Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi.
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terlambatnyn pertumbuhan,perkembangan
dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,
sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.
Kista ovarium berukuran kecil, berkapsul dengan isi cairan . beberapa kista ovarium ini
tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang
menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas ,
dengan resiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita-wanita yang mulai menopause.
Keganasan ovarium merupakan enam kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Penanganan terhadap kista ovarium
didasarkan pada jenis kista tersebut . Jadi tidak semua kista ovarium dioperasi , apalagi
ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan. Tindakan operatif selain sangat invasive,
dapat berdampak terhadap fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan apakah kista
tersebut harus diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas.
Penyebab terbaru kista ovarium meliputi masalah hormonal, endometriosi, kehamilan,
infeksi panggul yang parah. Penyebab kista ovarium terbagi menjadi dua yaitu: kista
fungsional dan patologis. (dr. Marianti). Penyebab kista ovarium Non-medis meliputi :
gangguan siklus mensrulasi, gagalnya folikel berovulasi, faktor genetik, pola makan yang
kurang sehat, kurang konsumsi makanan yang berserat dan malas olahraga. Penyebab
dalam keperawatan kista ovarium meliputi : terlalu muda saat mendapatkan menstulasi,
siklus menstrulasi tidak teratur, hormon tidak seimbang, stress, obesitas, konsumsi
suplemen penyubur dan melahirkan dan tidak menyusui.
Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi ini, dengan pemberian obat pil KB
( gabungan estrogen dan progesterone ) boleh ditambahkan oat anti androgen progesterone
cyproteron asetat. Untuk kemandulan tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen siitrat.
Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan
sinar laser.
B. Rumusan masalah
a. Apa bagian asuhan keperawatan pada penyakit kista ovarium?
C. Tujan
a. Tujuan khusus
Agar memahami atau menganalisa konsep medis kista ovarium
b. Tujuan umum
Untuk memahami atau menganalisa konsep asuhan keperawatan
BAB II
Tinjauan Teori

A. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun solid,
jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007). Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat
tumbuh dimana saja dengan jenis yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan
suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium.
(Laudermilk,2005). Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus. Biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
dalam kista jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro,2005). Kista ovarium adalah
rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut
juga kista fungsional karena terbentuk setelah flur dilepaskan sewaktu ovalasi.
(Yatim,2005)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kista ovarium adalah kista yang
paling sering terjadi mempunyai permukaan rata dan halus, berbentuk kantung berisi
cairan jernih dan berwarna kuning yang dapat tumbuh dalam ovarium ( indung telur ).
Kista atau endometriosis adalah penyakit organ rahim pada wanita yang dapat
menyebabkan kemandulan atau infertilitas. Beberapa faktor penyebab kista adalah faktor
genetik, gaya hidup, dan kebersihan lingkungan. Kista ovarium ini sering terjadi saat
menopouse, dan juga sangat berpengaruh pada kehamilan. Pada saat menopouse
kemungkinan untuk dapat terserang kista ovarium sangatlah besar, untuk itu perlu
pemeriksaan yang lebih lanjut agar penderita segera mendapatkan pertolongan medis
karena penyakit ini sangat berbahaya.
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Reproduksi Wanita

Gambar.1.1kista dalam uterus


Alat reproduksi wanita dibagi dua yaitu :
1) Alat reproduksi eksterna
a) Mons Veneris
Adalah daerah diatas simfisis yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes)
rambut ini tumbuh membentuk sudut lengkung.
b) Labia Mayora
Berada bagian kanan dan kiri berbentuk lonjong yang pada wanita menjelang
dewasa ditumbuhi juga oleh rambut kemaluan.
c) Labia Minora
Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu, disini dijumpai
frenulum, klitoris, preputium dan prenulum prudanti.
d) Klitoris
Besarnya kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh
frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi sifatnya amat
sensitive karena banyak memiliki serabut saraf.
e) Vulva
Alat kandungan luar yang berbentuk lonjong berukuran panjang mulai dari
klitoris, dari kiri dibatasi bibir kecil sampai belakang dibatasi perineum.
f) Vestibulum
Terletak di bawah selaput lender vulva, terdiri dari bulbus vestibula dan kiri disini
dijumpai vestibule mayor (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.
g) Hymen
Merupakan selaput yang menutupi intrabus vagina bentuknya berlubang
membentuk semilunaris, anularis tapisan. Bila tidak berlubang disebut atresia
himenalis atau hymen impeforata.
h) Lubang Kemih
Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibagian bawah klitoris disekitar lubang
kemih bagian kiri dan kanan lubang kelenjar skene.
i) Perineum
Terletak diantara vulva dan anus.

