Anda di halaman 1dari 10

A.

KUASA PERTAMBANGAN (KP)


 DEFINISI KUASA PERTAMBANGAN
Kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan kepada badan atau
perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Dikenal 6 jenis (KP) yaitu
KP Penyelidikan Umum, KP Explorasi, KP Eksploitasi, KP pengolahan dan
pemurnian, KP pengankutan dan KP Penjualan. Kuasa Pertambangan dapat diberikan
kepada :
 Perusahaan Negara
 Perusahaan Daerah
 Perusahaan dengan modal bersama antara Negara atau daerah
 Koperasi
 Badan atau perseorang swasta yang memenuhi syarat
 Perusahaan dengan modal bersama antar Negara dan atau daerah dengan
koperasi dan atau badan/perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat
 Pertambangan rakyat

Perlu diketahui bahwa bahan galian golongan A pada hakekatnya hanya dapat diusahakan
oleh instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Mentri Pertambangan dan Energi dan
Perusahaan Negara. Selain itu dapat pula di usahakan oleh swasta maupun Pertambangan
Rakyat dengan syarat terntentu seperti telah diatur dalam Undang-undang No. 11 tahun
1967, pasal 7 dan pasal 8.

 SYARAT-SYARAT PERMOHONAN KUASA PERTAMBANGAN (KP)


 Surat permohonan bagi Perusahaan harus diajukan diatas kop surat
perusahaan permohonan dengan di bubuhi materai temple dan bagi
perorangan di ajukan diatas kertas bermeterai dengan ketentuan yang berlaku.
 Peta bagan/wilayah yang dimohon dengan skala 1:50.000 untuk Pulau Jawa
dan Pulau Bali.
 Surat Jaminan Bank dari Bank Pemerintahan sesuai dengan Keputusan MPE
No. 749/KPTS/Pertamben/1981 dengan ketentuan bahwa Jaminan Bank
tersebut baru dapat dicairkan setelah disetujui atau ditolaknya permohonan KP
yang bersangkutan.
 Setoran pajak terhitung (SPT) tahun terakhir.
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 Pernyataan tenaga ahli, perjanjian kerja tenaga ahli, foto kopi ijazah, daftar
riwayat hidup dan foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
 Fotokopi KTP penanda tangan surat permohonan
 Akte pendirian perusahaan yang salah satu dari maksud danntujuannya
menyebutkan berusaha dibidang pertambangan dengan disertai bukti
pendaftaran akte tersebut pada pengadilan Negara setempat bagi CV dan
Firma serta tambahan pengesahan dari Departemen Kehakiman bagi PT dan
Anggaran Dasar yang disahkan oleh instansi yang berwenang bagi koperasi

Untuk permohonan KP Eksploitasi di samping pewrsyaratan tersebut di atas ditambah


lagi dengan :

 Laporan Eksplorasi lengkap


 Laporan Study Kelayakan juga meliputi Rencana Kerja Eksploitasi.

B. IUP (izin Usaha Pertambangan)


IUP eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
dan studi kelayakan dalam rangka pertambangan. Menurut Pasal 29 Peraturan Pemerintah
No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (“PP 23/2010”), IUP eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan
usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan,
pemegang IUP eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi IUP.

1. Persyaratan Untuk Memperoleh IUP Eksplorasi


Pasal 23 PP 23/2010 mengatur bahwa persyaratan IUP Eksplorasi meliputi persyaratan:
1 Administratif;
2 Teknis;
3 Lingkungan; dan
4 Finansial
a. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk badan usaha meliputi:
 Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
o surat permohonan;
o susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
o surat keterangan domisili.
 Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:
o surat permohonan;
o profil badan usaha;
o akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
o nomor pokok wajib pajak;
o susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
o surat keterangan domisili.
b. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk koperasi meliputi:
 Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
o surat permohonan;
o susunan pengurus; dan
o surat keterangan domisili.
 Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:
o surat permohonan;
o profil koperasi;
o akta pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang
berwenang;
o nomor pokok wajib pajak;
o susunan pengurus; dan
o surat keterangan domisili.
c. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk orang perseorangan, meliputi:
 Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
o surat permohonan; dan
o surat keterangan domisili.
 Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:
o surat permohonan;
o kartu tanda penduduk;
o nomor pokok wajib pajak; dan
o surat keterangan domisili.
d. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi:
 Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
o surat permohonan;
o susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
o surat keterangan
 Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:
o surat permohonan;
o profil perusahaan;
o akta pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha
pertambangan;
o nomor pokok wajib pajak;
o susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
o surat keterangan domisili.
A. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk IUP Eksplorasi, meliputi:
1 daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga pertambangan dan/atau geologi
yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
2 peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional,
B. Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk IUP Eksplorasi
meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
C. Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam huruf d untuk IUP Eksplorasi,
meliputi:
1 bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
2 bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP
mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti
pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP
mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.

D. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)


a) Pengertian PKP2B
Berdasarkan Pasal 169 UU 4/2009, sebagaimana telah dijelaskan pada butir D di
atas, jenis kontrak lainnya yang masih berlaku setelah UU 11/2009 adalah
PKP2B. Istilah perjanjian karya ini ditemukan dalam Pasal 10 ayat (2) dan (3) UU
11/1967 (lihat kutipan pada butir D angka 1 tentang Dasar Pengaturan Kontrak).
Pengertian PKP2B ini terlihat pada Tabel I.15.
Tabel I.15 Perbandingan Definisi PKP2B

Definisi Referensi
1) Perjanjian kerja sama adalah perjanjian antara perusahaan Pasal 1 Keppres 49/1981
negara tambang batubara sebagai pemegang kuasa
pertambangan dan pihak swasta sebagai kontraktor untuk
pengusahaan tambang batu bara untuk jangka waktu 30
tahun berdasarkan ketentuanketentuan tersebut dalam
Keppres ini
2) Perjanjian karya adalah perjanjian antara pemerintah dan Pasal 1 Keppres 75/1996
perusahaan kontraktor swasta untuk melaksanakan
pengusahaan pertambangan bahan galian batu bara.
3) PKP2B adalah suatu perjanjian antara pemerintah RI Pasal 1 Kep. Menteri
dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing Pertambangan dan Energi
dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk No.1409.K/201/M.PE/1996
pengusahaanbatu bara dengan berpedoman kepada UU No.
1/1967 tentang PMA serta UU No.11/1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum.

Sumber: Salim (2005) dalam “Hukum Pertambangan di Indonesia”, hal. 225-


227, PT RajaGrafindo Persada

b) Karakteristik dan Prinsip-prinsip PKP2B


Salim (2005) mengutip Abrar Saleng (2004: 162-163) bahwa PKP2B merupakan
perjanjian pola campuran antara pola kontrak karya dengan kontrak production
sharing. Dikatakan campuran atau gabungan karena untuk ketentuan
perpajakannya mengikuti pola kontrak karya, sedangkan pembagian hasil
produksinya mengikuti pola kontrak production sharing. Sementara itu,
prinsipprinsip PKP2B adalah:

a) perusahaan kontraktor swasta bertanggung jawab atas pengelolaan pengusahaan


pertambangan batu bara yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian;
b) perusahaan kontraktor swasta menanggung semua risiko dan semua biaya berdasarkan
perjanjian dalam melaksanakan perusahaan pertambangan batu bara
No Materi Pokok UU Nomor 11 Tahun UU Nomor 4 Tahun 2009
1967

1 Judul Ketentuan-ketentuan Pertambangan Mineral dan Batubara


Pokok Pertambangan

2 Prinsip Hak Penguasaan bahan galian  Penguasaan Minerba oleh


Penguasaan diselenggarakan Negara; Negara, diselenggarakan oleh
Negara Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah
(pasal 1)
(pasal 4);

 Pemerintah dan DPR


menetapkan kebijakan
pengutamaan Minerba bagi
kepentingan nasional;

(pasal 5)

3 Penggolongan / Penggolongan bahan  Pengelompokan usaha


Pengelompokan galian; pertambangan; mineral dan
batubara;

 Strategis;
 Vital;
 Non strategis,  Penggolongan tambang
Non vital mineral; radioakif, logam, buka
logam, batuan;
(pasal 3)
(pasal 34)

4 Kewenangan  Bahan galian  21 kewenangan berada di


Pengelolaan strategis (gol. A) tangan pusat;
dan vital (gol.B)
dilakukan oleh
Menteri;
 14 kewenangan berada di
tangan propinsi;
 Bahan galian non
strategis non-vital  12 kewenangan berada di
oleh Pemerintah tangan kabupaten / kota
Daerah Tingkat I/
Propinsi; (pasal 6-8)

(pasal 4)

5 Wilayah Secara terinci tidak  Wilayah pertambangan adalah


Pertambangan diatur, kecuali bahwa bagian dari tata ruang nasional,
usaha pertambangan ditetapkan pemerintah setelah
tidak berlokasi di tempat koordinasi dengan Pemda dan
suci, kuburan, bangunan konsultasi dengan DPR;
dll
(pasal 16 ayat 3) (pasal 9);

 Wilayah Pertambangan terdiri


dari Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP), Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR),
Wilayah Pencadangan Nasional
(WPN) (pasal 13)

6 Legalitas Usaha Rezim Kontrak berupa: Rezim Perijinan berupa:

 Kontrak /  Ijin Usaha Pertambangan


Perjanjian Karya (IUP);
(KK);  Ijin Pertambangan Rakyat
 Kuasa (IPR);
Pertambangan  Ijin Usaha Pertambang Khusus
(KP); (IUPK);
 Surat Izin
Pertambangan (pasal 35)
Daerah (SIPD);
 Surat Izin
Pertambangan
Rakyat (SIPR)

(pasal 10-15)

7 Tahapan Usaha Enam tahapan, Dua tahapan, berkonsekuensi pada


berkonsekuensi pada adanya 2 tingkat perijinan:
adanya 6 jenis
pertambangan:
 Eksplorasi,
meliputi:penyelidikan umum,
 penyelidikan eksplorasi, studi kelayakan;
umum;
 eksplorasi;
 eksploitasi;
 pengolahan dan  Operasi produksi, meliputi:
pemurnian; kontruksi, penambangan,
 pengangkutan; pengolahan dan pemurnian,
 penjualan; pengangkutan, penjualan;

(pasal 14) (pasal 36)

8 Klasifikasi  Investor Domestik (pasal 38);


Investor dan Jenis (PMDN), berupa:
Legalitas Usaha KP, SIPD,
PKP2B;  IPR bagi penduduk lokal,
koperasi (pasal 67);

 Investor Asing
(PMA), berupa:  IUPK bagi badan usaha
KK, PKP2B berbadan hukum Indonesia,
 IUP bagi badan baik BUMN/BUMD/badan
usaha usaha swasta;
(PMA/PMDN,
koperasi, (pasal 75)
perseorangan;

9 Kewajiban Pelaku  Kewajiban


Usaha keuangan bagi
Negara  Pemeliharaan lingkungan:
konservasi, reklamasi;

(pasal 96-100);
 KP sesuai aturan
berlaku: iuran
tetap dan royalti
(merujuk PP No.  Kepentingan nasional:
45/2003 tentang pengolahan dan pemurnian di
Penerimaan dalam negeri (pasal 103-104);
Negara Bukan
Pajak Departemen
ESDM)
 KK/PKP2B sesuai  Pemanfaatan tenaga kerja
kontrak, yakni setempat, partisipasi pengusaha
KK: iuran tetap lokal pada tahap produksi,
dan royalti, program pengembangan
PKP2B: iuran masyarakat;
tetap dan Dana
Hasil Penjualan (pasal 106-108);
Batubara (DHPB)
merujuk Keppres
No. 75/1996
tentang ketentuan  Pengunaan perusahaan jasa
PKP2B) pertambangan lokal dan/atau
nasional (pasal 124);

 Minimalnya
bahkan tidak
diaturnya
kewajiban soal
lingkungan,
kemitraan dengan
pelaku usaha
lokal,
pemanfaatan
tenaga kerja
setempat, program
pengembangan
masyarakat
 Kewajiban
keuangan bagi
Negara; pajak dan
PNBP. Tambahan
untuk IUPK:
pembayaran 10%
keuntungan
bersih;

10 Pembinaan dan Pengawasan terpusat di  Pusat, propinsi, kabupaten /


Pengawasan tangan pemerintah atas kota sesuai kewenangan
pemegang KK, KP, terhadap pemegang IUP, IPR
PKP2B atau IPK;

(pasal 139-142)
11 Ketentuan semua hak pada saat UU ini mulai berlaku
Peralihan (terkait pertambangan dan KP
status hukum perusahaan Negara,
investasi existing) swasta, badan lain atau  KK dan PKP2B yang telah ada
perseorangan sebelum berlakunya UU ini
berdasarkan peraturan tetap diberlakukan sampai
yang ada sebelum saat jangka waktu berakhirnya
berlakunya UU ini, tetap kontark / perjanjian;
dijalankan sampai sejauh
masa berlakunya,
kecuali ada penetapan
lain menurut PP yang  Ketentuan yang tercantum
dikeluarkan berdasarkan dalam pasal KK dan PKP2B
UU ini. dimaksud disesuaikan
(pasal 35) selambat-lambatnya 1 tahun
sejak UU ini diundangkan,
kecuali mengenai penerimaan
Negara.

(pasal 169)

Anda mungkin juga menyukai