Disusun oleh:
DAPERTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat meyelesaikan dan menyusun makalah tentang “AUDIT SIKLUS PRODUKSI” ini dengan
baik dan tanpa kendala yang berarti.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu dengan senang hati dan berbesar hati kami sebagai penulis menerima
semua kritik dan saran yang sifatnya membangun dan memberi semangat demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap makalahini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran di dalam kelas.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena memberikan
pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal perkembangannya
auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan,
kemudian berkembang menjadi pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat
atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan.
Seorang auditor bertugas untuk memeriksa dan mampu memberikan opini publik atas
kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang ditentukan IAPI.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang auditor yang senantiasa menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Dengan profesionalisme yang selalu dipegang
oleh auditor, diharapkan kualitas audit akan meningkat dan citra profesi auditor tetap selalu
terjaga dengan baik. Kualitas Audit ini penting karena dengan Kualitas Audit yang tinggi
maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa audit siklus produksi ?
2. Bagaimana aktivitas aktivitas audit produksi ?
3. Bagaimana pengujian substantive audit produksi ?
1.3Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui audit siklus produksi
2. Untuk mengetahui aktivitas aktivitas audit produksi
3. Untuk mengetahui pengujian substantive audit produksi
BAB II
PEMBAHASAN
Pencatatan transaksi akuntansi biaya bermula dari penyerahan bahan baku dan pembantu
diakhiri dengan penyerahan produk yang diselesaikan ke gudang. Hal ini berbeda dengan
pendekatan dalam pengauditan, yang membagi aktivitas audit dalam beberapa siklus audit.
1. Transaksi pencatatan pembelian bahan diaudit melalui siklus pembelian.
2. transaksi yang mempengaruhi tenaga kerja langsung dan overhead pabrik diaudit melalui
siklus jasa-jasa tenaga kerja.
3. transaksi yang mempengaruhi pencatatan produk dalam proses, persediaan produk jadi
dan produk dalam proses diaudit melalui siklus produksi . Transaksi yang membentuk
cost produk terjual dan piutang dagang diaudit melalui siklus pendapatan.
Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan yang Bersangkutan
Siklus persediaan dan penggudangan dapat dipandang sebagai dua sistem yang
terpisah tetapi berkaitan erat, yang satu menyangkut aliran fisik barang dan lainnya adalah
aliran biaya yang bersangkutan. Ada enam fungsi yang membentuk sisklus persediaan dan
penggudangan, yaitu sebagai berikut:
Pengolahan Barang
Suatu sistem akuntansi biaya yang memadai merupakan bagian penting untuk fungsi
pengolahan barang pada semua perusahaan manufaktur. Sistem tersebut menghasilkan
informasi untuk perencanaan dan pengawasan manajemen dan penilaian persediaan untuk
penyusunan laporan keuangan. Ada dua sistem akuntansi biaya, yaitu: sistem harga pokok
pesanan (job cost system) dan sistem harga pokok proses (process cost system). Dalam
akuntansi biaya pesanan biaya dikumpulkan menurut pesanan individual pada saat bahan baru
dipakai dan biaya tenaga kerja terjadi. Dalam sistem akuntansi biaya proses, biaya
dikumpulkan per proses, dengan biaya per untnya untuk setiap proses dibebankan pada produk
sepanjang proses yang dilalui.
Catatan akuntansi biaya terdiri dari master file, spreadsheets, dan laporan yang
mengumpulkan bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik per pesanan atau
proses ketika biaya-biaya tersebut terjadi. Ketika pesanan atau produk selesai, biaya pokok
yang bersangukan ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi berdasarkan laporan
bagian produksi.
2.Memindahkan barang
Memroses barang dalam produksi
Tenaga kerja yang digunakan untuk mengerjakan perintah produksi tertentu dicatat
dalam tiket waktu; fungsi pencatatan waktu ini juga bisa dilakukan dengan mengharuskan
karyawan memasukkan tanda pengenal mereka kedalam terminal komputer, kemudian
mengetikkan nomor perintah produksi setiap kali mereka memulai atau berhenti
mengerjakan suatu pesanan. Dalam kedua cara itu, suatau ikhtisar harian mengenai
penggunaan tenaga kerja biasanya disiapkan dari data catatan waktu sebagai komponen
laporan aktivitas produksi harian.
Ketika pekerjaan atas suatu perintah produksi sudah selesai dalam satu departemen
dan barangnya sudah lulus inspeksi, maka pemindahan barang itu ke departemen
berikutnya akan diotorisasi dengan sebuah tiket perpindahan yang harus ditandatangani
oleh departemen yang menerima barang itu. Teknologi informasi, atau cara lain, harus
mencocokkan tiket waktu dan tiket perpindahan dengan pencatatan akhrinya tentang biaya
pabrikasi
Memindahkan barang yang sudah selesai ke barang jadi
Apabila pembuatan suatu pesanan sudah selesai dan barangnya sudah lulus Inspeksi
akhir, maka disusunlah sebuah laporan produksi yang sudah selesai. Barang itu kemudian
dikirimkan ke gudang barang jadi, yang menerima tanggung jawab atas barang itu dengan
menandatangani tiket perpindahan akhir.
Melindungi persediaan
Persediaan pabrikasi sangat rentan terhadap pencurian dan kerusakan. Penyimpanan
persediaan bahan baku dan barang jadi dalam ruang kunci terkunci dengan akses yang
terbatas pada orang-orang yang diberi otorisasi merupakan hal yang penting dalam
melindungi aktiva ini. Proteksi terhadap barang dalam proses dapat dilakukan dengan
mengawasi daerah produksi oleh penyelia dan petugas keamanan pabrik, pembrian label
pada barang, dan penggunaan tiket pepindahan bernomor urut untuk mengendalikan
perpindahan barang dalam proses disekitar pabrik.
3. Mencatat transaksi pabrikasi dan persediaan:
Menentukan dan mencatat biaya-biaya pabrikasi
Fungsi ini menyangkut hal-hal berikut ini:
Membebankan bahan langsung dan tenaga kerja langsung kebarang dalam proses
Mengenakan overhead pabrikasi ke barang dalam proses.
Memindahkan biaya diantara departemen produksi (menurut sistem biaya proses).
Untuk menghasilkan bahwa biaya pabrikasi telah dicatat dengan tepat, bagan akun harus
menyediakan sejumlah akun yang diperlukan untuk mengklasifikasikan dan memantau biaya-
biaya semacam itu secara layak. Selain itu, pelaporan data biaya yang tepat waktu untuk
digunakan dalam menelaah kinerja manajemen mengenai aktivitas produksi dan pengendalian
biaya juga merupakan alat yang berguna untuk mendeteksi kesalahan klasifikasi ketika
mencatat biaya pabrikasi.Laporan semcam itu biasanya mencakup perbandingan antara data
aktual dan yang dianggarkan menurut berbagai klasifikasi biaya. Pengendalian tambahan
terhadap pencatatan biaya pabrikasi meliputi :
Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk pengalokasian biaya pabrikasi
ke barang dalam proses dengan data mengenai penggunaan bahan dan tenaga kerja
dalam laporan aktivitas produksi harian.
Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk transfer barang dalam
proses ke barang jadi dengan data yang ada dalam laporan produksi yang sudah
selesai
Menjaga kebenaran saldo-saldo persediaan
Mempertahankan kebenaran saldo-saldo persediaan melibatkan tiga aktivitas. Pertama, harus
dilakukan perhitungan periodik yang independen terhadap persediaan yang ada ditangan dan
pembandingan dengan kuantitas yang tercatat menurut catatan persediaan perpetual.
Pembandingan ini dapat mengungkapkan kuantitas yang dicatat tetapi sudah tidak ada lagi, catatan
kuantitas ditangan tidak lengkap, atau jenis-jenis persediaan yang salah diklasifikasikan dalam
catatan. Kedua, harus dilakukan pengecekan periodik yang independen terhadap kesesuaian antara
jumlah dolar yang tercatat dalam file induk persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi dengan masing-masing akun pengendali buku besar umum. Ketiga, melalui inspeksi
periodik terhadap kondisi persediaan dan penelaahan manajemen atas laporan aktivitas persediaan,
penyesuaian untuk menrunkan nilai tercatat persediaan kenilai pasar harus dilakukan bila
diperlukan.
2.3 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO PERSEDIAAN
2) PROSEDUR ANALITIS
Dengan mengetahui penurunan yang tajam dalam rasio perputaran persediaan klien
yang mencerminkan keadaan yang sedang terjadi dalam industri, dapat membantu auditor
menyimpulkan bahwa penurunan itu tidak mengindikasikan kesalahan yang berhubungan
dengan keberadaan atau keterjadian atau kelengkapan data klien yang digunakan dalam
menghitung rasio perputaran persediaan, melainkan mengindikasikan masalah penilaian
yang berkaitan dengan penurunan permintaan yang mungkin akan diikuti oleh
menurunnya harga pasar. Review atas hubungan antara saldo persediaan dengan aktivitas
pembelian, produksi, dan penjualan terakhir juga akan membantu auditor memahami
perubahan-perubahan dalam tingkat persediaan. (Boynton, 2003:158)
Menurut Haryono (2014:785), ada beberapa prosedur analitis yang sering digunakan,
antara lain :
Gambar 5-4 Prosedur Analitis untuk Siklus Persediaan dan Penggudangan
Pengujian harga persediaan mencakup semua pengujian atas harga per unit yang
digunakan klien untuk memastikan bahwa harga-harga tersebut benar. Kompilasi persediaan
meliputi pengujian atas pengikhtisaran penghitungan fisik persediaan yang dibuat klien,
penghitungan ulang harga dikalikan kuantitas, penjumlahan vertical ikhtisar persediaan, dan
menelusur totalnya ke buku besar
Pengendalian internal sekitar penetapan harga pokok per unit yang terintegrasi dengan catatan
produksi dan akuntansi lainnya memberikan asurans bahwa klien menggunakan biaya perolehan
(harga pokok) yang benar untuk persediaan akhir. Catatan biaya standaryang menunjukkan
selisih (variances) biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik bermanfaat
untuk menilai kewajaran catatan produksi apabila manajemen memiliki prosedur yang diterapkan
agar standar termutakhirkan apabila terjadi perubahan dalam proses dan biaya produksi.
Klien perlu memiliki pengendalian internal untuk kompilasi persediaan untuk
memastikan bahwa hasil penghitungan fisik diikhtisarkan dengan tepat, diberi harga sesuai
dengan harga yang tercantum dalam catatan, dikalikan dan dijumlahkan dengan benar, dan
dimasukkan ke dalam master file persediaan perpetual serta ke akun buku besar persediaan
dengan jumlah yang tepat. unit, dan nilai persediaan (kuantitas dikalikan harga). Kita berasumsi
bahwa informasi yang tercermin dalam catatan persediaan perpetual dicatat dengan urutan :
bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi secara terpisah. Total dari daftar tersebut harus
sama dengan saldo di buku besar
Penilaian Persediaan
Dalam melakukan pengujian penilaian persediaan (sering disebut juga pengujian harga),
auditor berhadapan dengan tiga persoalan. Pertama, metoda harus sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Kedua, penerapan metoda harus konsisten dari tahun ke tahun.
Ketiga, harus mempertimbangkan antara biaya perolehan dengan nilai pasar (biaya
pengganti atau nilai bersih bisa direalisasi). Karena metoda untuk memeriksa penentuan
harga persediaan tergantung pada apakah persediaan tersebut dibeli atau diproduksi, maka
kedua kategori ini dibahas secara terpisah
Tipe utama persediaan yang termasuk dalam kategori ini ialah bahan baku, suku
cadang, dan perlengkapan (supplies). Tahap pertama dalam memeriksa penilaian
persediaan yang dibeli,a uditor harus memastikan apakah klien metoda MKP (masuk
pertama keluar pertama), rata-rata tertimbang atau metoda lainnya. Auditor juga harus
menentuka biaya mana yang harus dimasukkan dalam penilaian suatu unru dari persediaan
Dalam memilih unsur persediaan yang akan ditetapkan harganya, auditor harus fokus pada
persediaan dengan saldo rupiah yang besar dan pada produk yang diketahui memiliki
fluktuasi harga yang tinggi. Auditor juga harus menguji sampel yang representative dari
semua jenis persediaan dan bagian. Sampling variabel terstrata atau sampling moneter
biasa digunakan dalam pengujian ini
Dalam menetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
mempertimbangkan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dalam
menetapkan harga bahan baku dalam barang yang diproduksi, auditor harus
mempertimbangkan biaya perolehan per unit bahan baku maupun jumlah unti yang
diminta untuk menghasilkan satu unit output. Demikian pula, ketika memeriksa biaya
tenaga kerja langsung auditor harus memeriksa biaya tenaga langsung per jam dan jumlah
jam kerja yang dibutuhkan untuk meghasilkakn suatu produk
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita
semua tentang auditing. Khususnya tentang audit terhadap siklus produksi
DAFTAR PUSTAKA