permukaan air. Bak tersebut
dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari
dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:
Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang cepat
Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan
getaran selama pemeriksaan
e. Methyl alkihol teknik dan sodium klorida teknik.
63
atas titik lembek. Kemudian contoh disaring dengan saringan No. 59
dan setelah diaduk dituang ke dalam cetakan.
c. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke
ujung hingga penuh berlebihan.
d. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu
pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan
pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit,
kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula
yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
64
sangat tipis seperti helai rambut. Hal ini menunjukkan bahwa aspal
tersebut memiliki kegetasan yang baik.
c. Percobaan dilakukan satu kali saja sehingga tidak dapat dibuat rata-
rata.
65
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : Aspal Pen 60/70
Pekerjaan : PEMERIKSAAN DAKTILITAS
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
III.9.6. Analisa
Dari analisa kegetasan aspal (bitumen) sangat baik karena belum
putus setelah jarak 100 cm dan 140 cm.
CATATAN
Jarak lebih dari 1 meter layak digunakan.
Benda uji menyentuh dasar mesin uji. Karena air tidak sesuai
standar (Bj Air Bj Aspal).
66
III.9.7. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari percobaan hasil percobaan yang didapat diatas dimana
bitumen tidak putus di atas jarak 100 cm dan 140 cm, dapat disimpulkan
bahwa aspalnya sangat baik untuk digunakan sebagai bahan pengikat
perkerasan karena tingkat elastisitasnya sangat baik.
b. Saran
Pembacaan nilai-nilai di dalam pengambilan data-data percobaan,
hendaknya dilakukan lebih teliti dan dilakukan oleh beberapa orang
sebagai pembanding sehingga peluang terjadinya kesalahan dapat
diminimalisir.
67
III.10. PEMERIKSAAN KEHILANGAN BERAT ASPAL
(THICK FILM TEST)(ASSHTO T-51-74) (ASTM D-5-71)
III.10.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan penurunan berat
aspal dengan cara pemanasan dengan tebal tertentu yang dinyatakan
dengan persen berat semula.
III.10.2. Peralatan
a. Termometer
b. Oven yang dilengkapi dengan :
- Pengatur suhu untuk pemanasan sampai ( 180 °C)
- Pinggan logam yang berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven
pada poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6
putaran per menit.
c. Cawan logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata serta
ukuran dalam diameter 15 mm dan tinggi 35 mm.
d. Timbangan.
e. Bejana gelas
68
d. Dinginkan benda uji pada suhu runag, kemudian timbang.
69
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : Aspal Pen 60/70
Pekerjaan : PEMERIKSAAN KEHILANGAN BERAT
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
Mulai jam : 08 : 45
Contoh di panaskan Suhu Ov en : 130ºC
Selesai jam : 14 : 30
Mulai jam :
Didiamkan pada suhu ruang
Selesai jam :
Pemeriksaan Kehilangan Berat
Mulai jam :
Suhu Ov en : 163ºC
Pada Suhu 163ºC ( 5 Jam ) Selesai jam :
( gr ) ( gr ) ( gr ) ( gr ) ( gr )
Berat Caw an + Aspal 65.65 64.6 63.40 60.97 64.26
Berat Caw an Kosong 8.41 8.39 9.06 8.29 9.35
Berat Aspal ( W1 ) 57.24 56.21 54.34 52.68 54.91
Berat Sebelum Pemanasan 57.24 56.21 54.34 52.68 54.91
Berat Sesudah Pemanasan 56.86 56.05 54.17 52.52 54.62
Berat Aspal Sesudah Dipanaskan ( W2 ) 0.38 0.16 0.17 0.16 0.29
Kehilangan Berat ( W3 ) = ( W2 ) / ( W1 ) x 100% 0.6639 0.2846 0.3128 0.3037 0.5281
Rata-rata 0.4186
70
III.11. PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL
(AASHTO T-228-68) (ASTM D-70-72)
III.11.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan berat jenis
bitumen keras dan ter dengan piknometer. Berat jenis bitumen atau ter
adalah perbandingan antara berat air suling dengan isi yang sama pada
suhu tertentu.
III.11.2. Peralatan
1. Thermometer
2. Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu (25±0,1)oC
3. Piknometer
4. Air suling sebanyak 1000 m3
5. Bejana gelas
71
c. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling, kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.
d. Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penututp sehingga
rapat. Kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam.
Diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah piknometer dan keringkan
dengan lap. Timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg (B).
e. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi ¾ bagian.
f. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dara 40 menit dan
timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C).
g. Isilah piknometer yang tersisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung udara keluar.
h. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di
dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat. Masukkan dan
diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30
menit. Angkat, keringkan dan timbanglah piknometer(D).
72
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
LABORATORIUM JALAN RAYA
Jalan Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124, Phone: (0561) 40186
Dikerjakan : KELOMPOK 5
No. Lamp. : AC-WC
Material : Aspal Pen 60/70
Pekerjaan : PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL
Tanggal : 31 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2018
Percobaan
No. Uraian Satuan
1 2
a Berat Picno gram 31.66 25.25
b Berat Picno + Air gram 55.66 46.94
c Suhu Air oC 26 26
d Berat Picno + Aspal gram 44.18 40.01
e Berat Picno + Aspal + Air gram 54.76 49.54
f Suhu Air oC 26 26
g Berat Jenis [(c-a)/( b-a )-(d-c) ] gram /cc 0.932936 1.213816
h Berat Jenis Rata - rata gram /cc 1.073
73
III.11.6. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan berat jenis Bitumen keras (aspal) diatas
didapat bahwa berat jenis aspal aspal yang digunakan adalah sebesar
1,073 dan memenuhi standar dari Bina Marga yaitu lebih dari 1,00.
b. Saran
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
74