2) Alat reproduksi internal

a) Vagina

Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim terletak diantara
saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim.
Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk dinding
dalamnya berlipat – lipat disebut rugae sedangkan ditengahnya ada bagian yang
lebih keras disebut kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa,
lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.

b) Uterus

Suatu struktur otot yang cukup kuat bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum
sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Rahim berbentuk seperti
bola lampu pijar atau buah pear mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian
dasar yaitu : Badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (service
uteri), Rongga rahim (kavum uteri). Besarnya rahim berbeda-beda tergantung dari
usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya sebesar telur ayam
kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5 – 8 cm x 3,5 – 4 cm x 2 – 2,5 cm :
multipara 9 – 9,5 cm x 5,5 – 6 cm x 3 – 3,5 cm. Dinding rahim secara histologic
terdiri dari 3 lapisan : Lapisan serosa (lapisan peritoneum) diluar, lapisan otot
(lapisan miometrium) ditengah, lapisan mukosa (endometrium) didalam. Sikap dan
letak rahim dalam rongga panggul terfikasi dengan baik karena disokong dan
dipertahankan oleh : Tonus rahim sendiri, tekanan intra abdominal, otot-otot dasar
panggul, ligamen-ligamen.

c) Tuba Fallopi

Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri panjangnya 12 – 13 cm,
diameter 3 – 8 mm, bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral merupakan
bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut
getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Saluran telur
terbagi 4 yaitu : Paris intertisialis (intramularis), pars ismika yang merupakan
bagian tengah saluran telur yang sempit, pars ampularis, dimana biasanya
pembuahan (konsepsi terjadi), infundibulum, yang merupakan ujung tuba yang
terbuka kerongga perut di infudibulum terdapat fimbriae yang berguna untuk
menangkap sel telur (ovum) yang kemudian dapat disalurkan kedalam tuba.

d) Ovarium
Terdapat dua indung telur masing-masing dikanan dan kiri rahim dilapisi
mesovarium dan tergantung dibelakang lig latum. Bentuknya seperti buah almond,
sebesar ibu jari tangan (jempol), berukuran 2,5 – 5 cm x 1,5 – 2 cm x 0,6 – 1 cm.
Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium lig. Ovarika dan lig.
Infundibulopelvikum.

b. Fisiologi alat reproduksi wanita


Berdasarkan fungsinya ( fisiobginya ), alat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi,
yaitu:
1) Fungsi Seksual
Alat yang berperan adalah vulva clan vagina. Ketenjar pada vulva yang dapat
mengeluarkan cairan, berguna sebagai pefumas pada saat sanggama. Selain itu vulva
clan vagina juga berfungsi sebagai jalan lahir.
2) Fungsi Hormonal
ialah peran indung telur clan rahim didalam memperlahankan ciri kewanitaan
clan pengaturan haid. Perubahan-perubahan fisik clan psikhis yang terjadi sepanjang
kehidupan seorang wanita erat hubungannya dengan fungsi indung telur yang
menghasilican hormon-harmon vmnita yaitu estrogen dan proqasferon. Datam masa
kanak-kanak indung telur belum menunaikan fungsinya dengan baik. tvtanakala
indung teiur mulai berfungsi, yaitu kurang lebih pada usia 9 tahun, mutailah ia
secara produktif menghasiGCan hormon-hormon wanita. Hormon-hormon ini
mengadakan interaksi dengan hormon-hormon yang dihasipcan kelenjar-kelenjar di
otak. Akibatnya terjadilah perubahan-perubahan fisik pada Wanda. Paling a,-al
terjadi pertumbuhan payudara, kemudian terjadi pertumbuhan rambut kemaGran
disusul rambut-rambut di ketiak. Selanjutnya terjadilah haid yang pertama kaG,
disebut menarche, yaitu sekitar usia 10-16 tahun. Ivlula-mula haid datang tidak
teratur, selanjutnya timbul secara teratur. Sejak saat inilah seorang wanita masuk
kedalam masa reproduksinya yang berlangsung kurangiebih 30 tahun. Pertumbuhan
badan menjelang menarche clan 1 sampai 3 tahun setelah menarche bertangsung
dengan cepat, saat ini disebut masa puberras. Setelah masa reproduksi wanita masuk
kedalam masa kllmakterium yaitu masa yang menunjukan fungsi indung telur yang
mutai berkurang. "la-mula haid menjadi sedikit, kemudian datang 1-2 bulan sekaY
atau tidak teratur dan akhirnya berhenti sama sekaG. Bila keadaan ini berlangsung 1
tahun, maka dikatakan wanita mengalami menopause. Menurunnya fungsi indung
telur ini sering disertai gejala-gejala panas, berkeringat, jantung berdebar, gangguan
psikhis yaitu emosi yang labil. Pada saat ini terjadi pengecilan alat-alat reproduksi
klien.
Menstruasi atau haid yang terjadi secara sik6s, 24-36 had sekafi, timbul karena
penganuh-pengaruh hormon yang berinteraksi terhadap setaput lendir rahim
(endometrium). Lapisan tersebut berbeda ketebalannya dad had kehari, paling tebal
terjadi pada saat mesa subur, yang mana endometrium dipersiapkan untu~
kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, tapisan ini mengelupas dan terbuang
berupa darah haid. Biasarrya haid berlanQSUng 2- 8 had dan jumlahnya kurang
lebih 30-80 cc. Sesaat setefah darah haid habis, lapisan tersebut mulai tumbuh
kembaG, mula-mula tipis kemudian bertambah tebal untuk kemudian mengelupas
fagi berupa darah haid. Menjelang haid dan beberapa hari saat haid wanita sering
mengeluh klah, mudah tersinggung, pusing, nafsu makan berkurang, buah dada
tegang, mual dan sakit perut bagian bawah. Kebanyakan wanffa merryadari adarrya
keluhan inf dan tidak mengganggu aktivitasnya, tetapi beberapa wanita merasakan
keluhan ini berkbihan. Berat ringannya keiuhan ini, sesungguhrrya tergantung dari
latar belakang psikobgis dan keadaan emosi pada saat haid.
3) Fungsi reproduksi
Tugas reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur dan rahim. Sel telur
yang setiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa subur akan
masuk kedatam saluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu dengan sel
benih pria ( spermatozoa ) membentuk organisme baru yang disebut Zygote, pada
saat inilah ditentukan jenis kelamin janin dan sifat -sifat genetikrrya. Sefanjutrrya
zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur dan masuk kedalam rahim.
Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan diri dan berkembang
men)adi mudigah. Mudlgah selanJutnya tumbuh dan berkembang sebaga! janin
yang kemudlan akan lahir pada umur kehamilan eukup bulan. tvlasa subur pada
siklus haid 28 hari, terjadi sekitar hari ke empatbelas dari hari pertama haid. Umur
sel telur sejak dikeluarkan dad indung telur hanya benumur 24 jam, sedangkan sel
benih pria berumur kurang lebih 3 hari

C. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014)

Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang
berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik
dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista,
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-
zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan
resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi,
yaitu:
a. Faktor internal
1. Faktor genetic
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen
protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2. Gangguan hormone
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan
memicu terjadinya penyakit kista.
3. Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat
reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1. Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang
olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di
sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan
lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
2. Merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang
dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan
mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu,
terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi
alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-
zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya
saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang
dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan
terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4. Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit
kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko
terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5. Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia
banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks
bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
D. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan
kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari
epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari
sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor
germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5
mm, seperti terlihat dalam sonogram.
Pathway

E. Manifestasi klinis
a. Gejala – gejala akibat kista ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut. (Yatim,2008)
gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap dirongga panggul
disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau
tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul begitu siklus menstruasi selesai,
perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin
lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi
tidak teratur.
b. Menurut Winkjosastro, 2005.
1) Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan
a) Rasa berat di abdomen bagian bawah.
b) Mengganggu miksi atau defekasi.
c) Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tingkat
tungkai bawah.
2) Gejala akibat hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor dapat
mengganggu menstruasi, tumor sel granulose dapat menimbulkan hipermenorea
sedangkan tumor menimbulkan archenoblastoma dapat menimbulkan amenorea.
3) Gejala akibat komplikasi
a) Perdarahan kedalam kista
Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran
kista yang menimbulkan gejala nyeri perut mendadak.
b) Putaran tungkai
Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini menimbulkan rasa sakit karena
vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah dan dapat terjadi
robekan dinding kista, untuk itu perlu tindak lanjut.
c) Infeksi pada kista
Cenderung mengalami peradangan dan disusul penanahan

F. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista yaitu:

a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak mengandung
vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan
gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol pemicu stress dan dapat pula
terjadi obesitas.
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan progesteron
guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu mencegah produksi sel
telur.
G. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Keperawatan
a. Medis
Pengobatan kista ovari yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
b. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan keperawatan seperti
melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan sesuai dengan prioritas masalah klien.
Untuk kasus seperti ini, yang dilakukan perawat adalah melakukan pengamatan terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada klien.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

H. Komplikasi Kista Ovarium


Menurut Yatim (2008), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :

a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit


yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah
(anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Data Fokus
1. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut
dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada
daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang
tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap
timbulnya kista ovarium.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal
ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi
digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
a. Sklera: ikterik/tidak
b. Konjungtiva: anemis/tidak
c. Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. DadaPernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
6. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
7. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan
kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien
yang ingin hamil/punya keturunan.
8. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
1) Untuk mengetahui letak batas kista.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi
1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3) PK: perdarahan
4) Gangguan perfusi jaringan
5) Resti injuri
b. Post operasi
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
4) Resiko kontipasi
5) Resiko aspirasi

C. Perencanaan

Pre Operasi

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management


injuri fisik keperawatan §
selama Lakukan pengkajian nyeri secara
3x24 jam diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
nyeri pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
NOC :
§ Observasi reaksi nonverbal dari
v Pain Level, ketidaknyamanan
v Pain control, § Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
v Comfort level
pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil :
§ Kaji kultur yang mempengaruhi
v Mampu mengontrol nyeri respon nyeri
(tahu penyebab nyeri,
§ Evaluasi pengalaman nyeri masa
mampu menggunakan
lampau
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
§ Evaluasi bersama pasien dan tim
mencari bantuan) kesehatan lain tentang
v Melaporkan bahwa nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
berkurang dengan masa lampau
menggunakan
manajemen nyeri § Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
v Mampu mengenali nyeri dukungan
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda § Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
v Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri berkurang
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
v Tanda vital dalam rentang
normal § Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)

§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§ Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol


penurunan keperawatan selama 3x infeksi)
pertahanan primer 24 jam diharapakan
infeksi terkontrol · Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
NOC :
· Pertahankan teknik isolasi
v Immune Status
· Batasi pengunjung bila perlu
v Knowledge : Infection
control · Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
v Risk control berkunjung dan setelah
Kriteria Hasil : berkunjung meninggalkan pasien

v Klien bebas dari tanda dan


· Gunakan sabun antimikrobia
gejala infeksi untuk cuci tangan

v Mendeskripsikan proses· Cuci tangan setiap sebelum dan


penularan penyakit, sesudah tindakan kperawtan
factor yang
mempengaruhi penularan· Gunakan baju, sarung tangan
serta sebagai alat pelindung
penatalaksanaannya, · Pertahankan lingkungan aseptik
v Menunjukkan kemampuan selama pemasangan alat
untuk mencegah
· Ganti letak IV perifer dan line
timbulnya infeksi central dan dressing sesuai dengan
v Jumlah leukosit dalam petunjuk umum
batas normal · Gunakan kateter intermiten untuk
v Menunjukkan perilaku menurunkan infeksi kandung
hidup sehat kencing

· Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik bila


perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)

· Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik dan lokal

· Monitor hitung granulosit, WBC

· Monitor kerentanan terhadap


infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

· Partahankan teknik aspesis pada


pasien yang beresiko

· Pertahankan teknik isolasi k/p

· Berikan perawatan kuliat pada


area epidema

· Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

· Dorong masukkan nutrisi yang


cukup

· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk minum


antibiotik sesuai resep

· Ajarkan pasien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi

· Ajarkan cara menghindari infeksi

· Laporkan kecurigaan infeksi

· Laporkan kultur positif

3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen


diri b.d imobilitas keperawatan selama
(nyeri pembedahan) 3x24 jam diharapakan · Kaji keterbatasan pasien dalam
pasien menunjukkan perawatan diri
kebersihan diri · Berikan kenyamanan pada pasien
dengan membersihkan tubuh
NOC :
pasien (oral,tubuh,genital)
v Kowlwdge : disease
process · Ajarkan kepada pasien
pentingnya menjaga kebersihan
v Kowledge : health diri
Behavior
· Ajarkan kepada keluarga pasien
Kriteria Hasil : dalam menjaga kebersihan pasien

