Polio menjadi isu krusial serta topik perbincangan publik yang banyak menyita
perhatian, khususnya bagi kalangan pemerhati kesehatan pada anak usia balita. Karena pada
umumnya polio banyak menyerang anak balita. Tidak hanya di daerah perkotaan, bahkan
polio sampai menyebar kepedasaan dan daerah terpencil. Maraknya penyakit polio inilah
yang membuat masyarakat menjadi cemas dan resah, mengingat penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang bersifat menular. Karena itulah dibutukan penanganan cepat, tepat
dan efisien dalam penanganan polio ini. (Zulkifli, 2007)
Virus polio mempunyai masa inkubasi selama 5-35 hari selama berada di dalam tubuh.
Virus polio tersebut akan berkembang pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau
saluran cerna bagian bawah. Dari saluran cerna virus menyebar ke jaringan getah bening local
atau regional. Akhirnya virus menyebar masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan
berkembang biak di jaringan saraf.
Di Indonesia perkembangan KLB polio sejak ditemukan kasus polio pertama Maret 2005
lalu setelah 10 tahun (1995-2005) tidak ditemukan lagi kasus polio. Namun penyakit polio ini
kembali mewabah di Indonesia pada tahun 2005. Hingga tanggal 21 November 2005,
ditemukan 295 kasus polio yang terdapat di 40 Kabupaten yang terdapat di 10 Provinsi yakni
Banten, Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Jawa Timur, Sumatra Selatan,
DKI Jakarta, Riau dan Aceh. (Zulkifli, 2007)
Untuk saat ini penanganan polio adalah dengan pemberian vaksin. Penyakit polio
umumnya memang banyak menyerang balita, karena itulah imunisasi bagi mereka sangat
penting dilakukan untuk memberikan perlindungan terhadap ancaman kematian dan
kelumpuhan. Anak balita yang sudah diimunisasi polio secara berulang-ulang minimal 6 kali
akan menjadi kebal terhadap virus. Oleh karena itu, pemberian vaksin bagi balita sangat
penting untuk dilakukan. (Zulkifli, 2007).
Model matematika yang digunakan adalah model epidemi SEIV (Susceptibles, Exposed,
Infectious, Vaccination) dan sebelum menyusun model terlebih dahulu dipaparkan mengenai
persamaan diferensial, nilai eigen dan vektor eigen, penyakit polio, titik kesetimbangan atau
ekuilibrium, matriks jacobi, Kriteria Routh-Hurwitz dan maple.
Metode yang digunakan yaitu analisis teori-teori yang sesuai dengan masalah yang
dibahas dalam makalah ini. Yang didasari pada tinjauan kepustakaan. Adapun langkah kerja
dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Membentuk model matematika
a. Mempelajari dan mengkaji lebih dalam yang berhubungan dengan masalah pada
makalah ini
b. Menentukan asumsi-asumsi model
c. Menentukan variabel-variabel dan parameter yang terkait
d. Membentuk model
2. Menganlisis model
a. Menentukan titik kesetimbangan bukan endemik dan titik endemik
3. Menginterpretasi hasil analisis dari model
4. Menyimpulkan hasil yang diperoleh pada tahap interpretasi
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Polio (Poliomyelitis)
Akan tetapi, penularan polio dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung .
Transmisi langsung melalui droplet dan orofaring serta feces penderita yang menyebar
melalui jari yang terkontaminasi pada peralatan makan, minum ataupu pada peralatan medis.
Sedangkan penularan dengan tidak langsung melalui sumber air , air mandi dimana virus
berada dalam air buangan masuk ke sumber – sumber air tersebut disebabkan karena sanitasi
yang rendah (Wahyuhono,1989).
Sifat dari polio adalah stabil terhadap ph asam untuk waktu 1-3 jam. Tidak dapat aktif
pada suhu 56 derajat celcius selama 30 menit. Virus polio berkembangbiak didalam sel yang
terinfeksi dan siklus yang sempurna berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat hidup
diair dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat.
Berdasarkan data WHO ada beberapa negara endemis polio yaitu Afganistan, Sudan,
Nigeria, India, Pakistan, dan Bangladesh. Dan sejak tahun 2014 WHO telah menyatakan
bahwa Indonesia masuk sebagai salah satu negara yang bebas dari penyakit Polio karena
adanya program vaksinasi polio yang dilakukan secara menyeluruh.
Sementara diIndonesia sebelum perang duania II, penyakit polio pernah terjadi
dibeberapa daerah seperti Biliton (1948) sampai ke Banda, Balikpapan. Bandung
(1951), Surabaya (1952), Semarang (1954), Medan (1957), dan yang terakhir
terjadi di tahun 1977 di bali selatan.Pada tahun 2005, polio kembali mewabah.