A. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2009).
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Smeltzer, 2009).
1. Jenis Fraktur
a. Berdasarkan sifat fraktur :
1) Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2) Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar
2) Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan
akibat dari trauma langsung
3) Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
4) Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
d. Istilah lain
1) Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
2) Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah).
3) Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor,
metastasis tulang).
4) Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya
(Smelter & Bare, 2009).
2. Etiologi
a. Menurut Oswari E (2009)
1) Kekerasan langsung
Terkena pada bagian langsung trauma.
3. Manifestasi Klinik
a. Nyeri
b. Deformitas (kelainan bentuk)
c. Krepitasi (suara berderik)
d. Bengkak
e. Peningkatan temperatur lokal
f. Pergerakan abnormal
g. Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
h. Kehilangan fungsi (Smelter & Bare, 2009).
b. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
3) Koreksi deformitas.
4) Mengurangi aktifitas
3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
1) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan
emergency.
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal atau penjepit melalui tulang atau jaringan metal.
6. Komplikasi
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang
tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali.
PATHWAY
FRAKTUR
Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang nyeri
Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang
Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
deformitas Kerusak putus vena/arteri peningk tek kapiler reaksi stres klien
an
integrita
perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin
s kulit
gg. fungsi protein plasma hilang
kehilangan volume cairan memobilisasi asam lemak
Gg.mobilita
edema bergab dg trombosit
s fisik
Shock
penekn pemb. Drh emboli
hipivolemik
penurunan perfusi jar
menyumbat pemb drh
gg.perfusi jar
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. aktivitas/istirahat
1) kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardi
4) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
5) Cailary refil melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) kelemahan
d. kenyamanan
1) nyeri tiba-tiba saat cidera
2) spasme/ kram otot
e. keamanan
1) laserasi kulit
2) perdarahan
3) perubahan warna
4) pembengkakan lokal
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil : - Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
1) Instruksikan klien atau bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstrimitas yang
sakit dan tak sakit
R/ : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium
karena tidak diguanakan.
2) Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika
bergerak
R/ : Berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstremitas, tangan/kaki,
dan mencegah komplikasi (contoh kontraktur/kaki jatuh).
3) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
R/ : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan.
4) Ubah posisi secara periodik
R/ : Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernafasan (contoh
dekubitus, atelektasis, pneumonia).
5) Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik bila mungkin, bila traksi
digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
R/ : Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
1) Kaji integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainase
R/ : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi, atau
pembentukan edema yang membutuhkan intervensi medik lanjut.
2) Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
R/ : Mengurangi takanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko
kerusakan kulit.
3) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
R/ : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi atau kerusakan
kulit.
4) Massage kulit sekitar akhir gips dengan alkohol
R/ : Mempunyai efek pengering, yang menguatkan kulit. Krim dan lotion tidak
dianjurkan karena terlalu banyak minyak dapat menutup perimeter gips, tidak
memungkinkan gips untuk “bernafas”. Bedak tidak dianjurkan karena
potensial akumulasi berlebihan di dalam gips.
5) Beri bantalan atau pelindung dari kulit domba, busa.
R/ : Mencegah tekanan berlebihan pada kulit meningkatkan evaporasi kelembaban
yang menurunkan risiko ekskoriasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, Lynda Juall. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica
Ester, Edisi 8. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi: CONSEP klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Sudart dan Burnner, (2012). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN FRAKTUR
DI SUSUN OLEH:
INTISYAH
16.0404.18