Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada paradigma


baru, sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan kesehatan di
dunia.Hal yang mendasar dari paradigma sehat antara lain teradinya pergeseran dari
pelayanan medis (medical care) ke pemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap
upaya penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan
(promotif) dan pencegahan (peventif) dibanding pengobatan (curative); pergeseran dari
program terpilah-pilah (fragmented program) ke program terpadu (integrated program)
yaitu lebih berpijak pada menyehatkan keluarga dan masyarakat. Pendekatan yang harus
dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan keluarga dan
masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat
semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.

Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini
dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, khususnya untuk penduduk usia lanjut.

Peningkatan umur harapan hidup dari tahun ke tahun semakin jelas terlihat, dimana
pada tahun 2000 angka tersebut 70 tahun untuk wanita dan 65 untuk laki-laki dan pada
tahun 2020 diperkirakan umur harapan hidup mencapai 75 tahun untuk wanita dan 70
tahun untuk laki-laki.

Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta jiwa
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2005 akan mencapai 1,2
milyar. Di Indonesia pada tahun 2000 populasi usia lanjut mengalami peningkatan
mencapai 41,1 %. Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada usia 65 tahun akan
terjadi peningkatan lebih dari 4 % dan pada usia 55 tahun akan menjadi 50 %.
Dibawah ini disampaikan tabel demografi orang lanjut usia di Indonesia:

TAHUN 1980 1985 1990 1995 2000 2020

Total 148 165 183 202 222


Penduduk (55
tahun ke atas)

a. Total (juta) 11,4 13,3 16 19 22,2 29,12

b. Persentase 7,7 8 8,7 9,4 10 11,09

Harapan Hidup 55,30 58,19 61,12 64,05 65-70 70-75

Dari tabel tersebut terlihat bahwa usia harapan hidup penduduk indonesia terus
meningkat dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai usia 75 tahun. Meningkatnya
usia harapan hidup dipengaruhi oleh

a. Majunya pelayanan kesehatan

b. Menurunnya angka kematian bayi dan anak

c. Perbaikan gizi dan sanitasi

d. Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi

Dengan banyaknya jumlah usia lanjut berakibat kepada banyaknya permasalahan yang
terjadi pada usia lanjut, sehingga perlu berbagai upaya dari berbagai pihak untuk
membina agar tetap mandiri dan produktif dalam menjalani sisa hidupnya.

Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-


undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar
hukum / ketentuan perundangan yang dimaksud adalah :

1. Undang-undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan yang


menyebutkan bahwa setiap penduduk mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.

2. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19, yang menyebutkan
bahwa pemerintah melaksanakan penyelengaraan upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan usia lanjut agar tetap produktif.
3. Undang-undang No. 13 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut pasal 14 yang
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan usia lanjut melalui upaya
penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga.

4. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang antara lain
menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

6. Peratuaran Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan


kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi.

Beberapa hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia sudah
dituliskan melalui GBHN (1998-2003).

a. Pembangunan penduduk lansia diarahkan agar tetap dapat berperan dalam


pembangunan nasional sesuai dengan fungsi kearifan, pengalaman, keahlian,
kemampuan dan usia serta ditujukan untuk mewujudkan kelembagaan penduduk
lansia dalam kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas penduduk lansia.

b. Pelayanan terhadap penduduk lansia dapat diberikan sebagai penghargaan berupa


kemudahan pelayanan umum dan bantuan kesejahteraan sosial bagi mereka yang
kondisi fisik dan atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Permasyarakatan tentang pelembagaan penduduk lansia dalam kehidupan bangsa


perlu terus dikembangakan agar masyarakat menghargai dan menghormati penduduk
lansia dalam kehidupan sehari-hari, melalui pengembangan IPTEK tentang lansia.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mampu mengkaji biologis, psiko dan sosial dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia pada klien lanjut usia.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengembangkan hubungan teurapeutik dengan usila dalam setiap tahapan hubungan


dalam proses keperawatan

2. Perawat dapat mengakomodasi dan memberikan support atas kebutuhan usia lanjut
yang teridentifikasi bersama.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003). Hipertensi dikategorikan menjadi:
a. Hipertensi ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg
b. Hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg
c. Hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik sedikitnya 140 MMHg atau tekanan
diastolic sedikitnya 90 MMHg (SylviA, 2005).
2.2 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada hipertensi, diantaranya :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Pusing
d. Rasa berat ditengkuk
e. Sukar tidur
f. Mata berkunang kunang
g. Lemah dan lelah
h. Muka pucat
2.3 Etiologi
Penyebab dari hipertensi, diantaranya :
a. Umur
b. Keturunan
c. Obesitas
d. Merokok
e. Makanan tinggi garam
f. Makanan berlemak

