Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGAUDITAN II

AUDIT SIKLUS PRODUKSI

Disusun oleh:

Nur Ikhwana A31116029


Andi Nurul Fahimah A31116034

DAPERTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat meyelesaikan dan menyusun makalah tentang “AUDIT SIKLUS PRODUKSI” ini dengan
baik dan tanpa kendala yang berarti.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu dengan senang hati dan berbesar hati kami sebagai penulis menerima
semua kritik dan saran yang sifatnya membangun dan memberi semangat demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap makalahini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran di dalam kelas.

Makassar, 8 Maret 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena memberikan
pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal perkembangannya
auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan,
kemudian berkembang menjadi pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat
atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan.
Seorang auditor bertugas untuk memeriksa dan mampu memberikan opini publik atas
kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang ditentukan IAPI.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang auditor yang senantiasa menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Dengan profesionalisme yang selalu dipegang
oleh auditor, diharapkan kualitas audit akan meningkat dan citra profesi auditor tetap selalu
terjaga dengan baik. Kualitas Audit ini penting karena dengan Kualitas Audit yang tinggi
maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa audit siklus produksi ?
2. Bagaimana aktivitas aktivitas audit produksi ?
3. Bagaimana pengujian substantive audit produksi ?

1.3Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui audit siklus produksi
2. Untuk mengetahui aktivitas aktivitas audit produksi
3. Untuk mengetahui pengujian substantive audit produksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Siklus Produksi


Siklus produksi Adalah aktivitas yang terkait dengan pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi. Aktivitas produksi bermula dengan permintaan bahan baku dan bahan-bahan lainnya untuk
diproses dalam pabrik dan diakhiri dengan penyerahan produk jadi ke gudang. Dalam siklus ini
terjadi intraksi antara jasa-jasa tenaga kerja, peralatan produksi, dan bahan baku dan pembantuan
yang diolah menjadi produk baru yang mempunyai nilai guna lebih tinggi.
Siklus produksi terdiri atas:
1. Tipe dan jumlah barang yang akan diproduksi
2. Pengendalian jumlah persediaan
3. Transaksi dan peristiwa yang terkait dengan proses produksi

Pencatatan transaksi akuntansi biaya bermula dari penyerahan bahan baku dan pembantu
diakhiri dengan penyerahan produk yang diselesaikan ke gudang. Hal ini berbeda dengan
pendekatan dalam pengauditan, yang membagi aktivitas audit dalam beberapa siklus audit.
1. Transaksi pencatatan pembelian bahan diaudit melalui siklus pembelian.
2. transaksi yang mempengaruhi tenaga kerja langsung dan overhead pabrik diaudit melalui
siklus jasa-jasa tenaga kerja.
3. transaksi yang mempengaruhi pencatatan produk dalam proses, persediaan produk jadi
dan produk dalam proses diaudit melalui siklus produksi . Transaksi yang membentuk
cost produk terjual dan piutang dagang diaudit melalui siklus pendapatan.

Siklus produksi berintraksi dengan:


 Siklus pengeluaran
Terdiri aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akuisis dan pembayaran barang serta jasa,
aktivitas utama dari siklus pengeluaran adalah :
 Membeli barang dan jasa-transaksi pembelian
 Melakukan pembayaran- transaksi pengeluaran kas
 Siklus personalia
Siklus personalian suatu perusahaan meliputi kejdian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang
bersangkutan dengan pemberian kompensasi kepada pimpinan dan pegawai perusahaan. Yaitu;
Gaji dan upah.
 Siklus pendapatan
Terdiri dari aktivitas- aktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan
pelanggan dan penagihan pendaptan dalam bentuk kas.

Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan yang Bersangkutan
Siklus persediaan dan penggudangan dapat dipandang sebagai dua sistem yang
terpisah tetapi berkaitan erat, yang satu menyangkut aliran fisik barang dan lainnya adalah
aliran biaya yang bersangkutan. Ada enam fungsi yang membentuk sisklus persediaan dan
penggudangan, yaitu sebagai berikut:

 Pembuatan order pembelian


Siklus pembelian dan penggudangan dimulai dengan adanya permintaan bahan baku untuk
produksi. Pengendalian yang memadai perlu diciptakan apakah pembelian persediaan untuk
bahan baku (dalam perusahaan manufaktur) ataukah untuk barang jadi (dalam perusahaan
barang dagang). Permintaan pembelian adalah formulir yang digunakan untuk meminta agar
bagian pembelian memesan persediaan. Permintaan ini bisa diinisiasi oleh pegawai
gudang ketika bahan baku dibutuhkan, atau oleh perangkat lunak komputer secara otomatis
akan memesan barang ketika persediaan mencapai tingkat tertentu, dipesan jika ada kebutuhan
untuk produksi, atau dipesan secara rutin setelah dilakkan perhitungan persediaan periodik.

 Penerimaan Bahan Baku


Penerimaan bahan baku, yang juga merupakan bagian dari siklus pembelian dan
pembayaran, meliputi inspeksi atas barang yang diterima untuk memeriksa kebenaran jumlah
maupun kualitasnya. Bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang yang akan
menjadi salah satu dokumen yang diperlukan sebelum pembayaran bisa dilakukan. Setelah
diperiksa, bahan baku dikirim ke gudang dan copy dari laporan penerimaan barang berkenan
denga penerimaan barang, biasanya juga dikirim ke bagian pembelian, gudang, dan bagian
utang usaha. Pengawasan dan tanggungjawab diperlukan pada setiap pengiriman/perpindahan
barang.

 Penggudangan Bahan Baku


Setelah diterima, bahan baku biasanya disimpan dalam gudang apabila bagian lain
memerlukan bahan baku untuk produksi, pegawai dari bagian produksi mengirimkan
permintaan bahan baku yang telah mendapat otorisasi dari kepala bagian produksi, perintah,
atau dokuemen serupa. Dokumen permintaan ini digunakan untuk memutahirkan master file
persediaan perpetual dan mencatatat pengiriman dari bahan baku ke akun persediaan dalam
proses.

 Pengolahan Barang
Suatu sistem akuntansi biaya yang memadai merupakan bagian penting untuk fungsi
pengolahan barang pada semua perusahaan manufaktur. Sistem tersebut menghasilkan
informasi untuk perencanaan dan pengawasan manajemen dan penilaian persediaan untuk
penyusunan laporan keuangan. Ada dua sistem akuntansi biaya, yaitu: sistem harga pokok
pesanan (job cost system) dan sistem harga pokok proses (process cost system). Dalam
akuntansi biaya pesanan biaya dikumpulkan menurut pesanan individual pada saat bahan baru
dipakai dan biaya tenaga kerja terjadi. Dalam sistem akuntansi biaya proses, biaya
dikumpulkan per proses, dengan biaya per untnya untuk setiap proses dibebankan pada produk
sepanjang proses yang dilalui.
Catatan akuntansi biaya terdiri dari master file, spreadsheets, dan laporan yang
mengumpulkan bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik per pesanan atau
proses ketika biaya-biaya tersebut terjadi. Ketika pesanan atau produk selesai, biaya pokok
yang bersangukan ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi berdasarkan laporan
bagian produksi.

 Penyimpanan Barang Jadi


Setelah barang jadi selesai, barang-barang tersebut disimpan di gudang, menunggu
pengiriman ke konsumen. Dalam perusahaan yang memiliki pengendalian internal baik,
persediaan barang jadi berada sdalam pengawasan fiisk di lokasi yang terpisah, di area yang
hanya bisa dimasuki oleh petugas tertentu. (Haryono,2014:774).

 Pengiriman Barang Jadi


Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penerimaan piutang.
Pengiriman barang ke konsumen dalam pertukaran kas dengan atau aset lainnya. Pada
kebanyakan transaksi penjualan, pengiriman sesungguhnya menjadi penyebab terjadinya
pengakuan piutang usaha dalam sistem akuntansi. Oleh karena itu, pengiriman barang jadi
harus diotorisasi dengan menggunakan dokumen peniriman barang yang tepat.
(Haryono,2014:775)

2.2 AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PABRIKASI
Pesanan penjualan dapat Untuk tingkat risko audit tertentu, risiko pengujian rincian
berhubungan terbalik dengan penelitian tingkat risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan
risiko pengendalian. Jadi, faktor-faktor yang berkaitan dengan penilaian ini harus
dipertimbangkan dalam penentuan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima untuk
setiap asersi piutang usaha.
Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada penilaian
risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi ini dalam hal ini penjualan kredit,
penrimaan kas, dan penyesuaian penjualan yang mempengaruhi saldo piutang usaha. Ingat
kembali bahwa penialaian atas asersi kelompok transaksi memperngaruhi asersi saldo akun
yang sama untuk akun yang dipengaruhi oleh transaksi ini dengan pengecualaian sebagai
berikut: penilaian risiko pengendalian untuk asersi eksistensi atau kejadian dan kelengakapan
untuk kelompok transaksi yang menurunkan saldo akun mempengaruhi penialain atas asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk kelompok transaksi yang menurunkan saldo
akun mempengaruhi penialain atas asersi akun yang berlawanan. Jadi, baik penerimaan kas
maupun transaksi penyesuaian penjualan menurunkan saldo piutang usaha, maka penialaian
atas asersi eksistensi atau kejadian untuk kelompok transaksi ini akan memepenagruhi
penilaian gabungan atas asersi kelengkapan untuk piutang usaha. Demikian juga, penialaian
atas asersi kelengkapan untuk kelompok transaksi ini mempengaruhi penilaian gabungan atas
asersi eksistensi atau kejadian untuk piutang usaha.
Penilaian tingkat risiko inheren yang direncanakan, risiko prosedru analitis, dan risiko
pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit, yaitu pada fase
perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pegujian rincian yang tepat dan tingkat pengujian
substanttif terkait dengan yang direncanakan, yang ditetapkan dalam strategi audit
pendahuluan untuk setiap asersi. Jika penilaian aktual atau akhir berbeda dengan penilaian
yang direncanakan, maka model risiko audit akan digunakan sekali lagi dengan data aktual
untuk menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima yang telah direvisi dan
tingkat

AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PEMBELIAN


DOKUMEN DARI CATATAN UMUM
 Perintah Produksi (production order). Formulir yang menunjukkan
kuantitas dan jenis barang yang akan dibuat. Suatu perintah produksi
mungkin berkaitan dengan suatu pesanan atau proses yang berkelanjutan.
 Slip kebutuhan bahan (material requirement report). Berisi daftar bahan
baku dan komponen yang diperlukan untuk memenuhi perintah produksi.
 Slip pengeluaran bahan (materials issue slip). Otorisasi tertulis dari
departemen produksi kepada gudang penyimpanan untuk mengeluarkan
bahan untuk digunakan berdasarkan perintah produksi yang telah disetujui.
 Tiket waktu (time ticket). Catatan waktu kerja seseorang karyawan atas
pekerjaan tertentu.
 Tiket perpindahan (move ticket). Pemberitahuan yang mengotorisasi
perpindahan fisik barang dalam proses diantara departemen produksi, dan
diantara barang dalam proses serta barang jadi.
 Laporan aktivitas Produksi harian (daily production activity report).
Laporan yang menunjukkan bahwa pekerjaan atas sebuah perintah
produksi sudah diselesaikan.
 Buku besar pembantu atau file induk persediaan (catatan persediaan
perpetual). Catatan yang diselenggarakan terpisah untuk bahan baku,
barang dalam proses dan barang jadi. Catatan ini berisi informasi tentang
unit dan biaya yang ditambahkan ked an dikurangkan dari masing-masing
akun persediaan, serta unit-unit yang ada ditangan dan biaya terkait yang
membentuk saldo persediaan pada suatu titik waktu.
 File induk biaya standar (standar cost master file). File komputer yang
berisi biaya standar.
 File induk persediaan bahan baku (raw-materias inventory master file).
File komputer yang memuat jumlah biaya aktual barang dalam proses.
File ini digunakan untuk menyusun laporan produksi harian.
 File induk persediaan barang jadi (finished goods mater file). File
komputer yang berisi jumlah total biaya-biaya produksi. File ini dapat
digunakan sebagai persediaan perpetual untuk barang jadi.
(Boynton,2003:144)
 
Fungsi-Fungsi dan Pengendalian Terkait
Pelaksanaan dan pencatatan transaksi pabrikasi serta pengamanan persediaan
melibatkan fungsi-fungsi pabrikasi, berikut ini:
1.Memulai produksi:
 Merencanakan dan mengendalikan produksi
Otorisasi produksi dibuat dalam departemen perencanaan dan pengendalian
produksi berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan atau analisis peramalan
penjualan serta kebutuhan persediaan.Pendokumentasian otorisasi ini dilakukan dengan
menerbitkan perintah produksi bernomor urut. Teknologi informasi atau cara lain, harus
digunakan untuk mempertanggungjawabkan seluruh perintah produksi yang dikeluarkan dan
pecatatan akhirnya tentang biaya pabrikasi. Sebuah laporan kebutuhan bahan juga disiapkan
yang menunjukkan bahan dan komponen yang diperlakukan serta yang ada ditangan. Apabila
pesanan harus dilakukan kepada pemasok, maka salinan laporan ini akan dikirimkan ke
sebagian pembelian. Depertemen perencanaan dan pengendalian produksi juga
bertanggung jawab untuk memantau penggunaan bahan dan tenaga kerja, serta memantau
kemajuan perintah produksi sampai diselesaikan dan dipindahkan kebarang jadi. Penelaah
atas laporan aktivitas produksi harian dan laporan produksi yang sudah selesai sangat
penting dalam memenuhi tanggung jawab ini. Gudang akan menyerahkan bahan baku
kebagian produksi setelah menerima slip pengeluaran bahan (atau permintaan) yang dibuat
oleh departemen produksi. Slip ini menunjukkan kuantitas dan jenis bahan yang diminta
serta nomor perintah produksi yang harus dibebani. Setiap slip harus ditandatangani oleh
penyedia atau pekerja produksi yang berwenang. Teknologi informasi, atau cara lain,
harus digunakan untuk mencocokan slip pengeluaran bahan dengan perintah produksi dan
pencatatan akhirnya tentang biaya pabrikasi. Sebuah ikhtisar harian mengenai penggunaan
bahan biasanya disiapkan sebagai salah satu komponen laporan aktivitas produksi harian
yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian produksi.

2.Memindahkan barang
 Memroses barang dalam produksi
Tenaga kerja yang digunakan untuk mengerjakan perintah produksi tertentu dicatat
dalam tiket waktu; fungsi pencatatan waktu ini juga bisa dilakukan dengan mengharuskan
karyawan memasukkan tanda pengenal mereka kedalam terminal komputer, kemudian
mengetikkan nomor perintah produksi setiap kali mereka memulai atau berhenti
mengerjakan suatu pesanan. Dalam kedua cara itu, suatau ikhtisar harian mengenai
penggunaan tenaga kerja biasanya disiapkan dari data catatan waktu sebagai komponen
laporan aktivitas produksi harian.
Ketika pekerjaan atas suatu perintah produksi sudah selesai dalam satu departemen
dan barangnya sudah lulus inspeksi, maka pemindahan barang itu ke departemen
berikutnya akan diotorisasi dengan sebuah tiket perpindahan yang harus ditandatangani
oleh departemen yang menerima barang itu. Teknologi informasi, atau cara lain, harus
mencocokkan tiket waktu dan tiket perpindahan dengan pencatatan akhrinya tentang biaya
pabrikasi
 Memindahkan barang yang sudah selesai ke barang jadi
Apabila pembuatan suatu pesanan sudah selesai dan barangnya sudah lulus Inspeksi
akhir, maka disusunlah sebuah laporan produksi yang sudah selesai. Barang itu kemudian
dikirimkan ke gudang barang jadi, yang menerima tanggung jawab atas barang itu dengan
menandatangani tiket perpindahan akhir.
 Melindungi persediaan
Persediaan pabrikasi sangat rentan terhadap pencurian dan kerusakan. Penyimpanan
persediaan bahan baku dan barang jadi dalam ruang kunci terkunci dengan akses yang
terbatas pada orang-orang yang diberi otorisasi merupakan hal yang penting dalam
melindungi aktiva ini. Proteksi terhadap barang dalam proses dapat dilakukan dengan
mengawasi daerah produksi oleh penyelia dan petugas keamanan pabrik, pembrian label
pada barang, dan penggunaan tiket pepindahan bernomor urut untuk mengendalikan
perpindahan barang dalam proses disekitar pabrik.
3. Mencatat transaksi pabrikasi dan persediaan:
 Menentukan dan mencatat biaya-biaya pabrikasi
Fungsi ini menyangkut hal-hal berikut ini:
 Membebankan bahan langsung dan tenaga kerja langsung kebarang dalam proses
 Mengenakan overhead pabrikasi ke barang dalam proses.
 Memindahkan biaya diantara departemen produksi (menurut sistem biaya proses).
Untuk menghasilkan bahwa biaya pabrikasi telah dicatat dengan tepat, bagan akun harus
menyediakan sejumlah akun yang diperlukan untuk mengklasifikasikan dan memantau biaya-
biaya semacam itu secara layak. Selain itu, pelaporan data biaya yang tepat waktu untuk
digunakan dalam menelaah kinerja manajemen mengenai aktivitas produksi dan pengendalian
biaya juga merupakan alat yang berguna untuk mendeteksi kesalahan klasifikasi ketika
mencatat biaya pabrikasi.Laporan semcam itu biasanya mencakup perbandingan antara data
aktual dan yang dianggarkan menurut berbagai klasifikasi biaya. Pengendalian tambahan
terhadap pencatatan biaya pabrikasi meliputi :
 Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk pengalokasian biaya pabrikasi
ke barang dalam proses dengan data mengenai penggunaan bahan dan tenaga kerja
dalam laporan aktivitas produksi harian.
 Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk transfer barang dalam
proses ke barang jadi dengan data yang ada dalam laporan produksi yang sudah
selesai
 Menjaga kebenaran saldo-saldo persediaan
Mempertahankan kebenaran saldo-saldo persediaan melibatkan tiga aktivitas. Pertama, harus
dilakukan perhitungan periodik yang independen terhadap persediaan yang ada ditangan dan
pembandingan dengan kuantitas yang tercatat menurut catatan persediaan perpetual.
Pembandingan ini dapat mengungkapkan kuantitas yang dicatat tetapi sudah tidak ada lagi, catatan
kuantitas ditangan tidak lengkap, atau jenis-jenis persediaan yang salah diklasifikasikan dalam
catatan. Kedua, harus dilakukan pengecekan periodik yang independen terhadap kesesuaian antara
jumlah dolar yang tercatat dalam file induk persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi dengan masing-masing akun pengendali buku besar umum. Ketiga, melalui inspeksi
periodik terhadap kondisi persediaan dan penelaahan manajemen atas laporan aktivitas persediaan,
penyesuaian untuk menrunkan nilai tercatat persediaan kenilai pasar harus dilakukan bila
diperlukan.


