TUBERKULOSIS PARU
OLEH :
dr. Octavia Intan Imanisa
PUSKESMAS UNGARAN
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Ungaran, 2016
Mengetahui,
WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia, sepertiga penduduk
dunia ini telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis. Pada tahun 1993 WHO juga
menyatakan bahwa TB sebagai reemerging disease. Angka penderita TB paru di negara
berkembang cukup tinggi, di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110 orang
penderita baru per 100.000 penduduk. Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun
2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per
100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia
dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1. wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah
160 per 100.000 penduduk, 2. wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110
per 100.000 penduduk, 3. wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per
100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68
per 100.000 penduduk. Berdasar pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan
penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 % setiap tahunnya (anggara,
2013)
Angka kejadian TB di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di dunia
setelah India dan Cina. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru
dengan kematian sekitar 91.000 orang. Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif (15-
50 tahun). (Iseman, 2008)
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, tuberkulosismerupakan
penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler
(Surjanto, Eddy dkk, 1997). Pada tahun 1995, WHO memperkirakan bahwa di Indonesia
setiap tahunnya terjadi 500.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar
175.000 (Reviono dkk, 2001).
Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB Paru di
Indonesia, maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB Paru BTA
(+) dengan target dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70 % dari
perkiraan jumlah pender ita paru BTA (+) (Depkes RI, 2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah dengan
penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular.
Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan BTA positif terutama pada waktu batuk
atau bersin, dimana pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada disitu dalam waktu yang lama
(PDPI, 2013).
B. RUMAH
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun
sosial (Sanropie dkk., 1989).
Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang (2000) dan Wicaksono (2009)
yang dikutip dari Winslow antara lain:
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau
dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk mencegah bertambahnya
panas atau kehilangan panas secara berlebihan. Sebaiknya temperatur udara dalam
ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk
daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.
d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun
dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain
gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti
mudah marah dan apatis.
e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk
anakanak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan
bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih
baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain
yang membahayakan.
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan dasar
psikologis penghuninya, seperti:
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya ruangan khusus
untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan
ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur
dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak
boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur
sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-
anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuanya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki
tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih
kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin.
d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu
lintas dalam ruangan
e. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara
kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air
besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau
harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan
pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka jendela
ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke
jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 µg/m3 , asbes bebas tidak melebihi
0,5 fiber/m3 /4 jam, dan timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti berikut:
d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga,
ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak.
Menurut Sanropie (1989), banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya tergantung
kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah akan menuntut
jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada umumnya jumlah
ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut, seperti:
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang
tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan
ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat bermain
anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar matahari. Agar
terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas ruang tidur minimal 9 m2
untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa dan 4 ½
m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai minimal 3 ½ m2
untuk setiap orang, dengan tinggi langit-langit tidak kurang dari 2 ¾ m.
2) Ruang tamu
Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya
diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan ruang
duduk yang dapat dibuka/ditutup atau dengan gorden, sehingga tamu tidak dapat
melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk.
4) Ruang makan
5) Ruang dapur
6) Kamar mandi/W.C
Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara
kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 ½ m dari lantai.
Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah, diusahakan salah
satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan
bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar mandi dan jamban ini harus
dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk mengeluarkan udara dari kamar
mandi dan jamban tersebut keluar, sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau
dari kamar mandi dan W.C.) Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai dengan
jumlah penghuni rumah. Selain itu kebersihannya harus selalu terjaga. Jamban
harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan untuk lebih dari 7
orang.
7) Gudang
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau buatan, yang
secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan. Intensitas minimal
pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut:
a. Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa
oksigen dalam udara.
b. Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat.
c. Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan mulut.
Berdasarkan Azwar (1990), ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan
mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu
a. Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk
melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses
terjadinya aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas
lebih ringan dari pada udara yang dingin.
b. Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara,
misalnya penghisap udara (exhaust ventilation) dan air condition.
6. Binatang penular penyakit
Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang.
7. Air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air minum
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukaan tanah, serta air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun.
11. Atap
Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin, panas
dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti: debu, asap, dan lain-
lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk
dimusim panas dan hangat di musim hujan (Sanropie, 1989).
12. Sarana Sanitasi Rumah
Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan
perumahan sehat adalah sebagai berikut:
a) Sarana air bersih dan air minum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Sarana air bersih adalah semua sarana yang
dipakai sebagai sumber air bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan
sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain
1) jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat
pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter,
2) pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air dengan
pembuatan cincin dan bibir sumur,
3) penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau
perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai air minum,
antara lain:
1) Syarat fisik
Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih
dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman.
2) Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan.
3) Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk bahwa
air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena bakteri ini
selalu terdapat dalam faeces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta
relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air (Entjang, 1997).
c) Jamban/kakus
Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk melepaskan
hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau jamban menurut Azwar
(1990) ialah:
1) Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan orang lain,
terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privacy-nya. Dalam kehidupan
sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk mengadakan ruangan sendiri untuk
kakus di rumah ataupun mendirikan rumah kakus di pekarangan.
2) Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya perbagai
binatang.
3) Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak yang
kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model
cemplung.
4) Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan pada
sumur penampungan atau sumur rembesan.
5) Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup, sehingga dapat
segera dipakai setelah membuang kotoran.
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk
didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak
pembuangan limbah yang tidak baik.
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan,
lantai, dan sebagainya.
3) Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
Letak rumah juga merupakan salah satu faktor yang penting artinya bagi kesehatan
penghuni. Sebagai contoh adalah, sebuah rumah seharusnya tidak didirikan di dekat tempat
dimana sampah dikumpulkan atau dibuang, dengan pertimbangan karena di tempat
pembuangan sampah tersebut akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang akan membawa
kuman penyakit kedalam lingkungan rumah (WHO, 1995).
Perlu diperhatikan juga letak sebuah bangunan hendaknya menyerong dari arah
lintasan matahari yaitu arah utara–selatan untuk mencegah penyinaran yang terus-menerus
pada satu bagian rumah. Di bangun dengan lubang bukaan maksimal pada arah utara, arah
selatan, dan arah timur, serta seminimal mungkin pada arah barat. Lubang bukaan pada arah
utara-selatan diharapkan sebanyak mungkin memasukan sinar matahari dari kubah langit.
Sementara lubang pada arah timur untuk memasukan sinar matahari pagi yang dapat
meningkatkan kesehatan.
Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah menyebabkan rumah terasa
sumpek, pengap, panas, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan penghuni. Selain berguna
untuk penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk
membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet (Azwar,
1996).
BAB III
DESKRIPSI KASUS
Nama : Ny S
Usia : 65 tahun
Alamat : Gintungan, Gogik
Tanggal berobat : 23 Januari 2016
b. Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau
batu yang tidak di 2
plester/papan yang tidak
kedap air
c. Permanen (tembok/ 3
pasangan bata atau batu yang
di plester/papan kedap air)
3. Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bamboo
dekat dengan tanah/plester 1
yang retak/berdebu
c. Diplester/ubin/keramik/pap
2
an (rumah panggung)
b. ada 1
b. ada 1
III PERILAKU
44(bobot)
PENGHUNI
1 Membuka Jendela
a. Tidak pernah dibuka
0
Kamar
b. Kadang-kadang 1
2 Membersihkan rumah
a. Tidak pernah
0
dan halaman
b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2
b. Kadang-kadang ke jamban 1
4 Membuang sampah
a. Dibuang ke sungai/
0
pada tempat sampah kebun/ kolam sembarangan
b. Kadang-kadang dibuang ke
1
tempat sampah
TOTAL HASIL
1061
PENILAIAN
1. Luas Lantai
Rumah dihuni oleh 3 orang anggota keluarga, yang terdiri dari nenek dan 2 cucu.
PEMBAHASAN KASUS
A. Pembahasan Kasus
Pasien yang merupakan penderita TB Paru tentu memerlukan dukungan rumah yang sehat
dan juga lingkungan yang bersih dan bebas dari hal-hal yang kiranya dapat memperparah TB.
Oleh karena itu, setelah penilaian rumah sehat, pasien dan anggota keluarganya diberikan
edukasi mengenai kebersihan rumah.
B. Intervensi
KOMPONEN RUMAH
NO KRITERIA PENILAIAN
YANG DINILAI
I KOMPONEN RUMAH
c. Permanen (tembok/
pasangan bata atau batu yang
di plester/papan kedap air)
3. Lantai a. Tanah
c. Diplester/ubin/keramik/pap
an (rumah panggung)
II SARANA SANITASI
III PERILAKU
PENGHUNI
1 Membuka Jendela
a. Tidak pernah dibuka
Kamar
b. Kadang-kadang
2 Membersihkan rumah
a. Tidak pernah
dan halaman
b. Kadang-kadang
b. Kadang-kadang ke jamban
4 Membuang sampah
a. Dibuang ke sungai/ Terdapat beberapa
pada tempat sampah kebun/ kolam sembarangan tumpukan sampah di
kebun depan rumah
b. Kadang-kadang dibuang ke
tempat sampah