Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) disisi
yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau
marah. Hal ini kan mempengaruhi perilaku seseorang berdasarkan keadaan emosi
secara mendalam tersebut terkadang perillaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus (Wati, 2010). Perilaku kekerasan
merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan dengan melakukan
ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon tersebut
biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat menimbulkan kerugian
baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari
kerugian yang di timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan
perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional (Keliat,
Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain atau secara fisik maupun psikologis (
Berkowitz dalam Hernawati 1993.
Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga
kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di Indonesia,
prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa. Hasil survei kesehatan
mental rumah tangga (SKMRT) menunjukkan, sebanyak 185 orang dari 1.000
penduduk dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa. Gangguan mental
emosional yang terjadi pada usia 15 tahun ke atas dialami 140 per 1.000 penduduk
dan di tataran usia 5-14 tahun 104 per 1.000 penduduk. Penelitian terakhir
menunjukkan, 37% warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa, mulai dari
tingkat rendah sampai tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang rekam
medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo (2010), mununjukkan
bahwa 68% pasien rawat inap dari tahun 2005 sampai 2009 adalah pasien yang
punya riwayat pernah masuk ke rumah sakit jiwa sebelumnya (pasien lama). Hal
ini menunjukkan bahwa fenomena tingkat kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
diwilayah kota Semarang sangat tinggi jika dibandingkan dengan jumlah pasien
baru yang belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Hasil pengamatan
dan pencarian data oleh penulis dalam tiga minggu di bulan November sampai

1
Desember tahun 2011, jumlah pasien yang di rawat diruang X (Kresna) RSJD dr.
Amino Gondhohutomo Semarang mencapai 23 orang laki-laki. Dari jumlah
tersebut didapatkan pasien yang mengalami Perilaku Kekerasan berjumlah 11
pasien dengan prosentase 2,53 %.
Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian kompleks
yang bukan hanya mencakup aspaek perilaku (behavior) tapi merupakan suatu
problema kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh siapapun. Fenomena social yang
terjadi beberapa tahun belakangan ini seperti krisis berkepanjangan, adakan
penduduk yang tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak sehingga
penduduk melakukan migrasi (urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan
pendapatan layak secara ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK,
antara lapangan pekerjaan yang sedikit .
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa yang
salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk menulis
makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan, guna
membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di hadapi
melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?
2. Apa penyebab dari perilaku kekerasan?
3. Bagaimana tanda dan gejala perilaku kekerasan?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan?

1.3.Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu mengetahui konsep teori dan memberikanAsuhan Keperawatan dan
Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku kekerasan.
b. Mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan.
c. Mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan.
d. Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan meliputi pengkajian, pohon masalah, diagnosa keperawatan
serta tindakan keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut
Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998).
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan
tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat
ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontol (Yosep, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
perilaku kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang
atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Sedangkan resiko perilaku kekerasan adalah adanya
kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih
terkontol.

2.2.Rentang Respon Perilaku Kekerasan


Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti
rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK

3
a. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada
individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan
ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu
mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
c. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak
pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang
mampu.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak
dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
e. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.

2.3.Proses Terjadinya Marah


Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari – hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :
1. Mengungkapkan secara verbal.
2. Menekan.
3. Menantang.
Dari ketiga cara ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lain
adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa
bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus – menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi
psikomatik atau agresi dan ngamuk.
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal.
Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor
eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu,
penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan
atau gangguan pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah
bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (Personal meaning).

4
Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu untuk
istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatih
persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat melakukan kegiatan secara
positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega (Resolution). Bila ia gagal
dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak
mampu melakukan kegiatan positif (olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah
dan sebagainya) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara
(Helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan
yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif
(Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekpresikan
keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive action) dapat
menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang dipendam
(Expressed inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful symptom)
(Yosep, 2007).

2.4.Etiologi Perilaku Kekerasan


1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Tousend
(Purba, dkk, 2008) adalah :
a. Teori biologik, terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
b. Neurobiologik, ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses
impuls agresif yaitu sisitem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat proses impuls agresif.
c. Biokimia, sebagai neurotransmitter (ephineprine, norephineprine, dopamin,
aseticolin, dan serotinin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif.
d. Genetik, penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
e. Gangguan otak, sindrom otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi
perilaku agresif dan tindakan kekerasan. Tumor otak khususnya, yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal, trauma otak yang
menimbulkan perubahan sereral, dan penyakit seperti ensephalitis, dan
epilepsy khususnya lobus temporal terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.

5
f. Teori psikologi
1. Teori psikoanalitik, menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Perilaku agresif
dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2. Teori pembelajaran, anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh
peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yangmendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3. Teori sosiokultural, pakar sosiolog lebih menekakan pengaruh faktor
budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Adanya
ketrebatasan sosial dapat menimbulkan kekeasan dalam hidup individu.

2. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan
dengan (Yosep, 2009) :
- Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri.
- Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
- Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah.
- Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme.
- Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan.

2.5.Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sbb:
1. Fisik, meliputi muka merah dantegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir
2. Verbal, meliputi bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak,
mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat, ketus.
3. Perilaku, meliputi melempar atau memukul benda/ orang lain, menyerang
orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk/agresif.

6
4. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusushan, mengamuk, inginberkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasma.
6. Spiritual, merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, meyinggung perasaan orang lain.
7. Sosial, menarik diri, penagsingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian, bolos, mencuri, melarikan diri.

2.6.Mekanisme Koping
Mekanisme kopping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan Sunndeen, 1998).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karna adanya
ancaman. Beberapa mekanisme kopping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi, misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok,
dsb untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi, menyalakan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik.
c. Represi, mencegah pikiran menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar.
d. Reaksi formasi, mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rentangan.
e. Displacement, melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
objek yang tidak berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi.

2.7.Konsep Asuhan Keperawatan dengan Perilaku Kekerasan


1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.

7
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif:
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
A. Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data obyektif:
B. Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Resiko Perilaku Kekerasan
c. Harga diri rendah

8
3. Pohon Masalah

Akibat Risiko Mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Core Problem

Perilaku Kekerasan

Causa

Gangguan Konsep Diri; Harga Diri Rendah

9
4. Intervensi Keperawatan
NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Perilaku TUM: Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi 1. Beri salam / panggil nama pasien.
kekerasan Pasien dapat melanjutkan diharapkan klien menunjukkan tanda- 2. Sebut nama perawat sambil Salaman
hubungan peran sesuai tanggung tanda 3. Jelaskan maksud hubungan Interaksi
jawab. 1. Pasien mau membalas salam. 4. Beri rasa nyaman dan sikap Empatis
TUK: 2. Pasien mau jabatan 5. Lakukan kontrak singkat tapi sering
Pasien dapat Membina Hubungan 3. Pasien menyebutkan Nama
saling percaya 4. Pasien tersenyum
5. Pasien ada kontak Mata
6. Pasien tahu nama Perawat.
7. Pasien menyediakan waktu untuk
kontrak
TUK: 1. Pasien dapat Mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk Mengungkapkan
Pasien dapat mengidentifikasi perasaannya. perasaannya.
penyebab marah / amuk 2. Pasien dapat menyebutkan perasaan 2. Bantu pasien untuk mengungkapkan marah
marah / jengkel atau jengkel.

10
TUK: 1. Pasien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan pasie mengungkapkan perasaan
Pasien dapat mengidentifikasi perasaan saat marah /jengkel. saat marah /jengkel.
tanda marah 2. Pasien dapat menyimpulkan tanda- 2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada
tanda jengkel / kesal pasien

TUK 1. Pasien mengungkapkan marah yang 1. Anjurkan pasien mengungkapkan marah


Pasien dapat mengungkapkan biasa dilakukan yang biasa dilakukan
perilaku marah yang sering 2. Pasien dapat bermain peran dengan 2. Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku
dilakukan perilaku marah yang dilakukan kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Pasien dapat mengetahui cara marah 3. Bicarakan dengan pasien apa dengan cara
yang dilakukan menyelesaikan itu bisa menyelesaikan masalah
masalah atau tidak
TUK: 1. Pasien dapat menjelaskan akibat 1. Bicarakan akibat / kerugian cara yang
Pasien dapat mengidentifikasi dari cara yang digunakan dilakukan.
akibat perilaku Kekerasan 2. Bersama pasien menyimpulkan cara yang
digunkana pasien.
3. Tanyakan pasien apakah mau tahu cara
marah yang sehat

11
TUK: 1. Pasien dapat melakukan berespon 1. Tanyakan pada pasien apakah pasien mau
Pasien mengidentifikasi cara terhadap kemarahan secara tahu cara baru yang sehat
construksi dalam berespon konstruktif. 2. Beri pujian jika pasien mengetahui cara lain
terhadap perilaku kekerasan yang sehat
3. Diskusikan cara marah yang sehat dengan
pasien.
4. Pukul bantal untuk melampiaskan marah
5. Tarik nafas dalam
6. Mengatakan pada teman saat ingin marah
Anjurkan pasien sholat atau berdoa
TUK: 1. Pasien dapat mendemonstrasikan 1. Pasien dapat memilih cara yang paling
Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan tepat.
cara mengontrol marah a. Tarik nafas dalam 2. Pasien dapat mengidentifikasi manfaat
b. Mengatakan secara langsung yang terpilih
tanpa menyakit 3. Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.
c. Dengan sholat/berdoa 4. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan.
5. Anjurkan pasien menggunakan cara yang
telah dipelajari.

12
2. RPK (Resiko TUK: Keluarga pasien dapat : 1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat
Perilaku Pasien dapat dukungan keluarga 1. Menyebutkan cara merawat pasien pasien dari sikap apa yang telah dilakukan
Kekerasan) mengontrol marah dengan perilaku kekerasan. 2. Jelaskan peran serta keluarga dalam
2. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat pasien.
merawat pasien 3. Jelaskan cara-cara merawat pasien.
4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat pasien.
5. Bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
TUK: 1. Pasien dapat menggunakan obat-obat 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum
Pasien dapat menggunakan obat yang diminum dengan kegunaannya. pasien dan keluarga.
dengan benar 2. Pasien dapat minum obat sesuai 2. Diskusikan manfaat minum obat.
program pengobatan 3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
4. Anjurkan pasien minum obat tepat waktu
TUK: 1. Lingkungan mengetahui bagaimana 1. Jelaskan peran serta lingkungan terhadap
Pasien dapat dukungan dari cara menyikapi pasien dengan kondisi pasien
lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan. 2. Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi
marah pasien dengan perilaku kekerasan

13
3. Diskusikan cara -cara yang dilakukan
untuk menyikapi pasien dengan perilaku
kekerasan
3. Harga Diri TUM: 1. Ekspresi Wajah bersahabat , 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah (HDR) Pasien dapat mengontrol menunjukkan rasa scaang, ada mengungkapkan prinsip komunikasi
perilaku kekerasan pada saat kontak mata, mau berjabat tangan, tcrapeutik Sapa pasien dengan ramah laik
berhubungan dengan orang lain mau menyebutkan nama, mau verbal maupun non verbal.
menjawab salam, klien mau duduk 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
TUK : berdampingan dengan perawat, mau 3. Tanyakan nama iengkap pasien dan nama
Pasien dapat membina hubungan mengutarakan masalah yang panggilan disukai pasien.
saling percaya dihadapi 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan siknp empati dan menerima
pasien apa adanya.
7. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien.
TUK : 1. Daftar kemampuan yang dimiliki 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif
pasien di rumah sakit, rumah, yang dimiliki buat daftarnya.
sekolah dan tempat kerja.

14
Pasien dapat mengidentifikasi 2. Daftar positif keluarga pasien. 2. Setiap bertemu pasien dihindarknn dari
kemampuan dan aspek positif 3. Daftar positif lingkungan pasien. memberi penilaian negatif.
yang dimilik 3. Utamakan memberi pujian yang realistic
pada kemampuan dan aspek positif pasien
TUK : 1. Pasien menilai kemampuan yang 1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
Pasien dapat menilai digunakan. masih dapat digunakan selama sakit.
kemampuan yang digunakan 2. Pasien memiliki kemampuan yang 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dapat digunakan di rumah. dilanjutkan pengguna di rumah sakit.
3. Berikan pujian.
TUK : 1. Pasien menilai kemampuan yang 1. Meminta pasien untuk:memilih satu
Pasien dapat menetapkan dan akan dilatih. kcgiatan yang mau dilakukan di rumah
merencanakan kegiatan sesuai 2. Pasien mencoba Susunan jadwal sakit.
dengan kemampuan yang harian 2. Bantu pasien melakukannya jika perlu beri
dimiliki contoh.
3. Beri pujian atas keberhasilan pasien.
4. Diskusi kaji jadwal kegiatan harian.
5. kegiatan yang telah dilatih.

15
TUK: 1. Pasien melakukan kegiatan yang 1. Beri kesempatan pada pasien untuk
Pasien dapat melakukan kegiatan telah di latih (mandiri, dengan mencoba kcgiatan yang telah direncanakan
sesuai kondisi sakit dari bantuan atau tergantung) 2. Beri pujian atas keberhasian pasien.
kemampuannya 2. Pasien marnpu melakukan beberapa 3. Diskusikan kemungkinan penaksiiran di
kegiatan secara mandiri rumah
TUK 1. Keluarga memberi dakungan dan 1. Beri pendidikan kcschatan pada keluarga
Pasien dapat memanfatkan pujian. tentang cara merawat pasien dengan harga
system pendukung yang ada 2. Keluarga memahami jadwal kegiatan diri rcndah.
harian pasien 2. Bantu keluarga memberikan dukungnn
selama pasien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah.
4. Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan
pasien di rumah.
5. Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap
berhasil

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.A DENGAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN BERULANG

17
BAB IV
PEMBAHASAN

18
BAB V
PENUTUP

19

Anda mungkin juga menyukai