Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP


PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA KELOMPOK RESIKO
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN
PONTIANAK KOTA

CORNELIA HEPPY MEI


NIM I1032131036

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
EFEKTIVITAS BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA KELOMPOK RESIKO HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN
PONTIANAK KOTA

Cornelia Heppy Mei*, Yuyun Tafwidhah**, Desy Wulandari**


*Mahasiswa Program Studi Ners Universitas Tanjungpura,
**Dosen Program Studi Ners Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam kehidupan


individu. Meningkatnya kejadian hipertensi dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat seperti berolahraga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam
mencegah faktor resiko hipertensi dapat dilakukan latihan brisk walking exercise.
Tujuan : Mengetahui Efektivitas Brisk Walking Exercise terhadap Perubahan Tekanan Darah
pada Kelompok Resiko Hipertensi.
Metode : Rancangan quasi eksperimen pendekatan pre test and post test with control group.
Jumlah sampel 36 responden menggunakan teknik Non Probability Sampling dengan metode
Purposive Sampling. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon pada tiap kelompok dan uji
Mann Whitney antara dua kelompok.
Hasil : Tekanan darah sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi, didapatkan nilai p =
0,038 pada sistolik dan p = 0,020 pada diastolik. Tekanan darah sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol, didapatkan nilai p = 0,083 pada sistolik, sedangkan nilai p = 0,362 pada
diastolik. Perbedaan tekanan darah sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol, sistolik
didapatkan nilai p = 0,678 dan diastolikp = 0,285.
Kesimpulan : Ada pengaruh brisk walking exercise terhadap perubahan tekanan darah pada
kelompok resiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota, dan tidak terdapat
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok intervensi dan kontrol.

Kata Kunci : Hipertensi, Brisk Walking Exercise.


Referensi : 63 ( 2006-2017)
THE EFFECTIVENESS OF BRISK WALKING EXERCISE ON THE CHANGES OF BLOOD
PRESSURE AMONG THE HYPERTENSION RISK GROUP IN THE WORKING AREA OF
THE COMMUNITY HEALTH CENTER IN
SUBDISTRICT OF MUNICIPAL PONTIANAK

Cornelia Heppy Mei*, Yuyun Tafwidhah**, Desy Wulandari**


*Nursing Student Tanjungpura University
**Nursing Lecture Tanjungpura University

ABSTRACT

Background: Hipertension causes complications that may threaten the life of an individual.
The increased occurrences of hipertension is affected by people’s awareness to live a healthy
life, such as doing exercise. Studies show that hipertension risk factors can be prevented with
brisk walking exercise.
Aim: To find out the Effectiveness of Brisk Walking Exercise on the Changes of Blood
Pressure among people with hypertension risks groups.
Method: Quasi experimental design of pre-test and post-test with control group. The number
of samples was 36 respondents using a Non Probability Sampling technique with Purposive
Sampling method. The data were analyzed using the Wilcoxon test for each group and the
Mann Whitney test between the two groups.
Results: the blood pressure before and after exercise in the intervention group was p = 0.038
on systolic pressure and p = 0.020 on diastolic. The blood pressure before and after exercise
in the control group was p = 0.083 on systolic pressure, and p= 0.362 on diastolic.
Differences in blood pressure after exercise in the intervention and control groups were p =
0.678 on systolic pressure and p = 0.285 on diastolic.
Conclusion: There is an effect of brisk walking exercise on the changes of blood pressure
among hypertension risk group in the Community Health Center in Subdistrict of Municipal
Pontianak, and there is no difference in systolic and diastolic blood pressure between the
intervention and the control group.

Keywords: Hypertension, Brisk Walking Exercise.


References:64(2006-2017)
PENDAHULUAN RI, 2016). Upaya tersebut tidak dapat
menunjukkan hasil yang signifikan tanpa
Hipertensi sering disebut sebagai “the kesadaran masyarakat untuk berperilaku
silent killer” dimana tanda dan gejalanya sehat, sebab hipertensi dan komplikasinya
dapat bervariasi dan hampir sama dengan dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan
gejala penyakit lainnya. mengendalikan faktor risiko.
Kejadian hipertensi di dunia menjadi American Heart Association (AHA)
salah satu penyakit utama yang mengenai merekomendasikan dalam menangani
hampir 50 juta jiwa di Amerika Serikat dan hipertensi ringan adalah melakukan kegitan
hampir 1 miliar orang diseluruh dunia latihan aerobik seperti berjalan cepat, berlari,
(Pinzon, 2010). Sekitar 31% dari orang jogging, bersepeda dan berenang. Latihan
dewasa di Amerika Serikat memiliki yang dilakukan dengan frekuensi 3-4 kali
hipertensi, dan prevalensi meningkat secara perminggu selama rata-rata 30 menit dengan
signifikan pada orang tua yang memiliki intensitas sedang sampai maksimal
faktor risiko kardiovaskuler lainnya (Hinkle bermanfaat untuk menjaga kebugaran (Bell,
dan Cheever 2014). Twiggs dan Olin, 2015).
Di Indonesia menurut data Riskesdas Brisk Walking Exercise merupakan
tahun 2013, prevalensi hipertensi sebesar latihan aerobik yang sangat mudah dilakukan
26,5 %. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi dengan berjalan dalam beberapa puluh menit
Kalimantan Barat pada tahun 2016 sebanyak sangat bermanfaat untuk mengendorkan
35726 kasus hipertensi dan sebanyak 20% ketegangan saraf, mengembalikan fungsi
menduduki peringkat ke-3 diantara 10 hormonal, dan menyelaraskan kembali
penyakit terbesar pada tahun 2015 hingga neotransmiter yang bertugas untuk mengatur
2016. Menurut data Dinas Kesehatan Kota tekanan darah (Lingga, 2012).
Pontianak tahun 2015 menyebutkan bahwa Hasil studi pendahuluan yang
penderita hipertensi di Kota Pontianak dilakukan pada tanggal 22 April 2017
sebanyak 3581 kasus dan meningkat pada terdapat 3 orang dari 12 responden yang
tahun 2016 sebanyak 3859 kasus. mengalami hipertensi dan 4 orang
Meningkatnya kejadian penyakit tidak mengalami pra-hipertensi dan satu orang
menular (hipertensi) menyebabkan tidak menderita hipertensi. Dari hasil
komplikasi yang dapat mengancam wawancara responden mengatakan jarang
kehidupan dan berdampak pada berolahraga, sebagian responden merokok
meningkatnya pembiayaan pelayanan dan kurang beraktivitas karena sebagian
kesehatan yang harus ditanggung oleh besar pekerja kantoran. Berdasarkan
masyarakat dan pemerintah, menurunnya fenomena tersebut peneliti tertarik untuk
produktivitas masyarakat serta menurunnya melakukan penelitian tentang efektivitas
daya saing negara yang akan mempengaruhi brisk walking exercise terhadap perubahan
kondisi sosial ekonomi masyarakat itu tekanan darah pada kelompok resiko
sendiri (Kemenkes RI, 2016). hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan data Riskesdas 2013, Kecamatan Pontianak Kota.
penduduk Indonesia yang melakukan
aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara METODE PENELITIAN
umum adalah 26,1%. Penduduk Kalimantan Penelitian ini menggunakan paradigma
Barat yang tergolong kurang aktif di atas 10 kuantitatif, dengan bentuk quasi
tahun adalah 32,2 % (Riskesdas, 2013). eksperimental design yang menggunakan
Aktivitas fisik bagi kehidupan setiap pendekatan pre test and post test with control
orang dewasa maupun pekerja dapat group (Dharma, 2011).
dilakukan secara teratur dan menjadi suatu Penelitian ini dilakukan selama 3 hari
kebiasaan akan meningkatkkan ketahanan berturut-turut. Pada kelompok intervensi
fisik, kesehatan dan kebugaran (Kemenkes tekanan darah diukur menggunakan

1
Sphygmomanometer raksa sebelum HASIL
diberikan intervensi dan kemudian diukur
Karakteristik Responden
kembali tekanan darah setelah intervensi
brisk walking exercise menggunakan Tabel 1. Karakteristik Responden
instrumen yang sama setelah responden di
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status
istirahatkan selama 30 menit. Sedangkan
pada kelompok kontrol tidak diberikan Merokok, KB Hormonal, Aktivitas
intervensi brisk walking exerrcise dan hanya Olahraga, dan Konsumsi Kopi
dilakukan pengukuran tekanan darah pre
Karakteristik Intervensi Kontrol Total
dan post. Responden f % f % f %
Populasi dalam penelitian ini adalah Usia
penderita yang beresiko mengalami 21-26 Tahun 0 0 3 16,7 3 8,3
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 27-32 Tahun 6 33,3 2 11,1 7 19,4
Kecamatan Pontianak Kota yang berjumlah 33-38 Tahun 4 22,2 4 22,2 8 22,2
187 orang. Sampel dalam penelitian ini 39-44 Tahun 4 22,2 6 33,3 10 27,8
45-50 Tahun 2 11,1 1 5,6 3 8,3
adalah 36 responden. Yang dibagi menjadi
51-56 Tahun 2 11,1 2 11,1 4 11,1
18 responden kelompok intervensi dan 18 57-62 Tahun 0 0 1 5,6 1 2,8
responden kelompok kontrol dengan teknik Total 18 100 18 100 36 100
pengambilan sampel menggunakan Jenis Kelamin
purposive sampling. Laki-laki 6 33,3 9 50,0 15 41,7
Kriteria inklusi antara lain responden Perempuan 12 66,7 9 50,0 21 58,3
dengan faktor resiko hipertensi, responden Total 18 100 18 100 36 100
Status Merokok
berusia 20-59 tahun. Kriteria ekslusi
Perokok
meliputi responden menderita hipertensi Bukan Perokok 5 27,8 6 33,3 11 30,6
grade I, II, dan III, terdapat kontraindikasi 13 72,2 12 66,7 25 69,4
seperti penyakit infeksi, tidak disarankan Total 18 100 18 100 36 100
dokter untuk melakukan olahraga brisk KB Hormonal
walking exercise dan responden yang Tidak 11 61,1 11 61,1 22 61,1
menjalani rawat inap. menggunakan
Menggunakan 7 38,9 7 38,9 14 38,9
Uji statistik yang digunakan yaitu uji
Total 18 100 18 100 18 100
shapiro wilk untuk menganalisis data
Aktivitas
berdistribusi normal atau tidak. Uji wilcoxon Olahraga
untuk menganalisis perubahan tekanan darah Teratur 1 5,6 0 0 1 2,8
sebelum dan sesudah intervensi pada Tidak teratur 17 94,4 18 100 35 97,2
masing-masing kelompok dan uji mann- Total 18 100 18 100 36 100
whitney dilakukan untuk mengetahui Konsumsi Kopi
perbedaan tekanan darah sistolik dan Ya 14 77,8 14 77,8 28 77,8
Tidak 4 22,2 4 22,2 8 22,2
diastolik antara kelompok intervensi dan 18 100 18 100 36 100
Total
kelompok kontrol sesudah intervensi.
Berdasarkan tabel 1, didapatkan
bahwa jumlah usia responden kelompok
intervensi dan kelompok kontrol terbanyak
adalah pada rentang 39-44 tahun sebanyak
10 responden (27,8%). Jumlah responden
terbanyak pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol adalah berjenis kelamin
perempuan sebanyak 21 responden (58,3%).
Jumlah responden pada kelompok
intervensi yang memiliki kebiasaan merokok
sebanyak 5 orang (27,8%) dan responden

2
pada kelompok kontrol yang memiliki Nilai tekanan darah responden
kebiasaan merokok sebanyak 6 orang sesudah intervensi pada kelompok intervensi
(33,3%) dan jumlah status merokok pada didapatkan bahwa nilai median tekanan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol darah sistolik adalah 122 mmHg dengan nilai
terbanyak pada responden yang tidak terendah 90 mmHg dan nilai tertinggi 140
memeiliki kebiasaan merokok adalah 25 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol
orang (69,4%) . Pada kelompok intervensi nila median tekanan darah sistolik adalah
dan kontrol yang menggunakan kontrasepsi 120,5 mmHg dengan nilai terendah 100
hormonal terbanyak yaitu pada responden mmHg dan nilai tertinggi 139 mmHg.
yang tidak menggunakan kontrasepsi Tekanan darah diastolik sebelum
sebanyak 11 orang (61,1%), dan yang intervensi pada kelompok intervensi
menggunakan kontrasepsi hormonal didapatkan nilai median 82,5 mmHg dengan
sebanyak 7 orang (38,9%). nilai terendah 76 mmHg dan nilai tertinggi
Pada kelompok intervensi dan 100 mmHg dan pada kelompok kontrol
kelompok kontrol jumlah aktivitas olahraga didapatkan nilai median adalah 83 mmHg
terbanyak adalah aktivitas olahraga tidak dengan nilai terendah 80 mmHg dan nilai
teratur sebanyak 35 orang (97,2%) dan yang tertinggi 91 mmHg. Nilai tekanan darah
memiliki aktivitas olahraga teratur sebanyak diastolik sesudah intervensi pada kelompok
1 orang (2,8%). Hasil analisis responden intervensi didapatkan nilai median 80 mmHg
mengkonsumsi kopi pada kelompok dengan nilai terendah 60 mmHg dan nilai
intervensi dan kelompok kontrol terbanyak tertinggi 95 mmHg. Nilai median tekanan
adalah yang memiliki kebiasaan darah diastolik pada kelompok kontrol
mengkonsumsi kopi sebanyak 28 orang adalah 81 mmHg dengan nilai terendah 63
(77,8%). Dan jumlah yang tidak memiliki mmHg dan nilai tertinggi 100 mmHg.
kebiasaan mengkonsumsi kopi sebanyak 8
orang (22,2%).
Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik Sebelum dan Sesudah Intervensi
Tabel 2. Karakteristik Tekanan Darah pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Sebelum dan Sesudah dilakukan Brisk Kontrol
Walking Exercise pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol Tabel 3. Perbedaan Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik Sebelum dan
Intervensi Kontrol
Kelompok
Tekanan
N Median (Min- Median (Min- Sesudah Intervensi pada Kelompok
Darah
Max) Max) Intervensi dan Kelompok Kontrol
Sistolik 18 123 (120-138) 120 (120-139)
Sebelum
Diastolik 18 82,5 (76-100) 83 (80-91) Sebelum Sesudah
Tekanan
Sistolik 18 122 (90-140) 120,5 (100-139) Kelompok N Median (Min- Median (Min- P
Sesudah Darah
Diastolik 18 80 (60-95) 81 (63-100) Max) Max)
Intervensi Sistolik 18 123 (120-138) 122 (90-140) 0,038
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat Diastolik 18 82,5 (76-100) 80 (60-95) 0,020
nilai tekanan darah responden sebelum Kontrol Sistolik 18 120 (120-139) 120,5 (100-139) 0.083
intervensi didapatkan bahwa nilai median Diastolik 18 83 (80-91) 81 (63-100) 0,362

tekanan darah sistolik adalah 123 mmHg Berdasarkan tabel 3, pada kelompok
dengan nilai terendah 120 mmHg dan nilai intervensi didapatkan bahwa nilai median
tertinggi 138 mmHg. Sedangkan pada tekanan darah sistolik sebelum adalah 123
kelompok kontrol nilai median tekanan darah mmHg dengan nilai minimum 120 mmHg
sistolik adalah 120 mmHg dengan nilai dan nilai maksimum 138 mmHg dan nilai
terendah 120 mmHg dan nilai tertinggi 139 median tekanan darah sisitolik sesudah
mmHg. adalah 122 mmHg dengan nilai minimum 90
mmHg dan nilai maksimum 140 mmHg.

3
Median tekanan darah diastolik sebelum darah sistolik pada kelompok intervensi dan
adalah 82,5 mmHg dengan nilai minimum 76 kelompok kontrol.
mmHg dan nilai maksimum 100 mmHg dan Tekanan darah diastolik pada
median tekanan darah diastolik sesudah kelompok intervensi dan kelompok kontrol
adalah 80 mmHg dengan nilai minimum 60 sesudah diberikan intervensi dengan nilai p
mmHg dan nilai maksimum 95 mmHg. value = 0,285, yang berarti tidak ada
Berdasarkan uji Wilcoxon yang perbedaan yang signifikan antara tekanan
digunakan nilai tekanan darah sistolik pada darah diastolik pada kelompok intervensi dan
kelompok intervensi didapatkan p value = kelompok kontrol.
0,038 berarti terdapat perubahan tekanan
darah pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah diberikan latihan Brisk Walking PEMBAHASAN
Exercise. Pada kelompok kontrol p value =
0,083, sehingga dapat disimpulkan sesudah Usia
intervensi pada kelompok kontrol tekanan Hasil penelitian yang dilakukan di
darah sistolik sebelum dan sesudah tidak wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
mengalami perubahan. Hasil uji Pontianak Kota diperoleh usia pada
statistik tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
kelompok intervensi didapatkan p value = terbanyak adalah pada rentang usia 39-44
0,020, sehingga dapat disimpulkan terdapat tahun sebanyak 10 responden (27,8%). Pada
perubahan tekanan darah diastolik sebelum orang dewasa tekanan darah tinggi mulai
dan sesudah diberikan latihan Brisk Walking berkembang di usia 18 tahun keatas, karena
Exercise. Pada kelompok kontrol didapatkan seiring bertambahnya usia tekanan darah
p value = 0,362, sehingga dapat disimpulkan akan cenderung meningkat, semakin tua
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah umur seseorang maka pengaturan
tidak mengalami perubahan. metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu.
Hal ini menyebabkan banyaknya zat
kapur yang beredar bersama aliran darah.
Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Akibatnya darah menjadi lebih padat dan
Diastolik Sesudah antara Kelompok tekanan darah meningkat. Endapan kalsium
Intervensi dan Kelompok Kontrol di dinding pembuluh darah menyebabkan
penyempitan pembuluh darah
Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah (arteriosklerosis). Aliran darah pun menjadi
Sistolik dan Diastolik Sesudah antara terganggu dan memacu peningkatan tekanan
Kelompok Intervensi dan Kelompok darah (Dina T et al, 2013).
Kontrol
Jenis Kelamin
Intervensi Kontrol
Tekanan
n Median (Min- Median (Min-
P Penelitian ini didapatkan responden
Darah value
Max) Max) terbanyak merupakan responden yang
Sistolik 18 122 (90-140) 120,5 (100-139) 0,678 berjenis kelamin perempuan dengan jumlah
Diastolik 18 80 (60-95) 81 (63-100) 0,285
responden sebanyak 12 orang (66,7%) pada
kelompok intervensi dan sebanyak 9 orang
Berdasarkan tabel 4, hasil uji mann (50,0%) pada kelompok kontrol. Pada
whitney didapatkan bahwa tekanan darah penelitian ini sebagian besar responden
sisitolik pada kelompok intervensi dan berjenis kelamin perempuan, hal ini
kelompok kontrol dengan nilai p value = disebabkan karena jumlah warga yang
0,678, yang dimana dapat diartikan tidak ada berada di wilayah kerja Puskesmas
perbedaan yang signifikan antara tekanan Kecamatan Pontianak Kota rata-rata ibu
rumah tangga yang dijumpai peneliti dalam

4
proses pengumpulan data dan bersedia terjadi (Unverdorben, 2009). Penelitian ini
menjadi responden dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Arifin (2016)
dibandingkan responden yang berjenis menyatakan bahwa jumlah lansia yang
kelamin laki-laki karena masih ada yang beresiko mengalami hipertensi lebih banyak
bekerja sehingga tidak dapat mengikuti yang bukan perokok sebanyak 88 responden
olahraga brisk walking exercise. (78,6%) dibandingkan dengan yang perokok
Pada umumnya laki-laki lebih banyak sebanyak 24 responden (21,4%).
menderita hipertensi dibandingkan
perempuan dengan rasio sekitar 2,29% untuk KB Hormonal
peningkatan tekanan darah sistolik. Laki-laki
Hasil penelitian yang dilakukan
mengalami tanda-tanda tekanan darah tinggi
peneliti di wilayah kerja Puskesmas
pada akhir usia 30 tahun. Kebanyakan laki-
Kecamatan Pontianak Kota didapatkan hasil
laki memiliki gaya hidup yang cenderung
bahwa pada kelompok intervensi dan
dapat meningkatkan tekanan darah tinggi
kelompok kontrol terbanyak yaitu pada
dibandingkan pada perempuan. Akan tetapi
responden yang tidak menggunakan
setelah memasuki usia menopause, kejadian
kontrasepsi hormonal. Hal ini dipengaruhi
tekanan darah tinggi pada perempuan
oleh jenis kelamin pada penelitian ini dimana
meningkat. Perempuan memiliki resiko lebih
terdapat responden yang berjenis kelamin
tinggi untuk menderita tekanan darah tinggi.
laki-laki sehingga mempengaruhi hasil
Produksi hormon estrogen menurun saat usia
penelitian.
menopause, dan kehilangan efek
Menurut Pangaribuan (2013) dalam
menguntungkannya sehingga tekanan darah
penelitiannya mengatakan penggunaan
cenderung meningkat (Herbert Benson,
kontrasepsi hormonal dapat mneyebabkan
2012). terjadinya peningkatan tekanan darah yang
Status Merokok berhubungan dengan hipertrofi jantung dan
peningkatan respon presor angiotensin II
Hasil yang didapat menunjukan dengan melibatkan jalur Renin Angiotensin
responden yang memiliki status merokok System. Peryataan ini sesuai dengan teori
sebagian besar bukan perokok sebanyak 25 yang disampaikan oleh Hartanto (2010)
responden (69,4%). Hal ini disebakan bahwa metode kontrasepsi hormonal dapat
banyaknya jumlah responden perempuan mempengaruhi tekanan darah baik estrogen
yang dimana perempuan lebih cenderung maupun progesteron. Estrogen merupakan
tidak merokok dibandingakan laki-laki. salah satu hormon yang dapat meningkatkan
Responden menyadari bahwa rokok retensi elektrolit dalam ginjal, sehingga
mengandung ribuan zat kimia berbahaya terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan
bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar, air yang menyebabkan hipervolemi dan
nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia curah jantung meningkat sehingga
yang masuk kedalam aliran darah dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
merusak pembuluh darah ateri dan Penelitian ini tidak sejalan dengan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan penelitian yang dilakukan oleh Milawati
tekanan darah tinggi. (2012) mengenai pengaruh penggunaan
Nikotin yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal terhadap peningkatan
rokok secara tidak langsung menyebabkan tekanan darah wanita akseptor Kb hormonal
proses aterogenesisi melalui pengaktifan di puskesmas kecamatan wonogiri kabupaten
sistem saraf simpatis sehingga terjadi wonogiri yang menunjukan hasil bahwa
pelepasan norepinefrin dan epinefrin. perhitungan ratio prevalensi KB suntik
Pelepasan ini menyebabkan vasokonstriksi, merupakan faktor resiko meningkatkan
aritmia jantung, dan peningkatan tekanan darah 4,82 kali daripada kontrasepsi
pembentukan plak-plak aterosklerotik, IUD, dan prevalensi KB oral beresiko
dengan demikian tekanan darah tinggi dapat

5
meningkatkan tekanan darah 3,91 kali menyebabkan peningkatan tekanan darah
daipada kontrasepsi IUD. tinggi. Pengaruh kopi terhadap terjadinya
tekanan darah tinggi saat ini masih sangat
Aktivitas Olahraga kontroversial. Kopi mempengaruhi tekanan
darah karena mengandung polifenol, kalium,
Hasil penelitian menunjukan aktivitas
dan kafein. Kafein memiliki efek yang
olahraga terbanyak adalah aktivitas olahraga
antagonis kompetitif terhadap reseptor
yang tidak teratur sebanyak 35 orang
adenosin. Adenosin merupakan
(97,2%). Orang yang tidak berolahraga
neuromodulator yang mempengaruhi
semakin meningkatkan resiko terjadinya
sejumlah fungsi pada susunan saraf pusat.
tekanan darah tinggi dibandingkan orang
Hal ini berdampak pada vasokonstriksi dan
yang melakukan olahraga teratur. Olahraga
meningkatkan total resistensi perifer, yang
yang teratur dapat memperlancar peredaran
akan menyebabkan tekanan darah.
darah sehingga dapat menurunkan tekanan
Kandunagan kafein pada secangkir kopi
darah. Orang yang kurang aktif berolahraga
sekitar 80-125 mg (Uiterwaal, 2007).
pada umumnya cenderung mengalami
Orang yang tidak mengkonsumsi
kegemukan dan meningkatkan asupan garam
kopi memiliki tekanan darah yang lebih
didalam tubuh.
rendah dibandingkan orang yang
Menurut Utami P (2009), jika berat
mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari. Dan pria
badan seseorang bertambah, maka volume
yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per
darah akan bertambah, sehingga beban
hari memiliki tekanan darah lebih tinggi
jantung untuk memompa darah juga
dibanding pria yang mengkonsumsi 1-3
bertambah. Semakin besar bebannya,
cangkir per hari (Uiterwaal, 2007).
semakin berat kerja jantung dalam
Penelitian ini sejalan dengan
memompa darah ke seluruh tubuh sehingga
penelitian yang dilakukan oleh Martiani
tekanan darah perifer dan curah jantung
(2012) mengenai faktor resiko hipertensi
dapat meningkat kemudian menimbulkan
ditinjau dari kebiasaan minum kopi
tekanan darah tinggi. Orang yang kurang
menunjukan responden yang memiliki
melakukan aktivitas fisik juga cenderung
kebiasaan minum kopi 1-2 cangkir perhari
mempunyai frekuensi denyut jantung yang
meningkatkan resiko tekanan darah tinggi
lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
4,12 kali lebih tinggi dibandingkan yang
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
tidak memiliki kebiasaan minum kopi.
Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan Efektivitas Brisk Walking Exercise
yang dibebankan pada arteri (Anggara dan Terhadap Perubahan Tekanan Darah.
Prayitno, 2013).
Penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian menunjukan bahwa
penelitian Wahyudin (2016) menunjukan terdapat perubahan tekanan darah sisitolik
bahwa pada responden yang mengalami dan diastolik pada kelompok intervensi
tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
pada responden yang tidak berolahraga olahraga Brisk Walking Exercise, sedangkan
sebanyak 25 orang (54,3%). pada kelompok kontrol tidak terjadi
perubahan tekanan darah sistolik dan
Konsumsi Kopi diastolik sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi. Aktivitas fisik Brisk Walking
Hasil penelitian didapatkan
Exercise merupakan olahraga yang baik
responden terbanyak pada yang
dalam memelihara kesehatan kardiovaskuler
mengkonsumsi kopi. Hal ini disebabkan
dan sangat baik untuk penderita hipertensi.
karena mengkonsumsi kopi sudah menjadi
Latihan ini dapat memperbaiki performa
kebiasaan yang lumrah dan kurangnya
jantung dan pembuluh darah. Olahraga yang
informasi terkait kandungan kopi yang dapat
melibatkan banyak asupan oksigen ini

6
merupakan tujuan utama saat berlatih. Olahraga secara teratur sangat
Olahraga jalan cepat juga bermanfaat untuk diperlukan, karena dapat mengurangi
mengatasi gula darah, kolesterol, trigliserida, kekakuan pembuluh darah, meningkatkan
obesitas dan mengatasi stres. daya tahan jantung dan paru-paru sehingga
Jalan kaki merupakan latihan aerobik dapat menurunkan tekanan darah (Widyanto
yang sangat mudah dilakukan oleh siapa dan Triwibowo, 2013). Olahraga yang
saja, kapan saja dan dimana saja tanpa dianggap teratur apabila dilakukan secara
menggunakan alat ataupun pelatih. Jalan kaki berkala dalam satu minggu minimal 3 kali
yang terkesan sederhana ini merupakan (Afriwardi, 2009). Sistem kardiovaskuler
olahraga yang dapat menurunkan tekanan merupakan sistem yang sangat cepat
darah. Kekuatan otot-otot kaki ketika terpengaruh oleh peningkatan kontraksi otot
berjalan akan menambah pasokan oksigen ke selama melakukan olahraga. Respons
jantung dan otak. Selama latihan otot yang jantung akibat adanya peningkatan
aktif bergerak secara teratur, darah yang kebutuhan otot terhadap suplai darah selama
mengalir diantara jaringan otot akan semakin kontraksi yaitu peningkatan curah jantung
lancar. Dan darah tersebut akan membawa melalui frekuensi denyut yang meningkat
oksigen dan glukosa yang dibutuhkan dan penguatan kontraksi otot jantung
sebagai zat pembakar dalam mengatur (Afriwardi, 2009).
kontraksi otot. Selama berjalan dalam Mekanisme penurunan tekanan darah
beberapa puluh menit sangat bermanfaat juga diakibatkan oleh aktivitas memompa
untuk mengendorkan ketegangan saraf, jantung yang berkurang. Otot jantung
mengembalikan fungsi hormonal, dan individu yang berolahraga secara rutin lebih
menyelaraskan kembali neotransmiter yang kuat dibandingkan dengan individu yang
bertugas untuk mengatur tekanan darah jarang berolahraga. Pada individu yang rutin
(Lingga, 2012). berolahraga jantungnya berkontraksi lebih
Dari hasil penelitian ini, diketahui sedikit untuk memompakan darah dengan
bahwa pada responden pre-hipertensi dengan volum yang sama. Karena olahraga dapat
resiko mengalami hipertensi melakukan menyebabkan penurunan denyut jantung
olahraga jalan cepat (brisk walking exercise) maka olahraga secara kontinyu akan
secara teratur selama minimal 3 kali dalam menurunkan cardiac output, yang
seminggu dengan durasi minimal 30 menit mengakibatkan penurunan tekanan darah.
setiap latihan memiliki tekanan darah yang Peningkatan efisiensi kerja jantung dapat
terkontrol dibandingkan yang tidak dilihat pada penurunan tekanan darah
mengikuti jalan cepat. sisitolik, sedangkan penurunan tahanan
Penelitian ini sejalan dengan perifer dapat dilihat pada penurunan tekanan
penelitian Shon (2008) menyatakan bahwa darah diastolik (Price, 2006).
terdapat hubungan berolahraga terutama Hasil uji Mann Whitney menunjukan
jalan kaki dengan tekanan darah pada bahwa antara kelompok intervensi dan
hipertensi, terdapat penurunan tekanan darah kelompok kontrol tidak terdapat
sisitolik sebesar 9,0% dan diastolik 7,42% perbandingan yang signifikan. Hal ini
setelah dilakukan intervensi berjalan kaki mungkin disebabkan karena pada saat
selama 30 menit setiap harinya. Penelitian responden diistirahatkan selama 30 menit
Sukarmin (2013), menunjukan adanya setelah intervensi ada beberapa responden
penurunan tekanan darah setelah brisk yang masih melakukan aktivitas sehari-hari
walking exercise dengan rerata penurunan sehingga mempengaruhi hasil pengukuran
tekanan darah sistolik 5,048 mmHg dan tekanan darah posttest. Hasil penelitian ini
diastolik mengalami penurunan 4,429 mmHg diperoleh rata-rata penurunan tekanan darah
pada kelompok intervensi. sistolik dan diastolik pada kelompok
intervensi lebih besar dibandingkan dengan

7
rata-rata penurunan tekanan darah sistolik darah diastolik pretest-posttest menunjukkan
dan diastolik pada kelompok kontrol. bahwa terdapat pengaruh Brisk Walking
Exercise terhadap Perubahan Tekanan Darah
pada Kelompok Resiko Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pontianak Kota.
Perawat sebagai care giver dapat Hasil uji Mann Whitney diperoleh
memberikan pelayanan keperawatan dan angka significancy 0,678 pada tekanan darah
intervensi mandiri secara langsung kepada sistolik posttest dan 2,85 pada tekanan darah
klien sesuai dengan penelitian yang telah diastolik posttest . karena p > 0,05 maka
dilakukan. Brisk Walking Exercise tidak terdapat perbedaan bermakna antara
merupakan terapi komplementer yang dapat tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah
diberikan pada kelompok resiko hipertensi diberikan brisk walking exercise pada
dan penderita hipertensi yang efektif untuk kelompok resiko hipertensi di wilayah kerja
mencegah terjadinya peningkatan tekanan Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.
darah tinggi. Perawat sebagai educator dapat
membantu klien meningkatkan kesehatannya
dengan pemberian pengetahuan terkait SARAN
tindakan dengan keperawatan yang diterima.
1. Bagi responden dan masyarakat umum
hasil penelitian ini dapat diedukasi pada
masyarakat untuk mencegah terjadinya
KESIMPULAN
komplikasi kardiovaskuler dan untuk
Karakteristik Usia pada kelompok membantu penurunan tekanan darah pada
intervensi dan kelompok kontrol terbanyak penderita tekanan darah tinggi agar selalu
adalah pada rentang 39-44 tahun sebanyak melakukan kebiasaan berolahraga Brisk
10 responden (27,8%). Jenis kelamin Walking Exercise (jalan cepat) sebagai
terbanyak adalah perempuan sebanyak 21 terapi yang murah, mudah dan aman
responden (58,3%). Status merokok pada untuk dilakukan.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol 2. Bagi pelayanan kesehatan hasil penelitian
terbanyak pada responden yang tidak ini dapat digunakan sebagai masukan tim
memiliki kebiasaan merokok adalah 25 fasilitas kesehatan pertama untuk
orang (69,4%). Pada kelompok intervensi penyelenggaraan (PROLANIS) Program
dan kontrol yang menggunakan kontrasepsi Layanan Penyakit Kronis mengenai
hormonal terbanyak yaitu pada responden penerapan brisk walking exercise
yang tidak menggunakan kontrasepsi terhadap penurunan tekanan darah.
sebanyak 11 orang (61,1%). Aktivitas 3. Bagi peneliti selanjutnya dalam
olahraga terbanyak adalah aktivitas olahraga penelitian ini jumlah karakteristik jenis
tidak teratur sebanyak 35 orang (97,2%). kelamin antara kelompok intervensi dan
Responden mengkonsumsi kopi pada kelompok kontrol tidak merata. Sehingga
kelompok intervensi dan kelompok kontrol peneliti selanjutnya dapat memperbaiki
terbanyak adalah yang memiliki kebiasaan dan memperhatikan jumlah karakteristik
mengkonsumsi kopi sebanyak 28 orang jenis kelamin serta lebih memperhatikan
(77,8%). Dan jumlah yang tidak memiliki prosedur yang diberikan. Peneliti
kebiasaan mengkonsumsi kopi sebanyak 8 selanjutnya juga dapat membandingkan
orang (22,2%). antara teknik brisk walking exercise
Hasil uji Wilxocon diperoleh nilai dengan olahraga aerobik lainnya.
significancy 0,007 (p < 0,05) pada tekanan
darah sistolik pretest-posttest dan nilai
significancy 0,02 (p < 0,05) pada tekanan

8
DAFTAR PUSTAKA Pontianak: Dinas Kesehatan Kota
Pontianak.
Afriwardi. 2009. Ilmu Kedokteran Olahraga.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Hartanto. (2010). Keluarga Berencana dan
EGC Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Anggara, FHD., dan Prayitno, N. 2013. Herbert, B. (2012). Menurunkan Tekanan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Darah. Jakarta : Gramedia.
Dengan Tekanan Darah Di
Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Hinkle, L., Janice, Cheever, H. K. (2014).
Barat Tahun 2012 . Program Studi Brunner & Suddarth’s Textbook
S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Of Medical-Surgical Nursing Ed ke-
MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal 13 volume 1. China: Lippincot
Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25. Williams & Wilkins.

Arifin., Weta, W. I., Ratnawati. (2016). Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Obat. Jakarta: PT Agro Media
Dengan kejadian Hipertensi Pustaka.
Pada Kelompok Lanjut Usia D
Wilayah kerja UPT Puskesmas Martiani, A. (2012). Faktor Resiko
Petang Badung Tahun 2016. E-Jurnal Hipertensi Ditinjau dari Kebiasaan
Medika, Vol. 5 No.7. Minum Kopi. Naskah Publikasi.
Milawati, A. (2012). Pengaruh Penggunaan
Bell, K. Twiggs, J., Olin, R. B. (2015). Kontrasepsi Hormonal erhadap
Hypertension: The Silent Killer: peningkatan Tekanan Darah Wanita
Update JNC-8 Guideline Akseptor KB Hormonal. Universitas
Recommendations. Alabama Muhamadiyah Surkarta.
Pharmacy Association:
Continuing Education. 334.271.4222. Pangaribuan, L dan Lolong, B. D. (2013).
Di unduh 12 April 2017, dari Hubungan Penggunaan Kontrasepsi
https : // c.ymcdn. com / sites/ aparx. Pil
site-ym. Com /resource / resmgr/ Dengan Kejadian Hipertensi Pada
CEs/CE_Hypertension_The_Silent_ Wanita Usia 15-49 Tahun Di
K.pdf. Indonesia Tahun 2013 (Analisis Data
Riskesdas 2013). Media Litbangkes,
Dharma, K. K. (2011). Metode Penelitian Vol. 25 No. 2, Juni 2015.
Keperawatan Panduan Pinzon, R., Asanti, L. (2010). Awas Stroke!
Melaksanakan dan Pengertian, Gejala, Tindakan,
Menerapkan Hasil Penelitian. Perawatan, dan Pencegahan.
Jakarta: Trans Info Media. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Dina T. E, Pelter A. M, Deamer, Burchette. Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006).
2013. A Large Cohort Study Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Evaluating Risk Factors Assosiated Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC
With Uncontrolled Hypertension, The
Journal of Clinical Hypertension, Shon, J. Augustine, Hasnain, M., Sinacore,
Vol. 16. M. J. (2008). Impact Of
Exercise (Walking) On Blood
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. (2015). Pressure Levels In African American
Pontianak: Dinas Kesehatan Kota Adults With Newly Diagnosed
Pontianak. Hypertension. Ethnicity & Disease.
Vol 17.
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. (2016).

9
Sukarmin. (2013). Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi
Melalui Brisk Walking
Excercise. Jurnal Keperawatan
Indonesia. Vol 16 (1), p 33- 39.
Wahyuddin dan Andajani. (2016). Tidak
Berolahraga, Obeitas dan Merokok
Pemicu Hipertensi Pada Laki-Laki
Usia 40 Tahun Ke Atas. Jurnal
Wiyata, Vol. 3 No. 2.
Widyanto, F.C dan Triwibowo, C. 2013.
Trend Disease, Trend Penyakit Saat
Ini. Jakarta: Trans Info Media.

10

Anda mungkin juga menyukai