Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas berkah,
rahmat serta hidayah-Nya, Kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Permodelan dan
Estimasi Cadanagn dan juga sebagai salah satu Tugas Besar ( MINERALISASI ) mengenai
Studi Kasus “ ENDAPAN BAUKSIT LATERIT “

Tidak lupa pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Permodelan dan Estimasi Cadangan yang telah
membimbimg kami dalam menyelesaikan Makalah kami dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, atau masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyajian maupun penyusunan serta segala
sesuatunya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sebagai perbaikan atau penyempurnaan pada laporan ini.

Kami berharap agar laporan Kuliah Lapangan ini dapat diterima dan bermanfaat
dengan semestinya.

Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih.

1
HALAMAN PENGESAHAN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ 4

BAB I :
1.1 latar Belakang ................................................................................................ 5
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 6
1.3 Manfaat ........................................................................................................... 6

BAB II :
2.1 Pengaruh Tektonik lempeng ..................................................................... 7
2.2 Permodelan .................................................................................................... 8
2.3 Genesa Endapan Bauksit ............................................................................ 11

BAB III :
3.1 Metode penambangan .................................................................................... 15
3.2 Pemanfaatan ................................................................................................... 19

BAB IV :

PENUTUP ............................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Profil Dinding Testpit, a. Contoh gossan ,b. dan c. Contoh bauksit ............ 8

Gambar 2. Model statigrafi endapan laterit...................................................................... 9

Gambar 3. Profil Selatan-Utara laterit bauksit ................................................................ 10

Gambar 4. Profil Barat daya-Timur Laut laterit bauksit ............................................................ 10

Gambar 5. Profil pembentukan tanah .............................................................................. 12

Gambar 6. Pembentukan tanah sesuai iklim .................................................................... 13

Gambar 7. Metoda Penambangan Tambang Terbuka Sistem Open Pit ........................ 16

Gambar 8. Aktivitas Pengangkutan (Hauling) dan pemuatan ( loading ) Material...... 18

Gambar 9. Contoh manfaat dari bauksit ................................................................................ 20

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data Kementerian ESDM tahun 2010, menyatakan bahwa sumber daya bauksit di
Indonesia sebanyak 726.585.010 juta ton bijih dan cadangan 111.791.676 juta ton bijih.
Penyebaran daerah tambang bauksit salah satunya adalah daerah Kalimantan Barat yng
didukung dengan batuan dasar yang bersifat asam-intermediet (seperti Sienit, Diorit kuarsa,
Granodiorit dan Nefelin) sehingga kaya dengan komposisi unsur Al berumur Pra-tersier
(kapur) yang didukung dengan iklim tropis, curah hujan yang tinggi dan mekanisme proses
pelapukan untuk terjadinya proses lateritisasi pembentukan endapan dan karakterisitik
bauksit yang dihasilkan.
Bauksit merupakan mineral sekunder yang dihasilkan melalui proses pelapukan
(lateritisasi) yang terjadi selama berjuta – juta tahun yang lampau pada batuan beku misalnya
granit. Pada saat ini permintaan pasar internasional (terutama china) akan mineral bijih
khususnya bijih bauksit semakin meningkat. Hal ini perlu direspon dengan cara melakukan
eksplorasi pada beberapa tempat yang mempunyai potensi sumberdaya dan atau cadangan
bauksit.
Apabila sistem penambangan terbuka yang akan diaplikasikan terhadap cadangan
bauksit di atas, maka agar dapat ditambang dengan aman perlu dilakukan kajian geoteknik
khususnya kestabilan lereng jenjang penambangan. Salah satu faktor penyebab
ketidakstabilan lereng jenjang adalah nilai besaran sudut kemiringan lereng tunggal dan atau
total. Berbagai nilai besaran sudut kemiringan lereng disimulasikan berdasarkan karanteristik
lapisan pembentuk kelerengan jenjang, yang pada akhirnya ditentukan nilai besaran sudut
kemiringan lereng yang masih aman untuk dilakukan penambangan (ultimate pit slope)
Akibat dari penentuan ultimate pit slope adalah cadangan yang terambil (mineable reserve)
menjadi terbatas, dan apabila disinergikan dengan harga bauksit dan biaya penambangan per
satuan berat diharapkan didapatkan cadangan yang optimal, baik dikaji dari segi teknik
maupun segi ekonomi.