2.4 Pathway
Faktor Penyebab (umur, obesitas, gaya hidup)

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi
Resistensi pembuluh darah pembuluh darah sistemik otak
otak meningkat

Peningkatan tekanan pembuluh vasokontriksi penurunan suplay O2 ke otak


darah otak

Nyeri peningkatan afterload penurunan kesadaran

Penurunan COP resiko injuri

Penurunan suplai O2 ke jaringan

Metabolisme menurun

Kelemahan

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, diataranya :
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
 Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
 Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat
konversi rennin angitensin.
2.7 Pengkajian
Keadaan Umum :
a Kesadaran : Composmentis
b TTV :
TD : > 140/90 mmHg
N : takikardi
Pemeriksaan Fisik
Kepala : klien mengeluh pusing
Mata : berkunang-kunang
Leher : nyeri atau berat pada tengkuk
Eksetmitas : kelemahan
3 Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : Faktor Penyebab Penurunan curah jantung


 Klien mengeluh
(umur, obesitas, gaya
pusing hidup)
 Klien mengeluh
nyeri dada Hipertensi
 Klien mengeluh
Kerusakan vaskuler
kelelahan
DO : pembuluh darah
 Klien tampak
Perubahan struktur
pucat
 Akral dingin Vasokontriksi
 Edema
Gangguan sirkulasi
pembuluh darah
sistemik

Vasokontriksi

Peningfkatan
afterload

Penrunan COP

DS : Faktor Penyebab Nyeri


 Klien mengeluh (umur, obesitas, gaya
pusing hidup)
DO :
 TD > 140/90 Hipertensi
mmHg
 Klien tampak Kerusakan vaskuler
meringis pembuluh darah

Perubahan struktur

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi
darah ke otak

Peningkatan
resistensi pembuluh
darah otak

Peningkatan tekanan
pembuluh darah otak

Nyeri

DS : Faktor Penyebab Resiko injuri


 Klien mengeluh (umur, obesitas, gaya
pusing hidup)
 Klien
mengatakan Hipertensi
sering mengalami
pingsan Kerusakan vaskuler
DO : pembuluh darah
 TD > 140/90
Perubahan struktur
mmHg
 Terjadi
Vasokontriksi
penurunan
kesadaran Gangguan sirkulasi
darah ke otak
Penurunan suplai O2
ke otak

Penurunan kesadaran

Resiko injuri

DS : Faktor Penyebab Ketidakefektifan perfusi


Klien mengeluh pusing (umur, obesitas, gaya jaringan otak
DO : hidup)
TD > 140/90 mmHg
Terjadi penurunan Hipertensi
kesadaran
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi
darah ke otak

Penurunan auplai O2
ke otak

Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

4 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a Penurunan curah jantug b.d peningkatan afterload
b Nyeri b.d peningkatan tekanan serebral
c Resiko injuri b.d penurunan kesadaran
d Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai O2 ke otak
5 Intervensi Keperawatan
a. Dx.1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X24 jam penurunan curah
jantung klien dapat teratasai, dengan kriteria hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Tidak ada tanda dan gejala penurunan curah jantung
Intervensi :
1. Observasi TTV
2. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi nafas
3. Amati warna kulit, kelembaban dan suhu
4. Catat adanya edema
5. Kolaborasi pemberian terapi obat
b. Dx.2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X24 jam nyeri klien dapat
teratasai, dengan kriteria hasil :
TTV dalam batas normal
Skala nyeri klien berkurang bahkan hilang
Klien tidak mengeluh nyeri lagi
Intervensi :
1. Observasi TTV
2. Kaji skala nyeri
3. Ajarkan tekhnik relaksasi
4. Anjurkan klien untuk istirahat
5. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi

c. Dx.3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X24 jam tidak terjadi resiko
injuri pada klien, dengan kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal
 Tidak terjadi penurunan kesadaran
Intervensi :
 Observasi TTV
 Anjurkan klien untuk istirahat
 Modifikasi lingkungan agar tidak memperparah resiko injuri

d. Dx.4
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X24 jam penurunan perfusi
jaringan otak klien dapat teratasai, dengan kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal
 Tidak terjadi penurunan kesadaran
 Klien tidak mengeluh pusing
Intervensi :
 Observasi TTV
 Pantau adanya kesemutan
 Anjurkan klien untuk istirahat
 Kolaborasi pemberian terapi obat

Anda mungkin juga menyukai