Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMAKOLOGI

RANGKUMAN HIPERLIPIDEMIA

Nama : Jajang Wiguna


NPM : 11161089
2fa2

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


2018
Hiperlipidemia
Penyakit hiperlipidemia (disebut juga hiperlipoproteinemia atau dislipidemia) merupakan
kelainan metabolisme lipid yakni terjadinya peningkatan fraksi lipid dan lipoprotein dalam
plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, triasilgliserol (TG), serta penurunan kolesterol HDL.
Berdasarkan penyebabnya, hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu : hiperlipidemia primer,
terjadi akibat kelainan genetik. Biasanya kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan
laboratorium secara kebetulan. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang
agak berat tampak adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit);
hiperlipidemia sekunder terjadi akibat peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan oleh
suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar &
penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversibel (berulang). Beberapa obat-obatan
yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak, seperti β-bloker, diuretik,
kontrasepsi oral (estrogen, gestagen).
1. Hiperlipidemia primer.
Hiperlipidemia primer dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
a) Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL (dan kolesterol total).
Gangguan pada metabolisme lemak ini merupakan gangguan yang paling umum dan
kurang lebih 5% dari kasus adalah familial (keturunan), tetapi dalam 95% dari kasus
tidak diketahui penyebabnya.
b) Hipertrigliseridemia, pada mana kadar trigliserida meningkat. Kilomikron yang
terbentuk dari lemak pangan dinding usus terdiri untuk kurang lebih 85% dari
trigliserida dan hanya kurang lebih 4% dari kolesterol. Dalam kapiler jaringan-otot
dan –lemak, trigliserida dirombak dibawah pengaruh lipoproteinlipase menjadi
produk yang masih banyak trigliserida dan kolesterol. Produk ini lazimnya diolah
lebih lanjut oleh hati. Tetapi bila karena sesuatu sebab pengolahan tidak sempurna,
maka sisanya setelah makan masih bersirkulasi dalam darah untuk jangka waktu lama.
Demikian terjadinya hipertrigliseridemia (Tjay & Raharja, 2007).

2. Hiperlipidemia sekunder.
Hiperlipidemia sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu penyakit tertentu,
seperti infeksi, stres, atau kurang gerak (olahraga). Berbagai macam obat juga bias
meningkatkan kadar lemak darah. Perempuan yang telah masuk masa menopause
(berhenti haid) jika diberi terapi estrogen mengalami risiko kenaikan kadar kolesterol
darahnya (Wiryowidagdo & Sitanggang, 2002).

A. KLASIFIKASI

 Definisi Hiperlipidemia Tipe 1


Hiperlipidemia tipe 1 atau hiperlipoproteinemia tipe 1 (hiperkolesterolemia murni)
merupakan hiperlipidemia yang disebabkan oleh asupan lipid eksogen yang berlebihan
ditandai dengan peningkatan kilomikron yang melebihi batas normal. Hiperlipidemia tipe ini
dapat diatasi dengan diet rendah lipid, tidak memerlukan terapi farmakologi.
 Fisiologis Hiperlipidemia Tipe 1
Pada keadaan normal, lipid yang dikonsumsi dalam tubuh adalah kolesterol dan trigliserid.
Pada kasus hiperlipidemia terjadi kelainan metabolisme lipid yang terjadi akibat kelainan
produksi lipoprotein.
Enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas menghidrolisis lemak di mana lemak
tersebut akan diserap oleh sel mukosa usus halus dan disekresikan ke dalam saluran limfe
mesenterikus dalam bentuk kilomikron. Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase
(LPL),kandungan trigliserida dan kilomikron dipecah menjadi kilomikron remnan (sisa),
asam lemak, gliserol dan kolesterol. Kilomikron remnan akan terikat dengan hepatosit dan
mengalami degradasi oleh enzim lisosom.
 Patofisiologis Hiperlipidemia Tipe 1
Pada keadaan normal, gen LPL (Lipoprotein Lipase) akan memacu produksi enzim
lipoprotein lipase dan membutuhkan bantuan apo C-II sebagai kofaktornya. Enzim
lipoprotein lipase ini akan memecah lipoprotein dalam bentuk kilomikron yang membawa
molekul lemak dari usus ke dalam darah. Ketika lipoprotein dipecah, lipoprotein akan
melepaskan asam lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa dan digunakan untuk energi
dalam otot serta gliserol yang digunakan oleh hati untuk sintesis lemak lainnya.
Pada penderita hiperlipidemia tipe 1 terjadi defisiensi enzim lipoprotein lipase dan apo C-II
yang disebabkan karena adanya mutasi pada gen LPL. Akibatnya, lipoprotein tidak akan
terurai secara efisien dan menyebabkan akumulasi drastis kilomikron dalam plasma,
walaupun dalam keadaan puasa. Pada dasarnya, penderita hiperlipidemia tipe 1 mengalami
kegagalan memecah kilomikron menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga kadar kilomikron
(triasilgliserida) meningkat drastis.
 Pengobatan dan Terapi Hiperlipidemia Tipe 1
Pengobatan yang umum dilakukan untuk penderita hiperlipoproteinemia tipe 1 adalah diet
rendah lemak (low-fat diet) yaitu dengan menghindari lemak baik lemak jenuh maupun
lemak tak jenuh.Perawatan hiperlipoproteinemia tipe 1 ditujukan langsung untuk mengurangi
kilomikron dari lemak makanan dengan juga pengurangan plasma trigliserida. Total asupan
harian lemak sebaiknya tidak lebih dari 10-25 g/hari, atau sekitar 15% dari total kalori.
Pengobatan juga dilakukan dengan cara mengubah gaya hidupseperti mengonsumsi makanan
rendah lemak, meningkatkan intensitas olahraga, menurunkan stress, dan tidak mengonsumsi
alkohol.
Pada penderita hiperlipidemia tipe 1, terapi yang diberikan antara lain dengan mengonsumsi
obat-obatan. Contohnya adalah obat statin (obat yang menurunkan kadar kolesterol atau
triasilgliserol). Obat statin bekerja dengan caramenghalangi enzim yang dibutuhkan untuk
membentuk kolesterol dalam hati. Selain itu obat yang sering digunakan adalah asam omega-
3 atau fibrate tablets, di mana konsumsi obat digunakan jika hanya kadar triasilgliserol saja
yang tinggi.

 Hiperlipidemia II
Penyakit hyperlipidemia 2A sama seperti penyakit hiperlipidemia pada umumnya, yaitu
merupakan penyakit yang disebabkan karena kadar kolesterol tinggi di dalam darah.
Hiperlipidemia biasa disebut dengan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah salah
satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam
darah lebih dari 240 mg/dl. (perkeni 2004). Penyakit ini sangat berhubungan erat dengan
kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) di dalam darah. Peningkatan LDL dengan
kadar VLDL normal karena penghambatan degradasi LDL sehingga terdapat peningkatan
kolesterol serum, tetapi triasilgliserol normal.
Faktor genetik dan faktor sekunder adalah pembagian bagi etiologi hiperkolesterolemia.
Penyebab penyakit ini antara lain berasal dari faktor genetik. Berdasarkan faktor genetiknya,
hiperkolesterolemia dibagi menjadi :
 Hiperkolesterolemia familial
Penyakit yang diturunkan segara genetis. berupa mutasi pada kromosom nomor 19 atau
region ligan apo B-100 yang merupakan reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik.
Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke
dalam plasma hal ini menyebabkan penumpukan lemak di darah.
 Hiperkolesterolemia poligenik
Merupakan hiperkolesterolemia yang paling ditemukan namun tidak disertai xantoma (
penumpukan lemak pada jaringan ). Sesuai dengan namanya, penyakit hiperkolesterolemia
poligenik merupakan interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor
lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik.
Faktor sekunder membawahi pola hidup serta penyakit lain sehingga hiperkolesterolemia
dapat terjadi. Gaya hidup yang sering mengonsumsi makanan berlemak, kegemukan serta
kurangnya olah raga ternyata diduga dapat menyebabkan penyakit hiperkolesterolemia,
sedangkan diabetes mellitus adalah penyakit yang dianggap memperparah
hiperkolesterolemia.
Diagnosis penyakit ini, dapat berupa pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah antropometri,
frekuensi denyut nadi, tekanan darah, auskultasi irama jantung, serta EKG. Pemeriksaan
laboratorium darah yaitu kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Trigliserida dan kolesterol
HDL dalam plasma.
Pengobatan dan terapi farmakologi dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
hiperkolesterolemia, antara lain secara farmakologi adalah dengan meminum obat
kolestiramin, kolestipol, lovastatin atau mevastatin. Sedangkan secara non farmakologi atau
tIdak menggunakan obat ada cara cara mencegah penyakit ini seperti menurunkan berat
badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah
lemak dan kolesterol dalam makanannya, dan menambah porsi olah raga.
Hiperlipidemia tipe IIB adalah suatu kondisi dimana kadar lipid dalam darah melebihi kadar
normal. Hiperlipidemia tipe IIB seringkali disebut juga sebagai Familial Combined
Hypercholesterolemia, yaitu merupakan suatu penyakit genetik yang dapat mempercepat
terjadinya aterosklerosis, serta kematian dini yang sering terjadi akibat serangan jantung.
Hiperlipidemia IIB ini ditandai dengan tingginya kadar kolesterol dan trigliserida akibat
peningkatan LDL dan VLDL. Tingginya LDL dan VLDL dapat menimbulkan endapan lemak
dan menyebabkan adanya pertumbuhan xantoma di lapisan kulit. Peningkatan LDL dan
VLDL ini dapat terjadi karena adanya mutasi pada reseptor apolipoprotein B-100 dimana
apolipoprotein B-100 ini merupakan komponen utama dari LDL dan VLDL.
Pada penyakit hiperlipidemia IIB, terjadi penurunan reseptor LDL dan peningkatan
apolipoprotein B, sehingga tingkat VLDL dan LDL tinggi karena kelebihan produksi
substrat, dan disertai peningkatan sintesis apolipoprotein B-100. Tingginya kadar LDL,
kolesterol, dan trigliserida dapat pula disebabkan karena disregulasi dari 3-hidroksi-3-
metilglutaril A reduktase (HMG-CoA reductase) yang merupakan enzim pengendali dalam
biosintesis kolesterol.
Parameter klinis dari penyakit hiperlipidemia IIB ini yaitu kadar LDL dan VLDL yang tinggi,
trigliserida dengan kadar 250-750 mg/dL dan kolesterol dengan kadar 250-500 mg/dL. Gejala
dari penyakit hiperlipidemia IIB ini tidak muncul secara signifikan, hanya saja kondisi pasien
menunjukkan adanya penyumbatan arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung, struk,
dan lain lain. Hiperlipidemia IIB tidak menular, hanya perlu dilakukan screening kolesterol
secara rutin untuk memantau kadar kolesterol dalam tubuh. Dalam mendiagnosis penyakit ini
dapat dilihat dari riwayat keluarga yang hasil testnya menunjukkan kadar kolesterol dan
triasilgliserolnya tinggi. Selain itu, dapat juga dilakukan pemantauan lewat screening kadar
kolesterol.
Hiperlipidemia IIB dapat disebabkan oleh hipotiroidism, penyakit obstruktif hati, sindrim
Nefrotik, anorexia nervosa, porphyria akut, serta penyalahgunaan alkohol. Pencegahan
terhadap penyakit hiperlipidemia IIB ini dapat dilakukan dengan cara monitoring serta
memberikan konseling kepada pasien. Apabila sudah terkena penyakit hiperlipidemia IIB ini,
pasien diharuskan menurunkan berat badan dengan cara menyusun diet rendah kalori, rendah
lemak, serta berolahraga. Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara menghindari
rokok dan obesitas.
Penyakit hiperlipidemia tipe IIB ini dapat disembuhkan dengan terapi, baik terapi non
farmakologis maupun terapi farmakologis. Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan
yaitu menurunkan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah lemak dalam makanan,
rutin berolahraga, mengkonsumsi obat penurun kadar lemak, serta menambahkan bekatul
gandum pada makanan yang dapat membantu mengikat lemak di usus.

 HIPERLIPIDEMIA TIPE III


Salah satu penyakit hiperlipidemia yang masih jarang terjadi adalah hiperlipidemia tipe
III. Hiperlipidemia tipe III merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan gangguan
kemampuan tubuh dalam memecah lemak tertentu, seperti lemak kaya trigliserida, yang
mengakibatkan penumpukan lipoprotein sisa dalam darah dan berisiko pada perkembangan
aterosklerosis dini. Hiperlipidemia tipe III ini disebabkan karena adanya kecacatan akibat
terjadinya mutasi pada gen Apolipoprotein E (Apo E) yang berperan penting dalam
metabolisme normal lipoprotein kaya trigliserida. Adanya kesalahan pada Apo E ini dapat
mengakibatkan akumulasi partikel kaya trigliserida dalam plasma.
Penyakit ini diawali dengan terjadinya mutasi pada genotip Apo E-3 menjadi Apo E-
2. Mutasi ini menyebabkan Apo memiliki defek dan tidak dapat berikatan dengan reseptor
lipoprotein. Pada keadaan metabolisme yang normal, VLDL remnans atau IDL yang
mengandung trigliserida, kolestrol, Apo B, dan Apo E akan masuk ke hati melalui reseptor
LDL (reseptor Apo B-100/Apo-E). Akan tetapi, Apo E yang telah mengalami mutasi tidak
dapat berikatan dengan reseptor lipoprotein ini sehingga IDL (VLDL remnant) tidak dapat
masuk ke hati. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penumpukan kilomikron dan VLDL
remnant dalam darah, sehingga berisiko terkena stroke, aterosklerosis, dan penyakit lainnya.
Penyakit hiperlipidemia III ini menunjukkan beberapa gejala, seperti nyeri perut,
xanthoma (penimbunan lemak tertentu di bawah permukaan kulit), dan aterosklerosis yang
berkembang pada usia dini, yang ditandai dengan terjadinya nyeri dada awal (angina) atau
penurunan aliran darah ke bagian tertentu dari tubuh. Pada penderita pria, pertumbuhan
lemak di bawah kulit akan tampak pada masa dewasa awal, sedangkan pada penderita wanita,
pertumbuhan lemak ini akan terlihat 10-15 tahun kemudian. Namun, jika penderitanya
mengalami obesitas, baik pada pria maupun wanita, pertumbuhan lemak akan muncul lebih
awal.
Pada pemeriksaan, penyakit hiperlipidemia tipe III ditandai dengan meningkatnya
kadar kolestrol, serta triasilgliserol yang berkisar antara 250-750 mg/dl dalam plasma. Selain
itu, hiperlipidemia tipe III juga ditandai dengan meningkatnya kadar VLDL dan IDL yang
melebihi batas normal, sedangkan nilai LDL normal. Penderita juga seringkali mengalami
diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.
 Hiperlipidemia Tipe IV
Disebut juga hipertrigliseridemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar
trigliserida dalam darah yang lebih tinggi dari normal. Kadar Trigliserida yang diperlukan
oleh tubuh di bawah 150 mg/dL (1,7 mmol/L). Sedangkan kadar di atas 200 mg/dL (2,3
mmol/L) mengindikasikan adanya hipertrigliseridemia
Etiologi
Hipertrigliseridemia dapat disebabkan oleh berikut:
a. Hipertrigliseridemia primer
Disebabkan oleh hasil dari berbagai cacat genetik yang menyebabkan metabolisme
trigliserida tidak teratur.
b. Hipergliseridemia sekunder
Disebabkan oleh diet tinggi lemak, obesitas, diabetes, hipotiroidisme, dan obat-obatan
tertentu.
 Gejala
Gejala umum hiperlipidemia :
› Tanpa gejala, ini biasanya terjadi pada saat-saat awal terjadinya hiperlipidemia
› Nyeri abdomen berat
› Pankreatitis
› Xanthomas eruptif
› Polineuropati perifer
› Hipertensi
 Patofisiologi
Kadar VLDL meningkat, sedangkan kadar LDL normal atau berkurang,
mengakibatkan kolesterol normal atau meningkat dan peningkatan kadar gliserol yang
berbeda. Peningkatan kadar triasilgliserol yang terkandung di dalam VLDL dan kemungkinan
akan berkembang menjadi aterosklerosis. Kondisi berhubungan dengan abnormalitas
toleransi glukosa (resisten insulin) dan obesitas.
 Diagnosis
Hiperlipidemia Tipe IV ditandai oleh peningkatan VLDL dan kadar trigliserida hampir selalu
kurang dari 1000 mg / dL. Kadar kolesterol serum normal. Tipe IV Penyakit ini ditandai
dengan keruhnya serum dan tingkat kolesterol normal atau hanya sedikit lebih tinggi dari
kadar normal. Hyperlipoproteinemia dapat bersifat primer, yang dihasilkan dari karakteristik
diwariskan, atau sekunder, yang disebabkan oleh diabetes yang kurang terkontrol,
alkoholisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronis, dan dysgammaglobulinemia.
Disebut juga dengan Familial Hyperlipemia. Cacat metabolik utama berasal dari familial
hypertriglyceridemia (FHTG) yang meningkatkan sintesis trigliserida di hati disertai dengan
akumulasi trigliserida kaya VLDL dalam plasma, akibat dari kejenuhan proses katabolik.

 Hiperlipidemia Tipe V
 Pengertian
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak mampu
memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana mestinya.
 Penyebab
Terkadang dipengaruhi oleh faktor keluarga, terkait dengan ketidaksempurnaan pembersihan
trigliserida eksogen maupun endogen yang tidak sempurna dapat dan ancaman resiko
pankreatitis seumur hidup.
Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :
a. Penyalahgunaan alkohol
b. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
c. Gagal ginjal
d. Obesitas

 Gejala
· Diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.
· Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit, pembesaran
hati dan limpa serta nyeri perut.
· Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan asam urat.
· Banyak penderita yang mengalami kelebihan berat badan.

 Patofisiologi
- Kadar VLDL dan kilomikron serum meningkat. LDL normal atau berkurang.Ini
menyebabkan kadar kolesterol meningkat dan triasilgliserol sangat meningkat.
- Penyebabnya adalah peningkatan produksi atau penurunan bersihan VLDLdan
kilomikron. Biasanya suatu kelainan genetic.Paling sering terjadi pada orang
dewasa yang gemuk dan/atau diabetic.
HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER
I. PENGERTIAN HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER
Hiperlipidemia sekunder adalah kondisi abnormal yang disebabkan oleh faktor tertentu
seperti obat –obatan dan penyakit.
II. HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER AKIBAT GOLONGAN OBAT
Hiperlipidemia sekunder ini dapat disebabkan karena penggunaan obat golongan tertentu.
1. Golongan diuretik ( obat antihipertensi)
golongan diuretik thiazid dan loop diuretik dapat menyebabkan hiperlipidemia dengan cara
meningkatkan VLDL (Very Low Density Lipid) dan LDL (Low Density Lipid).
2. Golongan Kortikostetorid
pengaruh pemberian glukokortikoid pada kadar lemak sudah terbukti dengan melakukan
penelitian pada pasien asma, rematoid artritis dan gangguan jaringan ikat. Hasil penelitian
tersebut didapatkan bahwa pengobatan dengan prednisolon ternyata dapat meningkatkan
kadar LDL dalam tubuh
3. ß-blocker
ß-blocker mempengaruhi metabolisme yang dampaknya dapat menaikan kadar trigliserida
dan menurunkan HDL tetapi tidak mempengaruhi LDL.
4. Obat Pil KB (Kontrasepsi Oral), esterogen dan progesteron bersifat
mineralkortikoid dan glukokortikoid yang menyebabkan hipertensi dan diabetes mellitus.
Efek kedua hormon tersebut bersifat berlawanan. Esterogen sedikit menaikkan VLDL dan
HDL, serta menurunkan LDL terutama pada wanita menopause. Sebaliknya progesteron
menaikkan LDL dan menurunka VLDL dan HDL.
5. Siklosporin
siklosporin adalah suatu obat penekan imunitas terutama digunakkan untuk menekan
penolakan transplantasi organ, Obat golongan ini dapat meningkatkan LDL.
6. Golongan obat yang dapat menginduksi enzim makrosomal hati, contoh obat
golongan ini yakni karbamazepin, fenitoin, fenobarbital, rifamfisin. Obat obatan tersebut
dapat meningkatkan kadar HDL, tetapi dapat juga meningkatkan kadar VLDL dan LDL
walaupun jumlahnya tidak sebanyak peningkatan pada HDL.

 Patofisiologi
Hiperlipidemia sekunder memiliki patofisiologi seperti berikut:
·Peningkatan LDL-C dan pengurangan HDL-C
Peningkatan LDL-C dan pengurangan HDL-C ini merupakan tahap awal terjadinya
hiperlipidemia sekunder. Pada tahap ini, terjadi kemungkinan lain selain terkena
hiperlipidemia sekunder secara langsung yaitu kemungkinan terjadinya penyakit jantung
koroner, yang tetap akan berujung pada keadaan hiperlipidemia sekunder pula. Akan
tetapi, pengembangan penyakit jantung koroner tetaplah bahaya dan juga harus
diwaspadai.
· Disfungsi endotelial
Hipotesa respon terhadap cedera menyatakan bahwa faktor risiko seperti LDL teroksidasi,
cedera mekanik kepada endothelium, hoomosistein berlebih, atau perubahan endotelial
yang terinfeksi akan mengakibatkan tubuh menuju keadaan disfungsi endotelial dan akan
mengarah pula kepada aterosklerosis (yang terbentuk oleh kumpulan interaksi seluler di
endotelium yang tidak berfungsi).
· Lesi aterosklerosis
Lesi aterosklerosis ini disebabkan oleh transpor plasma LDL-C melalui lapisan sel
endotelial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ketika berada di dinding arteri, LDL
diubah secara kimia melalui oksidasi dan glikasi non-enzimatik. LDL yang sedikit ini
teroksidasi dan menarik monosit ke dinding arteri, lalu selanjutnya monosit ini berubah
menjadi makrofag menimbulkan oksidasi pada LDL.
· Respon Inflamasi
Peristiwa oksidasi pada LDL yang sedikit tadi menimbulkan respon inflamasi yang
dimediasi oleh chemoattractant dan sitoleukin. Tahap ini merupakan kontrol genetik dari
hiperlipidemia (namun cenderung lebih spesifik pada hiperlipidemia primer).

 Gejala
Tidak ada gejala khusus dan spesifik (terutama gejala fisik dan psikis) yang dapat
menandakan bahwa seseorang terkena hiperlipidemia sekunder. Namun, apabila
seseorang telah memiliki kadar trigliserida dalam level yang tinggi jumlahnya, lemaknya
akan terdeposit di kulit dan membentuk benjolan yang disebut dengan xanthoma. Selain
itu, apabila seseorang telah memiliki kadar trigliserida dalam level yang sangat tinggi
jumlahnya akan menyebabkan pembesaran limpa atau hati, sehingga seseorang tersebut
akan merasakan sensasi panas terbakar pada kaki dan tangannya, kesulitan bernapas, dan
merasa kebingungan.
 Diagnosis
Hiperlipidemia sekunder ini dapat diidentifikasi melalui pemerikasaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium tersebut yaitu dengan melakukan tes darah yang meliputi:
Tes HDL
Tes HDL ini menunjukkan banyak atau sedikit kadar HDL dalam darah, karena HDL
berperan dalam tubuh untuk membawa kolesterol dalam darah menuju hati untuk diproses
lebih lanjut guna menghindari terjadinya penumpukan kolesterol pada saluran darah.
Semakin banyak kadar HDL dalam darah, maka kemungkinan seseorang terkena
hiperlipidemia sekunder akan kecil. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki kadar HDL
sedikit di dalam darah, maka perlu diwaspadai bahwa seseorang tersebut dapat terkena
risiko penyakit jantung yang juga merupakan penyebab hiperlipidemia sekunder.
Tes LDL
Tes LDL ini menunjukkan banyak atau sedikit kadar LDL dalam darah. Semakin banyak
kadar LDL dalam darah, maka kemungkinan seseorang terkena hiperlipidemia sekunder
akan besar karena banyaknya LDL akan menimbulkan penumpukan pada saluran
pembuluh darah dan dapat membahayakan tubuh. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki
kadar LDL sedikit di dalam darah, maka seseorang tersebut akan mendapat kemungkinan
sangat kecil terkena hiperlipidemia sekunder.
Tes total kolesterol
Tes total kolesterol menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan
trigliserida dalam tubuh kita (dalam darah). Kemungkinan terjadinya hiperlipidemia
sekunder pada tes total kolesterol
 Pengobatan dan Pencegahan
Hiperlipidemia sekunder dapat diatasi atau dicegah dengan melakukan beberapa cara,
yaitu:
· Diet lemak jenuh dan kolesterol
Diet lemak jenuh dan kolesterol dapat menurunkan kadar LDL yang berlebih dalam
tubuh. Beberapa ahli merekomendasikan untuk membatasi lemak dalam makanan agar
makanan tersebut tidak mengandung lebih dari 25-30 % dari jumlah kalori total. Hal
tersebut dapat direalisasikan dengan cara mengurangi pengonsumsian daging merah,
kelapa, kuning telur, produk susu, dan beberapa kacang-kacang. Selain itu, kita juga dapat
menggantikannya dengan makanan yang memiliki lemak jenuh yang rendah, contohnya
seperti margarine, serta dapat mengonsumsi buah-buahan, ikan, dan ayam (tanpa kulit).
· Pengonsumsian obat
Hiperlipidemia sekunder dapat diobati dengan obat-obatan yang bersifat lipid-lowering
drugs, seperti niacin, statin, derivat asam fibrat, pengikat asam empedu, penghambat
absorpsi kolesterol, dan suplemen dari lemak omega-3 (akan dijelaskan dalam gambar
tabel). Setiap obat yang telah disebutkan sebelumnya memiliki mekanisme kerja yang
berbeda. Obat-obat ini dapat bekerja lebih banyak daripada tingkat lipid rendah itu
sendiri. Sehingga, obat-obat ini dapat mengobati hiperlipidemia sekunder.

Anda mungkin juga menyukai