v Pasien bebas dari bau

v Pasien tampak
menunjukkan kebersihan

v Pasien nyaman
Post Operasi

DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management


injuri fisik keperawatan selama 3x24§ Lakukan pengkajian nyeri secara
jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
NOC :
§ Observasi reaksi nonverbal dari
v Pain Level, ketidaknyamanan
v Pain control, § Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
v Comfort level
pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil :
§ Kaji kultur yang mempengaruhi
v Mampu mengontrol nyeri respon nyeri
(tahu penyebab nyeri,
§ Evaluasi pengalaman nyeri masa
mampu menggunakan
lampau
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
§Evaluasi bersama pasien dan tim
mencari bantuan) kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
v Melaporkan bahwa nyeri
masa lampau
berkurang dengan
menggunakan manajemen§ Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri mencari dan menemukan
dukungan
v Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
§ Kontrol lingkungan yang dapat
dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
v Menyatakan rasa nyaman
kebisingan
setelah nyeri berkurang
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
v Tanda vital dalam rentang
normal § Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§ Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol


penurunan keperawatan selama 3x 24 infeksi)
pertahanan primer jam diharapakan infeksi
terkontrol · Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
NOC :
· Pertahankan teknik isolasi
v Immune Status
· Batasi pengunjung bila perlu
v Knowledge : Infection
control · Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
v Risk control berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil :
· Gunakan sabun antimikrobia
v Klien bebas dari tanda dan untuk cuci tangan
gejala infeksi
· Cuci tangan setiap sebelum dan
v Mendeskripsikan proses sesudah tindakan kperawtan
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
· Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta sebagai alat pelindung
penatalaksanaannya,
· Pertahankan lingkungan aseptik
v Menunjukkan kemampuan selama pemasangan alat
untuk mencegah timbulnya
· Ganti letak IV perifer dan line
infeksi central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
v Jumlah leukosit dalam batas
normal · Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
v Menunjukkan perilaku kandung kencing
hidup sehat
· Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik bila


perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)

· Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik dan lokal

· Monitor hitung granulosit, WBC

· Monitor kerentanan terhadap


infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

· Partahankan teknik aspesis pada


pasien yang beresiko

· Pertahankan teknik isolasi k/p

· Berikan perawatan kuliat pada


area epidema

· Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

· Dorong masukkan nutrisi yang


cukup
· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk minum


antibiotik sesuai resep

· Ajarkan pasien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi

· Ajarkan cara menghindari infeksi

· Laporkan kecurigaan infeksi

· Laporkan kultur positif

3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen


diri b.d imobilitas keperawatan selama 3x24
(nyeri pembedahan) jam diharapakan pasien · Kaji keterbatasan pasien dalam
menunjukkan kebersihan perawatan diri
diri · Berikan kenyamanan pada
pasien dengan membersihkan
NOC :
tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
v Kowlwdge : disease process
· Ajarkan kepada pasien
v Kowledge : health Behavior pentingnya menjaga kebersihan
diri
Kriteria Hasil :
· Ajarkan kepada keluarga pasien
v Pasien bebas dari bau dalam menjaga kebersihan
v Pasien tampak pasien
menunjukkan kebersihan

v Pasien nyaman
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak
yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Kista dapat berisi udara,
cairan kental, maupun nanah. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan
jaringan normal disekitarnya dan tidak dapat menyebar kebagian tubuh lainnya.
Jumlah diagnosa kista ovarium meningkat seiring dengan pemeriksaan fisik
dan penggunaan USG
B. saran
a. diharapkan agar kita lebih dapat mengetahui dan memahami bahwa
pentingnya pola hidup yang teratur dan sehat agar kita semua dapat
terhindar dari penyakit – penyakit seperti kista ovarium.
b. sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepad
masyarakat agar masyarakat lebih dapat memahami tentang pentingnya
kesehatan.
Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono dkk. 2006. Buku acuan Nasional pelayanan kesehatan


maternal dan neonatal. Jakarta : PT. bina pustaka sarwono prawirahardjo.

Prawirohardjo, Sarwono dkk. 2008. ilmu kebidanan. Jakarta : PT. bina pustaka
sarwono prawihardjo

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai