Anda di halaman 1dari 16

1.

Viscosity controlled (Ct), adalah suatu kehilangan fluida yang dipengaruhi


oleh viskositas. Penentuan besarnya harga Ct (ft/menit1/2) didapat dengan
persamaan :

k φ ΔP
Ct = 0.0469 ……………………………….……........(5-6)
μ1

dimana :

k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak off, md

φ = porositas batuan, fraksi

μ1 = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi formasi, cp

ΔP = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan tekanan

di pori-pori batuan, psia

2. Compressibility controlled (CH), adalah suatu kehilangan fluida yang


dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga CH (ft/menit1/2)
dapat dilakukan dengan persamaan :

k  Ct
CH = 0.0374 ΔP ……………………......………….....…(5-7)

dimana :

Ct = kompresibilitas total formasi, psi-1

μ = viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada kondisi

reservoir, cp

3. Wall building mechanism (CHt), yang terbentuk dari residu polimer di dinding
formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting untuk membatasi
fluida yang hilang ke formasi. Harga CHt dihitung berdasarkan percobaan di
laboratorium, dimana harga CHt merupakan kemiringan pada daerah linier.

Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya koefisien leak-off total adalah
sebagai berikut :

2 C t C H C Ht
…….....……..….(5-8)
  
Ctot = 1/2
C t C Ht  C Ht 2 C t  4C H C t  C Ht
2 2 2 2

5.4.3. Fluida Perekah dan Additive

Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan menjadi


tiga jenis yaitu :

1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)

2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)

3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar asam)

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :

1. Stabil
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat

Pada operasi perekahan hidrolik proses pemompaannya adalah sebagai


berikut :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya
minyak, air, dan atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer
agent, fluid loss additive dan surfactant atau KCl untuk mencegah damage,
dan ini dipompakan didepan untuk membantu memulai membuat rekahan.
Viscositas yang rendah dapat masuk ke matrix lebih mudah dan mendinginkan
formasi untuk mencegah degradasi gel..

2. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang
dapat dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi
mengurangi leak- off (kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad
diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi terjadi 100 % leak-off
sebelum rekahan terjadi dan proppant ditempatkan.

3. Slurry dengan proppant, yaitu proppant dicampur dengan fluida kental,


proppant ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan
penambahan proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada alirannya
(tergantung pada karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling agent).

4. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi,
viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan friksi yang rendah.

Dalam operasi perekahan hidrolik suatu fluida perekah harus menghasilkan


friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi untuk dapat menahan
proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah operasi dengan mudah. Dalam hal
ini additive atau zat tambahan diperlukan untuk mengkondisikan fluida perekah
sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang perlu ditambahkan dalam fluida
dasar adalah sebagai berikut :

1. Thickener , berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida dasar.


Contohnya adalah guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG
(Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC (Hydroxyethylcellulose) dan
Xantan gum.
2. Crosslinker , (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan
untuk meningkatkan viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih
sehingga proppant yang dibawa tidak mengalami settling (pengendapan) serta
memperkecil leak-off fluida ke formasi. Biasanya organometalic atau
transition metal compounds yang biasanya borate, titan dan zircon.
3. Buffer , (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer dalam
bentuk powder ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah dengan
baik, pH harus berkisar 9, yang didapat dari pencampuran dengan basa seperti
NaOH, NH4OH, asam asetat dan asam sulfamic (HSO3NH3).
4. Bactericides/biocides , (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer
merusak ikatan polimer dan mengurangi viskositasnya, sehingga perlu
ditambahkan anti bakteri seperti glutaraldehyde, chlorophenate
squaternaryamines dan isothiazoline. Zat ini perlu ditambah ditanki sebelum
air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah
polimer. Bactericides tidak dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.
5. Gelling agent , (pencampur gel) untuk menghindari mengumpulnya gel,
seringkali gel dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau isopropanol.
Penggunaan zat ini bisa diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitive.
6. Fluid Loss additive , fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen,
biasanya sudah cukup dengan filter cake yang terbentuk di dinding
formasi.Material yang umum dipakai antara lain : pasir 100-mesh, silica fluor
(325-mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100 mesh untuk yang lebih besar >50 micron),
Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 %
(diemulsikan), Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers , untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi aliran
minyak kembali mudah dilakukan. Breakers harus bekerja cepat,
konsentrasinya harus cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.
Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut :

1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 – 1000 cp pada


temperature normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan
endapan yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya
perekahan, sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.

5.5. Material Pengganjal (Proppant)

Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang


terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan.

5.5.1. Jenis Proppant

Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah
pasir alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik
(Ceramic Proppant).

1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi
baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”, “Ottawa Sand”,
atau jenis lainnya misalnya “Jordan Sand”.Golongan yang baik berasal dari
Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap
dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy Sand”,
atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan
pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih murah.

2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)

Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan
butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi.
Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Pre-cured Resins

Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.

b. Curable Resins

Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam


efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)

Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebai berikut :

a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)

Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.

b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)

Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka
proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar
tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi,
biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H2S).

c. Resin Coated Ceramic

Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak.
Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure
sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450 oF.

5.5.2. Konduktivitas Rekahan

Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan


antara lain :

1. Kekuatan proppant, apabila rekahan telah terbentuk, maka tekanan formasi


akan cenderung untuk menutup kembali rekahan tersebut yang dinotasikan
sebagai closure stress (stress yang diteruskan formasi kepada proppant pada
waktu rekahan menutup). Sehingga proppant harus dapat menahan closure
stress tersebut.
2. Ukuran proppant, dimana semakin besar ukuran proppant, biasanya
memberikan permeabilitas yang semakin baik.
3. Kualitas proppant, dimana prosentase kandungan impurities yang besar dapat
memberikan pengaruh pada proppant pack.
4. Bentuk butiran proppant, Semakin bulat dan halus permukaannya, semakin
tahan tekanan.
5. Konsentrasi (densitas proppant), yang akan berpengaruh dalam transportasi
proppant dan penempatannya dalam rekahan, dimana proppant dengan
densitas yang tinggi akan membutuhkan fluida berviskositas tinggi untuk
mentransport ke dalam rekahan.

5.6. Model Geometri Rekahan


Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi enersi.

Secara umum model geometri perekahan adalah:

1. Model perekahan dua dimensi (2-D)

Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D)

2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)

Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D

3. Model 3 dimensi (3-D)

Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D


Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.

Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :

1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).

5.6.1. PAN American Model


Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian dipecahkan
secara matematis oleh Carter. Untuk menurunkan persamaannya maka dibuat
beberapa asumsi :
a. Rekahannya tetap lebarnya
b. Aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus paa muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada mana titik permukaan tsb mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada
waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi,
dan dianggap konstan.

Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang


rekah satu sayap :
qi W  2 2   t  4C t 
A(t)  e

   1 ........................ (5-9)
4C 2  
  W  W 

atau

qi W  x2 
A(t)  e x   2x
 1 . ............................................... (5-10)
4C 2   

dimana:

x  2C  .t w

A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t

q = laju injeksi, cuft/menit

W = lebar rekahan, ft

t = waktu injeksi, menit

C = total leak off coeffisient, ft/menit1/2

5.6.2. PKN dan KGD


PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam analisa
setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau dalam) rekahan
jauh lebih besar dari tinggi rekahan (xfhf).

Apabila sebaliknya, dimana tinggi rekahan jauh lebih besar dari


kedalamannya (xfhf) maka metode KGD-lah yang harus dipilih. Sebenarnya
ada bentuk lain yang disebut radial atau “berbentuk mata uang logam”(penny
shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai.

Dalam Persamaan harga E sering diganti dengan G, yaitu Modulus Shear


Elastis (G) yang hubungannya dengan Modulus Young (E), adalah :

E
G ………………................................................................(5-11)
21  v 
Tabel. 1. menunjukkan persamaan-persamaan yang dibuat berdasarkan
metode PKN dan KGD.

Tabel. 1.

Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,

Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan

Dianggap Laju Injeksi Konstan

Model
L(t) W(0,t) (0,t) - H
Geometri

1/ 5
 Gq 3 
C1  o
 t4/5 1/ 5
 (1  v)h f 4   (1  v) q 2   C3  Gq 3 L 
1/ 4

Model PKN C2  o
 t 4/5  o 
 Gh f  Hf  (1  v) 3 

1/ 4 1/ 4
1/ 4  (1  v) q 3  C 4  Gq o h f 3 
Model KGD  G qo3  2 / 3 C5  o
 t1/ 3  
C4  3
t  Gh f 3  2H f  (1  v) 3 L2 
 (1  v)h f 

5.7. Peralatan Perekahan Hidrolik (hydraulic fracturing)

Pada pekerjaan Perekahan Hidrolik, peralatan-peralatan yang digunakan


antara lain:
 Tempat penampungan fluida
Untuk menampung fluida dasar dipakai tanki 50, 150, atau 500 barrel
yang diangkut dengan truk atau hanya berupa kolam /diletakkan di atas
platform.
 Peralatan penampung material pengganjal (proppant)
Alat ini berupa bak-bak yang menggunakan sistim gravitasi/ hidrolik
untuk memindahkan proppant ke tempat pencampuran.
 Peralatan pencampur
Peralatan pencampur dipakai untuk menyampur fluida dasar, proppant,
dan berbagai additivenya.
 Peralatan pompa bertekanan tinggi
Pompa yang digunakan berprinsip pada triplex pump. Pompa ini dipasang
pada sebuah truk atau platform.
 Peralatan pengontrol utama
Pengontrol ini berupa indikator-indikator pressure, densitas fluida,
kecepatan alir fluida, dan peralatan kontrol lainnya.
 Peralatan pipa-pipa di permukaan dan manifold
 Peralatan untuk operasi coiled-tubing fracturing (CTF) menggunakan
beberapa jenis straddle packer. Peralatan packer dibawah permukaan
(BHPA) didesain khusus untuk operasi CTF.

5.8. Perencanaan Perekahan Hidrolik

Perencanaan perekahan (datafrac) dilakukan untuk memperoleh


parameter-parameter perekahan setempat secara tepat. Data yang diukur antara
lain tekanan menutup rekahan (clossure pressure), pengukuran leak-off dan
efisiensi fluida. Prosedur pada datafrac ini meliputi antara lain : formation
breakdown, data perekahan yang pernah dilakukan pada formasi tersebut, step rate
test (test laju bertingkat), shut-in decline test (test penutupan), back flow test (test
aliran balik), minifrac (rekahan mini), leak-off test (test kebocoran fluida).

5.9. Operasi Perekahan Hidrolik

Dalam operasi perekahan hidrolik, analisis tekanan perekahan yang


duhasilkan dari pump schedule memegang peranan amat penting. Analisis tekanan
lebih mudah di interpretasikan bila alirannya konstan, tanpa ada pengembangan
rekahan yang dipercepat, formasi homogen, tanpa ada proppant bridging, atau ada
rekahan alamiahnya, terbukanya perforasi yang tadinya yang tadinya ada sebagian
yang menutup atau bercabangnya rekahan dan seterusnya.

Tekanan akan bertambah sejalan dengan injeksi dan dulanjutkan dengan


penghentian pemompaan (ISIP = Insstantenous Shut In Pressure) dimana dimulai
fase penurunan sampai rekahan mulai menutup bersamaan dengan fluid loss
sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid loss masih berlanjut dengan
pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju fluid loss dan menuju ke
tekanan reservoirnya. Baik kenaikan tekanan pada waktu injeksi maupun grafik
penurunan selama penutupan rekahan dan penurunan tekanan akan dapat dianalisa
secara kuantitatif maupun kualitatif. Kenaikan tekanan sesaat pada waktu rekahan
mulai pecah tidak terlihat karena waktunya sangat sigkat. Harga closure pressure
adalah sedikit dibawah titik defleksi (fracture close on proppant) karena proppant
masih mengalami pemampatan sampai berhenti dan harga ini sedikit lebih besar
dari tekanan tersebut.

5.10. Desain Hydraulic Fracturing dan Pemodelan Reservoir

5.10.1. Desain Hydraulic Fracturing

Pada desain awal dalam melakukan hydraulic fracturing harus ditentukan terlebih
dahulu apakah kegiatan hydraulic fracturing ini bertujuan untuk memperbaiki
permeabilitas yang ada atau membuat pathways (jalur fluida) dengan kata lain
permeaabilitas yang baru. Dua tujuan ini akan menentukan model dimensi
perekahan yaitu PKN dan KGD yang karakteristiknya telah dibahas pada sub bab
sebelumnya. Selanjutnya adalah dari parameter geometri yang mencakup tinggi,
lebar, dan arah horizontal (lenght) dari rekahan yang diinginkan. Parameter
geometri rekahan ini akan sangat bergantung pada batasan yaitu berapa
kedalaman top dan bottom pay zone yang akan di stimulasi menggunakan
hydraulic fracturing, karena tujuan dari hydraulic fracturing adalah meningkatkan
produktivitas dari suatu sumur. Sehinnga tidak serta merta pehitungan parameter
gemetri rekahan mengabaikan kedalaman pay zone atau zona produktif yang
menghasilkan fluida hidrokarbon. Setelah itu dapat dilakukan sensitivtas terhadap
parameter jenis fluida perekah yang digunakan, rate of injection , dan jenis
proppant yang digunakan. Dari sesnsitivitas yang dilakukan akan menghasilkan
kombinasi dari ketiga parameter tersebut yang akan menghasilkan produktivitas
yang optimum. Proses desain hydraulic fracturing juga dapat dilakukan dalam
reverse order atau time sequence yang terbalik, ketika suatu perusahaan ingin
mendapatkan produktivitas tertentu. Namun semua ini tergantung availbility atau
ketersediaan dari jenis parameter yang akan dilakukan sensitivitas yang dimiliki
oleh suatu perusahaan, khususnya PT. EMP Indonesia..

5.10.2. Pemodelan Reservoir

Pada judul yang akan dibahas, secara khusus akan membahas mengenai
reservoir yang memilik peremeabilitas yang kecil (Tight Reservoir) , secara
definisi dari canadian society for unconventional resources. Tight oil reservoir
adalah reservoir yang memiliki permeabilitas yang sangat rendah, sehingga
minyak yang terkandung pada reservoir jenis ini tidak akan mengalir pada laju
produksi yang ekonomis tanpa bantuan dari teknologi produksi. Dalam hal ini
dapat digunakan metode hydraulic fracturing. Pada gambar 1 terlihat skema
perekahan hidrolik pada reservoir low permeability di sumur horizontal.

Gambar 1.

Skema Hydraulic Fracturing pada Reservoir Low Permeability


Kaitannya dengan pengunaan model yang digunakan apakah model dua dimensi
(2D) atau tiga dimesi (3D), dapat pula dibandingkan kedua jenis model geometri
perekahan dalam bentuk grafik dengan sumbu axis nya adalah waktu injeksi. Pada
gambar 2 terlihat bahwa fracture growth untuk kedua model tidak menunjukkan
perbedaan sama sekali atau dapat dikatakan identik.

Gambar 2.

Grafik Fracture Growth vs Injection Time

Gambar 3.

Grafik Fracture Height vs Injection Time


Gambar 4.

Grafik Fracture Half-lenght vs Injection Time

Tolong aja nah ku sogok donat daripada gak dibayar terima kasih aja enggak hahahaha
wkwkwkwk hehehe kaya tai eh bingung eh mau ngomong apa

Anda mungkin juga menyukai