2.3 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO PERSEDIAAN

Pengujian substantif yang mungkin dilakukan terhadap asersi-asersi saldo persediaan


dan tujuan audit atas saldo akun khusus yang berhubungan asersi tersebut. Bukti yang
diperoleh dari beberapa pengujian yang dapat diterapkan pada persediaan barang dagang
pada persedian barang jadi yang telah diproduksi berkaitan dengan tujuan untuk akun harga
pokok penjualan, karena adanya hubungan timbal balik di antara akun-akun. (Boynton,
2003:155)

Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Persediaan


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan perdediaa.
2. Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca
dan keterjadian transaksi dengan persediaan.
3. Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan
persediaan yang dicatat dalam catatatan akuntansi dan kelengkapan also persediaan yang
disajikan d ineraca.
4. Membuktikan hak asersi klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan asersi penilaan persediaan yang dicantumkan di neraca.
6. Membktikan asersi penyanyian dan pengungkapan sediaan acara.
Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke dalam lima
kelompok :
1. prosedur audit awal
2. prosedur analitis
3. pengujian terhadap transaksi rinci
4. pengujian terhadap saldo akun rinci, dan
5. verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.
Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi
lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun Modal Saham dan akun
penilaiannya :
(1) keberadaan dan keterjadian,
(2) kelengkapan,
(3) hak kepemilikan
(4) penilaian dan
(5) penyajian dan pengungkapan. (Mulyadi, 2002:263)
1) PROSEDUR AWAL
Salah satu prosedur awal yang penting menyangkut usaha untuk mendapatkan
pemahaman tentang bisnis dan industri suatu entitas guna menetapkan konteks untuk
mengevaluasi prosedur analitis dan pengujian rincian. Jika klien adalah pabrikan, maka
penting untuk memahami bauran biaya tetap dan biaya variabel yang terlibat dalam
proses pabrikasi. Jika suatu pabrikan bersifat padat modal, maka pabrikan itu akan
memerlukan volume aktivitas yang tinggi, mungkin dengan beroperasi pada tingkat 80%
hingga 90% dari kapasitas, untuk mencapai profitabilitas impas (breakeven). Jika entitas
itu merupakan pengecer, maka penting untuk memahami sumber pasokan produk serta
peran yang dimainkan klien dalam mata rantai distribusi ini. Auditor juga harus
memahami pentingnya persediaan konsinyasi, apakah itu konsinyasi masuk atau
konsinyasi keluar, bagi bisnis klien. (Boynton, 2003:165)
Sebelum membuktikan apakah saldo sediaan yang dicantumkan oleh klien di neracanya
sesuai dengan sediaan yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara informasi persediaan yang dicantumkan di neraca dengan catatan
akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh
keyakinan bawa informasi persediaan yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, menurut Mulyadi (2002 : 268) auditor
melakukan lima prosedur berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi di neraca
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan :

1. Menelusuri saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun


persediaan yang bersangkutan di dalam buku besar
2. Hitung kembali saldo akun sediaan di buku besar
3. Telusuri saldo awal akun persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu
4. Telusuri posting pendebitan dan pengkreditan akun persediaan ke
jurnal yang bersangkutan
5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu persediaan dengan akun kontrol
persediaan di buku besar
Selain itu, menurut Boynton (2003:155), prosedur awal juga menyangkut penentuan bahwa
skedul persediaan perpetual yang terinci atau skedul persediaan lainnya telah sesuai dengan saldo
buku besar umum.

2) PROSEDUR ANALITIS
Dengan mengetahui penurunan yang tajam dalam rasio perputaran persediaan klien
yang mencerminkan keadaan yang sedang terjadi dalam industri, dapat membantu auditor
menyimpulkan bahwa penurunan itu tidak mengindikasikan kesalahan yang berhubungan
dengan keberadaan atau keterjadian atau kelengkapan data klien yang digunakan dalam
menghitung rasio perputaran persediaan, melainkan mengindikasikan masalah penilaian
yang berkaitan dengan penurunan permintaan yang mungkin akan diikuti oleh
menurunnya harga pasar. Review atas hubungan antara saldo persediaan dengan aktivitas
pembelian, produksi, dan penjualan terakhir juga akan membantu auditor memahami
perubahan-perubahan dalam tingkat persediaan. (Boynton, 2003:158)

Menurut Haryono (2014:785), ada beberapa prosedur analitis yang sering digunakan,
antara lain :
Gambar 5-4 Prosedur Analitis untuk Siklus Persediaan dan Penggudangan

Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan


Penyajian
Membandingkan Persentase Lebih saji atau kurang aji
laba kotor dengan tahun lalu persediaan dan harga pokok
penjualan.
Membandinkan Kecepatan Keusangan persediaan yang
perputarn persediaan (harga mempengaruhi persediaan dan
pokok penjualan Dibagi harga pokok penjualan. Lebih
dengan rata-rata persediaan) saji atau kurang saji persediaan.
dengan tahun lalu
Membandingkan Harga Lebih saji atau kurang saji harga
pokok per unit dengan tahun pokok per unit yang
Lalu mempengaruhi persediaan dan
harga pokok penjualan.
Membandingkan Biaya Kesalahan penyajian harga
produksi tahun ini Dengan pokok per unit persediaan,
Variabe
tahun lalu (biaya l terutama biaya tenaga kerja
harus disesuaikan Untuk langsung dan overhead pabrik,
perubahan dalam volume) yang mempengaruhi persediaan
dan harga pokok penjualan.
Selain melakukan prosedur analitis yang memeriksa hubungan saldo akun persediaan
dengan akun-akun laporan keuangan lainnya, auditor sering menggunakan informasi non-
keuangan untuk menilai kewajaran saldo persediaan yang bersangkutan. Sebagai contoh,
auditor mungkin membutuhkan pengetahuan tentang ukuran dan berat produk, metoda
penyimpanan (dalam tangki, dalam karung atau cara penyimpanan lain), serta kapasitas
fasilitas gudang (luasnya berapa meter persegi) untuk menentukan apakah persediaan
terbukukan konsisten dengan ketersediaan fasilitas gudang. Setelah melakukan pengujian
yang tepat atas catatan akuntansi biaya dan prosedur analitis, auditor memiliki basis untuk
merancang dan melaksanakan pengujian rinci atas saldo akhir persedian.

3) PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI


Pengujian ini melibatkan prosedur pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) dan
penelusuran untuk mendapatkan bukti tentang pemrosesan setiap transaksi yang
mempengaruhi saldo persediaan. Perhatian khusus harus diberikan pada penentuan
ketepatan pisah batas transaksi persediaan pada akhir periode akuntansi. (Boynton,
2003:159)
Sebagian atau semua jenis pengujian ini dapat dilakukan sebagai bagian dari
pengujian bertujuan ganda selama melaksanakan pekerjaan interim. Contoh vouching ayat
jurnal yang tercatat dalam akun persediaan mencakup pemeriksaan dokumen pendukung.
• Ayat jurnal debet dalam persediaan barang dagang atau bahan baku ke
faktur penjual, laporan penerimaan, dan pesanan pembelian.
• Ayat jumal debet dalam persediaan barang dalam proses atau barang jadi
ke catatan biaya pabrikasi dan laporan produksi.
• Ayat jurnal kredit pada persediaan barang dagang dan barang jadi ke
dokumen dan catatan penjualan.
• Ayat jurnal kredit pada persediaan bahan baku dan barang dalam proses
ke catatan biaya pabrikasi dan laporan produksi.
Vouching ayat jurnal yang meperbesar saldo persediaan akan
memberikan bukti tentang eksistensi dan penilaian persediaan pada saat transaksi.
Sementara vouching ayat jurnal yang memperkecil saldo persediaan untuk menentukan
ketepatan penurunan persediaan akan memberikan bukti lebih lanjut mengenai asersi
penilaian, dan dapat menunjukkan adanya masalah asersi kelengkapan jika terdapat
dukungan atas pengkreditan itu. Penelusuran dokumentasi pembelian dan faktor-faktor
biaya yang ditambahkan pada produksi ke ayat jurnal dalam akun persediaan akan
memberikan bukti mengenai asersi kelengkapan dan penilaian persediaan. Sementara
penelusuran dokumentasi transaksi yang memperkecil saldo persediaan, seperti penjualan,
untuk menentukan bahwa ayat jurnal sudah dicatat pada jumlah yang tepat akan
memberikan bukti lebih jauh tentang asersi eksistensi/keberadaan dan penilaian
persediaan. Penelusuran dan vouching juga memberikan bukti mengenai asersi hak dan
kewajiban (kepemilikan) atau persediaan.
Pengujian Pisah-Batas Transaksi Pembelian, Pabrikasi, dan Penjualan
Pengujian pisah batas merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa
transaksi yang terjadi menjelang akhir tahun telah dicatat dalam periode akuntansi yang
benar. Dalam sebuah perusahaan pabrikasi, juga harus dipastikan bahwa ayat jurnal telah
dicatat dalam periode yang tepat untuk transfer biaya barang yang bergerak di antara :
(1) gudang dan departemen produksi
(2) departemen produksi yang satu dan yang lainnya, atau
(3) departemen produksi dan barang jadi.
Dalam setiap kasus, auditor harus memastikan melalui inspeksi dokumen dan
observasi fisik bahwa pisah-batas pekerjaan administrasi dan pisah-batas fisik atas
perhitungan persediaan telah dikoordinasikan. Misalnya, jika auditor menetapkan bahwa suatu
ayat jurnal yang mentransfer biaya lot terakhir produksi yang sudah selesai selama periode
berjalan ke barang jadi sudah dicatat, maka ia harus menentukan bahwa barang itu,
sekalipun masih dalam perjalanan, hanya dimasukkan dalam perhitungan fisik persediaan
barang jadi saja yaitu, barang itu tidak dihitung sebagai bagian dari barang dalam proses,
atau dihitung dua kali, atau sama sekali tidak dihitung. Bukti yang diperoleh dari
pengujian pisah batas ini berhubungan baik dengan asersi eksistensi/keberadaan maupun
keterjadian serta kelengkapan untuk saldo persediaan

