Anda di halaman 1dari 15

HUTAN MANGROVE PELINDUNG QT

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

HUTAN MANGROVE, KAB

Disusun oleh :

1. Faradila XI MIPA 7

2. Hasya Fadhilla XI MIPA 8

3. Rifa Arista XI MIPA 8

4. Fatimah Fitri XI MIPA 9

SMA NEGERI 5 Yogyakarta

2018
Halaman Pengesahan

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan Kelas

XI SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2017/2018.

Disahkan di Yogyakarta pada

Mengesahkan

Kepala Sekolah Guru Pembimbing


Motto Hidup

“Dijalani saja dulu”

-Fatfit
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan

dengan sebaik-baiknya.

Tujuan kami menulis laporan ini, disamping untuk memenuhi tugas

Tak lupa kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

orangtua, kepala sekolah, guru pembimbing, dan pihak-pihak lain yang tidak

dapat kami sebutkan satu-persatu.

Kami juga meminta pembaca untuk memberikan kritik dan saran supaya

tulisan kami menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem yang sangat unik


merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial. Mangrove mendukung
keanekaragaman flora dan fauna yang secara langsung atau tidak langsung
berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia baik dari segi ekonomi,
sosial maupun lingkungan (ekologi). Upaya pemanfaatan hutan mangrove
perlu diselaraskan dengan upaya pelestarian dan penelitian agar fungsi
hutan mangrove secara ekologis dan sosial-ekonomis tetap lestari dan
berkelanjutan. Upaya-upaya yang dilakukan hendaknya melibatkan semua
pihak yang terkait seperti masyarakat, pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat serta pihak-pihak lain dalam bentuk kemitraan yang adil dan
sejajar. Karena letaknya yang berada di ekosistem yang lebih besar yaitu
ekosistem yang diapit oleh ekosistem darat dan ekosistem laut, maka
pengelolaan hutan mangrove sebagai suatu ekosistem harus melibatkan
semua potensi sumber daya alam, manusia dan buatan yang berada di
ekosistem darat, laut dan pesisir itu sendiri.
Pohon mangrove memiliki daun yang lebar dan ujungnya rincing.
Ujung daun yang runcing memudahkan air hujan melewati daun. Seperti
halnya hutan hujan tropis, pohon mangrove juga memiliki akar penyangga
tetapi berukuran kecil. Selain akar penyangga, juga terdapat akar tiang dan
akar napas. Akar penyangga dan tiang menjadi penyokong batang pohon
mangrove di daerah yang berlumpur. Tanah yang secara terus menerus
tergenang air menyebabkan kandungan oksigen sangat sedikit. Untuk itu,
akar napas menjorok keluar dari tanah berlumpur untuk mengambil oksigen
dari udara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hutan mangrove?
2. Apa perbedaan hutan mangrove dengan bakau?
3. Bagaimana karakteristik habitat hutan mangrove?
4. Apa yang mengakibatkan rusaknya hutan mangrove?
5. Upaya apa saja yang harus dilakukan untuk memperbaiki kawasan hutan
mangrove?
6. Bagaimana cara mengatasi sampah-sampah yang berada di hutan
mangrove?
C. Tujuan Penulisan
Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan tentang
hutan mangrove dalam segala aspek.
D. Manfaat Penulisan
Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca tentang perbedaan
mangrove dan bakau, ekosistem hutan mangrove, akibat rusaknya hutan
mangrove, serta upaya untuk memperbaiki kawasan hutan mangrove.
E. Metodologi Pengambilan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode studi
dokumen.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Hutan mangrove seringkali disebut dengan hutan bakau. Akan tetapi


sebenarnya istilah bakau hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan
penyusun hutan mangrove, yaitu Rhizopora spp. Oleh karena itu, istilah hutan
mangrove sudah ditetapkan sebagai nama baku untuk mangrove forest (Dahuri,
1996).