5
1.2 Tujuan

Tujuan dalam Tugas besar ( Mineralisasi : Endapan Bauksit Laterit ) ini adalah :
a) Memaparkan apa hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya endapan
bauksit laterit.
b) Mempelajari dan memahami mengenai permodelan pembentukan dari Bauksit laterit.
c) Untuk memahami mengenai ganesa pembentukan dari bauksit laterit.

1.3 Manfaat

Tugas besar ( Mineralisasi : Endapan Bauksit Laterit ) ini diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya endapan
bauksit laterit.
b. Dapat mengerti permodelan pembentukan dari bauksit laterit.
c. Dapat mengetahui lebih jelas mengenai genesa pembentukan bauksit laterit.

6
BAB II

2.1 Pengaruh Tektonik Lempeng

mineral bijih seperi bauksit sebagai hasil proses pelapukan juga merupakan topik
yang sangat menarik untuk dikaji. Karena wilayah Indoesia mempunyai iklim yang sangat
dinamis dengan kondisi geologinya yang sedemikian kompleks, sehingga pembentukan
mineral biji tersebut sangat berpotensi di Indonesia. Kerak di indonesia tidak stabil
sehingga mempermudah proses laterisasi ( pelapukan ). Faktor di atas dapat kita
kategorikan sebagai faktor eksternal yaitu proses yng berasal dari luar bumi antarlain
termasuk di dalamnya perubahan iklim dan lain lain.Faktor internal dapat juga menggangu
kesetimbangan lingkungan. Faktor internal yang dimaksud yaitu kegiatan vulkanik, tektonik,
dan keterdapatan sumber daya mineral dan energi.
Proses laterisasi berhubungan erat dengan tektonik lempeng karena dengan
pergerakan lempeng tersebut, dapat mempermudah proses laterisasi ( pelapukan ) batuan
bauksit, sehingga biasanya bauksit terbentuk di dekat kerak yang tidak stabil.
Bauksit laterit dapat terbentuk pada kompleks ophiolit phaneorozoic, banyak endapan
terdapat di area cretaceous hingga miocene yang makin melebar. Kompleks tersebut biasanya
berupa patahan ( fault ) dan kekar ( joint ) dan dipengaruhi oleh pengangkatan tektonik yang
menaikan topografi dan menurunkan permukaan air tanah, yang mengakibatkan peningkatan
aliran air dan intensitas pelapukan.
Di kedua daerah tersebut, zona pengkayaan ( enrichment ) terdalam dengan kadar
tertinggi umumnya berasosiasi dengan patahan curam dan shear. Sebaliknya patahan thrust
besar yang berasosiasi dengan pengisian ( emplacement ) kompleks ophiolit dan dengan
platform olivine yang stabil cenderung membentuk zona serpentin mylonitik – atau batuan
ultrafamik talc-karbonat teralterasi yang bersifat kurang permeabel ( dapat ditembus )dan
dapat membentuk penghalang hidromorfik yang mencegah kosentrasi Al.

7
2.2 Permodelan

Pada umumnya Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk pada
lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu hasil pelapukan batuan
(insitu). Setiap batuan dasar memiliki karakteristik bauksit tertentu diantaranya Granodiorit
menghasilkan tanah laterit berwarna merah bata dengan tekstur bauksit agak kasar terdapat
mineral kuarsa berukuran 1-3mm dengan ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa
membentuk endapan tanah laterit berwarna kuning keorange-an dengan kondisi
batuan/sampel lebih halus dengan mineral yang cenderung lepas dengan ketebalan lapisan
saprolit 4-8m, dan Diorit menghasil kan warna tanah cenderung coklat hingga coklat gelap
dengan tanah laterit berwarna kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock,
lempung dan pasir silikaan pada bagian bawah dengan ketebalan lapisan saprolit relatif lebih
variatif yaitu antara 2-8m

Horizon dibagi menjadi Humus (padat vegetasi), tanah (laterit I, biasanya


ditandai dengan butiran halus dan lepas serta batuan dasar yang ada dibawahnya),
Lapisan ferikrit hitam (iron cap), Ore/saprolit (biji bauksit), dan batuan dasar

Gambar 1. Profil Dinding Testpit, a. Contoh gossan ,b. dan c. Contoh bauksit

8
Gambar 2. Model statigrafi endapan laterit

a. Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan
berbeda dengan lapisan disebelh atas ataupun bawahnya yang secara genetik ada
kaitannya. Yang biasanya disebut sebagai tanah penutup ( OB ) atau lapisan awal
yang biasanya berwarna coklat.
b. Tanah Laterit atau sering disebut juga dengan tanah merah merupakan tanah
yang berwarna merah hingga coklat yang terbentuk pada ligkungan yang lembab,
dingin, dan mugkin genangan-genangan air, Secara spesifik tanah merah memiliki
profil tanah yang dalam,mudah menyerap air memiliki kandungan bahan organik
yang sedang dan pH netral hingga asam dan banyak mengandung zat besi dan
aluminium sehingga baik digunakan pondasi bangunan karena mudah menyerap
air.
c. Gossan yaitu zona atau lapisan yang terjadi karena pelapukan ( laterisasi) yang
mengakibatkan rongga-rongga kosong yang dapat dimasuki air sehingga
mempercepat proses pelapukan, tetapi pada zona ini hanya sedikit yang
terkandung bauksit laterit dibadingkan pada zona saprolit.
d. Saprolit yaitu zona dimana mengandung bauksit laterit yang sangat tinggi kadar
aluminiumnya, sehingga penambangan bauksit dilakukan pada zona ini yang

9
mana ketebalannya berkisar 2-8 m.

Pembentukan ketebalan bauksit ini sangat tergantung kepada morfologi dimana


penebalan pada bagian miring dengan kelerengan ±25o, sedangkan pada lembah dan
puncak bukit mengalami penipisan.

Gambar 3. Profil Selatan-Utara laterit bauksit

Gambar 4. Profil Barat daya-Timur Laut laterit bauksit

10
2.3 Genesa dan Faktor Pembentukan Endapan Laterit Bauksit

Unsur senyawa yang diperhatikan merupakan ikatan pengayaan unsur tunggal yang
bereaksi terhadap media air dan mengendapkan senyawa baru, dalam pertambangan bauksit
senyawa tersebut adalah Aluminium trihidrat (Al2O3), Besi trihidrat (Fe2O3), Silikat oksida
(SiO2), Titanium oksida (TiO2) dan Total silikat (R-SiO2). Intensifnya perkembangan laterit
di daerah tropis basah menyebabkan terbentuknya tanah laterit.
Pada umumnya proses laterisasi pada bauksit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
pelarutan, transportasi, dan pengendapan kembali mineral. Faktor yang terpenting pada
pelarutan adalah pH, solubility, dan kestabilan mineral. Faktor yang berpengaruh pada
transportasi dan pengendapan kembali mineral adalah iklim, topografi, morfologi, dan
mobilitas unsur. Hasil pelapukan akan ditransportasikan oleh airtanah atau air hujan,
kemudian diendapkan kembali. Proses terjadi dengan baik pada permukaan tanah landai
dengan kemiringan tertentu, keadaan morfologi dan topografi yang cenderung bergelombang
miring.
Beberapa unsur yang sangat penting dalam endapan laterit bauksit adalah Al, Fe, Si
dan Ti. Perbandingan antara nilai Al dan Si merupakan patokan keekonomisan tambang
bauksit. Pada iklim tropis, Ca, Ni, Si dan Ti mengalami pelindian terlebih dahulu dan lebih
mobile dibanding dengan Al dan Fe.Pelarutan dan penguraian plagioklas, alkali feldspar,
besi, aluminium dan silika dalam larutan akan membentuk suspensi koloid. Pada larutan, besi
akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan
ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral geothit FeO(OH), hematit (Fe2O3),
dan kobalt (Co) dalam jumlah kecil, sedangkan Al akan mengendap menjadi endapan bauksit
Al2O3.2H2O (dalam hal ini bauksit secara umum). Pengendapan dikontrol pH sebagai
penetralisir reaksi kimia oleh tanah. Jika konsentrasi air berkurang pada saat pengendapan
laterit bauksit, maka buhmit dan diaspor dapat terbentuk.
Selain itu, pengayaan unsur lainnya yang terikat bauksit adalah R-Si. Unsur ini
merupakan unsur terpisah dari Si yang terbentuk pada laterit bauksit, serta usnsur yang
dipertimbangkan dalam penambangan bauksit. Hal ini disebabkan karena untuk menguraikan
senyawa bauksit nantinya, perlunya penambahan NaOH untuk mendapatkan bauksit murni.
Proses pengayaan dan pengendapan laterit bauksit paling baik pada topografi miring yang
mana proses mobilitas unsur yang rendah, karena pada bagian puncak cenderung untuk
mengalirkan hasil erosi dan respirasi air meteorik. Sedangkan pada bagian lembah, lebih

11
banyak membentuk endapan laterit Fe seperti hematit dan limonit sebagai hasil akumulasi
material sedimen serta peresapan larutan. Kehadiran kekar ataupun rekahan akan
mempercepat proses respirasi dan penghancuran batuan sehingga mempengaruhi
pembentukan zona deposit.

Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit


diantaranya :

a. Waktu dan Perubahan Iklim


Batuan berumur Kapur-Holosen dengan rentang waktu ±143 juta tahun dimana batuan beku
dipastikan hadir pada saat 25 juta tahun lalu dengan intensitas lapukan batuan dimulai 10 juta
dimana kedudukan pulau Kalimantan telah stabil. Kalimantan setiap tahunnya memiliki nilai
curah hujan yang tinggi, yaitu sekitar 401-500 mm perbulan dengan temperatur daerah
penelitian diperkirakan 32-40o C, biasanya sangat panas disiang hari dan dingin dimalam
hari. Rentang waktu yang sangat lama dan kondisi perubahan iklim yang tidak menentu
dengan intensitas hujan sangat tinggi mengakibatkan endapan laterit bauksit dapat terbentuk
menyesuaikan jenis batuan serta rekahan struktur geologi.

Gambar 5. Profil pembentukan tanah

12
b. Vegetasi dan Proses Pelapukan
Daerah penelitian dominan hutan, tetapi sebagian telah difungsikan sebagai perkebunan.
Sebagai salah satu daerah tropis, perkembangan tumbuhan yang ditunjang curah hujan yang
cukup menjadi faktor utama pelapukan batuan yang ada. Hal ini ditunjukan dengan
terbentuknya horizon tanah penutup setebal 20-30cm. Pada daerah yang dominan vegetasi,
sangat sulit untuk ditemukan batuan dasarnya. Tanaman yang mati menghasilkan larutan
asam humus yang menyebabkan dekomposisi batuan dan mengubah pH larutan dalam tanah.
vegetasi akan mengakibatkan penetrasi air lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak sehingga tanah humus akan
lebih tebal.

Gambar 6. Pembentukan tanah sesuai iklim

13
c. Muka Air Tanah dan Morfologi
Berdasarkan pengamatan data testpit, beberapa menunjukkan ketinggian air bawah
permukaan dengan merembesnya air dilubang testpit. Kedalaman rata-rata mata air
ditemukan adalah 10-15m dengan ketinggian 105m dari permukaan laut mengikuti morfologi
yang terbentuk. Bauksit terdiri dari unsur senyawa seperti Al dan Fe yang tidak mobile
sehingga terendapkan kebawah permukaan dimana sumber unsur tersebut. Media yang paling
berpengaruh dalam proses pelindian dan pengendapan kembali mineral adalah air. Ketika
pada suatu daerah memiliki kondisi muka air tanah yang tidak stabil (masih cenderung naik
turun), maka akan mengganggu proses ikatan senyawa yang ada dan proses lateritisasi akan
terus terjadi. Maka dari itu diperlukan kondisi muka air tanah yang tenang untuk membentuk
lapisan endapan laterit bauksit yang ideal.

14
BAB III

3.1 Metode Penambangan Bauksit Laterit

Metoda penambangan bauksit dilakukan dengan metoda tambang terbuka sistem open
pit dimana open pit ini diterapkan untuk endapan bijih yang mengandung logam. Open pit
dan open cut dapat dibedakan dari arah penambangannya, penambangan dengan metoda open
pit dilakukan dari permukaan yang relatif mendatar ke bawah mengikuti endapan bijih,
sedangkan open cut dilakukan pada lereng suatu bukit. Jadi penerapan open pit dan open cut
sangat tergantung pada letak dan bentuk endapan bijih yang akan ditambang.

Dalam sistem penambangan dibatasi oleh beberapa faktor – faktor kendala antara lain ;
1. Faktor teknik – ekonomi yang diwujudkan dalam usaha mendapatkan perolehan
tambang semaksimal mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin.
2. Faktor keamanan dan keselamatan kerja yang diwujudkan dalam usaha memperkecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan kegiatan penambangan
3. Faktor keserasian lingkungan hidup yang diwujudkan dalam usaha mencegah
terjadinya perusakan alam, serta pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan penambangan

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit adalah


menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat ketahui bahwa
endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang tidak terlalu dalam
pengupasannya.

15
Gambar 7. Metoda Penambangan Tambang Terbuka Sistem Open Pit

A. Pengupasan Tanah Penutup (Land Clearing)

Pengupasan tanah penutup merupakan langkah awal dimana proses penambangan endapan
bahan tambang akan dilakukan, kegiatan ini dimulai dari pembersihan tempat kerja dari
semak – semak, pohon – pohon besar dan kecil, kemudian membuang tanah atau batuan yang
menghalangi pekerjaan – pekerjaan selanjutnya. Setelah pekerjaan di atas selesai selanjutnya
dilakukan pekerjaan pembabatan atau penebasan yang meliputi ; meratakan, membuat jalan
darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis. Dalam pekerjaan ini yang harus selalu diperhatikan
ialah mempergunakan keuntungan dari gaya berat.

Proses pengupasan tanah penutup dilakukan untuk menghilangkan material yang


menutupi endapan bauksit yang akan ditambang agar dihasilkan endapan bauksit dengan
kadar yang lebih tinggi, dan menghilangkan serta mengurangi pengotor pada saat dilakukan
pencucian.

B. Penggalian dan Pemuatan (Excavation and Loading)

Penggalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membongkar dan melepaskan
endapan bahan tambang dari batuan induknya atau batuan samping. Beberapa alat gali yang

16
dapat digunakan dalam penggalian yaitu Power Shovel, Back Hoe, dan lain – lain. Setelah
penggalian dilakukan maka material atau bahan tambang yang telah ditambang dimuat.

Untuk material yang tidak tertentu keras, kegiatan pembongkaran dilakukan dengan
menggunakan ripper. Alat ini pada hakekatnya sebuah bajak yang gigi – giginya terbuat dari
baja yang keras. Sehingga kepadanya dapat diberikan tekanan yang cukup besar untuk lebih
memaksakannya ke dalam tanah / batuan.
Untuk menghitung produksi ripper, perhitungan yang digunakan adalah dengan ”cross
section”, yang dapat menentukan volume pekerjaan ripping ini, kemudian mencatat waktu
yang diperlukan, setelah pekerjaan ripping selesai. Volume ripping dibagi dengan waktu
ripping adalah produksi ripping.
Pemuatan (Loading) adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil
dan memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Material hasil pembongkaran
tersebar di lantai jenjang dan dikumpulkan dengan alat wheel loader agar dapat dimuat.
Dalam pemilihan alat muat yang digunakan harus sesuai dengan beberapa faktor diantaranya
1. Kapasitas alat angkut
2. Besar produksi yang diiginkan
3. Keadaan lapangan
4. Jenis material atau batuan
5. Keterampilan Operator
6. Iklim atau cuaca

C. Pengangkutan (Hauling)
Material hasil pembongkaran yang telah dimuat kembali diangkut ke lokasi pengolahan
(Crushing Plant) untuk dimasukkan ke mesin penghancur. Operator pengangkutan material
produktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ;
1. Kondisi jalan dari tempat penambangan ke Crushing Plant
2. Jarak angkut dari lokasi penambangan
3. Digging Resistance
4. Waktu Edar alat angkut
5. Waktu Kerja efektif pengangkutan
6. Produksi alat angkut
7. Jumlah alat angkut

17
Proses pengankutan dilakukan untuk pemindahan material dari lokasi penggalian atau
front penambangan ke lokasi penampungan sementara dimana nanti selanjutnya akan
dilakukan pencucian pada proses pengolahan bauksit itu sendiri. Proses pengangkutan ini bisa
dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat angkut seperti dump truck, lori, belt
conveyor, dll. Pada penambangan bauksit alat angkut yang digunakan yaitu dump truck
dengan berbagai macam ukuran dan kemampuan muatnya.

Gambar 8. Aktivitas Pengangkutan (Hauling) dan pemuatan ( loading ) Material

18
3.2 Pemanfaatan Bauksit Laterit

Utamanya biji bauksit akan di lelehkan dan kemudian di olah untuk menjadi alumunium.
Proses tersebut memakan proses yang panjang dan memerlukan tenaga listrik yang banyak
sekali. Sejauh ini Negara yang memproses pengolahan bauksit menjadi alumunium adalah
Australia. Negeri kanguru tersebut menjadi produsen bauksit dan alumina terbesar di dunia.

Sejauh ini Negara tujuan yang membutuhkan alumunium dari Australia adalah Negara-
negara asia seperti jepang dan termasuk Indonesia. Cukup ironi memang, mengingat kita
memiliki bahan biji bauksit namun kita tidak mampu mengolahnya dengan optimal untuk di
jadikan alumunium. Sifat yang dimiliki alumunium sangat khas yaitu mampu mengahantar
panas dengan efisien.

10 Manfaat Bauksit bagi kehidupan sehari-hari sebagai berikut :

A. Pemanfaatan Untuk Pembuatan Peralatan Sehari-Hari

Dari alumunium tersebut akan di buat berbagai perlatan yang dibutuhkan manusia sehari-
harinya seperti.

1. Bahan utama pembuatan wajan


2. Pembuatan lapisan luar panci
3. bahan paling luar pada kaleng makanan

B. Pemanfaatan Untuk Industri

Selain tu sifat yang dimiliki alumunium adalah memiliki berat yang ringan namun
memiliki kerapatan yang cukup baik, secara kekuatan juga besar. Sehingga di gunakan untuk
pembuatan teknologi di zaman modern ini, seperti.

4. Pembuatan badan pesawat terbang


5. Pembuatan atap sebuah pabrik atau rumah.

19
C. Pemanfaatan di Berbagai Keperluan Lainnya

Selain pemanfaat utama untuk dijadikan alumunium, bauksit juga memiliki banyak
kegunaan untuk industry lainnya. Biji bauksit bisa di ubah menjadi sesuatu yang selama ini
ada di sekitar kita, seperti:

6. Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi


7. di jadikan bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada mesin fotokopi.
8. Di Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita kaset
9. Bahan dasar pembuatan keramik
10. Kandungan alumina pada bauksit juga di jadikan penyannga katalis pada proses
penambangan lain untuk menghilangkan kotoran pada hasil tambang seperti minyak bumi,
nitrogen, dan sulfur.

Gambar 9. Contoh manfaat dari bauksit

20
BAB IV

KESIMPULAN

1. Bauksit terbentuk dengan kadar aluminium ( Al ) yang tinggi , kadar besi ( Fe )


yang rendah serta sedikit mengandung kuarsa ( SiO2 )
2. Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit
( bijih bauksit ) yaitu waktu dan perubahan iklim, vegetasi dan proses pelapukan,
muka air tanah dan morfologi
3. Di indonesia terdapat banyak kerak yang tidak stabil sehingga mempermudah
proses laterisasi ( pelapukan ) dalam pembentukan bauksit laterit
4. Bauksit dengan kadar yang tinggi terdapat pada zona Saprolit dan pada zona
gossan keterdapatan bauksit masih sedikit dibadingkan pada zona saprolit yang
dominan lebih banyak.
5. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit adalah
menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat ketahui
bahwa endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang tidak
terlalu dalam pengupasannya
6. Beberapa manfaat yang dihasilkan dari bauksit laterit antara lain : Bahan utama
pembuatan wajan, Pembuatan lapisan luar panci, bahan paling luar pada kaleng
makanan, Pembuatan badan pesawat terbang, Pembuatan atap sebuah pabrik atau
rumah. Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi, di jadikan
bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada mesin fotokopi, Di
Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita kaset,
Bahan dasar pembuatan keramik, Kandungan alumina pada bauksit juga di
jadikan penyannga katalis pada proses penambangan lain untuk menghilangkan
kotoran pada hasil tambang seperti minyak bumi, nitrogen, dan sulfur.

21
DAFTAR PUSTAKA

Clay symposium, 1952. Problem of Clay and Laterit Genesis. New York : The America
Institute of Mining and Metallurgical Engineers.

Dhadar, J.R., 1983. Eksplorasi Endapan Bahan Galian. Bandung: G.S.B Bandung
Dominique L. Butty and Claude A. Chapallaz. 1984. Bauxite Genesis. Senior Geologists,
Billiton International Metals B.V. Leidschendam, The Netherlands. Chapter 7.

Guilbert, J.M. dan Park, C.F. Jr., 1986, The Geology of Ore Deposits. W.H.Freeman and
Company: New York.

Koesoemadinata, R.P. Geologi Eksplorasi. Bandung: ITB


N. Suwarna (GRDC) dan R.P. Langford (AGSO). 1993. Peta Geologi Regional Lembar
Singkawang skala 1 : 250.000. Bandung : Directorate General of Geology and Development
Center.

Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 4 GKExp Unsoed 2010 Weathering. Bandung : Institut
Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah).

Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 5 GKExp Unsoed 2010 Soil Formation. Bandung :
Institut Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah)

PT. ANTAM Unit Geomin, 2012. Laporan Tahunan Site Landak. Pontianak (unpublished)
R. R. Anand, R. J. Gilkes, G. I. D. Roach. 1991. Geochemical and Mineralogical
Characteristics Of Bauxites, Darling Range, Western Australia. Applied Geochemistry. Vol.
6. pp. 233-248.

22

Anda mungkin juga menyukai