4) PENGUJIAN RINCIAN SALDO


OBSERVASI FISIK PERSEDIAAN
Karena persediaan sangat berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
lainnya, maka pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien menjadi lebih penting baik
untuk observasi fisik persediaan maupun untuk penetapan harga serta kompilasi daripada area-
area audit lain.
Di Amerika Serikat, auditor diwajibkan untuk melakukan observasi atas perhitungan fisik
persediaan sejak terjadinya kecurangan menggemparkan berupa pencatatan persediaan yang
senyatanya tidak ada oleh McKenson&Robbins Company pada tahun 1938. Kecurangan tersebut
tidak terdeteksi karena auditor tidak mengobservasi penghitungan fisik persediaan yang pada
waktu itu memang tidak merupakan persyaratan yang harus dilakukan auditor.
Standar audit (SA 501.4) berisi ketentuan sebagai berikut :
Jika persediaan berjumlah material dalam laporan keuangan, auditor harus memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan dengan :
(a) . Menghadiri penghitungan fisik persediaan, kecuali jika tidak
praktis, untuk:
(i) Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat
dan mengendalikan hasil penghitungan persediaan fisik
(ii) Mengobservasi pelaksanaan prosedur penghitungan yang dibuat
oleh manajemen
(iii) Menginspeksi persediaan
(iv) Menguji penghitungan fisik (test count)
(b) Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk
menentukan apakah catatan tersebut mencerminkan hasil penghitungan fisik aktual.
Hal penting dalam standar audit di atas adalah pemisahan antara “siapa yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan perhitungan fisik” dan “siapa yang melakukan
observasi untuk penghitungan fisik tersebut”. Klien bertanggungjawab untuk menetapkan
prosedur penghitungan fisik yang akurat dan melaksanakan serta mencatat hasil
penghitungan tersebut. Auditor bertanggugjawab untuk mengevaluasi dan mengobservasi
prosedur klien, termasuk melakukan pengujian penghitungan (test count) persediaan dan
menarik kesimpulan tentang kecukupan penghitungan fisik persediaan.
 Mengevaluasi Instruksi dan Prosedur yang Dibuat Manajemen
Pengendalian yang memadai atas penghitungan persediaan, antara lain meliputi
adanya instruksi dan prosedur yang dibuat oleh manajemen tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan penghitungan fisik tersebut. Sebelum perhitungan fisik
dilakukan oleh klien, auditor harus mengevaluasi apakah instruksi dan prosedur tersebut
cukup memadai sehingga daripadanya dapat diharapkan hasil penghitungan fisik yang
akurat. Hal-hal yang relevan bagi auditor dalam mengevaluasi instruksi dan prosedur
tersebut antara lain meliputi :

 Penerapan aktivitas pengendalian yang tepat dalam penghitungan fisik.


Sebagai contoh : bagaimana pengawasan atas formulir untuk pencatatan hasil
penghitungan (count sheet) atau label barang (tag), baik yang sudah digunakan maupun
yang belum/tidak digunakan. Apakah dilakukan penghitungan kedua oleh tim yang
berbeda
 Identifikasi yang tepat atas persediaan yang ada, sebagai contoh : tingkat
penyelesaian barang yang masih dalam proses, persediaan yang lambat penggunaannya,
barang yang kedaluwarsa atau rusak, atau barang milik pihak ketiga (misalnya barang
konsinyasi)
 Prosedur yang digunakan untuk mengestimasi kuantitas fisik, seperti
prosedur yang mungkin diperlukan dalam mengestimasi kuantitas fisik suatu timbunan
batu bara, atau cairan yang disimpan dalam tangki
 Pengendalian terhadap pergerakan persediaan di antara area serta
pengiriman dan penerimaan persediaan sebelum dan sesudah tanggal penghitungan fisik.
Sebagai contoh : perusahaan diliburkan selama penghitungan fisik berlangsung sehingga
tidak ada barang yang masuk atau keluar pada saat penghitungan fisik berlangsung.
Selain hal-hal di atas, instruksi dan prosedur juga harus secara jelas menetapkan
siapa (atau tim) yang bertugas melakukan penghitungan, pengawasan (supervisi), oleh
personel perusahaan yang bertanggungjawab, verifikasi independen internal atas
penghitungan oleh personel lain, dan rekonsiliasi independen antara hasil penghitungan
fisik dengan master file persediaan perpetual.Auditor perlu memahami penghitungan fisik
yang akan dilakukan klien sebelum perhitungan fisik berlangsung. Pemahaman ini selain
diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas prosedur klien, juga berguna sebagai dasar untuk
memberi saran konstruktif kepada klien demi terselanggaranya penghitungan fisik yang
efektif. Apabila pengendalian penghitungan fisik persediaan klien tidak memadai, auditor
harus menggunakan waktu lebih banyak untuk memastikan bahwa penghitungan fisik
akurat.
 Mengobservasi Pelaksanaan Prosedur Penghitungan
Hal terpenting dalam mengobservasi persediaan adalah menentukan apakah
penghitungan fisik dilakukan sesuai instruksi yang telah ditetapkan klien. Untuk mencapai
hal tersebut, auditor wajib hadir pada saat penghitungan fisik berlangsung. Apabila
personil klien tidak mengikuti instruksi, auditor harus memberitahu pengawas (supervisor)
untuk memecahkan masalah atau memodifikasi prosedur observasi fisik. Sebagai contoh
apabila prosedur menghendaki agar satu tim menghitung persediaan dan tim kedua
menghitung ulang untuk menguji ketelitian, auditor harus memberitahu manajemen
apabila ternyata kedua tim terebut bekerja bersama-sama. Hal ini bertentangan dengan
prosedur dan tujuan pengawasan dari penghitungan tim kedua tidak akan tercapai.
1. Keputusan Auditor
Keputusan auditor dalam observasi fisik persediaan adalah serupa dengan keputusan yang
dilakukan oleh auditor dalam bidang audit yang lain. Keputusan tersebut meliputi :
pemilihan prosedur audit, keputusan tentang saat prosedur akan dilakukan, penentuan
ukuran sampel, dan pemilihan unsur-unsur yang akn digunakan
2. Saat perhitungan fisik
Auditor memutuskan apakah penghitungan fisik dapat dilakukan sebelum akhir tahun
terutama berdasarkan ketelitian dalam master file perpetual. Apabila klien melakukan
perhitungan fisik interim, yang akan disetujui auditor hanya apabila pengendalian internal
efektif, auditor melakukan observasi penghitungan fisik pada saat itu, dan juga menguji
transaksi-transaksi yang dicatat dalam catatan perpetual sejak tanggal penghitungan fisik
hingga akhir tahun. Apabila catatan perpetual diselenggarakan dengan teliti dan pengendalian
yang bersangkutan berjalan efektif, maka klien tidak perlu menghitung seluruh persediaan
pada akhir tahun. Auditor cukup melakukan pembandingan antara catatan perpetual dengan
persediaan sesungguhnya yang ada berdasarkan sampel pada saat-saat tertentu sepanjang
tahun, asalkan penambahan dan pengurangan atas catatan perpetual diuji dan terbukti berjalan
dengan efektif. Apabila klien tidak menyelenggarakan catatan perpetual, dan persediaan
berjumlah material, klien harus melakukan pengitungan fisik secara lengkap menjelang akhir
tahun buku
3. Ukuran Sampel
Jumlah unsur persediaan yang harus dihitung auditor sulit untuk ditentukan karena auditor
berkonsentrasi pada observasi atas prosedur klien, bukan pada pemilihan unsur yang akan diuji.
Untuk mudahnya, ukuran sampel dalam observasi fisik lebih ditentukan oleh berapa jam waktu yang
disediakan daripada jumlah unsur persediaan yang akan dihitung. Faktor yang menentukan jumlah
waktu yang diperlukan untuk menguji persediaan adalah kecukupan pengendalian internal atas
penghitungan fisik, ketelitian master file persediaan perpetual, jumlah rupiah dan tipe persediaan,
jumlah lokasi persediaan yang signifikan, sifat dan luasnya kesalahan penyajian yang ditemukan
pada tahun lalu, dan data inheren lain
4. Pemilihan Unsur
Ketika auditor mengobservasi penghitungan persediaan yang dilakukan klien, auditor harus
cermat untuk :
 Mengobservasi penghitungan atas unsur yang paling signifikan dan
sampel yang representative dari unsur-unsur yang tipikal.
 Meminta keterangan tentang unsur-unsur yang mungkin usang atau
rusak.
 Membahas dengan manajemen, alasan tidak mengikusertakan
unsur yang material.
 Pengujian Observasi Fisik
Tujuan audit yang sama sebagaimana yang telah dibahas untuk pengujian rincian saldo
memberi kerangka acuan yang sama untuk membahas pengujian observasi fisik. Pada gambar
menunjukkan berbagai prosedur audit untuk pengujian rinci saldo atas observasi persediaan
fisik. Tujuan memeriksa kecocokan saldo tidak dimasukkan dalam tujuan audit saldo ini,
karena akan dibahas dalam kompilasi persediaan. Disini kita berasumsi bahwa klien
melakukan perhitungan fisik persediaan pada tanggal neraca dan mencatat hasil perhitungan
dalam label bernomor urut tercetak (prenumbered tags). Apabila mereka mencatat hasil
perhitungan persediaan dengan cara lain, audit prosedurnya perlu diubah. Selain prosedur rinci
seperti dilukiskan pada tabel, auditor harus menginspeksi semua area fisik dimana persediaan
disimpan untuk memastikan bahwa semua persediaan telah dihitung dan dicantumkan dalam
label dengan benar. Kotak-kotak dan bungkusan-bungkusan lain yang berisi persediaan harus
dibuka selama perhitungan berlangsung untuk memastikan bahwa persediaan ada secara fisik.
Sebagai bagian dari prosedur analitis yang dilakukan setelah klien menyelesaikan perhitungan
persediaan, auditor membandingkan persediaan bernilai rupiah tinggi dengan perhitungan
tahun lalu dan master file persediaan untuk meguji kewajaran.

AUDIT PENETAPAN HARGA DAN KOMPILASI

Pengujian harga persediaan mencakup semua pengujian atas harga per unit yang
digunakan klien untuk memastikan bahwa harga-harga tersebut benar. Kompilasi persediaan
meliputi pengujian atas pengikhtisaran penghitungan fisik persediaan yang dibuat klien,
penghitungan ulang harga dikalikan kuantitas, penjumlahan vertical ikhtisar persediaan, dan
menelusur totalnya ke buku besar
Pengendalian internal sekitar penetapan harga pokok per unit yang terintegrasi dengan catatan
produksi dan akuntansi lainnya memberikan asurans bahwa klien menggunakan biaya perolehan
(harga pokok) yang benar untuk persediaan akhir. Catatan biaya standaryang menunjukkan
selisih (variances) biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik bermanfaat
untuk menilai kewajaran catatan produksi apabila manajemen memiliki prosedur yang diterapkan
agar standar termutakhirkan apabila terjadi perubahan dalam proses dan biaya produksi.
Klien perlu memiliki pengendalian internal untuk kompilasi persediaan untuk
memastikan bahwa hasil penghitungan fisik diikhtisarkan dengan tepat, diberi harga sesuai
dengan harga yang tercantum dalam catatan, dikalikan dan dijumlahkan dengan benar, dan
dimasukkan ke dalam master file persediaan perpetual serta ke akun buku besar persediaan
dengan jumlah yang tepat. unit, dan nilai persediaan (kuantitas dikalikan harga). Kita berasumsi
bahwa informasi yang tercermin dalam catatan persediaan perpetual dicatat dengan urutan :
bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi secara terpisah. Total dari daftar tersebut harus
sama dengan saldo di buku besar

Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi


Auditor bisa menerapkan tujuan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari klien
sebagai kerangka acuan, termasuk deskripsi untuk setiap jenis persediaan, kuantitas, harga
pokok perunit, dan nilai persediaan (kuantitas dikalikan harga). Kita berasumsi bahwa
informasi yang tercermin dalam catatan persediaan perpetual dicatat dengan urutan : bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi secara terpisah. Total dari daftar tersebut harus
sama dengan saldo di buku besar

Penilaian Persediaan

Dalam melakukan pengujian penilaian persediaan (sering disebut juga pengujian harga),
auditor berhadapan dengan tiga persoalan. Pertama, metoda harus sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Kedua, penerapan metoda harus konsisten dari tahun ke tahun.
Ketiga, harus mempertimbangkan antara biaya perolehan dengan nilai pasar (biaya
pengganti atau nilai bersih bisa direalisasi). Karena metoda untuk memeriksa penentuan
harga persediaan tergantung pada apakah persediaan tersebut dibeli atau diproduksi, maka
kedua kategori ini dibahas secara terpisah

 Penetapan Harga Persediaan yang Dibeli

Tipe utama persediaan yang termasuk dalam kategori ini ialah bahan baku, suku
cadang, dan perlengkapan (supplies). Tahap pertama dalam memeriksa penilaian
persediaan yang dibeli,a uditor harus memastikan apakah klien metoda MKP (masuk
pertama keluar pertama), rata-rata tertimbang atau metoda lainnya. Auditor juga harus
menentuka biaya mana yang harus dimasukkan dalam penilaian suatu unru dari persediaan
Dalam memilih unsur persediaan yang akan ditetapkan harganya, auditor harus fokus pada
persediaan dengan saldo rupiah yang besar dan pada produk yang diketahui memiliki
fluktuasi harga yang tinggi. Auditor juga harus menguji sampel yang representative dari
semua jenis persediaan dan bagian. Sampling variabel terstrata atau sampling moneter
biasa digunakan dalam pengujian ini

 Penetapan Harga Persediaan yang Diproduksi

Dalam menetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
mempertimbangkan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dalam
menetapkan harga bahan baku dalam barang yang diproduksi, auditor harus
mempertimbangkan biaya perolehan per unit bahan baku maupun jumlah unti yang
diminta untuk menghasilkan satu unit output. Demikian pula, ketika memeriksa biaya
tenaga kerja langsung auditor harus memeriksa biaya tenaga langsung per jam dan jumlah
jam kerja yang dibutuhkan untuk meghasilkakn suatu produk

 Biaya Perolehan atau Harga Pasar

Dalam menetapkan harga persediaan, auditor harus mempertimbangkan apakah biaya


pokok pengganti (replacement cost) atau nilai bersih bisa direalisasi (net realizable value)
lebih rendah daripada biaya perolehan historis. Untuk barang jad yang dibeli dari bahan
baku, auditor dapat menguji biaya pengganti dengan memeriksa faktur dari penjual pada
periode berikutnya atau faktur terakhir apabila tidak ada pembelian terjadi setelah akhir
tahun buku. Semua biaya produksi harus dipertimbangkan dalam menetapkan nilai yang
bisa direalisasi untuk barang dalam proses dan barang jadi untuk persedian yang
diproduksi. Auditor harus mempertimbangkan harga jual persediaan dan kemungkinan
dampak dari fluktuasi harga yag cepat untuk menetapkan nilai bersih bisa direalisasi

5.PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Membandingkan penyajian dalam laporan dengan GAAP.

1. Mengkorfirmasi perjanjian pinjaman dan pengagunan persediaan


2. Menelaah penyajian dan pengungkapan persediaan dalam konsep laporan keuangan dan
menentukan kesesuainya dengan GAAP
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam siklus produksi, auditor memfokuskan perhatian pada transaksi pabrikasi yang
menyangkut alokasi biaya pabrikasi ke barang dalam proses dan pemindahan biaya produksi
yang sudah selesai ke barang jadi. Dalam mengaudit siklus ini, auditor menaruh perhatian pada
sistem akuntansi biaya dan sistem akuntansi keuangan klien. Audit atas persediaan memerlukan
perencanaan yan cermat dan invests waktu, biaya, dan upaya audit yang sangat substansial.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita
semua tentang auditing. Khususnya tentang audit terhadap siklus produksi
DAFTAR PUSTAKA

Haryono Jusup, Al. 2014. “Auditing (Pengauditan Berbasis ISA)”. Yogyakarta:

Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Boyton, William C. Raymond N Johnson. Walter G Kell.2003. “Modern Auditing


Edisi Ketujuh”. Jakarta: Erlangga

Mulyadi. 2002. “Auditing Edisi ke 6”. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai