lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2001).
teori sbab mulatjd prsalinan:
a.Teori penurunan hormonal
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi lebih tua
Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan kekejangan
pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot sehingga mengganggu sirkulasi utero
placenta.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus (Induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan : rangsang laminaria, amniotomi, dan oksitosin drips.
(Rustam Mochtar, 1998).
TAHAPAN PERSALINAN (KALA I, II, III,IV)
·Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
0 – 10 cm (pembukaan lengkap). Lamanya kala I pada primigravida 12 jam, sedangkan pada multi gravida
sekitar 8 jam.
Kala Pembukaan dibagi 2 fase :
1.Fase Laten : dimana pembukaan servik berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung + 7-8 jam.
2.Fase Aktif
Berdasarkan selama 6 jam dibagi 3 subfase :
a. Akselerasi : Berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b. Dilatasi maksimal : Selama 2 jam pembukaan cepat menjadi 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.
c. Diselerasi : Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap
·Kala II
Kala II adalah kala yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai pengeluaran janin, ditandai dengan :
1. Dorongan meneran
2. Tekanan pada usus
3. Perineum menonjol
4. Vulva membuka
Pada primigravida kala II berlangsung 1 ½ – 2 jam dan pada multigravida kala II berlangsung ½ – 1 jam.
·Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangung 5 – 30 menit setelah bayi lahir.
·Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum.
IV.TUJUAN ASUHAN PERSALINAN
Memberikan asuhan yang memadai selama kehamilan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih dan
aman dengan memberikan aspek sayang ibu dan bayi.
V.TANDA-TANDA PERSALINAN
Pada permulaan persalinan (Preparatory stage of labor) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi
persalinan, dapat terjadi tanda-tanda sebagai berikut :
· Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida.
· Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
· Perasaan sering kencing ( polikisuria ) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
· Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus
frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).
· Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.
. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody
show).
VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
a.Passage
Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.
Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normalterdiri dari :
· Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum / promontorium, dan os coccygis)
· Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga
otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital.
. Power
adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran
dari ibu
· His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
· Tenaga mengejan: setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan
intra abdominal.
c.Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta
· Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin
mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala
anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang
· Plasenta
adalah suatu organ dalam kandungan pada masa kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan plasenta penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Fungsi plasenta adalah pertukaran produk-produk metabolisme dan
produk gas antara peredaran darah ibu dan janin, serta produksi hormon.
· Air ketuban
Air ketuban memiliki beberapa peranan yang penting diantaranya melindungi bayi dari trauma, terjepitnya tali
pusat, menjaga kestabilan suhu dalam rahim, melindungi dari infeksi, membuat bayi bisa bergerak sehingga
otot2nya berkembang dengan baik serta membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan
melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut
arcus pubis cukup luas.
Ukuran – ukuran Panggul Dalam dan Luar
I. Bagian keras: tulang-tulang panggul
II. Bagian lunak : otot,jaringan,dan ligamen
Tulang panggul terdiri atas 4 buah tulang
· 2 tulang pangkal paha (os coxae)
· 1 tulang klangkang (os sacrum)
· tulang tungging (os coccygis)
Pintu Atas Panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, sayap sacrum, linea
innominata, ramus superior ossis pubis dan pinggir atas symphisis.
Conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah symphisis ke promontorium)
ialah 11 cm.
Diameter transversa (ukuran melintang yaitu antara linea innominta kanan dan kiri) 12,5-13 cm.
Diameter oblique ( Ukuran serong dari articulatio sacro iliaca ke tuberculum pubicum dari belahan panggul
yang bertentangan ) 13 cm.
Pada persalinan ujung tulang dapat ditolak sedikit kebelakang sehingga PBP bertambah besar Empat bidang
panggul
1. Pintu atas panggul
· Pinggir atas symphisis ke promontorium.
· Jarak terjauh garis melintang PAP
· Garis dari articulatio sacro iliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa, konjugata vera
diteruskan ke linea innominata.
· Konjugata Diagonalis 12 – 13 cm
2. Bidang luas panggul
· Antara pertengahan symphisis, pertengahan acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III.
· Terdapat 2 ukuran :
a. Ukuran muka belakang 12,75 cm
b. Ukuran melintang 12,5 cm
3. Bidang sempit panggul
· Antara setinggi pinggir bawah symphisis, kedua spina ichiadica dan memotong sacrum ± 1-2 cm di ujung
sacrum.
· Terdapat 3 ukuran :
a. Ukuran muka belakang 11,5 cm
b. Ukuran melintang 10 cm
c. Diameter sagitalis posterior: dari sacrum ke pertengahan antara spina ischiadica 5 cm
4. Pintu bawah panggul
Terdiri dari 2 segitiga dasar yang sama : garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan.
Segitiga depan, arcus pubis, pincak dari segitiga belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum
sacro tuberosum kiri dan kanan.
Terdapat 3 ukuran :
a. Ukuran muka belakang 11,5 cm, dari pinggir bawah symphisis pubis ke ujung sacrum.
b. Ukuran melintang 10,5 cm, antara tuber ischiadikum kiri dan kanan sebelah dalam.
c. Diameter sagitalis posterior 7,5 cm, dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke dalam panggul
pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina isciadika kanan
dan kiri.
4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os koksigeus.
Sutura
Sutura adalah batas antara 2 tulang, sedangkan fontanella merupakan antara sudut – sudut tulang terdapat ruang
ditutup dengan membran.
Sutura Sagitalis Superior, yang menghubungkan kedua ossis parietalis kiri dan kanan
Sutura Koronaria, yang menghubungkan os parietalis dengan os frontalis
Sutura Lamboidea , yang menghubungkan os parietalis dengan os oksipitalis
Sutura Frontalis, yang menghubungkan kedua ossis frontalis.
Fontanella Minor ( Ubun-ubun Kecil), berbentuk segitiga, dan terdapat ditempat sutura sagitalis superior
bersilang dengan sutura lamboidea.
Fontanella Mayor (Ubun-ubun Besar), berbentuk segiempat panjang, terdapat ditempat sutura sagitalis superior
dan sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria.
Adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan tulang tengkorak yang saling
overlapping satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan memungkinkan terjadinya pergeseran
sepanjang garis sambungnya. Molase (Molding) melibatkan seluruh tengkorak kepala, dan merupakan hasil dari
tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh struktur jalan lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molase akan
memungkinkan diameter yang lebih besar bisa menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa sesuai melalui
panggul ibu.
Molase ( penyusupan ) adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat
menyesuaikan diri dengan bagian atas panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup / tumpang tindih
menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( Chepalo Pelvic Disproportion ) CPD.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin, temuan dicatat pada partograf
dengan lambang :
0 : Tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi.
1 : Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan.
2 : Tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
3 : Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
2. Pengawasan Perdarahan
Empat prasat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
a. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila
tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau
tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
b. Prasat Strassman
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri dan tangan kanan
meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika
terasa ada getaran berarti plasenta sudah lepas.
c. Prasat Klien
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak turun atau bertambah panjang
berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
d. Prasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan
mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawan.
2. Selaput Ketuban
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal
di dalam uterus. Caranya dengan meletakkan plasenta di atas bagian yang datar dan pertemukan setiap tepi
selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput ketuban.
Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uterus untuk
mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam
uterus akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.
3. Tali Pusat
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.
a. Panjang tali pusat
b. Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau terpilin-piliin)
c. Insersio tali pusat
d. Jumlah vena dan arteri pada tali pusat
e. Adakah lilitan tali pusat
3. Robekan perinium
Robekan perinium di bagi atas 4 tingkat :
Tingkat 1 : robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perinium.
Tingkat 2 : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak
mengenai sfingter ani.
Tingkat 3 : robekan menganai perinium dengan otot sfingter ani.
Tingkat 4 : robekan mengenai perinium sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.
Robekan perineum yang melebihi derajat 1 harus di jahit dengan penderita berbaring secara litotomi dilakukan
pembersihan luka dengan cairan anti septic dan luas robekan ditentukan dengan seksama.
Pada derajat 2, setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma urogenetalis dihubungkan digaris tengah dengan
jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan
dibawahnya.
Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : dinding depan rectum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal
ditutup, dan muskulus sfingter ani eksternus yang robek dijahit. Lakukan penutupan robekan.
Sedangkan pada derajat 4 dilakukan rujukan.
Tingkat episotomi menurut Manuaba (2007) antara lain :
Penjahitan
d. Kandung kemih
Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio uteri. Jika kandung kemih penuh
maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya
jika diperlukan.
Jika ibu tidak dapat berkemih bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau
masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Kalau upaya
tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih secara spontan maka perlu dipalpasi dan melakukan
kateterisasi secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung
kemih ibu setelah kosong segera lakukan masase pada fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi dengan
baik.
e. Perdarahan
Jumlah perdarahan vagina harus minimal jika rahim dikontraksi dengan baik. Jika kontraksi buruk maka
perdarahan akan cenderung sedang, dan banyak yang menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Amati
perineum setiap peningkatan perdarahan atau pengeluaran bekuan darah ketika dilakukan masase uterus.
Perdarahan yang normal setelah kelahiran selama 6 jam pertama mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut
perempuan per jam atau seperti darah haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari in, ibu hendaknya
diperiksa lebih sering dan penyebab-penyebab perdarahan berat harus diidentifikasi. Apakah ada laserasi pada
vagina atau serviks apakah uterus berkontraksi dengan baik apakah kandung kencingnya kosong.
1. Perdarahan akibat laserasi jalan lahir
Inspeksi cermat jalan lahir
Bila terjadi rupture uteri dilakukan histerektomi
Jika terjadi laserasi servik maka penjahitan dengan menggunakan forcep cincin
Laserasi perineum
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 ml yang menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibut
telah kehilangan satu l liter darah. Jika hanya setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan
kehilangan darah adalah salah satu cara menilai kondisi ibu
Pemantauan Kala IV
Observasi 2 Jam PostPartum
1. Melakukan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan dengan
anesthesia local dan menggunakan teknik yang sesuai.
2. Perdarahan : mengevaluasi kehilangan darah, banyak atau tidak, rata-rata dalam
batas normal jumlah perdarahan 250cc, biasanya 100-300cc. Bila perdarahan
lebih 500cc sudah dianggap abnormal.
3. Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan kalau
tidak bisa lakukan kateter. Jika kandung kencing tidak kosong, kontraksi uterus
tidak baik.
4. Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap, jika tidak lengkap bisa menyebabkan
perdarahan.
6. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
7. Memeriksa tekanan darah (<140/90), nadi dan keadaan kandung kencing setiap
15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascapersalinan
BAB III
Deteksi Dini Penyulit Persalinan pada Ibu Hamil – Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :
- Kala 1
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servik sampai pembukaan lengkap yaitu 10 cm.
- Kala 2
Dimulai ketika pembukaan sudah lengkap sampai bayi lahir.
- Kala 3
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berkhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
- Kala 4
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah 2 jam setelah itu
3. DILATASI SERVIK
a. TANDA DAN GEJALA
Fase laten > dari 8 jam
Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf
b. MANAJEMEN
Rujuk
4. CAIRAN KETUBAN
a. TANDA DAN GEJALA
Bercampur mekonium
Air ketuban hijau kental
Berbau
b. MANAJEMEN
Beri oksigen
Beri antibiotik
Rujuk dengan ibu miring kekiri
5. TEKANAN DARAH
a. TANDA DAN GEJALA
Bila TD naik hingga > 160/110 mmHg
Pusing yang hebat
Mata berkunang – kunang
Kejang
b. MANAJEMEN
Infus cairan RL
Rujuk
6. BANDEL RING
a. TANDA DAN GEJALA
Nyei yang hebat pada perut bagian bawah
Kontraksi hipotonik
Muncul tanda-tanda pre syok
Foetal distress
b. MANAJEMEN
Infus cairan RL
Rujuk
7. SUHU
a. TANDA DAN GEJALA
Suhu . 38 C
b. MANAJEMEN
Istirahat baring
Minum banyak Kompres untuk menurunkan suhu
Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik à rujuk
8. NADI
a. TANDA DAN GEJALA
Nadi > 100 x/menit
Nadi > 100 x/menit + urine pekat
Nadi > 100 x/menit + suhu > 38
b. MANAJEMEN
Beri minum banyak / cukup
Pantau 2 jam
Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infus RL
Rujuk
3. KELELAHAN MATERNAL
a. TANDA DAN GEJALA
Ibu tampak lemah
Apatis
Dehidrasi
Dehidrasi
Suhu dan nadi meningkat
b. MANAJEMEN
Pencegahan adalah cara yang terbaik
Koreksi ketidak seimbangan cairan/elektrolit
Rujuk bila keadaan menurun
4. DISTOSIA BAHU
Adalah kepala janin telah dilahirkan tetapi bahu tersangkut tidak dapat dilahirkan.
5. DISPROPORSI SEFALOPELVIK
Adaah ketidak seimbangnya antara ukuran bayi dengan ukuran panggul sehingga terjadi partus macet
6. PARTUS MACET
Adalah tidak ada kemajuan pada kala II dalam hal :
Penurunan bagian bawah janin
Putaran paksi dalam
His adekuat
KOMPLIKASI PERSALINAN
1.Atonia uteri
Adalah Suatu kondisi dimana miometrium tidak
dapat berkontraksi dan bila ini terjadi
maka darah yang keluar dari bekas
implantasi tidak dapat terkendali
2. Retensio Plasenta
Adalah Plasenta belum lahir setelah 30 menit .
Jika plasenta masih dalam uterus
& perdarahan minimal,berikan
oksitosin 10 unit IM,pasang infus
menggunakan jarum besar (16/18)
berikan RL
–Rujuk
–Dampingi ibu
1. Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum atau post partum hemorargi atau hemorargi post
partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah
melahirkan.
Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah
kelahiran.
Penyebab:
a. Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta atau selaput ketuban tertahan).
b. Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya
kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c. Koagulasi intravascular disetaminata.
d. Inversi uterus.
Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah
kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina kandung kemih,
rectum).
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus).
Penatalaksanaan:
Hemorargi post partum primer.
Hemorargi post partum atonik.
1. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan
perkirakan banyaknya darah yang sudah keluar. Jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas
dalam kondisi terbuka, palingkan wajah hilang.
3. Berikan oksitosin (oksitosin untuk 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa
melalui IV).
4. Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien
mengalami syok), pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander.
5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus
dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanual.
8. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan baik, pastikan laserasi jalan lahir.
9. Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotik.
10. Lakukan pencatatan yang akurat.
Penatalaksanaan lanjutan:
Pantau kondisi pasien selama24-48 jam.
Bakteri endogen.
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya. Bahkan jika tekhnik
steril di gunakan dalam persalinan, infeksi ini masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen
dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika:
a. Bakteri ini masuk kedalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrumen pemeriksaan pelvik.
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi atau jaringan mati.
c. Bakteri masuk sampai kedalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
Bakteri eksogen.
3. Kelainan payudara.
1. Bendungan air susu ibu.
Selama 24-48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi
keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara,
yang merupakan prekuser regular untuk terjadi laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem
lakteal oleh susu.
Penatalaksanaan:
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetpa diberikan pada bayi.
b. Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
c. Kompres dengan kantong es.
d. Pemberian analgesik.
2. Mastitis.
Inflamasi perinkimatosa glandula mammaemerupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi
kadang-kadang dijumapi dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru
ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi
dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala grigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh
kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta
kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
Gejala mastitis.
a. Gejala mastitis non-infeksius adalah:
1) Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut.
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Penatalaksanaan.
Bila payudara tegang dan kemerahan maka:
a. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b. Sangga payudara.
c. Kompres dingin.
d. Bila diperlukan, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
e. Ibu harus di dorong menyusui meskipun ada pus.
f. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik untuk mengurangi demam dan nyeri.
g. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>39 0C), periksa kultur susu terhadap
kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
h. Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang.
i. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan