Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat-Nya,
makalah Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase ini terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengajar Hukum Dagang
Internasional yang telah mengajari kami.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengajar Mata Kuliah Hukum
Dagang Internasional dan untuk memenuhi kebutuhan penyusun sebagai mahasiswa serta
sebagai bahan diskusi. Selain itu, makalah ini ditunjukkan untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa/i Fakultas Hukum, khususnya mahasiwa/i jurusan Hukum Bisnis, terhadap
Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase.
Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca,
khususnya mahasiswa/i Hukum Bisnis.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga Allah SWT.
selalu melimpahkan ridho, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. 2
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 3
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 4
C. Tujuan…………………………………………………………… 4
A. Sengketa Bisnis……………………………………………………………. 5
B. Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis………………………………………….. 6
C. Penyelesaian Non Litigasi (ADR – Alternative Dispute Resolution)………. 7
1. Arbitrase……………………………………………………………. 8
2. Negosiasi…………………………………………………………… 12
3. Mediasi……………………………………………………………… 14
4. Konsiliasi……………………………………………………………. 16
KESIMPULAN………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak
mungkin dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis sengketa yang
terjadi selalu menutut pemecahan dan penyelsaian yang cepat. Semakin banyak dan luas
kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin tinggi. Ini berarti makin banyak
sengketa harus diselsaikan. Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan
mengakibatkan perkembangan pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia
bisnis mengalami kemandulan dan biaya produksi meningkat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang di angkat dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sengketa Bisnis
4
Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton “a commercial disputes is one
which arises during the course of the exchange or transaction process is central to market
economy”. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik.
Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap
satu objek permasalahan.
Menurut Winardi, sengketa adalah pertentangan atau konflik yang terjadi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan
yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu
dengan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis.
Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut :
1. Sengketa perniagaan
2. Sengketa perbankan
3. Sengketa Keuangan
5. Sengketa Perindustrian
7. Sengketa Konsumen
8. Sengketa Kontrak
9. Sengketa pekerjaan
5
10. Sengketa perburuhan
Pengadilan Umum
Pengadilan Niaga
2. Non Litigasi : merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak
menggunakan pendekatan hukum formal. Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme
:
6
Negosiasi : sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk
saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan untuk mendapatkan
solusi dari yang dipertentangkan.
Mediasi : Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang memainkan
peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga (mediator) berperan
sebagai pendamping dan penasihat.
Konsultasi
Penilaian Ahli
1. Arbitrase
Pengertian Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti “kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”. Asas arbitrase antara lain:
1. Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau
beberapa oramg arbiter.
7
2. Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan secara
musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara arbiter itu sendiri.
4. Asas final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan
mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi banding atau
kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa atau
perjanjian arbitrase.
Selain itu Pengertian arbitrase juga termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang Undang
Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa Nomor 30 tahun 1999: “Lembaga Arbitrase
adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang
mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.”
Dalam Pasal 5 Undang-undang No.30 tahun 1999 disebutkan bahwa: ”Sengketa yang
dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.”
Putusan Arbitrase bersifat mandiri, final dan mengikat (seperti putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap) sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan
memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut.
1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
pihak sebelum timbul sengketa (Factum de compromitendo); atau
2. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa
(Akta Kompromis).
Sejarah Arbitrase
Objek Arbitrase
9
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan,
keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2)
UU Arbitrase memberikan perumusan negatif bahwa sengketa-sengketa yang dianggap tidak
dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-
undangan tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III
bab kedelapan belas Pasal 1851 s/d 1854.
Jenis-jenis Arbitrase
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase melalui badan
permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja
dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada umumnya arbitrase
ad-hoc direntukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan penunjukan majelis arbitrase
serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase Ad-hoc
perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.
Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan
arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai
aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI), atau yang internasional seperti The Rules of Arbitration dari The
International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The Arbitration Rules dari The
International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di Washington. Badan-
badan tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri.
"Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan prosedur arbitrase
BANI,yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa,sebagai keputusan
dalam tingkat pertama dan terakhir".
10
Standar klausul arbitrase UNCITRAL (United Nation Comission ofInternational Trade Law)
adalah sebagai berikut:
"Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau sehubungan dengan
perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan
diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL.”
Menurut Priyatna Abdurrasyid, Ketua BANI, yang diperiksa pertama kali adalah
klausul arbitrase. Artinya ada atau tidaknya, sah atau tidaknya klausul arbitrase, akan
menentukan apakah suatu sengketa akan diselesaikan lewat jalur arbitrase. Priyatna
menjelaskan bahwa bisa saja klausul atau perjanjian arbitrase dibuat setelah sengketa timbul.
b) keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif dapat dihindari;
c) para pihak dapat memilih arbiter yang berpengalaman, memiliki latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan, serta jujur dan adil;
f) putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur
sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan.
2. Negosiasi
Pengertian Negosiasi
11
Negosiasi adalah proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (tak
mengubah) sikap dan perilaku orang lain. Negosiasi adalah proses untuk mencapai
kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan
sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan pihal lawan
dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua
pihak.
Ketrampilan Negosiasi
2. Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak yang
terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
3. Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti dan
tuntutan di luar perhitungan.
5. Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha menyesuaikan diri
dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.
12
Negosiasi dan Hiden Agenda
1. Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh gaya
kerjanya.
1. Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak memiliki
informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
2. Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
3. Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/ kedua
pihak, maka lobbying dapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga
negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.
Teknik Negoisasi
Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal dapat dibagi kedalam:
3. Mediasi
13
Pengertian Mediasi
• Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian majelis
hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.
• Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada mediator berikut
pihak-pihak yang berperkara tersebut.
• Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya perkara ini
diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak
yang berperkara.
• Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari ke 22
harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan penetapan.
Mediator
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator adalah :
1. Netral
14
Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau
memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi
berlangsung kepada para pihak.
Tugas Mediator
2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses
mediasi.
3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan terpisah
selama proses mediasi berlangsung.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan
mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak
Daftar Mediator
Demi kenyamanan para pihak dalam menempuh proses mediasi, mereka berhak untuk
memilih mediator yang akan membantu menyelesaikan sengketa.
3. Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan tidak ada hakim dan bukan hakim
yang bersertifikat, semua hakim pada pengadilanyang bersangkutan dapat
ditempatkan dalam daftar mediator.
Honorarium Mediator
2. Uang jasa mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan para pihak.
4. Konsiliasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sengketa adalah perilaku pertentangan antara kedua orang atua lembaga atau lebih
yang menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi
salah satu diantara keduanya.
16
Dari sudut pandang pembuat keputusan
1. Pengadilan Umum
2. Pengadilan Niaga
b) non Litigasi : merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak
menggunakan pendekatan hukum formal. Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme :
1. Arbitrase : merupakan cara penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum yang
didasrkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (pasal
1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999)
2. Negosiasi : sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling
menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan untuk mendapatkan solusi dari yang
dipertentangkan.
3. Mediasi : Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang memainkan
peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai
pendamping,pemangkin dan penasihat.
5. Konsultasi
6. Penilaian Ahli
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-
penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilan
https://mediasi.wordpress.com
http://www.bapmi.org/in/ref_articles7.php
http://sepengetahuan-ku.blogspot.co.id/2012/11/penyelesaian-sengketa-bisnis.html?m=1
http://ayylanny.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penyelesaian-sengketa-bisnis.html?m=1
18