Mangrove merupakan pohon yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
(intertidal trees), ditemukan di sepanjang pantai tropis di seluruh dunia.
Pohonmangrove memiliki adaptasi fisiologis secara khusus untuk menyesuaikan
diri dengan garam yang ada di dalam jaringannya. Mangrove juga memiliki
adaptasi melalui sistem perakaran untuk menyokong dirinya di sedimen lumpur
yang halus dan mentransportas ikan oksigen dari atmosfer ke akar. Sebagian besar
mangrove memiliki benih terapung yang diproduksi setiap tahun dalam jumlah
besar dan terapung hingga berpindah ke tempat baru untuk berkelompok
(Kusmana, 1997).

Bangen (2001) menyebutkan karakteristik hutan mangrove sebagai


berikut:

a. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya


berlumpur,berlempung atau berpasir.
b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun
yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan
menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove.
c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.
d. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air
bersalinitas payau (2-22 permil) hingga asin (mencapai 38 permil).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Hutan Mangrove

Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan


bahasa Inggris grove. Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis
pasang surut.Jadi Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai,
daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena
merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut
akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.

3.2 Perbedaan Mangrove dan Hutan Bakau

Istilah mangrove tidak selalu diperuntukkan bagi kelompok spesies dengan


klasifikasi taksonomi tertentu saja, tetapi dideskripsikan mencakup semua
tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran terhadap garam. Tanaman
yang mampu tumbuh di tanah basah lunak, habitat air laut dan terkena fluktuasi
pasang surut. Sebagai tambahan, tanaman tersebut mempunyai cara reproduksi
dengan mengembangkan buah vivipar yang bertunas (seed germination) semasa
masih berada pada pohon induknya. Mangrove dalam ekologi tumbuhan
digunakan untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal
dangkal di rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan
terdiri dari bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis.

Istilah “bakau” adalah sebutan bagi jenis utama pohon Rhizophora sp.
yang dominan hidup di habitat pantai. Walaupun tidak sama dengan istilah
mangrove banyak orang atau penduduk awam menyebut hutan mangrove sebagai
hutan bakau atau secara singkat disebut bakau. Disebut pula hutan payau karena
hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau.
3.3 Karakteristik Habitat Hutan Mangrove

 Umumnya tumbuh pada daerah pasang surut yang jenis tanahnya


berlumpur, berlempung, atau berpasir.
 Tergenang air laut secara berkala.
 Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.
 Terlindung dari gelombang besar dan arus pasut yang kuat
 Air bersalinitas payau (2 – 22 permil) hingga asin (38 permil)

3.4 Faktor Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove

 Pemanfaatan yang tidak terkontrol, karena ketergantungan masyarakat


yang menempati wilayah pesisir sangat tinggi.
 Konversi hutan mangrove untuk berbagai kepentingan tanpa
mempertimbangkan kelestariandan fungsinya terhadap lingkungan sekitar
merupakan penyebab utama menurunnya luasan hutan mangrove secara
signifikan.
 Exploitasi Hutan mangrove secara berlebihan,tanta pemulihan kembali.
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan besarnya manfaat hutan mangrove
bagi kelangsungan hidup manusia.
 Banyaknya sampah yang berada dikawasan hutan magrove yang terbawa
oleh arus sungai.

3.5 Upaya Untuk Memperbaiki Kawasan Hutan Mangrove

 Penanaman kembali mangrove dan melakukan Pembersihan sampah


sampah yang berada di kawasan hutan mangrove serta memperbaiki
fasilitas yang ada.
 Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
memanfaatkan mangrove secara bertanggungjawab.
 Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
 Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir
 Program komunikasi konservasi hutan mangrove
 Penegakan hukum
 Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis
masyarakat.
 Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir,pemukiman, vegetasi,dll.

3.6 Cara mengatasi sampah-sampah yang berada di hutan mangrove

Upaya penanganan permasalahan sampah yang dilaporkan volumenya


kini mencapai 5.806 m kubik per hari. Upaya untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan Pengembangan Desa Sadar Lingkungan/DSL (untuk Tahun 2010
telah terbentuk 10 DSL), Gerakan bersih sampah plastik; Pengembangan dan
penyaluran kompos; dan Gerakan 3 R (Reuse/pemakaian kembali,
Reduce/pengurangan, dan Recycle/daur ulang). Upaya lainnya adalah Pengelolaan
lingkungan kawasan suci (Pura); Mengembangkan Bapak Angkat; dan Pemberian
penghargaan Sad Kertih. Termasuk dalam program ini adalah program Bali Clean
and Green yang pada Januari tahun 2011 lalu telah disosialisasikan ke
kabupaten/kota se-Bali.

Dari 5.806 meter kubik volume sampah yang dihasilkan masyarakat dalam
sehari, sebagian (40%) diantaranya disinyalir berupa sampah plastik yang terdiri
dari tas kresek, kantong plastik, pembungkus makanan ringan, botol minuman,
botol air mineral dan sejenisnya. Untuk itu, pengelolaan sampah saat ini tidak lagi
dapat dilakukan dengan cara lama – membuang sampah begitu saja di tempat
pembuangan sampah – melainkan perlu dilakukan penyadaran masyarakat agar
sejak awal melakukan pemilahan antara sampah bukan organik dengan sampah
organik. Agar upaya pemilahan sampah ini berhasil, perlu adanya upaya untuk
menguatkan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada untuk mengajak segenap
anggotanya mengubah perilaku dalam penanganan sampah. Program Desa Sadar
Lingkungan (DSL) diharapkan menjadi pelopor dalam kaitan ini.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada pembahasan dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
1) Mangrove merupakan ekosistem yang sangat khas, sehingga manfaatnya
bukan hanya dari kayu saja, tetapi juga berbagai jasa lingkungan lainnya
yang sangat penting bagi pendukung kehidupan. Sehingga hilangnya
mangrove, secara total akan memberikan dampak kerugian yang sangat
besar bagi nilai ekonomi maritim Indonesia.
2) Perkembangan kondisi lingkungan Hutan mangrove di Bali dari tiap
tahunnya mengalami perkembangan yang baik, karena adanya upaya
rehabilitasi serta penanaman bibit baru pada lahan sekitarnya.
3) Sampah atau limbah rumah tangga masih menjadi kendala utama dalam
pelestarian Hutan Mangrove.Pengelolaan Hutan Mangrove di Bali, yang
dikarenakan kekurangsadaran masyarakat sekitarnya yang masih
membuang sampah atau limbah rumah tangga ke kali yang bermuara ke
hutan tersebut.
4) Hutan Mangrove memiliki peranan dan manfaat yang sangat baik
ekosistem sekitar dan memiliki nilai ekonomi yang dapat diandalkan untuk
memajukan perekonomian.

B. Saran
1. Sebaiknya dibudayakan dan dirawat kelestarianya Hutan Mangrove
2. Dalam rangka mempertahankan bahkan kemungkinan meningkatkan nilai
ekonomi maritim Indonesia, Pemerintah perlu menyetop kegiatan konversi
Hutan Mangrove ke bentuk apapun.
3. Pemerintah daerah harus lebih giat lagi melakukan penyuluhan atau
sosialisasi pentingnya keberadaan hutan mangrove kepada masyarakat
yang bertempat tinggal di sekitar kawasan Hutan Mangrove.
4. Kegiatan pengelolaan Hutan Mangrove yang optimal harus dihitung atas
dasar kepentingan ekonomi, ekologis, dan sosial yang berimbang.
Sehingga diperlukan zona-zona pemanfaatan Mangrove yang
mengakomodir kepentingan perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan
mangrove secara tepat.
5. Dikawasan hutan magrove harus tetap diperhatikan fasilitas dan
kebersihannya agar tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

http://artikelddk.com/makalah-hukum-lingkungan/

http://pinterdw.blogspot.co.id/2012/01/perbedaan-antara-mangrove-dengan-
hutan.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai