Anda di halaman 1dari 138

PENDAHULUAN

Ilmu Dasar Keperawatan adalah

Sebelum mempelajari Ilmu Dasar Keperawatn II secara keseluruhan, secara


umum dijelaskan fokus ilmu dasar keperawatan meliputi berbagai aspek yang terkait
dengan ilmu dasar keperawatan.

Untuk memudahkan mempelajari ilmu dasar keperawatan II, maka sistem


pembelajaran ini terbagi menjadi beberapa topik pembahasan, sebagai berikut :

1. Topik I : Enzim dan Koenzim


2. Topik II : Pencernaan dan Penyerapan
3. Topik III : Bioenergetika
4. Topik IV : Rantai Pernapasan
5. Topik V : Immunoglobulin
6. Topik VI : Darah
7. Topik VII : Oksidasi Biologi
8. Topik VIII : Metabolisme Porfirin
9. Topik IX : Metabolisme Karbohidrat
10. Topik X : Metabolisme Lipid
11. Topik XI : Metabolisme Protein
12. Topik XII : Metabolisme Purin dan Pirimidin
13. Topik XIII : Dasar-Dasar Bakteriologi dan Mikologi
14. Topik XIV : Klasifikasi, Toksonomi, Morfologi, dan Pewarnaan Kuman
15. Topik XV : Fisiologi dan Metabolisme Kuman
16. Topik XVI : Hubungan Kuman dengan Hospes dan Lingkungan
17. Topik XVII :Virologi serta Pencegahan & Pengobatan Penyakit Virus
18. Topik XVIII : Helmintologi serta Pencegahan & Pengobatan Penyakit Helmintologi
19. Topik XIX : Protozoologi
20. Topik XX : Entomologi
21. Topik XXI : Interaksi Mikroorganisme
22. Topik XX II : Riketsia

Setelah mempelajari Ilmu Dasar Keperawatan II, diharapkan anda dapat mengetahui
dan memahami sub pokok bahasan, sebagai berikut :

i
1. Memahami, Mengetahui, Mengingat tentang Enzim dan Koenzim
2. Memahami dan Mengetahui proses pencernaan dan penyerapan
3. Memahami dan menjelaskan tentang bioenergetika
4. Rantai Pernapasan
5. Memahami dan menjelaskan tentang Immunoglobulin
6. Memahami tentang darah
7. Oksidasi Biologi
8. Memahami, menjabarkan metabolisme porfirin
9. Metabolisme Karbohidrat
10. Metabolisme Lipid
11. Metabolisme Protein
12. Metabolisme purin dan pirimidin
13. Dasar-dasar bakteriologi dan mikologi
14. Klasifikasi dan taksonomi kuman
15. Morfologi dan pewarnaan kuman
16. Fisiologi dan Metabolisme kuman
17. Hubungan kuman dengan hospes dan lingkungan
18. Virologi
19. Helmintologi
20. Protozoologi
21. Entomologi
22. Interaksi mikroorganisme
23. Riketsia
TOPIK I
ENZIM DAN KOENZIM

A. Pengertian Enzim
Enzim adalahbiomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis(senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimiaorganik.Molekul awal yang disebut substratakan dipercepat perubahannya
menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan
bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis
sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu
arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.

B. Sifat Umum Enzim


Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan
senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan
energiaktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi
kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Enzim
umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62 asam
amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomeras, sampai dengan lebih dari
2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis RNA
, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai
RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzin ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya (struktur kuartener) . Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya,
prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang
sangat sulit. Secara spesifik enzim memiliki beberapa sifat yaitu sebagai berikut.
Sifat Umum Enzim :
a. Merupakan protein
b. Merupakan biokatalisator
c. Mempercepat reaksi kimia dengan jalannya menurunkan energi aktivitas yaitu
energi awal yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia.
d. Enzim bekerja spesifik artinya untuk mengubah atau mereaksikan suatu zat
tertentu memerlukan zat tertentu pula.
e. Bekerja sangat cepat
f. Tidak ikut bereaksi (tidak mengalami perubahan).
g. Tidak mengubah keseimbangan reaksi
h. Memliki sifat aktif atau sisi katalitik yaitu bagian enzim tempat substrat
berkombinasi.
i. Substrat asing yang berfungsi menghambat reaksi disebut inhibitor dan yang
berfungsi mempercepat reaksi disebut activator.
Enzim memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil, membutuhkan
pH dan suhu yang tepat.
2. Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu
substrat.
3. Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia
tanpa mengubah kesetimbangan reaksi.
4. Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
5. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.
6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH, konsentrasi,
dan lain-lain.

C. Manfaat Enzim
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi
hanya sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara
langsung terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang
akan mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak
aktif. Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang
diperlukan untuk katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul
kecil, yang sering kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari
reaksi yang dikatalisasi. Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan
aktivitas enzim. Dengan demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino
yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan
sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat
berkumpul bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat
mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh
pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim,
denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.
D. Kegunaan Enzim
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang
dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar
suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul
lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan
aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun
adalah inihibitor enzim.

E. MODEL SISI AKTIF ENZIM


Dibagi menjadi 2 Model sisi supaktif Enzim :
a. Model “ Kunci dan Gembok”
Enzim sangatlah spesifik. Pada tahun 1894, Emil Fischer mengajukan bahwa
hal ini dikarenakan baik enzim dan substrat memiliki bentuk geometri yang
saling memenuhi. Hal ini sering dirujuk sebagai model "Kunci dan Gembok".
Manakala model ini menjelaskan kespesifikan enzim, ia gagal dalam
menjelaskan stabilisasi keadaan transisi yang dicapai oleh enzim. Model ini
telah dibuktikan tidak akurat, dan model ketepatan induksilah yang sekarang
paling banyak diterima.
b. Model Ketepatan Induksi
Diagram yang menggambarkan hipotesis ketepatan induksi. tapak
aktif. Tapak aktif akan terus berubah bentuknya sampai substrat terikat
secara sepenuhnya, yang mana bentuk akhir dan muatan enzim ditentukan
Pada tahun 1958, Daniel Koshland mengajukan modifikasi model kunci dan
gembok: oleh karena enzim memiliki struktur yang fleksibel, tapak aktif secara
terus menerus berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim dan
substrat. Akibatnya, substrat tidak berikatan dengan tapak aktif yang kaku.
Orientasi rantai samping asam amino berubah sesuai dengan substrat dan
mengijinkan enzim untuk menjalankan fungsi katalitiknya. Pada beberapa kasus,
misalnya glikosidase, molekul substrat juga berubah sedikit ketika ia memasuki
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan
ΔG‡
Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana
keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi
konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
1. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan
menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan
dengan keadaan transisi.
2. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
3. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama
pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini
melibatkan destabilisasi keadaan dasar,dan kontribusinya terhadap katalis
relatif kecil.
Beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai
aktivitas penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein yang
disebut kofaktor untuk berikatan dengan enzim dan menjadi aktif. [38] Kofaktor
dapat berupa zat anorganik organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat
berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim, yang akan
melepaskan diri dari tapak aktif enzim semasa reaksi. (contohnya ion logam)
ataupun zat
Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat
dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta
dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor tidak
terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun, gugus
prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina pirofosfat
pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga dapat digunakan untuk
merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein berganda, seperti DNA
polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks lengkap yang
mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan
kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya.
Hal- hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam
dunia pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan
tersendiri tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi
terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan
pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang
dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar
suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul
lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan
aktivator obat dan racun adalah inihibitor enzim. adalah yang meningkatkan
aktivitas enzim.
Ada tiga hal yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh kita yaitu bahan
makanan, enzim dan hormon. Antara ketiganya perlu suatu kerjasama yang
sinergis. Ibarat pabrik, bahan makanan (vitamin, protein, mineral) adalah
“materialnya”, enzim sebagai “pekerjanya”, sedangkan hormon sebagai
“mandornya”. Itu sebabnya, meskipun kita cukup mengonsumsi vitamin, mineral
dan protein tetapi bila bahan-bahan tersebut tidak dapat diserap oleh sel-sel tubuh
kita karena kekurangan atau tiadanya enzim, kita tetap dengan mudah terkena
penyakit. Disini, tugas enzim metabolisme khususnya, mengubah bahan-bahan
makanan yang kita makan sehingga dapat dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh.
Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam enzim yang jumlahnya ribuan.
Kemampuan tubuh kita untuk memperbaiki diri ketika terluka dan menangkal
penyakit, secara langsung berhubungan dengan kekuatan dan jumlah enzim
dalam tubuh kita. Setiap jenis enzim mempunyai tugas spesifik dalam tubuh
seperti mencerna makanan, memecah toksin, membersihkan darah, memperkuat
sistem kekebalan tubuh, membentuk protein menjadi otot, menghilangkan
karbondioksida dari paru-paru, dll.
Semua organ tubuh kita seperti jantung, paru-paru, ginjal, organ-organ yang
berhubungan dengan pencernaan, pembuluh darah dll, serta apapun tugas
masing-masing organ tersebut, tidak akan dapat berfungsi tanpa adanya enzim.
Bahkan, karena masing-masing organ tubuh kita memiliki fungsi beragam dan sel
yang berbeda-beda, sehingga membutuh-kan enzim yang beragam pula. Pada
jantung misalnya, karena ada bermacam-macam sel, maka diperlukan pula
bermacam-macam enzim dalam jantung.
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)
dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada
permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat
proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan
yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi.
Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas komponen yang disebut apoenzim
yang berupa protein dan komponen lain yang disebut gugus prostetik yang berupa
nonprotein. Gugus prostetik dibedakan menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim
berupa gugus organik yang pada umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin
B1, B2, NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide). Kofaktor berupa gugus
anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+.
Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim. Jadi,
enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif yang disebut apoenzim
dan koenzim, yang bersatu dan kemudian disebut holoenzim.
Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock and
Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory). Menurut teori
kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya
kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari
enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci
masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi
kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus,
produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali pada konfigurasi
semula. Berbeda dengan teori kunci gembok, menurut teori kecocokan induksi
reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena adanya induksi substrat
terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan
struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak
bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel.
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Ada empat factor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu temperature, PH,
konsentrasi dan inhibitor.
a. Temperatur
Karena enzim tersusun dari protein maka enzim sangat peka terhadap
temperature. Temperature yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi
protein. Temperature terlalu rendah dapat menghambat reaksi. Pada
umumnya, temperature optimum enzim adalah 30 – 40 0C.Kebanyakan enzim
tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim
tidak rusak. Jika suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim
tahan pada suhu rendah, namun dapat rusak di atas suhu 50 0C.
b. Perubahan PH
Enzim juga sangat terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat mempengaruhi
perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi
aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan subtratnya.
pHoptimum yang diperlukan berbeda.
c. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan
substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak,
reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang terkatalisasi.
Semakain banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.
d. Inhibitor Enzim
Seringkali kerja enzim dihambat oleh suatu zat yang disebut Inhibitor. Jika
inhibitor ditambahkan ke dalam campuran enzim dan substrat, kecepatan
reaksi akan turun. Cara kerja inhibitor ini adalah berikatan dengan enzim dan
membentuk kompleks enzim – inhibitor yang masih mampu atau tidak mampu
berikatan dengan substrat.

Ada dua jenis inhibitor yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
1. Inhibitor kompetitif
Pada penghambatan ini, zat – zat penghambatan mempunyai stuktur yang
mirip dengan substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat
penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bergabung dengan sisi aktiv
enzim. Jika zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim,
maka substrat tidak dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
2. Inhibitor Nonkompetitif
Pada penghambatan ini, substrat sudah tidak dapat berikatan dengan
kompleks enzim – inhibitor, karena sisi aktif enzim berubah.
TOPIK II
PENCERNAAN DAN PENYERAPAN

A. MAKANAN DAN FUNGSINYA BAGI MANUSIA

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia,


diantaranya adalah makanan. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Melalui mkanan, manusia dapat
memperoleh nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuhnya
Nutrisi tersebut berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan garam
1. Karbohidrat
Karbohidrat terdapat dalam beras, jagung, gandum, kentang, ubi- ubian, buah-
buahan, dan madu. Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh
kita. Setiap satu gram karbohidrat dapat menghasilkan energi sekitar 4
kilokalori. Kalau kita konversikan I kalori = 4,2 joule, maka 1 gram karbohidrat
menghasilkan energi sebesar 16,8kilojoule.
Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah menjadi molekul gula
sederhana seperti glukosa. Bentuk gula sederhana inilah yang diserap oleh
tubuh. Jika manusia mengonsumsi karbohidrat melebihi kebutuhan energi,
maka karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen
akan disimpan di hati dan otot. Lemak akan disimpan disekitar perut, ginjal, dan
bawah kulit. Kekurangan karbohidrat akan menyebabkan badan lemah, kurus,
semangat kerja atau belajar menurun, dan daya tahan terhadap penyakit
berkurang.

9
2. Protein
Sumber protein dapat berasal dari hewan dan disebut protein hewani,
misalnya lemak, daging, susu, ikan, telur dan keju. Sumber protein yang
berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Contohnya adalah kedelai,
kacang tanah, dan kacang hijau. Protein berfungsi sebagai komponen
struktural dan fungsional. Fungsi structural berhubungan dengan fungsi
pembangun tubuh dan pengganti sel-sel yang rusak.
Fungsi fungsional berkaitan dengan fungsinya sebagai komponen proses-
proses biokimia sel seperti hormone dan enzim. Selama proses pencernaan,
protein akan diubah menjadi pepton dengan bantuan enzim pepsin di dalam
lambung. Kemudian pepton akan diubah menjadi asam amino dengan bantuan
enzim tripsin di dalam usus halus. Asam amino inilah yang akan diserap oleh
tubuh. Sama seperti karbohidrat, setiap 1 gram protein dapat menghasilkan
energi sebesar 17 kilojoule. Kekurangan protein dapat menyebabkan busung
lapar.

3. Lemak
Sumber lemak dapat berasal dari hewan dan disebut dengan lemak hewani,
misalnya lemak daging, mentega, susu, ikan basah, telur dan minyak ikan.
Sumber lemak yang bersal dari tumbuhan disebut lemak nabati. Contohnya
adalah kelapa, kemiri, kacang-kacangan, dan alpukat. Lemak berfungsi
sebagai cadangan energi dan pelarut vitamin A,
D, E, dan K. Lemak disimpan dalam jaringan bawah kulit. Setiap satu gram
lemak dapat menghasilkan energi sekitar 9 kilokalori atau 38 kilojoule.

4. Vitamin
Vitamin berfungsi sebagai kompenen organic enzim yang disebut sebagai
co-enzim. Terdapat dua kelompok vitamin yang larut dalam air dan lemak.
Vitamin larut dalam lemak mempunyai sifat dapat disimpan lama. Bila jumlah
yang tersedia lebih banyak dari yang diperlukan tubuh, akan disimpan di
dalam lemak dalam waktu yang cukup lama. Berbeda halnya dengan vitamin
yang larut dalam air, bila jumlahnya melebihi yang
diperlukan oleh tubuh, kelebihan akan dibuang ke luar tubuh melalui urin.
Kekurangan vitamin akan menyebabkan penyakit avitaminosis.
5. Garam mineral
Garam mineral dibutruhkan secara sendiri-sendiri maupun kelompok.
Masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam tubuh. Sebagai contoh,
kalsium, sumbernya berasal dari susu, keju, daging, sayur- sayuran. Berfungsi
pembentukan darah, kontraksi otot, pembentukan tulang, dan gigi, dsb.

B. SISTEM PENCERNAAN MANUSIA


Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Kelenjar pencernaan
adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna makanan.
Saluran pencernaan antara lain sebagai berikut.

1. Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva). Gigi
terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas mahkota
gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan akar gigi yang
tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email yang
berwarna putih. Kalsium, fluoride, dan fosfat merupakan bagian penyusun email.
Untuk perkembangan dan pemeliharaan gigi yang bai, zat-zat tersebut harus ada
di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen yang
melekatkan akar pada Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang
berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak
makanan, dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Dan terdapat
pula tiga buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis,
sublingualis, dan submandibularis. Kelenjar saliva mengeluarkan air liur yang
mengandung enzim ptialin atau amilase, berguna untuk mengubah amilum
menjadi maltosa. Pencernaan yang dibantu oleh enzim disebut pencernaan
kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan makanan di antara gigi
sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur. Makanan ini kemudian
dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus. Kemudian bolus dengan
bantuan lidah, didorong menuju faring.

2. Faring dan esophagus


Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk
kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian
belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus). Pada
pangkal faring terdapat katup pernapasan yang disebut epiglottis. Epiglotis
berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak
masuk ke saluran pernapasan. Setelah melalui faring, bolus menuju ke
esophagus; suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik, dan berdidnding
tebal. Otot kerongkongan berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan
meremas yang mendorong bolus ke dalam lambung. Gerakan otot
kerongkongan ini disebut gerakan peristaltik.

3. Lambung
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara
mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung
mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh
kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin.
Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi peptone. Renin berfungsi
untuk menggumpalkan protein susu. Setelah melalui pencernaan kimiawi di
dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang disebut kimus (bubur
usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

4. Usus halus
Usus halus memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari (duodenum), usus
tengah (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding
duodenum menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pancreas dan
saluran empedu. Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang
disalurkan menuju duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam
amino. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak
menjadi asam lemak dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan
ditampung dalam kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke duodenum.
Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian
ini terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat
makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan
zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam
amino, dan mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh
pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak, gliserol, dan
vitamin yang larut dalam lemak setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa
oleh pembuluh getah bening dan akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah.

5. Usus besar
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam usus
besar. Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian yang menaik
(ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon), bagian yang
menurun (descending colon), dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang
sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut
terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dapat tercerna,
misalnya selulosa. Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan.
Bil kadar iar pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan
menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air,
maka dinding usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa
makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang
membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak
terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dan
dikeluarkan melalui anus.

C. Diagram sistem pencernaan

1. Kelenjar Ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga Mulut
6. [[Faring]
7. Lidah
8. Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks
23. Rektum
24. Anus

D. KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada alat-alat sistem
pencernaan antara lain:
1. Parotitis

Penyakit gondong yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang
kelenjar air ludah di bagian bawah telinga, akibatnya kelenjar ludah menjadi
bengkak atau membesar.

2. Xerostomia
Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai
dengan rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat
makanan kurang tercerna dengan baik.
3. Tukak Lambung

Tukak lambung terjadi karena adanya luka pada dinding lambung bagian dalam.
Maka secara teratur sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko timbulnya tukak
lambung.

4. Appendiksitis

Appendiksitis atau infeksi usus buntu, dapat merembet ke usus besar dan
menyebabkan radang selaput rongga perut.
TOPIK III
BIOENERGETIKA

A. DEFINISI

Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai


perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Sistem nonbiologik dapat
menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya. Sedangkan sistem
biologik bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan
tenaga bagi proses kehidupan.

B. Kaidah termodinamika dalam sistem biologik


Kaidah pertama termodinamika:
Kaidah pertama ini merupakan hukum penyimpanan energi, yang berbunyi: energi
total sebuah sistem, termasuk energi sekitarnya adalah konstan. Ini berarti bahwa
saat terjadi perubahan di dalam sistem tidak ada energi yang hilang atau diperoleh.
Namun energi dapat dialihkan antar bagian sistem atau dapat diubah menjadi
energi bentuk lain. Contohnya energi kimia dapat diubah menjadi energi listrik,
panas, mekanik dan sebagainya.
Kaidah kedua termodinamika:
Kaidah kedua berbunyi: entropi total sebuah sistem harus meningkat bila proses
ingin berlangsung spontan. Entropi adalah derajat ketidakteraturan atau
keteracakan sistem. Entropi akan mencapai taraf maksimal di dalam sistem seiring
sistem mendekati keadaan seimbang yang sejati. Dalam kondisi suhu dan tekanan
konstan, hubungan antara perubahan energi bebas (ΔG) pada sebuah sistem yang
bereaksi, dengan perubahan entropi (ΔS), diungkapkan dalam persamaan:
ΔG = ΔH – TΔS
Keterangan: ΔH adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu absolut.
Di dalam kondisi reaksi biokimia, mengingat ΔH kurang lebih sama dengan ΔE,
perubahan total energi internal di dalam reaksi, hubungan di atas dapat
diungkapkan dengan persamaan:
ΔG = ΔE – TΔS
Jika ΔG bertanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan energi
bebas (reaksi eksergonik). Jika ΔG sangat besar, reaksi benar-benar berlangsung
sampai selesai dan tidak bisa membalik (irreversibel).

21
Jika ΔG bertanda positif, reaksi berlangsung hanya jika memperoleh energi bebas
(reaksi endergonik). Bila ΔG sangat besar, sistem akan stabil tanpa
kecenderungan untuk terjadi reaksi.
Peran senyawa fosfat berenergi tinggi dalam penangkapan dan pengalihan energi
Untuk mempertahankan kehidupan, semua organisme harus mendapatkan
pasokan energi bebas dari lingkungannya. Organisme autotrofik melakukan
metabolisme dengan proses eksergonik sederhana, misalnya tumbuhan hijau
menggunakan energi cahaya matahari, bakteri tertentu menggunakan reaksi Fe 2+
à Fe3+. Sebaliknya organisme heterotrofik, memperoleh energi bebasnya dengan
melakukan metabolisme yaitu pemecahan molekul organik kompleks.
Mg2+

Adenosin trifosfat (ATP) berperan sentral dalam pemindahan energi bebas dari
proses eksergonik ke proses endergonik. ATP adalah nukleotida trifosfat yang
mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus fosfat. Dalam reaksinya di dalam sel,
ATP berfungsi sebagai kompleks Mg2+
ATP dan ADP
Energi bebas baku hasil hidrolisis senyawa-senyawa fosfat penting dalam biokimia
tertera pada. Terlihat bahwa nilai hidrolisis gugus terminal fosfat pada ATP terbagi
menjadi 2 kelompok. Pertama, fosfat berenergi rendah yang memiliki ΔG lebih rendah
dari pada ΔG0 pada ATP. Kedua, fosfat berenergi tinggi yang memiliki nilai ΔG lebih
tinggi daripada ΔG0 pada ATP, termasuk di dalamnya, ATP dan ADP, kreatin fosfat,
fosfoenol piruvat dan sebagainya.
Senyawa biologik penting lain yang berenergi tinggi adalah tiol ester yang mencakup
koenzim A (misal asetil-KoA), protein pembawa asil, senyawa-senyawa ester asam
amino yang terlibat dalam sintesis protein, S-adenosilmetionin (metionin aktif), uridin
difosfat glukosa dan 5-fosforibosil-1-pirofosfat.
organofosfat yang memiliki peran penting dalam biokimia

Senyawa ΔG0
kJ/mol kkal/mol
Fosfoenolpiruvat -61,9 -14,8
Karbamoil fosfat -51,4 -12,3
1,3-bifosfogliserat -49,3 -11,8
(sampai 3-fosfogliserat)
Kreatin fosfat -43,1 -10,3
ATP à ADP + Pi -30,5 -7,3
ADP à AMP + Pi -27,6 -6,6
Pirofosfat -27,6 -6,6
Glukosa 1-fosfat -20,9 -5,0
Fruktosa 6-fosfat -15,9 -3,8
AMP -14,2 -3,4
Glukosa 6-fosfat -13,8 -3,3
Gliserol 3-fosfat -9,2 -2,2

Gugus fosfat berenergi tinggi oleh Lipmann dilambangkan dengan ~℗. Simbol ini
menunjukkan bahwa gugus yang melekat pada ikatan, pada saat peralihan pada
suatu akseptor yang tepat, akan mengakibatkan pemindahan kuantitas energi bebas
yang lebih besar. Oleh karena itulah sebagian ahli biokimia lebih menyukai istilah
potensial pemindahan gugus daripada ikatan berenergi tinggi.
Berdasarkan posisi ATP pada Tabel 3.1, maka ATP merupakan donor fosfat berenergi
tinggi (donor energi bebas) bagi senyawa-senyawa di bawahnya. Di sisi lain, ADP
dapat menerima fosfat berenergi tinggi untuk membentuk ATP dari senyawa yang
berada di atas ATP dalam tabel. Akibatnya siklus ATP/ADP menghubungkan proses-
proses yang menghasilkan dan proses-proses yang menggunakan ~℗. Dengan
demikian ATP terus dikonsumsi dan terus diproduksi. Proses terjadi dengan
kecepatan sangat tinggi, karena depot ATP/ADP sangat kecil dan hanya cukup untuk
mempertahankan jaringan aktif dalam beberapa detik saja.
Ada 3 sumber utama yang berperan dalam konservasi atau penangkapan energi :
1. Fosforilasi oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah sumber ~℗ terbesar dalam organisme aerobik. Energi
bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari oksidasi rantai respirasi di dalam
mitokondria dengan menggunakan oksigen.
2. Glikolisis
Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua ~℗ yang terjadi akibat pembentukan
laktat
3. Siklus asam sitrat
Dalam siklus asam sitrat satu ~℗ dihasilkan langsung pada tahap suksinil
tiokinase
TOPIK IV

RANTAI PERNAFASAN

A. Hub. Rantai pernafasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi

1. Proses perubahan asetil ko-A → H + CO2


2. Proses ini terjadi didalam mitokondria
3. Pengambilan asetil co-A di sitoplasma dilakukan oleh: oxalo asetat → proses
pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil co-A di sitoplasma habis
4. Oksaloasetat berasal dari asam piruvat
5. Jika asupan nutrisi kekurangan KH → kurang as. Piruvat → kurang
oxaloasetat

B. KETOSIS
1. Degradasi asam lemak → Asetil KoA terjadi di Hati, tetapi hati hanya
mengunakan sedikit asetil KoA → akibatnya sisa asetil KoA berkondensasi
membentuk Asam Asetoasetat
2. Asam asetoasetat merupakan senyawa labil yang mudah pecah menjadi:
Asam β hidroksibutirat dan Aseton.
3. Ketiga senyawa diatas (asam asetoasetat, asam β hidroksibutirat dan aseton)
disebut

C. BADAN KETON
1. Adanya badan keton dalam sirkulasi darah disebut: ketosis
2. Ketosis terjadi saat tubuh kekurangan karbohidrat dalam asupan makannya
→ kekurangan oksaloasetat.
3. Jika Oksaloasetat menurun → maka terjadi penumpukan Asetil KoA didalam
aliran darah → jadi badan keton → keadaan ini disebut KETOSIS.
4. Badan keton merupakan racun bagi otak → mengakibatkan Coma, karena
sering terjadi pada penderita DM → disebut Koma Diabetikum.
5. Ketosis terjadi pada keadaan :
* Kelaparan
* Diabetes Melitus

27
* Diet tinggi lemak, rendah karbohidrat

D. RANTAI RESPIRASI
1. H adalah hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi
NADH.
2. H dari NADH ditransfer ke → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b →
sitokrom c →sitokrom aa3 → terus direaksikan dengan O2 → H2O + Energi
3. Rangkaian transfer H dari satu carrier ke carrier lainya disebut Rantai
respirasi
4. Rantai Respirasi terjadi didalam mitokondria → transfer atom H antar carrier
memakai enzim Dehidrogenase → sedangkan reaksi H + O2 memakai enzim
Oksidase.
Urutan carrier dalam rantai respirasi adalah: NAD → Flavoprotein → Quinon →
sitokrom b → sitokrom c → sitokrom aa3 → direaksikan dengan O2 → H2O +
Energi
TOPIK V
IMMUNOGLOBULIN

Manusia dan Vertebrata lainnya memiliki sistem pertahanan tubuh yang berperan
untuk melindungi dirinya dari serangan agen-agen penyebab penyakit. Sistem
pertahanan tersebut dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Pertahanan Nonspesifik yang memiliki sifat alami (innate) artinya sudah ada
sejak organisme itu lahir dan berlaku bagi semua agen infeksi, dan
2. Pertahanan Spesifik atau disebut juga pertahanan perolehan (acquired) karena
pertahanan ini diperoleh setelah adanya rangsangan oleh benda asing (agen
infeksi). Pertahanan spesifik merupakan tanggungjawab dari klone-klone sel
limfosit B yang masing-masing spesifik terhadap antigen. Adanya interaksi
antara antigen dengan klone limfosit B akan merangsang sel tersebut untuk
berdiferensiasi dan berproliferasi sehingga didapatkan sel yang mempunyai
ekspresi klonal untuk menghasilkan antibodi.

A. Struktur Immunoglobulin
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat
dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin
termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri
dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa
sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi
yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen
serta pelepasan histamin dari sel mast.
Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai
perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen
spesifik dan aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2
macam rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal
sebagai rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai
ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit)
terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan
disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang
menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari
rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh
ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh
ikatan disulfid interchain.Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda,
sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ),
rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda.
Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing
4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5 domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim
papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari
bagian H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang
bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat
pengikatan antigen (antigen binding site)yang menentukan spesifisitas
imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H
saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat
mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas
imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan
komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel
mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan
kemampuan menembus plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan
karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain)dengan
akibat kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat
antigenik determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik.
Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai
F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan antigen.

B. Klasifikasi Imunoglobulin
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai
berat molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Perbedaan antar
subkelas lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.
1. Imunoglobulin G
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat
H dan 2 rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S
dengan berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75%
dari seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai
perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai
berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh
IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa
paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga
tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat
mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif.
Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.
Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc.
Ikatan antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag
memfagosit antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi
pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.
Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan
kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun
yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer
memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-mediated cytotoxicity =
ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang
berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit
akanmenyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang
peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.
2. Imunoglobulin M
Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin,
dengan koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul
ini mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah
antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan
antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen
dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.
IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan C H. Molekul
monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada
domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan
lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai
kunci.
3. Imunoglobulin A (IgA)
Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu, air
liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran
pencernaan atau usus (Corpo Antibodies). Imunoglobulin ini melindungi selaput
mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara IgA
dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga
kemampuan IgA melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi
komplemen melalui jalan metabolisme alternatif.
Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul 400.000 terdiri atas dua unit
polipeptida dan satu molekul rantai-J serta komponen sekretorik. Sekurang-
kurangnya dalam serum terdapat dua subkelas IgA1 dan IgA2. Terdapat dalam
serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung membentuk polimer
dengan perantaraan polipeptida yang disintesis oleh sel epitel untuk
memungkinkan IgA melewati permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi
ini IgA ditemukan dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat
kombinasi dengan suatu protein khusus, disebut Secretory Component yang
disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi secara lokal oleh sel plasma.
4. Imunoglobulin D
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil
terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah
180.000. Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri
dari karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan
imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan
dalam diferensiasi sel ini.
5. ImunoglobulinE (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE apabila
disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada Mast Cells dan Basofil. Kontak
dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari Mast Cells dengan
pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku sebagai
reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang
dihasilkan memicu respon alergi Anafilaktik melalui pelepasan zat perantara.
Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi,
konsentrasi IgE akan meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE
serum secara khas juga meningkat selama infeksi parasit cacing.
C. Fungsi Dan Sifat Antibodi
1. Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai – γ (gamma)
Tiap molekul IgG terdiri atas dua rantai L dan dua rantai H yang
dihubungkan oleh ikatan disulfida (rumus molekul H2L2). Oleh karena itu
imunoglobulin ini mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik,
meka disebut divalen. IgG merupakan antibodi dominan pada respon sekunder
dan menyusun pertahanan yang penting melawan bakteti dan virus. Ini
merupakan satu-satunya antibodi yang mampu melintasi plasenta,oleh karena
itu merupakan imunoglobulin yang paling banyak ditemukan pada bayi yang
baru lahir.
Immunoglobulin ini yang paling banyak di dalam tubuh, dihasilkan dalam
jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Ia memberikan
proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu setelah
lahir karena IgG mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan
melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah
daya kekebalan. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah
ekstravaskuler dan mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan
melekat pada kuman sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja
system komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut IgG1, IgG2, IgG3 dan
IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat (H) yang disebut 1, 2, 3 dan 4.
2. Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai –α (alpha).
Merupakan imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu, saliva
dan air mata serta sekresi traktus respiratorius, intestinal dan genital.
Imunoglobulin ini melindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan virus.
Tiap molekul IgA terdiri atas dua unit H2L2 dan satu molekul terdidi atas rantai
J dan komponen sekresi, molekul yang disebut terakhir merupakan protein
yang diturunkan dari celah reseptor poli-Ig. Reseptor ini mengikat dimer IgA
dan mempermudah transpornya melintasi epitel mukosa. Beberapa bakteri
(misalnya neisseria) dapat merusak IgA1 dengan cara menghasilkan protase
sehingga menghalangi imunitas yang diperantarai antibodi pada permukaan
mukosa
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap
proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut
secretory component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa. Imunoglobin
yang dikeluarkan secara selektif di dalam sekresi air ludah, keringat, air mata,
lendir hidung, kolostrum, sekresi saluran pernapasan dan sekresi saluran
pencernaan. IgA yang keluar dengan sekret juga diproduksi secara lokal oleh
sel plasma. Kehadirannya dalam kolostrum (air susu pertama keluar pada
mamalia yang menyusui) membantu melindungi bayi dari infeksi
gastrointestinal. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah perlautan virus dan
bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA setelah bergabung dengan antigen
pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya
mikroorganisme pada sel mukosa.
3. Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai –µ (mu)
IgM adalah antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap
pemaparan awal ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun
secara cepat. Hal ini secara diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM
umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang
menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari lima monomer yang tersusun
dalam struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B
untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal
respons sel plasma. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi
sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam
darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia.
Ini merupakan imunoglobulin yang efisien dalam proses aglutinasi
fiksasikomplemen dan reaksi antigen-antibodi lainnya serta penting juga dalam
menjadi pertahanan dalam melawan bakteri dan virus. Karena interaksi
imunoglobulin ini dengan antigen dapat melibatkan semua tempat pengikatan
antigen tersebut, maka imunonoglobulin ini mempunyai tingkat afinitas yang
paling tinggi dibandingkan dengan semua imunoglobulin lainnya.
4. Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai –δ (delta)
Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat
menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang
kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk
memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B memori. Ini juga terjadi
pada beberapa sel leukemia limfatik. Di dalam serum immunoglobulin ini hanya
terdapat dalam jumlah sedikit.
5. Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai –ε (epsilon)
Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE
belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi
kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama yang
disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan
dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi
dalam darah. Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil
dan, ketika dipicu oleh antigen, menyebabkan sel-sel itu membebaskan
histamine dan zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.
Regio Fc dari IgE terikat pada reseptor pada permukaan sel mast dan
basofil. IgE yang terikat ini bertindak sebagai reseptor antigen yang
menstimulasi produksinya sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi yang
memicu terjadinya respon alergi tipe cepat (anafilaksis) melalui pelepasan
mediator. Pada orang dengan hipersensivitas alergi yang diperantarai antibodi
tersebut, IgE meningkat dengan cepat dan IgE dapat terdapat pada sekresi
eksternal. IgE serum juga meningkat secara tipikal selama infeksi cacing.
Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin dan papain
menjadi beberapa fragmen yang mempunyai sifat biologi yang khas. Perlakuan
dengan pepsin dapat memisahkan Fab2 dari daerah persambungan hinge
(engsel). Karena Fab2 adalah merupakan molekul bivalen sehingga ia dapat
mempresipitasi antigen. Enzim papain dapat memutus daerah hinge diantara
CH1 dan CH2 untuk membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan
dengan reaksi antigen-antibodi dan juga satu non-antigen-antibodi fragmen
yaitu daerah fragmen kristalisabel (Fc). Bagian Fc ini adalah glikosilat yang
mempunyai banyak fungsi efektor (yaitu: binding komplemen, binding dengan
sel reseptor pada makrofag dan monosit dan sebagainya) dan dapat digunakan
untuk membedakan satu klas antibodi dengan lainnya.
TOPIK VI
DARAH

A. Definisi
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi
berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
B. Komposisi Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).
C. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki
warana kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan
0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti
lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut
dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan
mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan
tubuh ke organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
3. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan
darah.

Skema susunan darah manusia, disebutkan bahwa plasma darah terdiri


atas serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah
sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum
adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat
antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam
tubuh kita.

30
D. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa
Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel.
Eritrosit merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb).
Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang
berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru.
Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen
ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa
kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan
laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet
seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang
biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit,
dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk
piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter
sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah
merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah
lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm 3) darah trdapat
5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per
miliketer kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses
dimana eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang
rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan
limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos
akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari
hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang
untuk membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang
memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik.
Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa
ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan
sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang
belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar
1% dari semua darah yang beredar.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah.
Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah.
Pada orang dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih.
Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian
besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus
dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa,
dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk
tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah
merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
a. Leukosit Bergranula (Granulosit)
1) Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%.
Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang
bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas
untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh.
Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera
melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang biak serta
menghancurkannya
2) Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya
sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi
yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah
sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan
eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil
adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak.
3) Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya
hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila
basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan berwarna biru. Sel
darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil mengandung
zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.
b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
1) Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya
hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar.
20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah limfosit. Limfosit
tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk
antibodi.
2) Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan
berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan
bersifat fagosit.

Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam
tubuh, maka tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah
benda asing. Akibatnya tubuh memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih
untuk menghancurkan antigen. Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat
menjadi antigen bagi orang lain apabila glikoprotein tersebut disuntikkan
kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap
sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri
kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
a. Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan
(fagositosis). Fagosit terdiri dari dua macam:
1) Neutrofil, terdapat dalam darah
2) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam
jaringan atau rongga tubuh.
b. Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
1) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di
dasar leher)
2) B Limfosit (B Sel)

Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh


melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan
antigen yang masuk ke dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak
melalui pembuluh darah tetapi melalui kulit dan selaput lendir agar terhindar
dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tersebut
akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat
penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini dapat
mencengah terjadinya serangan virus.

3. Keping Darah (Trombosit)


Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang
paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah
dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang
pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah.
Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu
bertahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi
kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit
akan pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim
trombokinase yang terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan
bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat
mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin
segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar
lagi.
E. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel
darah). Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara
garis besar, fungsi utama darah adalah sebagai berikut:
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-
zat sisa metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang
aktif ke organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu
berkisar antara 36 – 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel
darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit).

F. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah


Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah
manusia. Di bawah ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang
disebabkan oleh sel – sel darah :
1. Anemia
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin sel darah merah hingga di bawah normal sehingga darah tidak
dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh. Penyakit
tersebut dapat disebabkan dari pendarahan hebat, seperti akibat kecelakaan,
berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan meningkatnya
penghancuran sel darah merah.
Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal ini disebabkan
karena setiap satu bulan sekali perempuan mengalami pendarahan yang
lumayan banyak yaitu saat menstruasi. Anemia dapat menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa
melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia berupa tranfusi
darah. Salah satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya bayam,
atau bisa juga dengan mengonsumsi suplemen penambah darah.
2. Leukemia
Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah. Penyakit tersebut
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel darah putih yang tak terkendali.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
dalam sumsum tulang menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kemoterapi,
kemoterapi berguna untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain
kemoterapi, penderita leukimia bisa juga melakukan transplantasi sumsum
tulang, namun transplantasi sumsum tulang adalah proses yang cukup rumit
karena memerlukan pendonor sumsum tulang dengan tingkat kecocokan yang
cukup tinggi.
3. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit yang bersifat menurun (genetik), maksudnya
dapat diturunkan pada keturunannya. Penderita penyakit ini tidak dapat
menghentikan pendarahan akibat luka karena darahnya sukar membeku.
Untuk pengobatan penderita hemofilia sepertinya agak sulit dilakukan, karena
penyakit ini adalah penyakit keturunan. Pada pendarahan yang cukup serius,
misalnya saja mengalami kecelakaan, maka penderita hemofilia bisa saja
mengalami kematian karena darahnya sukar membeku. Sebaiknya para
penderita hemofilia berhati-hati dengan benda-benda tajam ataupun sesuatu
yang bisa menyebabkan mereka mengeluarkan darah. Hemofilia hanya
diderita oleh kaum laki-laki, tetapi gen ini dibawa oleh perempuan.
TOPIK VII

OKSIDASI BIOLOGI

A. DEFINISI

Secara kimiawi, oksidasi di definisikan sebagai pengeluaran electron dan


reduksi sebagai penangkapan electron, sebagaimana di lukiskan oleh oksidasi ion
fero menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬ Fe3+ Dengan demikian, oksidasi selalu
disertai reduksi aseptor electron. Prinsip ini osidasi – reduksi ini berlaku pada
berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi
pemahaman sifat oksidasi biologi. kita ketahui bahwa banyak oksidasi biologi
dapat berlangsung tanpa peran serta molekul oksigen, misalnya : dehidrogenasi.
Hukum termodinamika I dan II Kaidah pertama termodinamika:
Kaidah pertama ini merupakan hukum penyimpanan energi, yang berbunyi:
energi total sebuah sistem, termasuk energi sekitarnya adalah konstan. Ini berarti
bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem tidak ada energi yang hilang atau
diperoleh. Namun energi dapat dialihkan antar bagian sistem atau dapat diubah
menjadi energi bentuk lain. Contohnya energi kimia dapat diubah menjadi energi
listrik, panas, mekanik dan sebagainya. Kaidah kedua termodinamika: Kaidah
kedua berbunyi: entropi total sebuah sistem harus meningkat bila proses ingin
berlangsung spontan. Entropi adalah derajat ketidakteraturan atau keteracakan
sistem. Entropi akan mencapai taraf maksimal di dalam sistem seiring sistem
mendekati keadaan seimbang yang sejati.
Dalam kondisi suhu dan tekanan konstan, hubungan antara perubahan energi
bebas (ΔG) pada sebuah sistem yang bereaksi, dengan perubahan entropi (ΔS),
diungkapkan dalam persamaan: ΔG = ΔH – TΔS
Keterangan:
ΔH adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu absolut. Di dalam
kondisi reaksi biokimia, mengingat ΔH kurang lebih sama dengan ΔE, perubahan
total energi internal di dalam reaksi, hubungan di atas dapat diungkapkan dengan
persamaan:
ΔG = ΔE – TΔS

43
Jika ΔG bertanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan
energi bebas (reaksi eksergonik). Jika ΔG sangat besar, reaksi benar-benar
berlangsung sampai selesai dan tidak bisa membalik (irreversibel).
Jika ΔG bertanda positif, reaksi berlangsung hanya jika memperoleh energi
bebas (reaksi endergonik). Bila ΔG sangat besar, sistem akan stabil tanpa
kecenderungan untuk terjadi reaksi. Peran senyawa fosfat berenergi tinggi dalam
penangkapan dan pengalihan energi Untuk mempertahankan kehidupan, semua
organisme harus mendapatkan pasokan energi bebas dari lingkungannya.
Organisme autotrofik melakukan metabolisme dengan proses eksergonik
sederhana, misalnya tumbuhan hijau menggunakan energi cahaya Fe3+.
matahari, bakteri tertentu menggunakan reaksi Fe2+ organismeSebaliknya
heterotrofik, memperoleh energi bebasnya dengan melakukan metabolisme yaitu
pemecahan molekul organik kompleks. Adenosin trifosfat (ATP) berperan sentral
dalam pemindahan energi bebas dari proses eksergonik ke proses endergonik.
ATP adalah nukleotida trifosfat yang mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus
fosfat.
Ada 3 sumber utama yang berperan dalam konservasi atau penangkapan
energi.
a. Fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah sumberterbesar dalam
organisme aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari
oksidasi rantai respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan oksigen.
b. Glikolisis Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua yang terjadi akibat
pembentukan laktat.
c. Siklus asam sitrat Dalam siklus asam sitrat satu.

B. KEPENTINGAN OKSIDASI DALAM BIOMEDIS


Pada kepentingan biomedis, fosforilasi oksidatif berguna untuk mempelajari
proses obat/racun yg dpt menghambat fosfolirasi oksidatif dan mempelajari
kelainan bawaan (miopati,encepalopati, dll).
Pemanfaatan Enzim Sebagai Alat Diagnosis
Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga
kelompok:
1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ
akibat penyakit tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti
prinsip bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di
cairan ekstrasel dalam jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada
bagian kecil enzim yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan
adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya (enzim) ke
lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap. Apabila
enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari
yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan,
maka dapat diperkirakan terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat
pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel ini dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang merusak
tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus),
berkurangnya aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan
mengeluarkan enzim-enzimnya, atau terjadi perubahan komponen membrane
sehingga sel imun tidak mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan sel-sel asing,
dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan mengakibatkan
kebocoran membrane.

Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan


adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi
darah ke glomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin
II dari suatu protein serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
b. Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga
mencapai seratus kali lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan
adanya infeksi virus hepatitis, peningkatan sampai dua puluh kali dapat
terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa, sedangkan peningkatan
pada kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.
c. Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga
empat ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain.
2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis.
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk
mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim,
keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat diketahui dan diukur
berapa jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzim sebagai suatu reagensia
adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik
dibandingkan dengan pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk
mengukur kadar senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena
kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur. Contoh penggunaan enzim
sebagai reagen adalah sebagai berikut:

a. Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter
globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat.
b. Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim kolesterol-
oksidase yang dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.
c. Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan
keracunan alcohol dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alcohol
dehidrogenase yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisciae, dan lain-
lain.

3. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.


Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan
memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak.
Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan substrat yang khas bagi
enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya,
terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan terhadap
substrat dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim berfungsi dalam
memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen. Contoh
penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent Assay),
antibodi mengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang
sudah ditandai dengan enzim akan mengikat senyawa yang sama.
Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu direaksikan dengan substrat
enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapat diperoleh dengan
cara imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah senyawa yang direaksikan. Enzim yang lazim
digunakan dalam teknik ini adalah peroksidase, fosfatase alkali, glukosa
oksidase, amilase, galaktosidase, dan asetil kolin transferase.
b. Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul kecil
seperti obat atau hormon ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya,
menyebabkan antibodi tidak dapat berikatan dengan molekul (obat atau
hormon) tersebut. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah
lisozim, malat dehidrogenase, dan gluksa-6-fosfat dehidrogenase.

Pemanfaatan Enzim Di Bidang Pengobatan


Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai
obat, pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim
dengan demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran
pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran
pengobatan.
a. Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian
enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di
dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu.
Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai pengobatan, maka
keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan
defisiensi enzim yang bersifat sementara dan bersifat menetap. [6] Contoh
keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara adalah defisiensi enzim-
enzim pencernaan. Seperti yang diketahui, enzim-enzim pencernaan
sangat beragam, beberapa di antaranya adalah protease dan peptidase
yang mengubah protein menjadi asam amino, lipase yang mengubah lemak
menjadi asam lemak, karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti
amilum menjadi glukosa serta nuklease yang mengubah asam nukleat
menjadi nukleotida.[7] Adapun defisiensi enzim yang bersifat menetap
menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebut sebagai
kelainan genetic mengingat enzim merupakan protein yang ditentukan oleh
gen. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara lain adalah hemofilia.
Hemofilia adalah suatu keadaan di mana penderita mengalami kesulitan
penggumpalan darah (cenderung untuk pendarahan) akibat defisiensi
enzim-enzim terkait penggumpalan darah. Saat ini telah diketahui ada tiga
belas faktor, sebagian besar adalah protease dalam bentuk proenzim, yang
diperlukan dalam proses penggumpalan darah. Pada penderita hemofilia,
terdapat gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-Hemophilic Factor),
faktor IX, dan faktor XI. Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen yang
mengkode faktor IX.[8] Diharapkan gen tersebut dapat mengkode enzim-
enzim protease yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah.
b. Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi di mana senyawa
tertentu digunakan untuk memodifikasi kerja enzim, sehingga dengan
demikian efek yang merugikan dapat dihambat dan efek yang
menguntungkan dapat dibuat. Berdasarkan sasaran pengobatan, dapat
dibagi menjadi terapi di mana enzim sel individu menjadi sasaran dan terapi
di mana enzim bakteri patogen yang menjadi sasaran.
Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi,
digunakan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim
sebagai penghambat bersaing. Contoh penyakit yang dapat diobati dengan
terapi ini adalah:
1) Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa yang diinduksikan
adalah akarbosa (acarbose), di mana akarbosa akan bersaing dengan
amilum makanan untuk mendapatkan situs katalitik enzim amilase
(pankreatik α-amilase) yang seyogyanya akan mengubah amilum
menjadi glukosa sederhana. Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu,
sehingga kenaikan gula darah setelah makan dapat dikendalikan.
2) Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat merupakan enzim yang
mengatur pertukaran H dan Na di tubulus ginjal, di mana H akan
terbuang keluar bersama urine, sedangkan Na akan diserap kembali ke
dalam darah. Adalah senyawa turunan sulfonamida, yaitu azetolamida
yang berfungsi menghambat kerja enzim tersebut secara kompetitif
sehingga pertukaran kation di tubulus ginjal tidak akan terjadi. Ion Na
akan dibuang keluar bersama dengan urine. Sifat ion Na yang
higroskopis menyebabkan air akan ikut keluar bersamaan dengan ion
Na; hal ini membawa keuntungan apabila terjadi penumpukan cairan
bebas di ruang antar sel (udem). Dengan kata lain senyawa azetolamida
turut berperan dalam menjaga kesetimbangan cairan tubuh.
3) Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan
angiosintase. Enzim renin-EKA berperan dalam menaikkan tekanan
darah dengan menghasilkan produk angiotensin II, sedangkan
angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitas angiotensin
II. Untuk menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasi
terhadap kerja enzim khususnya EKA dapat dilakukan dengan
pemberian obat penghambat EKA (ACE Inhibitor).
4) Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat
melibatkan dua enzim, yaitu siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II).
Ada obat atau senyawa tertentu yang mempengaruhi kinerja cox 1 dan
cox II sehingga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan
rasa sakit.
5) Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa terhadap enzim,
maka enzim yang berfungsi untuk memecah AMP siklik (cAMP) yaitu
fosfodiesterase (PD) dapat dihambat oleh berbagai senyawa, antara lain
kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan sildenafil. Teofilin
digunakan untuk mengobati sesak nafas karena asma, pentoksifilin
digunakan untuk menambah kelenturan membran sel darah merah
sehingga dapat memasuki relung kapiler, sedangkan sildenafil
menyebabkan relaksasi kapiler di daerah penis sehingga aliran darah
yang masuk akan bertambah dan tertahan untuk beberapa saat.
6) Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah
penyebarannya. Salah satu cara untuk mencegah penyebarannya
adalah dengan menghambat mitosis sel ganas. Seperti yang diketahui,
proses mitosis memerlukan pembentukan DNA baru (purin dan
pirimidin). Pada pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi
yang melibatkan formilasi (penambahan gugus formil) dari asam folat
yang telah direduksi. Reduksi asam folat ini dapat dihambat oleh
senyawa ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak berlangsung.
Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat biosintesis purin
yang membutuhkan asam glutamate. 6-aminomerkaptopurin juga dapat
menghambat adenilosuksinase sehingga menghambat pembentukan
AMP (salah satu bahan DNA).
7) Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi
(senyawa) inhibitor monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat
menghambat enzim monoamina oksidase yang mengkatalisis oksidasi
senyawa amina primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi asam
amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzim yang
mengalami peningkatan jumlah ada sel susunan saraf penderita
penyakit kejiwaan.

Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja,


digunakan prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis
reaksi yang sama atau menjadi bagian dari proses yang sama dengan yang
terdapat pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu,
sekaligus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah
enzim mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah
penyakit-penyakit infeksi. Contoh terapi dengan menjadikan enzim
mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara lain:
1) Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan perkembangannya
dengan menghambat mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA
baru (purin dan pirimidin baru). Proses ini membutuhkan asam folat
sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh mikroorganisme sendiri
dengan memanfaatkan bahan baku asam p-aminobenzoat (PABA),
pteridin, dan asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida
dan turunannya dapat dimanfaatkan untuk menghambat pemakaian
PABA untuk membentuk asam folat.
2) Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu
mikroorganisme di alam bebas dalam rangka mempertahankan substrat
dari kolonisasi oleh mikroorganisme lain dalam memperebutkan sumber
daya, juga berperan dalam terapi. Contohnya adalah penisilin, suatu
antibiotik yang menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalisis
dipeptida D-alanil D-alanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri
tidak terbentuk dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap
perbedaan tekanan osmotik sehingga gampang pecah.
3) Perbedaan mekanisme sintesis protein antara mikroorganisme dan sel
pejamu juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi.
Penggunaan antibiotika tertentu dapat menghambat sintesis protein
pada mikroorganisme.

c. Interaksi protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. Pengobatan


dengan sasaran interaksi protein-ligan mengacu kepada prinsip interaksi
sistem mediator-reseptor, di mana apabila mediator disaingi oleh molekul
analognya sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor, sehingga efek
dari mediator tersebut tidak terjadi. Contoh pengobatan dengan menjadikan
interaksi protein-ligan sebagai sasarannya antara lain:
1) Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh hormon adrenalin.
Reseptor yang terdapat pada hormon adrenalin, yaitu α-reseptor dan β-
reseptor dapat dihambat oleh senyawa-senyawa yang berbeda.
Penghambatan pada β-reseptor dapat menimbulkan efek pelemasan
otot polos dan penurunan detak jantung. Obat-obatan yang bekerja
dengan cara tersebut dikenal sebagai β-blocker.
2) Penggunaan antihistamin untuk tujuan tertentu. Histamin merupakan
turunan asam amino histidin yang berperan sangat luas, mulai dari
neuromediator, mediator radang pada kapiler, meningkatkan
pembentukan dan pengeluaran asam lambung HCl, kontraksi otot polos
di bronkus, dan lain-lain. Tidak jarang ketika misalnya terjadi
peradangan yang memicu pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain
seperti sakit perut dan lain-lain. Untuk itu dikembangkan senyawa
spesifik yang mampu bekerja sebagai pesaing histamin, yaitu
antihistamin. Dengan adanya antihistamin ini, maka respon yang
ditimbulkan akibat kerja histamin dapat ditekan.

C. ENZIM YANG TERLIBAT DALAM OKSIDASI BIOLOGIS


Enzim yang terlibat dalam proses oksidasi dan reduksi dinamakan
oksidoreduktase dalam uraian berikut, enzim oksidoreduktase dipilah menjadi 4
kelompok, yaitu:
1. Enzim Okidase
Enzim Oksidase Menggunakan Oksigen Sebagai Akseptor Hidrogen
Enzim oksidase mengatalisis pengeluaran hydrogen dari substrat dengan
menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogennya. Enzim-enzim tersebut
membetuk air atau hydrogen peroksida sebagai produk reaksi.
Sebagi Oksidase Mengandung Tembaga Sitokrom oksidase merupakan
hemoprotein yang tersebar luas dalam banyak jaringan, dengan gugus
prostetik heme yang secara khas ditemukan dalam mioglobin, hemoglobin,
serta sitrokom lain. Enzim ini merupakan komponem terakhir pada rantai
pembawa (carrier) respiratorik yang ditemukan dalam mitokondria dan dengan
demikian bertanggung jawab atas reaksi pemindahan elektron yang dihasilkan
dari oksidasi molekul substrat oleh dehidrogenase kepada akseptornya yang
terakhir, yaitu oksigen. Gas karbon monoksida, sianida, dan hydrogen sulfide
merupakan racun bagi enzim sitokrom oksidase. Sifat yang berlainan
sehubungan dengan efek karbon monoksida serta sianida.
Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa kedua sitokrom
tersebut bergabung dengan sebuah protein tunggal, dan kompleks tersebut
dikenal sebagai sitokrom.
Oksidase Lain Merupakan Flavoprotein Enzim flavoprotein memiliki flavin
mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD) sebagai gugus
prostetiknya. FMN dan FAD biasanya terikat erat-tetapi tidak secara kovalen
dengan masing-masing protein apoenzimnya.banyak enzim flavoprotein
mengandung satu atau lebih logam sebagai kofaktoresensial dan dikenal
dengan nama metaloflavoprotein. Enzim yang termasuk kedalam kelompok
enzim oksidase ini mencakup oksidase asam L-amino, suatu enzim terikat –
FMN yang ditemukan dalam ginjal dengan spesifisitas umum untuk deaminasi
oksidatif asam L-amino yang terdapat dialam.
Enzim xantin oksidase tersebar luas dan terdapat didalam susu,usus halus,
ginjal, serta hati. Enzim ini mengandung molibdenum dan mempunyai peranan
penting dalam konversi basa purin menjadi asam urat sebagai produk
nitrogenosa akhir utama, bukan saja dari metabolisme purin, tetapi juga dari
katabolisme protein dan asam amino.Aldehid dehidrogenase merupakan enzim
terikat-FAD yang terdapat didalam hati mamalia. Enzim ini merupakan
metaloflavoprotein yang mengandung molibdenum serta besi nonheme dan
bekerja pada senyawa aldehid serta substret N-heterosiklik.
Mekanisme oksidase dan reduksi semua enzim ini bersifat sangat
kompleks.meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa reduksi cincin
isoaloksazin berlangsung dalam 2 yahap lewat intermediat.
2. Dehidrogenase
Dehidrogenase Tidak Dapat Menggunakan Oksigen Sebagai Akseptor
Hidrogen. Ada sejumlah besar enzim didalam kelompok ini. Enzim-enzim
tersebut melaksanakan 2 fungsi utama:
a. pemindahan hidrogen dari substrat yang satu kepada substrat yang lain
dalam reksi oksidasi-reduksi berpasangan . enzim dehidrogenase ini
bersifat sangat spesifik untuk substratnya, tetapi sering memakai koenzim
atau pembawa hidrogen yang sama seperti enzim dehidrogenase lain,
misal, NAD. Karena reaksi berlangsung reversibel, sifat-sifat ini
memudahkan senyawa ekuivalen preduksi dipindahkan secara bebas
didalam sel.
b. sebagai komponem dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari
substrat ke oksigen.
3. Hidroperoksidase
Enzim Hidroperoksidase Menggunakan Hidrogen Peroksida Atau
Peroksida Organik Sebagai Substrat. Ada dua tipe enzim yang masuk ke dalam
kategori ini : peroksidase dan katalase. Kedua tipe enzim ini ditemukan baik
pada hewan maupun tumbuhan. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh
terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan
senyawa peroksida dapat menghasilkanradikal bebas yang selanjutnya akan
merusak membran sel dan keungkinan menimbulkan penyakit kanker serta
aterosklerosis.
4. Oksigenase
Enzim Oksigenase Mengatalisis Pemindahan Langsung Dan Inkorporasi
Oksigen Ke Dalam Molekul Substrat. Enzim oksigenase lebih berhubungan
dengan sintesis atau penguraian berbagai tipe metabolit dibandingkan
mengambil bagian dalam reaksi yang bertujuan memberikan enegi pada sel.
Enzim-enzim dlam kelompok ini mengatalisis inkorporasi (penyatuan) oksigen
kedalam molekul substrat.peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap :
a. pengikatan oksigen dengan enzim pada tapak aktif.
b. reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan kepada
substrat.

Rantai Respirasi Dan Fosforilasi Oksidatif


Mitokondria telah mendapatkan nama yang tepat sebagai “pusat tenaga”sel
karena di dalam organel inilah berlangsung seagaian besar peristiwa
penangkapan energy yang berasal dari oksidasi respiratorik, system daam
mitokondria yang memasangkan respirasi dengan proses pembentukan
intermediate berenergi tinggi, ATP di sebut Fosforilasi Oksidatif.
a. Sejumlah Enzim Spesifik bertindak sebagai penanda bagi kompartemen yang
dipisahkan oleh membran Mitokondria Mitokondra mempunyai membran
eksterna yang bersifat permeabel terhadap sebagian besar Metabolit,
membran eksterna yang permeabilitas nya selektif serta tersusun dalam bentuk
lipatan atau Krista, serta matriks di dalam membran interna tersebut. Membran
eksterna dapat di hilangkan melalui reaksi dengan digitonin dan dikarakterisasi
oleh keberadaan monoamine oksidase, asil – koA sintetase, gliserofosfat
asiltransferase, serta fosfolipase A 2. Adenilkinase dan keratin kinase
ditemukan dalam ruang antar membran. Fosfolipid kardiolipid teronsentrasi di
dalam merman interna.
b. Rantai Respirasi Mengumpul Dan mengoksidasi Sejumlah Zat Ekvalen
Pereduksi. Semua energy bermanfaat yang di bebaskan selama oksidasi asam
lemak serta asam amino, dan hampir seluruh energy yang di lepaskan dari
oksidasi karbohidratterdapat di dalam mitokondria sebagai unsure ekivalen
pereduksi (-H atau electron). Mitokondria mengandung seri katalisator yang
dikenal sebagai rantai respirasi. Yang mengumpulkan, Mengangkut unsure
ekivalen pereduksi dan mengarahkan kepada reaksi dengan oksigen untuk
membentuk air. Yang juga terdapat dalam mitokondria adalah rangkaian mesin
untuk menangkap energy bebas yang di lepas sebagai fosfat berenergi tinggi.
Mitokondria juga mengandung berbagai system enzim yang memang pada
dasarnya bertanggaung jawab memproduksi sebagian besar unsure ekuivalen
pereduksi , yaitu enzim – enzim β – oksidasi dan siklus asam sitrat. Siklus asam
sitrat merupakan metabolism umum terakhir untuk oksidasi semua bahan
mekanan utama. Rantai respirasi dalam mitokondria terdiri atas sejumlah
pembawa (carier) redoks yang berjalan dari system dehidrogenase spesifik
NAD, lewat semua substrat berhubungan dengan rantai respirasi melalui
dehidrogenase spesifik NAD; sebagian substrat karena potensial redoksnya
lebih positif (missal, fumarat/suksinat) berhubungan langsungdengan protein
flavoprotein dehidrogenase, yang pada giliranya akan berhubungan dengan
enzim sitikrom pada rantai respirasi. Telah jelas bahwa terdapat sesuatu
pembawa tambahan dalam rantai respirasi yang merangkaikan flavoprotein ke
sitokrom b, anggota rantai sitokrom yang memiliki potensial redoks paling
rendah. Zat ini yang di namakan ubikuinon atau Q (koenzim Q) terdapat di
dalam mitokondria dalam bentuk kuinon teroksidasi pada keadaan aerob dan
dalam bentuk kuinon tereduksi pada keadaan anaerob. Q merupakan
konstituen lipid mitokondria: lipit lipit iterutama terdapat dalam bentuk fosfolipit
yang menjadi bagian mitokondria. Di dalam kloroplas. Semua zat ini dicirikan
oleh rantai sampai piliisoprenoid. Didalam mitokondria, Q terdapat dalam
jumlah sitoikimetrik berlebihan jauh lebih besar disbanding anggota lain
respirasi, hal ini sesuai dengan fungsi Q yang bekerja sebagai komponen mobil
rantai respirasi yang mengumpulkan unsure ekivalen pereduksi kompleks
flavoprotein yang lebih terfiksasi dan mengantarkan kepada sitokrom.
Komponen tambahan yang ditemukan dalam sediaan rantai respirasi adalah
protein besi – sulfur (FeS ; besi nonhem) Unsur ini berikatan dengan
flavonprotein (metaloplavoprotein) dan dengan sitokrom b. sulfur dan za besi
dianggap berperan dalam mekanisme oksidoreduksi antara flavin dengan Q
yang melibatkan perubahan pada hanya satu e’ tunggal dengan atom besi
menjalani oksidoreduksi antara Fe2+ dan Fe3+.enzim dehidrogenase
menganalisis proses perpindahan electron dari substrat kepada NAD rantai
tersebut. Terdapat beberapa perbedaan dalam menyelenggarakan proses ini
asam α – ketopiruvat keteloglutara ,mempunyai system dehidrogenase
kompleks yang melibatkan lipoat dan FAD, sebelum electron dipindah kepada
NAD rantai respirasi. Pemindahan electron dari enzim dehidrogenase lain
seperti L(+)-3-hidroksiasil-KoA. D(-)-3-hidrosibutirat, prolin, glutamat, malat
dan isositrat dehidrogenase berPasangan langsung dengan NAD ‘pada rantai
respirasi. NADH (reduksi) pada rantai respirasi selanjutnya diksidasidasikan
oleh enzim metaloflavoprotein – NADH dehidrogenase. Enzim ini mengandung
FeS dan FMN, terikat erat pada rantai respirasi dan menghantarkan unsure
ekivalen pereduksi kepada Q. Q juga merupakan titik pengumpulan dalam
rantai respirasi bagi unsur – unsur ekivalen pereduksi yang berasal dari
substrat lain yang berikatan langsung dengan rantai respirasi lewat enzim
flavoprotein dehodrogenase. Substrat ini mencangkup suksinat, kolin, gliserol
3-fosfat, sarkosin, dimetiglisi, dan asil – KoA. Moietas (moiety) flavin semua
enzim dehidrogenase ini adalah FAD. Elektron mengalir dari Q, melalui
rangkaian sitokrom yang terlihat dalam ke molekul oksigen. Sitokrom tersusun
dalam urutan poensial redoks yang meningkat. Gugus terminal sitokrom aa3
(sitokrom oksidase) bertanggung jawab atas penggabungan terakhir sejumlah
unsu ekivalen pereduksi dengan molekul oksigen. System enzim ini ternyata
mengandung tembaga, suatu komponen yang ditemukan dalam beberapa
enzim oksidase.
c. Rantai respirasi menyediakan sebagian besar energy yang di tangkap di dalam
metabolisme ADP merupakan molekul yang ditangkap sebagian energy bebas
dalam bentuk fosfat berenergi tinggi, yang di lepas oleh proses katabolisme.
ATP yang dihasilkan akan menghanarkan energi. Jadi, ATP dapat disebut
sebagai “penukar” energy pada sel. Pada reaksi glikolisis , terjadi pengambilan
netto langsung dan gugus fosfat berenergi tinggi , yang setara dengan kurang
lebih 103,2 kj/mol glukosa. (secara invivo, ΔG untuk sintesis ATP dari ADP
telah dihitung sebesar kurang lebih 51,6 kj/mol sehingga memungkinkan
terdapatnya reaktan dalam konsentrasi aktualdi dalam sel. Nilai ini lebih besar
dari pada nilai ΔG0 untuk hidrolisis ATP yang diperoleh dibawah konsentrasi
standart 1,0 mol/L). karena 1 mol glukosa menghasilkan kurang lebih 2870 kj
pada pembakaran sempurna, energy kyang ditangkap fosforilasi dalam proses
glikolisis hana sedikit. Berbagai reaksi pada asam simsus asam sitrat pada
lintasan terakhir untuk oksidasi lengkap glukosa mencangkup satu tahap
fosforilasi, yaitu perubahan suksionil Ko-A menjadi suksinat kyang
memungkinkan penangkapan tambahan hanya dua fosfat berenergi tinggi
permol glukosa. Semua reaksi fosforilasi yang di uraikan terjadi pada tngkat
substrat. Pemeriksaan terhadap mitokondria utuh yang melakukan respirasi
mengungkap bahwa kalau substrat teroksidasi lewat enzim dehidrogenase
yang terikat NAD dan rantai respirasi, kurang lebih 3 mol fosfat anorganik dan
akan diinkorporasikan ke dalam 3 mol ADP untuk membentuk 3 mol ATP per
mol O₂ yang di komsusi, yaitu rasio P : Oksidasi = 3. Sebaliknya kalau substrat
dioksidasi melalui dehidrogenase yang terikat flavoprotein , hanya 2 mol ATP
yang terbentuk , yaitu P : Oksidasi = 2. Kontrol Respiratorik Menjamn Pasokan
ATP Yang Konstan Laju respiratorik mitokondria dapat dikontrol oleh
konsentrasi ADP. Hal ini terjadi karena terjadi oksidasi dan fosforilasi
berpasangan secara erat dengan kata lain, oksidasi tidak dapat berlangsung
lewat ranotai respirasi bila pada saat yang bersamaan tidak terjadi berlangsung
lewat rantai respirasi bila pada saat yang bersamaan tidak terjadi fosorilasi
ADP. Chance dan wiliams menyebutkan 5 keadaan yang dapat mengontrol laju
respirasi dalam mitokondria. Umumnya, kebanyakan sel dalam kondisi istirahat
berada dalam status 4 dan respirasi di control oleh ketersediaan ADP. Jika kita
menyelenggarakan kerja, ATP di ubah menjadi ADP. Jika kita
menylenggarakan kerja, ATP diubah menjadi ADP ehingga memungkinkan
terjadinya lebih banyak resprasi yang pada gilirannya akan memperbaharui
persimpanan ATP. Dalam kondisi terentu akan terlihat bahwa konsentrasi fsfat
anorganik dapat pula mempengaruhi kecepatan kerja rantai respirasi. Dengan
semakan meningkatnya respirasi (seperti terjadinya pada saat olahraga), sel
akan mendekati status 3 atau 5 jika kapasitas antai respirasi menjadi jenuh
atau jika PO₂ turun dibawah nilai Km untuk sitokrom a₃. terdapatpula
kemungkinan bahwa pengangkut ADP/ATP yangmemudahkan pemasukan
ADP sitosol ke dalam dan ATP ke luar mitokondria, menjadi suatu penentu
kecepatan respirasi mitokondria.
d. Banyak racun menghambat rantai respirasi Sebagian besar informasi tantang
rantai respirasi diperoleh dari penggunaan inhibitor, dan sebaliknya, hal ini
telah memberi pengetahan mengenai mekanisme kerja beberapa jenis racun .
untuk tujuan deskriptif, inhibitor dapat dibagi menjadi inhibitor untuk rantai
respirasi sendiri, inhibitor fosforilasi oksidatif, pemutus pasangan fosforilasi
oksidatif. Inhibitor yang menghentikan respirasi dengan menyekat rantai
respirasi berkerja pada tiga tempat. Tempat pertaa dihamba oleh olongan
barbiturat seperti amobarbitual, anti biotic pirisidin A, dan intektisida serta racun
ikan rotenon. Semua inhibitor ini mencegah oksidasi substrat yang
berhubungan langsung dengan rantai respirasi lewat enzim
dehidrogenaseterikat NAD, dengan menyekat pemindahan dari FeS ke Q.
dalam takaran yang cukup, pemberian inhibitor ini secara in vivo akan berakibat
fatal. Dimerkaprol dan antimisi A menghambat rantai respirasi antara stokrom
b dan sitokrom c. racun klasik seperti H₂S, karbon monoksida serta sianida
menghambat sitokrom oksidase dengan demikian dapat menghentikan
respirasi secara total. Karboksin dan TCA secara spesifik menghambat
dehidrogenase ke Q, sedangkan manolat merupakan inhibitor kompentitif
enzim suksinat dehidrogenase. Anti biotic oligomisin menyebabkan
penyekatan (blockade) seluruhproses oksidasi dan fosforilasi dalam
mitokondria utuh. Pemutusan pasangan (uncoupler) bekerja memisahkan
proses oksidasi dalam rantai respirasi dari proses fosforilasi, dan hal ini dapat
menjelaskan kerja toksik senyawa – senyawa in vivo. Pemisah kedua proses
tersebut akan membuat respirasi tidak terkontrol karena konsentrasi ADP atau
P₁ tidak lagi membatasi laju respirasi. Preparat pemutus pasangan yang paling
sering di gunakan adalah 2,4 dinitrofenol, tetapi juga ada beberapa senyawa
lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrofenol, tetapi juga ada
beberapa senyawa lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrokresol,
petakklofenol dan CCCP (in – klorokarbonil sianida fenilhidrazon). Senyawa
terakhir ini dimiliki keaktifan sekitar 100 kali lebih besar dari pada keaktifan
dinitrofenol.
e. Enzim ATP Sintase Yang Terletak Pada Membran Membentuk ATP Selisih
potensial elektro kimia digunakan untuk menggerakkan enzim ATP sintase
dimembran yang akan membentuk ATP pada adanya P1 + ADP dengan
demikian tidak ada intermediate berenergi tinggi yang digunakan bersama, baik
oleh proses oksidasi maupun fosforilasi seperti di syaratkan dalam hipotesis
kimiawi. Tersebar pada permukaan membran interna adalah kompleks yang
melaksanakan fosforilasi dan bertanggung jawab atas produksi ATP.
TOPIK VIII
METABOLISME PORFIRIN

A. DEFINISI

Asam amino merupakan prekursor dari banyak senyawa komplek nitrogen


yangpenting dalam fungsi fisiologis. Salah satu dari komplek nitrogen tersebut
adalahporfirin. Porfirin adalah suatu senyawa organik yang mengandung empat
cincinpirol, suatu cincin segi lima yang terdiri dari empat atom karbon dengan
atomnitrogen pada satu sudut. Senyawa ini ditemukan pada sel hidup hewan
dantumbuhan, dengan berbagai macam fungsi biologis. Empat atom nitrogen di
tengahmolekul porfirin dapat mengikat ion logam seperti magnesium, besi, seng,
nikel,kobal, tembaga, dan perak. Tiap-tiap logam yang diikat akan memberikan
sifat yangberbeda-beda. Jika logam yang diikat di pusat adalah besi, maka
kompleks porfirindisebut ferroporfirin atau heme.
muncul pada sejumlah penyakit yang berkisar dari anemia hemolitik hingga
hepatitis serta kelainan sekresi empedu (gangguan obstruksi).
B. PORFIRIN
Di alam semesta, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein membentuksenyawa-
senyawa antara lain: (1) Haemoglobin (Hb) :merupakan porfirin besiyang terikat
pada protein globin, berfungsi : mengangkut oksigen O2di darah. (2)Eritrokruorin :
terdapat pada beberapa invertebrate, fungsi: hampir samadengan Hb (3)
Mioglobin : pengangkut O2di jaringan otot (pigmen pernafasan)(4) Sitokrom :
fungsi: pemindah elektron pada proses redoks. (5) Katalase :enzim yang merubah
2H2O2menjadi 2H2O + O2(6) Triptofan pirolase :mengkatalisa oksidasi triptofan
menjadi formil kinurenin.
1. FUNGSI PORFIRIN
Di dalam tubuh manusia, porfirin berfungsi untuk :
a) Membentuk senyawa sebagai pengangkutan O2
b) Membentuk senyawa sebagai pengangkutan elektron
c) Membentuk senyawa sebagai enzim enzim tertentu.

2. BIOSINTESA PORFIRIN & HEME


Biosintesis heme dapat terjadi pada sebagian besar jaringan kecuali
eritrositdewasa yang tidak mempunyai mitokondria. Sekitar 85% sintesis heme

55
terjadI muncul pada sejumlah penyakit yang berkisar dari anemia hemolitik
hinggahepatitis serta kelainan sekresi empedu (gangguan obstruksi).
TOPIK IX
METABOLISME KARBOHIDRAT

A. Pengertian Metabolisme

Metabolisme adalah keseluruhan proses kimiawi dalam tubuh organisme yang


melibatkan energi dan enzim, diawali dengan substrat awal dan diakhiri produk
akhir. Metabolisme dapat digolongkan menjadi dua, yakni proses penyusunan
yang disebut anabolisme dan proses pembongkaran yang disebut katabolisme.
Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar
matahari dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis. Zat makanan ini
merupakan sumber energi bagi organisme heterotrof(makhluk hidup yang
memperoleh energi dari sumber senyawa organik di lingkungannya). Pada proses
pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis(penguraian
dengan menggunakan molekul air). Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan
menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.

B. Pembagian Karbohidrat

Berdasarkan gugus gula penyusunnya, karbohidrat terbagi atas:

1. Monosakarida(C6H12O6)
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus
gula.Monosakarida ini memiliki rasa manis dan sifatnya mudah larut dalam air.
Contoh dari monosakarida adalah heksosa, glukosa, fruktosa, galaktosa,
monosa, ribose (penyusun RNA) dan deoksiribosa(penyusun DNA).
2. Disakarida(C12H22O11)
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula.Sama seperti
monosakarrida,Disakarida juga memiliki rasa manis, dan sifatnyapun mudah
larut dalam air.Contoh dari Disakarida adalah laktosa(gabungan antara glukosa
dan galaktosa),sukrosa(gabungan antara glukosa dan fruktosa) dan
maltosa(gabungan antara dua glukosa).
3. Polisakarida(C6H11O5), Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri
dari banyak gugus gula,dan rata-rata terdiridari lebih 10 gugus gula.Pada
umumnya polisakarida tidak berasa atau pahit,dan sifatnyasukar larut dalam

83
air. Contohnya dari polisakarida adalah amilum yang terdiri dari 60-300gugus
gula berupa glukosa,glikogen atau gula otot yang tersusun dari 12-16 gugus
gula,danselulosa,pektin,lignin,serta kitin yang tersusun dari ratusan bahkan
ribuan gugus guladengan tambahan senyawa lainnya.

C. Fungsi Karbohidrat :

1. Sebagai sumber energi utama.


2. Berperan penting dalam proses metabolisme,menjaga keseimbangan asam
dan basa dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel,jaringan,serta organ tubuh,
3. Membantu proses pencernaan makanan dalam prose pencernaan.

Jadi, pengertian metabolisme karbohidrat adalah suatu proses reaksi secara


mekanis dan kimiawi karbohidrat di dalam tubuh makhluk hidup.(Reece-Mitchell,
2002:90).

D. Proses Glikolisis

Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat di bagi dalam dua bagian yaitu
yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen
atau aerob.Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah
glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses
glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, dan akan dibahas satu persatu.

1) Heksokinase
Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa
-6-fosfat dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi
sebagai berikut :Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut
di bantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Heksokinase yang berasal dari ragi
merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya
kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa dan glukosamina.
2) Fosfoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerisasi, yaitu pengubahan glukosa -6-fosfat
menjadi fruktosa -6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak
memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara klistalisasi.
Enzim fosfoheksoisomerase terdapat pada jaringan otot dan mempunyai berat
molekul 130.000.
3) Fosfofruktokinase,
Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim
fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini
gugus fosfat dipindahkan dari ATP kepada fruktosa-6-fosfat dan ATP sendiri
akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat dihambat atau
dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam
proses metabolisme ini.
4) Aldolase
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian
molekul fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu
dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseral-dehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim
aldolase yang menjadi katalis, telah ditemukan dan dimurnikan oleh Warburg.

5) Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa,
yaitu D-gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiasetonfosfat. Yang mengalami
reaksi lebih lanjut dalam proses glikolisis ialah D-gliseraldehida-3-fosfat.
Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-
gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidroksiasetonfosfat akan bertimbun dalam
sel. Hal ini tidak berlangsung karena dalam sel enzim triosafosfat isomerase
yang dapat mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-
fosfat.
6) Gliseraldehida-3-Fosfat Dehidrogenase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat
menjadi asam 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD +,
sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat.Reaksi oksidasi ini
mengubah aldehida menjadi asam karboksilat.
7) Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang menggunakan ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-
difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat.Dalam reaksi ini terbentuk satu
molekul ATP dari ADP dan ion Mg++ diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena
ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai
fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam
bentuk ATP.
8. Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-
fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat.
9. Enolase
Reaksi berikutnya ialah reaksi pembentukan asam fosfoenolpiruvat dari asam
2-fosfogliserat dengan katalis enzim enolase dan ion Mg ++ sebagai
kofaktor.Reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi
dehidrasi.
10. Piruvat Kinase
Enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam
fosfoenolpiruvat kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul
piruvat. Piruvat kinase telah dapat diperoleh dari ragi dalam bentuk kristal.
Enzim ini adalah suatu tetramer dengan berat molekul 165.000.dalam reaksi
tersebut, di perlukan ion Mg++ dan K+ sebagai aktivator.

D. Proses Glikogenesis dan Glikogenelisis


1. Proses Glikogenesis
Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa
kemudian disimpan dalam hati dan otot. Pada proses ini, lintasan
metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen akan diaktivasi
di dalam hati,oleh hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah
yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat setelah makan
atau teraktivasi pada akhir siklus Cori.
Pada hati, glikogenesis berfungsi untuk mempertahankan kadar gula
darahsedangkan padaotot bertujuan untuk kepentingan otot sendiri dalam
membutuhkan energi. Proses Glikogenesis terjadi apabila jumlah glukosa (
dari makanan ) yang masuk kedalam tubuh terlalu berlebih maka glukosa
tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Proses terjadinya
glikogenesis :
a. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang
lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
b. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan
bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan
mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam
reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
 Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P +
Glukosa 1-fosfat

c. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP)


untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir
oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
 UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi
d. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase
inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
e. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan
glikosidik dengan atom C4pada residu glukosa terminal glikogen,
sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut
glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai
glikogenin.

 UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1

Glikogen Glikogen

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk
rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase.Pada otot rangka
glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati
terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
f. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan
glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka
enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang
minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk
membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang pada
molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan
lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah
jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak
reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat
glikogenesis maupun glikogenolisis. (Murray dkk. Biokimia Harper).

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh


enzim glikogen sintase.Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat
putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk
cabang.Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk
cabang (branching enzyme).

2. Proses glikogenelisis
Glikogenolisis merupakan reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi
molekul glukosa. Proses ini terjadi apabila tubuh membutuhkan glukosa,
untuk digunakan lebih lanjut dalam proses glikolisis. Glikogenolisisjuga
dapat berarti lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain
glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam
plasma darah untuk menghindari simtomahipoglisemia. Jika glukosa dari
diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis,
akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa
satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik
untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul
glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu
glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.
(C6)n + Pià (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat

Glikogen Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit


trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik
cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim
pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan
cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat
berlangsung. (Murray dkk. Biokimia Harper)

Berikut tahap-tahap glikogenelisis :

a. Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-


fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak
melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu
fosfoglukomutase.
b. Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-
fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase,
dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus
fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP
dari ADP dan fosfat.
c. Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam /
tersimpan dalam bentuk ATP

Siklus Asam Sitrat

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai jalur glikolisis yang


mengubah glukosa menjadi piruvat. Pada keadaan aerob, langkah
berikutnya pada pembentukkan energi dari glukosa adalah dekarboksilasi
oksidatif piruvat menjadi asetil koenzim A (asetil koA). Unit asetil aktif ini
kemudian mengalami oksidasi sempurna menjadi CO2 melalui siklus asam
sitrat.

Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada
mitokondria, yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan
mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini
adalah proses oksidasi dengan menggunakaan oksigen atau aerob
(Poedjiani, A : 264).

Siklus asam sitrat dikenal juga sebagai siklus asam trikarboksilat atau
siklus krebs, menggunakan nama penemunya Hans Krebs seorang ahli
biokimia yang banyak jasa atau sumbangannya dalam penelitian tentang
metabolisme karbohidrat.

Siklus asam sitrat merupakan jalur metabolisme bersama untuk oksidasi


molekul bahan bakar seperti asam amino, asam lemak dan karbohidrat,
juga berperan sebagai sumber bahan pembangun untuk proses-proses
biosintesis.Sebagian besar molekul masuk siklus asam sitrat sebagai Asetil
KoA.Dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil koA merupakan
penghubung antara glikolisis dengan siklus asam sitrat. Pada eukariot,
reaksi ini dan reaksi dalam siklus berlangsung dalam mitokondria,
sedangkan glikolisis berlangsung di sitosol (Stryer, L : 525).

Berikut adalah gambaran ringkas siklus asam sitrat:

 Senyawa C4 (oksaloasetat) berkondensasi dengan senyawa C2


membentuk senyawa C6 (asam trikarboksilat / sitrat). Reaksi
dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
 Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isomer sitrat. Reaksi dikatalisis
oleh enzim sitrat akotase.
 Isomer sitrat kemudian mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi
senyawa C5 (α-ketoglutarat). Reaksi dikatalisis oleh enzim isositrat
dehidrogenase dan menghasilkan NADH dan CO2.
 Senyawa ini mengalami dekarboksilasi oksidatif lagi menjadi senyawa
C4 (suksinil ko-A. Reaksi dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat
dehidrogenase dan menghasilkan NADH dan CO2.
 Senyawa C4 (suksinil ko-A) lalu dipecah menjadi suksinat (C4). Reaksi
dikatalisis oleh enzim suksinil koA sintase. Menghasilkan senyawa
fosfat berenergi tinggi (GTP).
 Suksinat (C4) dioksidasi menjadi fumarat (C4). Reaksi dikatalisis oleh
enzim suksinat dehidrogenase dan menghasilkan FADH2.
 Fumarat (C4) mengalami hidrasi menjadi malat (C4). Reaksi
dikatalisis oleh enzim fumarase.
 Akhirnya malat (C4) dioksidasi menghasilkan kembali oksaloasetat
(C4). Reaksi dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase dan
menghasilkan NADH.

Energi yang dihasilkan pada Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di


dalam organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme)
dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks yang biasanya
terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim. Metabolisme sel
mencakup semua proses kimia di dalam sel, tanpa metabolisme makhluk
hidup tidak dapat bertahan hidup.

Pada glikolisis aerob, energi ysng dihasilkan terinci sebagai berikut:

 Hasil tingkat substra : +4P


 Hasil oksidasi respirasi : +6P
 Jumlah : 4P+6P = 10P
 Dikurangi untuk aktivasi glukosa dan fruktosa 6P : -2
 Hasil akhir : 10P-2P = 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:

 Hasil tingkat substrat : +4P


 Hasil oksidasi respirasi : +0P
 Jumlah : 4P+0P = 4P
 Dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : -2P
 Hasil akhir : 4P-2P = 2P

Pada siklus asam sitrat, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:

1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P


2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 X 2P= 2P
3. Pada tingkat substrat : 1P

Jumlah : 12p

Satu siklus krebs akan menghasilkan energi 3P+3P+1P+2P+3P = 2P

Apabila dihubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat, dan siklus krebs akan
dapat kita itung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan
menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:

1. Glikolisis : 8P
2. Oksidasi piruvat (2X3P) : 6P
3. Siklus krebs (2X12P) : 24P

Jumlah : 38P
TOPIK X
METABOLISME LIPID

A. Definisi Metabolisme Lipid


Metabolisme lipid adalah suatu proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penggunaan dan ekskresi lipid di dalam tubuh mahkluk hidup. Lipid yang kita
peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid
(ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari
pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih
berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena
porta) menuju hati.Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam
lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka
asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol
menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu
tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik
asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan.
Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.

B. Proses Transport Lipid dalam Plasma


Pencernaan lemak terjadi didalam usus halus dengan bantuan enzim hidrolitik,
yaitu lipase yang mencerna triasilgliserol dan fosforilase yang mencerna
fosfolipid. Triasilgliserol diperoleh dari makanan, kerja enzim lipase yang
dihasilkan pankreas pada triasilgliserol akan menghasilkan 2-monoasilgliserol
dan 2 macam asam lemak (Philip et all., 2006).
Kadar lemak dalam darah akan kembali normal setelah 2,5 hingga 3 jam
setelah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak. Dalam darah
lemak diangkut melalui tiga bentuk yaitu kilomikron, partikel lipoprotein yang
sangat kecil dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin. Kilomikron yang
menyebabkan darah tampak keruh, terdiri atas 81-82% lemak, 2% protein, 7%
fosfolipid dan 9% kolesterol. Kekeruhan akan hilang dan darah akan kembali
jernih kembali apabila darah telah mengalir melalui beberapa organ tubuh atau
jaringan-jaringan karena terjadinya proses hidrolisis lemak oleh enzim lipoprotein
lipase(Poedjiadi, 2007). Kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan

85
bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron
ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi
asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol
tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Trigliserida dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk
dioksidasi menjadi energi. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin
ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty
acid/FFA). Kilomikron yang telah melewati pembuluh limfe di dada selanjutnya
akan masuk kedalam darah dan membantu pengangkutan bahan bakar lipid
keberbagai jaringan tubuh(Philip et all., 2006).

C. Biosentisit Lipid
Tubuh dapat mensintesis berbagai jenis lipid, kecuali beberapa lipid tertentu
misalnya asam lemak esensial.
Tubuh dapat membentuk asam lemak melalui beberapa cara :
1. Sintesis de novo yaitu pembentukan asam lemak baru dari senyawa bukan
lipid. Banyak terdapat dalam jaringan tubuh, termasuk jaringan hati, ginjal,
otak, paru,kelenjar payudara dan adiposa.
2. Sepanjangan rantai yaitu penambahan satuan-satuan dwi karbon untuk
mengubah asam lemak yang telah ada menjadi asam lemak yang lebih
panjang.
3. Desanturasi yaitu pengadaan ikatan rapat pada gugus radikal hidrokarbon (
gugus alkil) asam lemak.
Biosintesis asam lemak sangat penting, khususnya dalam jaringan hewan,
karena mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk
karbohidrat. Proses ini dikatalisis oleh asam lemak synthase, suatu multienzim
yang berlokasi di sitoplasma.
a. Biosintesis Asam Lemak Jenuh
Biosintesis asam lemak jenuh dimulai dari acetyl-CoA sebagai
starter.Acetyl-CoA ini dapat berasal dari oksidasi asam lemak maupun dari
piruvate hasil glikolisis atau degradasi asam amino melalui reaksi pyruvate
dehydrogenase.Acetyl-CoA tersebut kemudian ditransport dari mitokondria ke
sitoplasma melalui sistem citrate shuttle untuk disintesis menjadi asam
lemak.Reduktan NADPH + H+ disuplai dari jalur hexose monophosphate
(fosfoglukonat).
Pyruvate hasil katabolisme asam amino atau dari glikolisis glukosa
diubah menjadi aecetyl-CoA oleh sistem pyruvate dehydogenase.Gugus
acetyl tersebut keluar matriks mitokondria sebagai citrate, masuk ke sitosol
untuk sintesis asam lemak.Oxaloacetate direduksi menjadi malate kembali ke
matriks mitokondrion dan diubah kembali menjadi malate.Malat di sitosol
dioksidasi oleh enzim malat menghasilkan NADPH dan pyruvate.NADPH
digunakan untuk reaksi reduksi dalam biosintesis asam lemak sedangkan
pyrivate kembali ke matriks mitokondrion. Keuntungan tersebut antara lain:
1. Reaksi-reaksi kompetitif dapat dicegah,
2. Reaksi terjadi dalam satu garis koordinasi, dan
3. Lebih efisien karena konsentrasi substrat lokal yang tinggi, kehilangan karena
difusi rendah.
Enzim kompleks asam lemak synthase bekerja dalam bentuk dimer. Tiap
monomernya secara kovalen dapat mengikat substrat sebagai tioester pada
bagian gugus –SH.
b. Biosintesis Asam Lemak Tak Jenuh (Asam monoenoat)
Biosintesis asam lemak tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap tunggal
(asam monoenoat) dalam jaringan hewan dan tumbuhan berbeda. Dalam
jaringan hewan asam palmitat dan asam stearat digunakan sebagau precursor
untuk biosintesis asam lemak tak jenuh terutama, asam palmitoleat.

D. Metabolisme dan Mobilisasi Lemak dan Jaringan Lemak


Mobilisasi lemak dari jaringan adiposa dikontrol oleh katekolamin dan insulin.
Katekolamin menstimulasi penguraian lemak melalui jalur B-adrenergik dan
menghambat penguraian lemak melalui jalur a2- adrenergik. Insulin bersifat
menghambat penguraian lemak dari jaringan adiposa. Meningkatnya jumlah
hormon pertumbuhan (GH) menginduksi kenaikan konsentrasi asam lemak bebas
dan gliserol. Mobilisasi lemak dipengaruhi kinerja 2 enzim pokok: hormon sensitif
lipase (HSL) dan lipoprotein lipase( LPL).
E. Lemak Sebagai Sumber Energi untuk Proses Hidup
Tubuh mendapatkan sumber energi dari makanan yang di konsumsi setiap
hari.Kalori yang dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan makan dalam tubuh,
tidak langsung digunakan tetapi disimpan dalam bentuk senyawa kimia yang kaya
energi seperti ATP. Cadangan energi utama dalam tubuh adalah Glikogen dan
lemak ( Trigliserida).
Lemak merupakan bentuk cadangan energi yang tergolong Lipid, lemak
tersimpan dalam jaringan Adiposa dan jaringan lain(otot). Lemak memiliki
kerapatan energi lebih besar dari Glikogen.Jumlah energi yang dapat disimpan
dalam bentuk lemak setiap unit sebesar 2,5x > dari dalam bentuk glikogen.Asam
lemak dioksidasi menghasilkan ATP lebih besar daripada Glukosa.

F. Fungsi Lemak Tak Jenuh


Jumlah kolesterol baik dalam darah merupakan penandaan penting soal
gangguan jantung, tanpa peduli berapa banyak kolesterol jahat yang di kurangi.
Fungsi lemak tak jenuh ialah :
1. Mengusir lemak jenuh yang menempel pada arteri sehingga aliran darah
kembali lancar .
2. Mencegah penyakit kardiovaskuler.
3. Kekakuannya dapat mencegah terjadinya pengumpulan molekul lemak dekat
menjadi padat.
4. Bahan baku hormon.
5. Membantu transport vit.larut lemak.
6. Sebagai bahan insulasi perubahan suhu.
7. Pelindung organ-organ tubuh bagian dalam.
Cara kerja lemak tak jenuh yaitu lemak jenuh (kolesterol jahat) LDL yang
berasal dari hasil disalurkan ke bagian tubuh lain dan lama-lama menumpuk dan
berkontribusi membentuk plak. Timbunan lemak (LDL) pada dinding arteri
membentuk plak (kotoran menempel). Lemak tak jenuh kolesterol baik (HDL)
sifatnya stabil dan membawa sifat lemak jenuh menjauh arteri dan membawa
kembali ke hati.
G. Metabolisme Lipoprotein Plasma
Ekstraksi senyawa lipid plasma dengan pelarut lipid menjadi berbagai
kelompok lipid akan memperlihatkan keberadaan triasigliserol, fosfolipid kolestrol
dan ester kolestrol. Di samping itu terlihat pula adanya fraksi asam lemak rantai
panjang.Fraksi ini yaitu asam lemak bebas (FFA) dan dikenal sebagai lipid
plasma.
Ada 4 kelompok utama lipoprotein plasma yang sudah dikenal diantaranya:
kilomikron mengangkut lipid yang terbentuk dari pencernaan dan penyerapan,
lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah (VLDL: very low density
lipoprotein) mengangkut trigliserol dari hati. Lipoprotein densitas-rendah ( LDL :
low density lipoprotein) juga merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol
serta terbentuk dari metabolisme VLDL dan lipoprotein densitas-tinggi (HDL: hight
density lipoprotein ) juga merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol tetapi
terlibat di dalam pengeluaran dari jaringan serta pada metabolisme jenis
lipoprotein lainnya.
Kilomikron dan VLDL pertama-tama di metabolisasi melalui hidrolisis dengan
enzim lipoprotein lipase di dalam jaringan ekstrahepatik. Sebagian besar
triasilgliserol dikeluarkan dan lipoprotein-sisa tertinggal di dalam sirkulasi. Sisa ini
akan diambil ke dalam hati oleh endositosis yang diperantai sebagai reseptor,
tetapi sebagian sisa lainnya yang terbentuk dari VLDL menjadi LDL dan akhirnya
diambil oleh hati serta jaringan lain lewat reseptor LDL.

H. Peranan Hati pada Metabolisme Lipid


Metabolisme lipid di dalam tubuh merupakan perkiraan hak istimewa hati.
Jaringan mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi asam lemak sampai
tuntas. Jaringan adiposa memiliki sifat metabolisme yang aktif untuk memodifikasi
terhadap peranan hati yang bersifat sentral dan unit di dalam metabolisme lipid
merupakan konsep yang penting.
Fungsi Utama Peran Hati Pada Metabolisme Lipid:
Hati melaksanakan sejumlah fungsi utama berikut ini pada metabolisme lipid:
1. Hati memfasilitasi pencernaan dan penyerapan lipid melalui produksi empedu
yang mengandung kolesterol serta garam-garam empedu yang disintesis
didalam hati secara de novo atau ambilan kolesterol lipid.
2. Hati mempunyai sistem enzim yang aktif untuk sintesis serta oksidas asam
lemak dan untk sintesis triasilgliserol serta fosfilipid.
3. Hati mengonversi asam lemak menjadi badan keton (ketogenesis)
4. Hati memainkan peranan integral dadalam sintesis serta metabolism
lipoprotein plasma.

I. Proses Xetogenesis dan Terjadinya Ketosis


1. Proses Ketogenesis
Ketogenesis diatur pada 3 tahap yang menentukan :
a. Pengontrolan dilaksanakan di jaringan adiposa.
b. Asam lemak dialami oleh hati dan sesudah di aktifkan menjadi asli –
KoA,yaitu asam lemak tersebut akan mengalami oksidasi menjadi CO2
atau esterifikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid.
c. Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi akan teroksidasi di dalam siklus
asam sitrat akan memasuki lintasan ketogenesis untuk membentuk badan
keton.
Ketogenesis terjadi akibat Ketosis yang memanjang :
Terdapat badan keton dengan jumlah tinggi menunjukkan Ketonemia.
Sementara peningkatan kadar badan dinamakan Ketonuria. Bentuk ketosin
yang sederhana terjadi pada kelaparan. Tidak ada keadaan lain secara
kualitatif. Bentuk ketosis nonpatologis dijumpai pada keadaan dengan diet
tinggi lemak.

2. Terjadinya Ketosis
Ketosis adalah kondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
metabolik. Dalam istilah ilmiah itu didefinisikan sebagai akumulasi berlebihan
dari badan keton dalam jaringan tubuh dan cairan. 'Tubuh Keton' adalah zat
metabolisme asam acetoacetic dan beta-hidroksibutirat. Aseton, yang
menempatkan off bau tertentu yang terkait dengan Ketosis, muncul dari asam
acetoacetic, menjadi gejala ketika hewan tersebut dalam keadaan ketotik.
Semua zat ini adalah produk metabolisme normal 'lemak' dalam hati. Ketika
mereka menjadi sangat tidak seimbang akibat ketosis, hasil akhirnya adalah
kegagalan hati.
3. Contoh Ketosis:
a. Ketosis pada Sapi
Sejak 1990 ketosis muncul sebagai penyakit metabolik yang paling penting
pada kelompok ternak sapi di US. Ketosis diderita oleh sapi yang
berproduksi tinggi dan atau kekurangan pakan secara serius. Ketosis pada
sapi diawali dengan gangguan metabolisme lemak, hingga terjadi
hipoglikemia dan hiperketonuria. Ketosis terjadi pada sapi yang mengalami
penurunan oksidasi karbohidrat dan diikuti oksidasi lemak. Selain itu,
ketosis juga terjadi pada sapi yang bunting karena kurangnya ketersediaan
energi yang sangat dibutuhkan pada bulan terakhir masa kebuntingan.
Untuk dapat menghentikan ketosis maka sering dianjurkan untuk
menghentikan pemerahan dan bahkan dianjurkan pula untuk
memompakan udara ke dalam kelenjar susu (under insufflation). Selain itu
juga anjuran untuk memuasakan selama 3 hari pada penderita yang tidak
gemuk. Sapi yang gemuk jangan dipuasakan karena akan menyebabkan
timbulnya ketosis karena lapar namun diberikan saja senyawa lipotropik
dan pemberian glukosa terus menerus sampai gejalanya benar-benar
hilang. Dan yang perlu diingat bahwa penderita mungkin dapat mengalami
kesembuhan secara spontan. (Subronto, 2004)
b. Ketosis pada Babi
Ketosis merupakan penyakit yang sering terjadi pada peternakan babi
komersil. Ketosis dapat terjadi karena kelaparan (defisiensi insulin
relative), diabetes melitus (defisiensi insulin absolute), atau terkadang
disebabkan oleh diet yang banyak mengandung hampir seluruhnya terdiri
dari lemak. Ketosis juga dapat terjadi ketika babi banyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak lemak atau sedikit karbohidrat. Pada
kondisi ini terjadi perubahan dari metabolisme karbohidrat menjadi
metabolisme lemak.
Gejala ketosis yang tampak pada babi tidak jauh berbeda dengan kejadian
ketosis pada sapi. Umumnya babi akan mengalami penurunan nafsu
makan (anorexia) yang mengakibatkan penurunan berat badan dalam
jangka panjang. Terjadi pula kelesuan, dehidrasi, kulit tampak kusam dan
kurang elastis pada babi penderita serta kurang tanggap terhadap
rangsang mekanis maupun suara. Namun, gejala yang paling khas adalah
adanya bau aseton yang tercium dari nafas, susu (ketolaktia), dan urine
(ketonuria). Gejala ketosis yang lain yaitu rendahnya produksi susu.
Apabila dilakukan uji kandungan air susu, maka akan terlihat menurunnya
kandungan lemak, lactosa dan casein dalam susu. Selain itu, terjadi
peningkatan kadar enzim hati dan adanya kerusakan jaringan hati serta
kelenjar endokrin.
c. Ketosis pada Manusia
Ketosis merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh abnormalitas
peningkatan konsentrasi benda-benda keton yaitu asam asetoasetat
(Acetoactic acid/AcAc), aseton (AcetonAc), dan asam β-hidroxibutirat
(BHB) dalam jaringan dan cairan tubuh (Smith, 2002). Benda keton dapat
tertimbun di dalam kemih (ketonuria), darah (ketonemia), dan air susu
(ketolaksia) (Subronto, 2007).

J. Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Lipid


1. Wolman
Penyakit Wolman adalah gangguan yang dihasilkan ketika jenis spesifik pada
kolesterol dan gliserida menumpuk di jaringan, gangguan ini disebabkan
pembesaran limpa dan hati. Penyimpanan kalsium pada kelenjar adrenalin
membuat mereka lebih keras, dan diare lemak (steatorrhea) juga terjadi. Bayi
dengan penyakit Wolman biasanya meninggal dalam usia 6 bulan.
2. Cerebrotendinous xanthomatosis
Cerebrotendinous xanthomatosis terjadi ketika cholestanol, produk pada
metabolisme kolesterol, menumpuk pada jaringan.
3. Sitosterolemia
Pada sitosterolemia, lemak dari buah-buahan dan sayuran menumpuk di darah
dan jaringan. Pembentukan lemak menyebabkan atherosclerosis, sel darah
merah yang tidak normal, dan penyimpanan lemak pada tendon (xanthom).
4. Gaucher’s
Pada penyakit gaucher, glucocerebroside, yang menghasilkan metabolisme
lemak, menumpuk di jaringan. Penyakit gaucher adalah lipidosis yang paling
sering terjadi. Penyakit tersebut paling umum pada orang-orang yahudi
Ashkenazi (eropa timur). Penyakit gaucher menyebabkan pembesaran hati dan
limpa dan pewarnaan coklat pada kulit. Penumpukan glucocerebroside pada
mata menyebabkan bercak kuning yang disebut pingueculae akan terlihat.
Penumpukan pada tulang rawan bisa menyebabkan nyeri dan menghancurkan
tulang.
5. Refsun
Pada penyakit Refsun, asam phytanic, yang menghasilkan metabolisme lemak,
menumpuk di jaringan. Pembentukan asam phytanic menyebabkan kerusakan
syaraf dan retina, gerakan kejang, dan perubahan pada tulang dan kulit.
Pengobatan meliputi menghindari makan buah-buahan hijau dan sayuran yang
mengandung klorofil. Plasmapheresis, dimana asam phytanic diangkat dari
darah, kemungkinan sangat membantu.
6. Tay-Sachs
Pada penyakit tay-sach, ganglioside, yang menghasilkan metabolisme lemak,
menumpuk pada jaringan. Penyakit tersebut paling sering terjadi pada yahudi
di eropa timur. Pada usiayang sangat dini, anak dengan penyakit ini menjadi
semakin lambat dan tampak mengalami sifat otot yang terkulai. Terbentuk
kejang diikuti kelumpuhan, dementia, dan kebutaan.
7. Niemann-Pick
8. Pada penyakit Niemann-Pick, kekurangan enzim khusus mengakibatkan
penumpukan sphingomyelin (produk metabolisme lemak) atau kolesterol.
Penyakit Niemann-Pick mempunyai beberapa bentuk, tergantung pada
beratnya enzim yang berkurang dan dengan demikian penumpukan
sphingomyelin atau kolesterol. Bentuk yang paling berat cenderung terjadi
pada orang yahudi. Bentuk yang lebih ringan terjadi pada semua kelompok
etnis.
9. Fabry
Pada penyakit Fabry, glycolipid, yang merupakan hasil metabolisme lemak,
menumpuk pada jaringan. Karena gen tidak sempurna untuk gangguan langka
ini dibawa pada kromosom X, penyakit full-blown terjadi hanya pada pria.
Penumpukan glycolipid menyebabkan pertumbuhan pada kulit yang tidak
bersifat kanker (angiokeratomas) untuk terbentuk di sepanjang bagian bawah
tubuh.
TOPIK XI
METABOLISME PROTEIN
A. Protein
Protein adalah komponen penting atau utama bagi sel hewan atau manusia.
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein merupakan salah
satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang
merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah
satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh
Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Sumber Protein makanan yang mengandung protein atau merupakan sumber
protein antara lain sebagai berikut :
a. Daging
b. Ikan
c. Telur
d. Susu, dan produk sejenis Quark
e. Tumbuhan berbji
f. Suku polong-polongan
g. Kentang

Keuntungan Protein; protein memiliki peran yang penting bagi tubuh manusia
antara lain sebagai berikut :
a. Sumber energi
b. Pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan
c. Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibody pengatur keseimbangan kadar
asam basa dalam sel.

Protein menyusun ¾ zat padat tubuh yaitu otot, enzim, protein plasma, antibodi,
hormon. Protein merupakan rangkaian asam amino dengan ikatan peptide.
Banyak protein terdiri ikatan komplek dengan fibril → protein fibrosa. Macam
protein fibrosa: kolagen (tendon, kartilago, tulang); elastin (arteri); keratin (rambut,
kuku); dan aktin-miosin. Macam protein yaitu :

142
a. Peptide: 2 – 10 asam amino
b. Polipeptide: 10 – 100 asam amino
c. Protein: > 100 asam amino
d. Antara asam amino saling berikatan dengan ikatan peptide
e. Glikoprotein: gabungan glukose dengan protein
f. Lipoprotein: gabungan lipid dan protein.

Rantai polipeptida melipat sedemikian rupa memben-tuk suatu struktur yang


khas (konformasi) di dalam protein. Konformasi tersebut merupakan bentuk tiga
dimensi suatu protein yang membentuk struktur protein. Terdapat empat struktur
pada protein: struktur pri-mer, sekunder, tersier, dan ada yang berbentuk quar-
terner. Struktur protein primer adalah suatu urutan linier asam amino yang
bergabung melalui ikatan peptida. Struktur sekunder dari suatu protein meliputi
suatu pelipatan pada rantai polipeptida. Secara umum ada dua bentuk umum dari
struktur sekunder yaitu α-helix dan β-pleated sheet (konformasi β). Bentuk α-helix
adalah silindris, terjadi karena adanya ikatan hidrogen yang parallel sepanjang
sumbu helixnya. Pada tipe konformasi β, ikatan hidrogen terbentuk diantara rantai
polipeptida yang berdekatan atau berdampingan secara parallel atau anti parallel.
Struktur tersier protein adalah bentuk atau susunan tiga dimensi dari semua asam
amino di dalam polipeptida. Bentuk protein secara alamiah atau bentuk protein
aktif berada dalam bentuk struktur tersier yang ditentukan oleh banyak ikatan non
kovalen. Jika suatu protein terdiri dari dua atau lebih polipeptida dinamakan
struktur quarterner. Hemoglobin pada sel darah merah manusia terdiri atas 4 rantai
polipeptida maka dinama-kan sebagai struktur quarterner. Masing-masing subunit
poli-peptida dapat dihubungkan dengan ikatan kovalen (misalnya ikatan disulfide)
atau ikatan non kovalen (interaksi elektro-statik, ikatan hidrogen, atau interaksi
hidrofobik).
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Suatu protein
merupakan untaian dari asam amino yang saling berikatan melalui suatu ikatan
peptida. Ikatan peptida merupakan suatu ikatan kovalen antara gugus α-amino dari
suatu asam amino dengan gugus α-karboksilat dari asam amino lainnya. Ketika
dua asam amino bergabung dengan satu ikatan peptida maka dinamakan
dipeptida. Penambahan sejumlah asam amino menghasilkan rantai yang panjang
dari gabungan asam-asam amino yang dinamakan oligopeptida (mengandung
sampai 25 residu asam amino) dan polipeptida (mengandung > 25 residu asam
amino).

B. Asam Amino
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.
Berdasarkan biosintesis Asam amino tebagi dua jenis Asam amino yaitu :
a. Essential : Histidin, Isoleusin, Leusin, Lysin, Metionin, Fenilalanin, Treonin,
Triftofan, Valin.
b. Nonessential : Alanin, Arginin, Asparagin, Asam aspartat, Cysteine, Asam
glutamat, Glutamine, Glycine, Proline, Serine, Tyrosine, Hydroxylysine,
Hydroxyproline.

Asam amino essential adalah asam amino yang tidak dapat di sintesis oleh tubuh
dan berasal dari makanan yang kita makan. Sedangkan asam amino non essential
adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh dan yang berasal dari tubuh.
Sumber asam amino :
a. Protein dalam makanan
b. Proses synthesa asam amino nonessential (transaminasi terhadap metabolite)
c. Degradasi protein tubuh.

Kegunaan asam amino :


a. Membentuk protein yang dibutuhkan
b. Membentuk glukosa
c. Membentuk badan-badan keton, dll
d. Menghasilkan energy
e. Membentuk molekul nonprotein (derivat asam amino).

C. Pengertian Metabolisme
Matabolisme adalah segala proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup. Proses metabolisme terbagi menjadi dua yaitu Anabolisme dan
Katabolisme. Anabolisme adalah proses sintesis molekul kimia kecil menjadi besar
yang mebutuhkan energi (ATP), katabolisme adalah proses penguraian molekul
besar menjadi molekul kecil yang melepaskan energi (ATP).
D. Proses Metabolisme Protein dan Asam amino
Proses metabolisme protein dimulai dari proses pencernaan di mulut sampai di
usus halus, dilanjutkan dengan proses metabolisme asam amino. Yaitu sebagian
besar zat makanan yang mengandung protein dipecahkan menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum diabsorpsi dari saluran
pencernaan. Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino → masuk
darah. Dalam darah asam amino disebar keseluruh sel untuk disimpan. Didalam
sel asam amino disimpan dalam bentuk protein (dengan menggunakan enzim). Hati
merupakan jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein Perubahan
kimia dalam proses pencernaan dilakukan dengan bantuan enzim-enzim saluran
pencernaan yangmengkatalisis hidrolisis protein menjadi asam amino. Protein
dalam makanan dicerna dalam lambung dan usus di katabolisme menjadi asam
amino yang diabsorbsi dan dibawa oleh darah. Asam amino dalam darah di bawa
ke hati menjadi asam amino dalam hati (ekstra sel), kemudian asam amino tersebut
ada yang di simpan dalam hati (intra sel) dan sebagian dibawa oleh darah ke
jaringan-jaringan tubuh. Asam amino yang dibawa ke hati dikatakan ekstra sel
karena sebagian asam amino dalam hati ini kemudian akan dibawa sebagian keluar
dari sel atau menuju ke seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan. Setelah masuk
ke jaringan-jaringan tubuh asam amino ini akan masuk ke sel-sel tubuh (asam
amino dalam sel). Dan sebagiannya lagi tetap didalam hati (intra sel) sebagai
cadangan protein dalam tubuh, bila tubuh kekurangan protein maka asam amino
ini diubah menjadi protein dan sebaliknya jika tubuh membutuhkan asam amino
dari dalam tubuh maka protein di rombak kembali menjadi asam amino.
Asam amino ini juga berfungsi membentuk senyawa N lain yang berfungsi
untuk pembentukan sel-sel tubuh, senyawa nitrogen ini merupakan bagian utama
dari semu protein, enzim, dan proses metabolik yang disertakan pada sintesa dan
perpindahan energi.
Keseimbangan nitrogen tubuh dikatakan positif bila n masuk tubuh > n yg keluar
dari tubuh berarti sintesis protein > katabolismenya, terjadi misalnya pada masa
penyembuhan, masa pertumbuhan, masa hamil keseimbangan nitrogen yg negatif
berarti katabolisme protein > sintesisnya, terjadi misalnya pada waktu kelaparan,
sakit keseimbangan nitrogen yg setimbang terdapat pada orang dewasa normal
dan sehat. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan maka asam
amino diubah menjadi asam keto. Proses perubahan tersebut terjadi dalam siklus
asam sitrat. Atau diubah mejadi urea. Berikut proses perubahan asam amino
menjadi asam keto dalam siklus sitrat. Asam amino yang dibuat dalam hati atau
dihasilkan dari proses katabolisme protein dalam hati, dibawa oleh darah kedalam
jaringan untuk digunakan. Proses anabolisme dan katabolisme terjadi dalam hati
dan jaringan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber
yaitu:
a. Absorbsi melalui dinding usus
b. Hasil katabolisme protein dalam sel
c. Hasil anabolisme asam amino dalam sel.

E. Penguraian Protein dalam Tubuh


Manusia melakukan pergantian protein tubuh sebanyak 1-2 % dari total protein
tubuh, khususnya protein otot. Dari total asam amino yang dihasilkan melalui
proses tersebut sebanyak 75-80% digunakan kembali untuk sintesis protein baru,
sedangkan 20-25% sisanya akan membentuk Urea. Jika jumlah protein terus
meningkat maka protein sel dipecah jadi asam amino untuk dijadikan energi atau
disimpan dalam bentuk lemak. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati
dengan proses; deaminasi atau transaminasi. Deaminasi; proses pembuangan
gugus amino dari asam amino dalam bentuk urea. Transaminasi; proses
perubahan asam amino menjadi asam keto. Deaminasi maupun transaminasi
merupakan proses perubahan protein → zat yang dapat masuk kedalam siklus
Krebs. Pemecahan protein dalam tubuh yaitu sebagai berikut :
a. Transaminasi; alanin + alfa-ketoglutarat → piruvat + glutamate
b. Diaminasi; asam amino + NAD+ → asam keto + NH3.
Amonia (NH3) merupakan racun bagi tubuh yang dapat meracuni otak
sehingga menjadi coma, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal, sehingga harus
diubah dahulu jadi urea (di hati), agar dapat dibuang oleh ginjal. Namun jika hati
ada kelainan (sakit) maka proses perubahan NH3 menjadi urea terganggu dan
akan menimbulkan penumpukan NH3 dalam darah yang disebut uremia. Berikut
siklus urea untuk pengeluaran NH3 dari dalam tubuh.
Asam amino yang berlebih akan diuraikan dan tidak disimpan. Untuk
mempertahankan kesehatan, seorang dewasa membutuhkan 30-60 gram protein
setiap hari. Mutu protein ditentukan dari kelengkapan asam aminonya, jika ada
asam amino yang terserap melalui proses pencernaan dan penyerapan namun
asam amino tersebut tidak dibutuhkan di dalam tubuh maka asam amino yang
bersangkutan akan segera diuraikan menjadi urea. Karena itu kelebihan konsumsi
protein (asam amino) yang berlebih tidak akan memberikan manfaat apapun.
Dalam tubuh protein mengalami perubahan tertentu dengan kecepatan yang
berbeda untuk tiap protein karene untuk tiap protein memiliki panjang dan urutan
asam amino yang berbeda. Ada tiga kemungkinan mekanisme pengubahan
protein yaitu :
a. Sel mati, komponennya mengalami proses katabolisme dan dibentuk sel baru.
b. Masing-masing protein mengalami proses katabolisme dan terjadi sintesis
protein baru, tanpa ada sel mati.
c. Protein dikeluarkan dari dalam sel, kemudian diganti dengan sintesis protein
baru.
Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan
digunakan untuk memproduksi senyawa Nitrogen yang lain, untuk mengganti N
yang telah dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urea. Adapun enzim yang
berperan dalam penguraian protein adalah : Enzim Protease intrasel berperan
dalam menghidrolisis ikatan peptida internal protein sehingga terjadi pelepasan
peptida yang kemudian akan diuraikan menjadi asam amino bebas oleh enzim
peptidase. Enzim-enzim lain yang bertugas menguraikan asam amino menjadi
unit-unit asam amino adalah enzim endopeptidase, aminopeptidase dan
karboksipeptidase
F. Asam Amino dalam Darah
Banyaknya asam amino dalam darah tergantung pada keseimbangan antara
pembentukan asam amino dan pengunaannya. Pada proses pencernaan
makanan, protein diubah menjadi asam amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta
enzim yang bersangkutan. Enzim-enzim tersebut adalah pepsin, tripsin,
kimotripsin, karboksi peptidase, amino peptidase, dipeptidase, dan tripeptidase.
Dalam keadaan puasa (asam amino) dalam darah biasanya sekitar 3,5 – 5 mg /
100 ml darah. Dan akan meningkat segera setelah buka puasa sekitar 5-10 mg/
100 ml darah. Kemudian turun kembali setelah 4-6 jam. Jumlah (asam amino)
dalam jaringan kira-kira 5-10 kali lebih besar daripada dalam darah.
G. Kelainan Metabolisme Protein
Metabolisme adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat -
zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya.
Gangguan metabolisme protein menyebabkan ketidakseimbangan zat-zat dalam
tubuh. Protein merupakan sumber energi bagi tubuh. Salah satu penyakit akibat
gangguan metabolisme protein dijelaskan dengan ditemukannya penyakit yang
terjadi karena kekurangan protein. Kekurangan protein hampir selalu disertai
dengan kekurangan energi. Hubungan antara kekurangan protein dan energi
dapat tejadi karena protein merupakan salah satu sumber utama pengahasil
energi. Jika dalam makanan yang kita makan kurang mengandung kurang
mengandung energi maka tubuh akanmengambil protein lebih banyak untuk
menjadi energi. Ini berarti protein dalam tubuh akan semakin berkurang. Penyakit
yang terjadi karena kekurangan energy dan protein ini biasa disebut dengan
penyakit Kurang Energi Protein (KEP).
Penyakit ini ditemukan pada anak-anak atau ibu hamil. Penyakit KEP ini juga
dapat menyerang rang dewasa. Misalnya pada orang yang mengalami kelaparan
dalam waktu yang lama atau menderita penyakit kronis. Namun pada umumnya
penyakit terjadi pada anak-anak antara usia 2-5 tahun, ketika mereka berhenti
minum ASI dan menerima makanan tambahan. Yang kurang mengandung protein
atau tidak sama sekali. Ketika penyakit KEP ini menyerang seorang anak, maka
akan mucul gejala-gejala seperti kekurangan energi (Marasmus ) dan kekurangan
protein (Kwashiorkor).
Pada penderita Marasmus pertumbuhan penderita/anak yaitu berat badan dan
tinggi badan terganggu, penderita sangat kurus, adanya perbesaran hati, kulit
tampak keriput, pada bagian muka terdapat kulit yang berlipat-lipat sehingga muka
anak seperti muka orang tua yang sudah keriput, mudah terserang diare, infeksi
saluran pernapasan dan batuk rejan. Pada penderita Kwashiorkor ciri-ciri yang
terjadi adalah adanya gangguan pada pertumbuhan berat badan dan tinggi badan,
lemah, kurus, apatis, kulit tampak kering, rambut tipis atau jarang, kehilangan
nafsu makan, diare, adanya perbesaran pada hati, dan anemia.
Defisiensi protein terjadi pada pemasukan protein kurang → kekurangan kalori,
asam amino, mineral, dan faktor lipotropik. Akibatnya :
a. Pertumbuhan tubuh
b. Pemeliharaan jaringan tubuh
c. Pembentukkan zat anti dan serum protein akan terganggu.
d. Penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi berat, luka
sukar sembuh dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor
lipotropik.

Ada lagi 2 penyakit akibat gangguan metabolism protein yaitu:


1. Hipoproteinemia. Disebabkan karena beberapa hal tersebut :
a. Exkresi protein darah berlebihan melalui air kemih
b. Pembentukan albumin terganggu spt pada penyakit hati
c. Absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus, juga pada
penyakit ginjal.

2. Hipo dan Agammaglubulinemia Ada 3 jenis :


a. Hipoagammaglobulinemia kongenital
b. Penyakit herediter, terutama anak laki-laki antara 9 – 12 thn
c. Mudah terserang infeksi. Kematian sering terjadi akibat infeksi
d. Plasma darah tidak mengandung gamma protein
e. Dapat terjadi penyakit hipersensitivas (ex: penyakit artritis) karena tubuh
tidak dapat membentuk Ig.

3. Hipo (a) gammaglobulinemia didapat Pada pria dan wanita pada semua usia
ditandai dengan:
a. Penderita mudah terkena infeksi
b. Terjadi hiperplasi konpensatorik sel retikulum → mengakibatkan
limfadenopathi dan splenomegaly
c. Hipoagammaglobulinemia sementara
d. Hanya ditemukan pada bayi
e. Merupakan peralihan pada waktu gamma globulin yang didapat dari ibu
habis dan anak harus membentuk gamma globulin sendiri.Penyakit karena
kelebihan metabolisme protein tidak ditemukan secara langsung tapi
kelbihan produksi protein dapat disebabkan karena gangguan kerja insulin.
Seperti misalnya diabetes mellitus, dan diabetes insipidus.
TOPIK XII
METABOLISME PURIN DAN PIRIMIDIN
A. Pengertian Nukleosida dan Nukleotida
1. Nukleosida
Nukleosida adalah suatu basa (purin atau pirimidin) yang berikatan dengan
gula pentosa (gula D-ribosaatau2deoksiD-ribosa).
2. Nukleotida
Nukleotida adalah senyawa mengandung nitrogen yang berperanan penting
pada peranan biologik dan merupakan basa heterosiklik aromatik. Terdiri dari
basa purin atau pirimidin yang dihubungkan oleh glikosidik ke gula pentosa
selanjutnya mengalami esterifikasi pada satu gugus fosfatnya atau lebih.
Adalah nukleosida yang mengalami fosforilasi.

Peran Nukleosida dan Nukleotida yaitu :


1. Sebagai karier metabolisme energi (ATP)
2. Sebagai subtrat untuk sintesis asam nukleat RNA dan DNA
3. Sebagai komponen enzim-enzim (NAD,NADP,FAD) koenzimA
4. Sebagai pengatur alosterik aktivitas enzim.

Nukleotida purin dan pirimidin merupakan unsur non esensial secara dieretik.
Asam nukleat dalam makanan akan diurai menjadi nuklesida purin dan pirimidin
didalam usus. Manusia dapat mensintesis nukleotida purin dan pirimidin secara de
novo (dari intermediat amfibolik). Vitamin asam folat dan B12 (kobalamin)
memegang peranan penting metabolisme nukloetida, bila tidak ada biosintesis
nukloetida akan terhambat.

B. Metabolisme Nukleotida
Pembentukan secara de novo dengan senyawa amfibolik. Penyelamatan
nukloetida yang dikeluarkan pada saat degradasi asam nukleat. Ada 3 proses yang
berperan dalam biosintesis nukleotida purin yaitu:
1. sintesis dari zat antara amfibolik (sintesis de novo),
2. fosforibosilasi,
3. fosforilasi nukleosida purin.
C. Biosintesis Nukleotida Pirimidin
Katalis reaksi awalnya adalah karbamoil fosfat sintase II sitosilik, suatu enzim yang
berbeda dari karbamoil fosfat sintase II mitokondria yang berperan dalam sintesis
urea. Karena itu perbedaan letak mini menghasilkan dua kompartemen karbamoil
fosfat yang independent. PRPP salah satu zat yang berperan pada awal sintesis
nukleotida purin akan ikut serta pada tahap yang jauh lebih.

D. Katalis Multifungsi Ikut Serta dalam Biositesis Nukleotida purin


Pada prokariot, setiap reaksi dikatalis oleh polipeptida yang berlainan. Sebaliknya,
pada eukariot enzim-enzim nya adalah polipepetida yang mempunyai aktivitas
katalitik multiple dan tempat-tempat katalitik nya saling berdekatan sehingga zat-
zat antara mudah disalurkan diantara tempat-tempat tersebut.

E. Metabolisme purin dan pirimidin


Purin dan pirimidin merupakan inti dari senyawa komponen molekul nukleotida
asam nukleat RNA dan DNA.
Contoh Purin : Adenin, guanin, hipoxantin, xantin. Di metabolisme menjadi asam
urat.
Contoh Pirimidin : Sitosin, urasil, timin. Dimetabolisme menjadi CO2 dan NH3.

F. Struktur Purin dan pirimidin


1. Reaksi Penyelamatan Mengubah Purin dan Nukleosidanya menjadi
Mononukleotida
Perubahan purin, ribonukleosida dan deoksiribonukleosida nya menjadi
mononukleotida memerlukan apa yang disebut sebagai reaksi penyelamatan.
Reaksi ini jauh lebih sedikit memerlukan energi dibanding sintesis de novo.
Mekanisme yang lebih penting melibatkan fosforibolisasi oleh PRPP purin
bebas (Pu) untuk membentuk purin 5’-mononukleotida (Pu-RP).
Pu + PR-PP → PRP + PP
Dua fosforibosil transferase kemudian mengubah adenine menjadi AMP
serta mengubah hipoxantin dan guanin menjadi IMP atau GMP. Mekanisme
penyelamatan kedua melibatkan transfer fosforil dari ATP ke ribonukleosida
purin (PuR):
PuR + ATP → PuR – P + ADP
Adenosin kinase mengatalisis fosforilasi adenosin dan deoksiadenosin
menjadi AMP dan dAMP, dan deoksisitidin kinase memfosforilasi deoksisitidin
dan 2’-deoksiguanosin menjadi dCMP dan dGMP.
Hepar sebagai tempat utama biosintesis nukleotida purin menyediakan
purin dan nukleotida purin untuk “diselamatkan” dan digunakan oleh jaringan-
jaringan yang tidak mampu membentuk kedua zat tersebut. Contohnya, otak
manusia memiliki PRPP glutamil amidotransferase dalam kadar yang rendah
sehingga bergantung pada purin eksogen.
2. Umpan balik AMP dan GMP Meregulasi PRPP Glutamil Amidotransferase
Karena membutuhkan glisin, glutamine, turunn tetrahidrofolat, aspartat,
serta ATP, biosintesis IMP bermanfaat dalam regulasi biosintesis purin. Hal
yang paling menentukan laju biosintesis nukleotida purin de novo adalah
konsentrasi PRPP, laju sintesis, pemakaian, dan penguraiannya. Laju sintesis
PRPP bergantung pada ketersedian ribose 5’-fosfat dan pada aktivitas PRPP
sitase, suatu enzim yang peka terhadap inhibisi umpan balik AMP, ADP, GMP,
dan GDP.
3. Reduksi ribonukleosida Difosfat Membentuk Deoksiribonukleosida Difosfat
Reduksi 2’-hidroksil ribonukleosida purin dan pirimidin yang dikatalis oleh
kompleks ribonukleotida reduktase membentuk deoksiribonukleotida difosfat
(dNDP). Kompleks enzim ini aktif hanya jika sel sedang aktif menyintesis DNA.
Reduksi memerlukan tioredoksin, reduktase, dan NADPH. Reduktan yang
terbentuk yaitu tioredoksin terekdusi, dihasilkan oleh NADPH tioredoksin
redutase. Reduksi ribonukleosida difosfat (NDP) menjadi deoksiribonukleosida
difosft (dNDP) berada dibawah kontrol regulatorik yang rumit agar tercapai
produksi deoksiribonukleotida yang seimbang untuk sintesis DNA.

G. Biosintesis Purin dan Pirimidin


1. Purin
Hasil penelitian dengan menggunakan radioisotop, ternyata setiap komponen
yang dijumpai dalam kerangka inti purin berasal dari bermacam-macam
sumber diantara lain :
a. Atom C (6) inti purin berasal dari atom karbon molekul CO2 udara
pernafasan.
b. Atom N (1) inti purin bersal dari atom nitrogen gugus amino (-NH2) molekul
aspartat.
c. Atom C (2) dan atom C (8) inti purin adalah produk reaksi transformilasi
yang berasal dari senyawa donor gugus formil yang mengakibatkn koenzim
FH4 (tetra hidro folat).
d. Atom N (3) dan atom N (9) berasal dari nitrogen gugus amida molekul
glutamin.
e. Atom C (4) atom C (5) dan atom N (7) merupakan molekul glisin.

2. Pirimidin
Umumnya biosintesis pirimidin dan purin memerlukan bahan pembentukan
yang sama misalnya PRPP, glutamin, CO2, asam aspartat, koenzim
tetrahidrofolat (FH4).
Tetapi ada satu perbedaan yang jelas sekali yaitu pada saat terjadinya
penambahan gugus ribosa-P (pada biosintesis purin), penambahan gugus
ribosa-P tersebut sudah berlangsung ditahap awal. Sedangkan pada
biosintesis pirimidin berlangsung setelah perjalanan beberapa tahap lebih jauh.

H. Tahapan biosintesis purin dan pirimidin


1. Tahapan biosintesis Purin
a. Sintesis purin diawali oleh reaksi pembentukan molekul PRPP (5-phospho
ribosil pyro phosphate) yang berasal dari ribosa-5P yang mengkaitkan ATP
dan ion Mg²+ sebagai aktivator.
b. Selanjutnya pembentukan senyawa 5-Phosphoribosilamin dari hasil reaksi
PRPP dengan glutamin. Reaksi ini menghasilkan pula asam amino glutamat
+ Ppi.
c. Berikutnya pembentukan senyawa GAR (glycin amid ribosil-5P) dari hasil
reaksi ribosilamin-5P dengan glisin yang mengaktipkan ATP dan Mg²+
sebagai aktivator dan yang dikatalisis oleh enzim GAR syn-thetase.
d. Kemudian GAR melakukan reaksi formilasi yang dikatalisis oleh enzim
transformilase dengan koenzim FH4 (tetrahidrofolat) dan senyawa donor
gugus formil, membentuk senyawa formil glisin amid ribosil-5P nya. Atom
karbon gugus formil tersebut menempati posisi atom C-8 inti purin.
e. Kemudian senyawa formil glisin amid ribosil 5P melakukn reaksi aminasi
(pada atom karbon ke-4 nya) dengan senyawa donor amino (berupa
glutamin) dan terbentuknya senyawa formil- glisinamidin- ribosil-5P.atom N
gugus amino yang baru menempati posisi N-3 inti purin.
f. Selanjutnya terjadi reaksi penutupan rantai dan terbentuknya senyawa
amino- imidazole- ribosil-5P, selanjutnya senyawa-senyawa amino-
imidazole- ribosil-5P melakukan fiksasi CO2 dengan biotin sebagai koenzim
dan atom karbon yang difiksasi tersebut menempati atom C (6) inti purin.
Dilanjutkan reaksinya dengan aspartat membentuk senyawa 5-amino- 4-
imidazole- N- suksinil karboksamid ribosil-5P.
g. Senyawa 5-amino- 4- amidazole- karboksamid- ribosil- 5P, melakukan reaksi
formilasi yang dikatalisis oleh enzim transformilase dengan koenzim FH4
(tetrahidrofolat) dansenyawa donor gugus formil, maka terbentuknya
senyawa 5- formamido- 4- imidazole karboksamide- ribosil-5P.
h. Akhirnya terjadilah reaksi penutupan cincin yang ke-2 kalinya terbentuklah
derivat purin yang pertama berupa IMP (inosin monophosphate= inosinic
acid) yaitu derivat hiposantin atau 6- oksipurin. Sedangkan AMP dan GMP
diturunkan dari IMP.
2. Tahapan biosintesis pirimidin
a. Biosintesis pirimidin diawali oleh reaksi pembentukan karbamoil-P yang
dihasilkan dari reaksi antara glutamin, ATP dan CO2 yang dikatalisis oleh
enzim karbamoil-P sintetase yang berlangsung didalam sitosol.
b. Berbeda dengan enzim karbamoil-P sinthase yang bekerjapada reaksi
pembentukan urea, dimana reaksi nya berlangsung bukan didalam sitosol
melainkan didalam mitokondria.
c. Berikutnya karbamoil-P berkondensasi dengan asam aspartat menghasilkan
senyawa karbamoil-asparta. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim aspartat
transkarbamoilase.
d. Berikutnya terjadi reaksi penutupan rantai sambil membebaskan H2O dari
molekul karbamoil-aspartat sehingga dihasilkan asam dehidro orotat
(DHOA= dihidroorotic acid). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim
dihidroorotase.
e. Berikutnya melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim DHOA dehidrogenase
dengan koenzim NAD+, DHOA menghasilkan asam arotat (OA=orotic acid).
f. Selanjutnya terjadi reaksi penambahan gugus ribosa-P pada asam orotat.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim orotat fosforibosil transferase dan dihasilkan
orotidilat OMP (orotidin mono posphate).
g. Akhirnya enzim orotidilat dikarboksilase mengkatalisis reaksi dikarboksilasi
orotidilat dan menghasilkan uridilat (uridin mono phosphate)yaitu produk
nukleotida pertama pada biosintesis pirimidin.

I. Kelainan metabolime purin dan pirimidin


1. Metabolisme purin
Asam urat adalah produk akhir katabolisme purin pada manusia, guanin
yang berasal dari guanosin dan hiposantin. Yang berasal dari andenosin
melalui pembentukan santin keduanya dikonversi menjadi asam urat,
reaksinya berturut-turut dikatalisis oleh enzim guanase dan santin oksidase.
2. Masalah klinik metabolisme purin
a. Gout adalah suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam
tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangan melalui ginjal yang menurun atau peningkatan asupan
makanan kaya purin
1) Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat. Karna
kadar nya yang tinggi.
2) Gout ditandai dengan:
Serangan berulang dari athritis yang akut, kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat yang besar dinamakan tophus
deformitas (kerusakan) sendi secara kronis, dan cedera pada ginjal.
b. Sindrom Lesch-nyhan adalah suatu hiperurisemia over produksi yang
sering disertai litiasis asam urat serta sindrom self-mutilation terjadi karena
tidak berfungsinya enzim hipoxantin-guanin fosforibosil transferase yang
merupakan enzim pada penyelamatan pada reaksi purin.
c. Penyakit von gierke adalah defisiensi glukosa fosfatase yang terjadi karena
sekunder akibat peningkatan atau pembentukan prekursor PRPP, ribosa 5-
fosfat, disamping it asidosis laktat yang menyertai akan menikan ambang
ginjal untuk urat sehingga terjadi peningkatan total kadar urat dalam tubuh.
3. Metabolisme pirimidin
a. Hasil akhir katabolisme pirimidin: CO2, ammonia, betalanin dan propionat
sangat mudah larut dalam air bila overproduksi dan jarang didapati
kelainan.
b. Hiperurikemia dengan overproduksi PPRP akan terjadi peningkatan
nukleotida dan peningkatan ekskresi dari betalanin.
c. Defisiensi folat dan vitamin B12 dengan defisiensi TMP.

4. Masalah klinik metabolisme pirimidin


a. Hasil akhir metabolisme pirimidin larut dalam air, tidak banyak kelainan
yang disebabkannya.
b. Kelainan autosomal resesif
1) Hereditary orotic aciduria
a) Tipe I:tipe yang lebih sering def. orotat fosforibosil transferase &
orotidilat dekarboksilase, terjadi anemia megaloblastik, tdp kristal
jingga dalam urine.
b) Tipe II :krn defisiensi orotidilat dekarboksilase
2) Gangguan pada mitokondria hati
Orotikasiduria sekunder karena ketidakmampuan mitokondri memakai
karbamoil fosfat (pada defisiensi ornitin trankarbamoilase) overproduksi
asam orotat.
TOPIK XIII
DASAR-DASAR BAKTERIOLOGI & MIKOLOGI

Struktur bakteri menjelaskan tentang tindakan antibiotik tertentu, tetapi juga


menjelaskan tentang kapasitas bakteri dalam mempertahankan diri.

A. Dinding Sel
Semua bakteri memiliki dinding sel kecuali bakteri berbentuk mikoplasma dan
bakteri berbentuk L (bakteri yang terdegradasi). Dinding sel adalah suatu struktur
berbentuk kaku yang diberikan untuk pembentukan bakteri, suatu struktur penting
pada dunia bakteri, terdiri dari peptidoglikan (murein). Komposisinya berbeda
tergantung apakah bakteri tersebut adalah bakteri berkomposisi GRAM(+) atau
GRAM(-).

B. Peptidoglikan
Merupakan struktur heteropolimer dengan rantai polisakarida yang berkait satu
sama lain ; alternasi N asetilglukosamin dan asam N asetilmuramat (senyawa
khusus pada dunia bakteri): turunan senyawa kimia N asetilglukosamin.Rantai
polisakarida berhubungan satu sama lain dengan peptida, hubungan langsung dari
satu rantai ke rantai lainnya atau hubungan tidak langsung melalui peptida
lainnya.Rantai tersebut adalah tetrapeptida, terhubung di satu sisi dengan asam
muramik melalui jembatan interpeptida. Komposisi rantai tetrapeptida adalah
variabel dengan asam amino rantai tingkat ke-3, terdiri dari jembatan yang umum
terbentuk dengan tipe asam aminonya sendiri (Staphylococus Aureus :
glisin).Peptidoglikan memiliki fungsi yang berbeda:
 Peptidoglikan memungkinkan bakteri mempertahankan bentuknya.
 Peptidoglikan memungkinkan menahan tekanan osmotik perlawanan sampai
20 atmosfir.
 Merupakan antigen, memungkinkan pembentukan Ig pada manusia.
 Karena sensitif, peptidoglikan hanya untuk disinfektan berbasis fenol.
 Stimulator imunitas/daya tahan tubuh berperan sebagai adjuvan.
 Merupakan substrat dari imunitas yang tidak spesifik, dihancurkan oleh enzim
bakteriofaga dan lisozim tertentu.
C. Bakteri dengan komposisi GRAM(+)
Bakteri dengan GRAM(+) memiliki dinding sel yang tebal, dengan ukuran dari
30 sampai 50 nm. Bergantung pada peptidoglikan asam teikoat, yaitu polimer dari
ribitol fosfat dan dihubungkan dengan N asetilglukosamin.Juga terdiri dari asam
lipo-teikoat yang dibentuk oleh gliserol fosfat yang imunogenik, meningkatkan
adhesi dan memiliki aksi toksisitas yang rendah.Polisakarida memberikan
spesifisitas antigen (polisakarida C pneumokokus, atau polisakarida C
streptokokus).Polisakarida C dapat membedakan jumlah tertentu streptokokus
pada kelompok serologi. Yang paling penting adalah streptokokus ada pada
kelompok AA: Aayang merupakan patogenisitas.Protein yang berkaitan langsung
dengan peptidoglikan, atau dengan asam teikoat. Ion-ion Ca2+ mendominasi pada
ikatan tersebut.

D. Bakteri dengan komposisi GRAM (-)


Dinding sel bakteri dengan GRAM(-) terdiri dari peptidoglikan dengan ukuran 3
sampai 5 nm (atau sampai 10 nm) sehingga dinding selnya lebih tipis. Bakteri ini
dikelilingi oleh membran luar yang terpisah dari tubuh bakteri dengan suatu ruang
periplasmik, kurang lebihnya hal itu penting.Membran tersebut mempunyai
komposisi kimia kompleks. Terdiri dari bagian dalam fosfolipid dan bagian luar
lipopolisakarida.Lipopolisakarida termasuk protein yang disebut porin, karena
keberadaannya memungkinkan adanya pori-pori yang berhubungan dengan
bagian luar sitoplasma bakteri.Melalui pori-pori memungkinkan adanya
pergerakan elemen nutrisi dan antibiotik.Permeabilitas pori-pori merupakan
variabel yang selektif. Bagian tertentu yang lebih permeabel dari yang lainnya,
adalah yang menjelaskan reaksi bakteri terhadap antibiotik.

E. Sifat-sifat dinding sel


Dinding sel dapat memberikan pewarnaan pada GRAM.Dinding sel dapat
mendukung antigenisitas.Dinding sel dapat memberikan bentuk pada
bakteri.Dinding sel sensitif terhadap enzim-enzim tertentu.Merupakan reseptor
bakteriofaga.Sensifitasnya pada beberapa antibiotik dapat mengganggu
perkembangbiakan bakteri. Perkembangbiakan bakteri sangat cepat. Bakteri
E.coli dapat menghasilkan dua sel anak dalam 20 menit. Sebelum membelah,
bakteri harus menaikkan volume selama multiplikasi ganda massa nya. Pada
proses ini, bakteri tersebut menghancurkan dinding sel yang kaku, mengeluarkan
autolisin, bertindak pada tingkatan beberapa ikatan kimia dari peptidoglikan. Pada
saat bersamaan pada proses penghancuran, bakteri tersebut merekonstruksi
dirinya sendiri berkat peptida yang memungkinkan fusi peptida.Beta laktam
bertindak di jembatan interpeptida pada dinding sel, mengikat protein,
menciptakan dinding sel tipis, kemudian meledak, sehingga dapat membunuh
bakteri. Dapat kita sebut PLP, protein yang terhubung dengan beta laktam.

F. Membran sitoplasma
Adalah membran trilaminar, dengan dua lapisan fosfolipid yang kutub hidrofob-nya
saling berhadapan. Diantara lipid, terdapat protein. Tidak ada kolesterol, kecuali
pada mikoplasma.
Untuk meningkatkan tindakannya, membran sitoplasma mengirimkan sitoplasma
bakteri dalam ekspansi membran nya sendiri yang disebut mesosom sehingga
dapat meningkatkan fungsi dari membran. Mesosom adalah hal umum pada
bakteri. GRAM(+), dimana dapat menemukan sampai tiga mesosom. Pada kondisi
umum, dua mesosom untuk GRAM (-).Adalah suatu penghalang osmotik, dapat
memungkinkan transfer pasif tetapi dimana ada perembesan, memungkinkan
adanya tekanan aktif dari asam amino atau ion-ion mineral.Banyaknya enzim pada
membran yang digunakan dalam metabolisme energetik, mempunyai peran identik
dengan mitokondria dalam sel-sel eukariotik (sering pada tingkatan atau lokasi
sitokrom dan sitokrom oksidasi). Adalah suatu dampak utama pada substansi
antimikroba seperti fenol.Membran mempunyai suatu peran dalam pembelahan
sel. Berkat mesosom yang dapat membentuk hubungan geografis antara
membran dengan bahan inti, memungkinkan induksi pembelahan bakteri menjadi
bahan inti, melalui membran lalu ke dinding sel. Ini merupakan pembagian dengan
fisi. Dengan mikroskop elektron dimulai dengan invaginasi membran (pembelahan
mesosom). Pada membran yang membelah kemudian menjadi menempel pada
dinding sel. Mesosom dan dinding sel membentuk suatu septum
pembelahan.Pada saat septum selesai, seperti bahan inti, membelah menjadi 2
anak sel yang identik dengan ibu bakteri. Pembelahan seperti pada bahan inti,
tetapi sulit untuk diamati.
G. Sitoplasma
Terdiri dari hidrogen koloid.Terdiri dari protein, glusida, lipid, ion mineral seperti
Ca2+, Mg2+, P.Terdiri dari beberapa pigmen warna yang berbeda :.Merah pada
serratia.
Biru pada pyocianin.Pigmen-pigmen tersebut larut dan menyebar pada organisme.
Sitoplasma bekteri mengandung vakuola cadangan yang memberikan nutrisi pada
bakteri pada saat bakteri berpuasa.RNA : ada 15000 ribosom/bakteri yang
mewakili 40% berat badan bakteri dari 90% total RNA.Ribosom terdiri dari dua sub
unit, 50 dan 30S.Terkadang sitoplasma terdiri dari granulasi/butiran tertentu yang
dapat megidentifikasi bakteri seperti pada kasus basil difteri.

H. Bahan inti
Pada bakteri yang beristirahat, ada bagian massa yang kecil bulat terletak di
tengah. Pada basil, bentuknya memanjang. Bahan inti tidak memiliki membran,
bahan mitosis, nukleolus. Berbentuk fibril, mempunyai DNA dan protein dasar.
Fibril mempunyai diameter 2 sampai 8 nm. DNA double-stranded, telanjang,
berukuran panjang 1 mm pada bakteri E. coli.
DNA bakteri mempunyai suatu bagian pusat dengan lingkaran penuh : kaki-kaki
yang dibentuk RNA.DNA superkoil, dan pada DNA-nya terdapat banyak protein.
Adalah pendukung apa saja yang dimiliki bakteri, dan juga pendukung mutasi;
pada tingkatannya yang melakukan kombinasi ulang genetik. Dan juga merupakan
tempat beraksinya beberapa antibiotik tertentu, khususnya quinolon, rifamycin.

I. Plasmid
Adalah DNA sirkular, di bagian luar bahan inti. Yang terkadang mengatur
ketahanan terhadap antibiotik. Juga merupakan sumber dari resistansi antibakteri,
berkat sekresi bakteriosin. Terdiri dari plasmid-plasmid yang tahan terhadap
antiseptik.

J. Kapsul bakteri
Ada pada bakteri patogen, bisa mempunyai lapisan lendir tipis ataupun tebal.
Strukturnya terdiri dari polisakarida dengan satu atau dua jenis dari gula.Untuk
membedakan spesies bakteri, bakteri mengeluarkan bentuk kapsul tertentu yang
bertanggung jawab terhadap keberadaan berbagai serotipe yang berbeda
(pneumokokus, hemophilus influenzae).Vaksin terhadap penyakit harus
memberikan serotipe yang berbeda pada masing-masing negara.Kapsul dapat
berarti polipeptida seperti pada bacillus anthracis.Kapsul tidak berada pada
produksi patogen, dan menghilang pada saat pembudidayaan-nya di laboratorium.
Menempatkan koloni bakteri pada bentuk halus, mempunyai bentuk kasar
(Smooth->Rough). S sebagai pathogen, R tidak.Sifat kapsul :

 Melindungi bakteri dari lingkungan-nya sendiri dan mencegah masuknya zat


antibakteri.
 Memungkinkan klasifikasi, dengan memberikan warna pada latar belakang
bakteri dengan tinta cina.
 Mempunyai peran pada patogenesis dan perlindungan terhadap PN.
 Mempunyai peran imunologi dalam penggunaan nya pada vaksinasi tetapi
mempunyai peran lemah dalam imunogenik sehingga harus menambahkan
elemen pada vaksin adjuvan.
Selama masa infeksi, kapsul diletakkan bebas pada media organik dan dapat
diberikan antigen di dalamnya.

K. Flagelum
Adalah elemen lokomotor, flagelum hanya terdapat pada spesies basil, vibrio atau
spiroseta. Adalah elemen berbentuk tabung cambuk dan berliku-liku dengan
diameter dari 10 sampai 20 nm dan dengan panjang 20µ. Hal ini hanya dipunyai
oleh sebuah (vibrio), dan juga berada di keseluruhan sekeliling (basil e.
coli).Flagelum dikomposisikan dari suatu protein flagelin yang berukuran 40000
dalton.Flagelum melekat di tubuh bakteri pada sebuah granula.Peran: Digunakan
dalam mobilitas bakteri, pada klasifikasi, dan berperan pada imunologi: AG H pada
gerakan bakteri tertentu GRAM (-) seperti (Salmonella).Pada kasus demam tifoid,
kita dapat mencari AC H yang terbentuk.

L. Pilus
Bentuk umum: berbentuk pendek, kaku. Terbentuk dari protein dan mempunyai
peran dalam fiksasi bakteri dan kolonisasi. Memungkinkan bakteri untuk mengikat
pada reseptor tertentu. Seksual: dari 1 sampai 4, pilus berbentuk lebih besar, dan
disebut dengan faktor F.

M. Spora
Hanya ada pada beberapa golongan bakteri berbentuk basil.Dapat berada pada
kondisi yang tidak menguntungkan: kondisi dingin, kondisi panas, dapat bertahan
pada temperatur sampai 120°C selama 45 menit, kondisi ini sangat menentukan
pentingnya daya sterilisasi autoklaf.
Dapat sebagai pusat dalam bakteri Bacillus anthracis, di salah satu ujung
(Clostridium), atau terminal (Clostridium tetani).Peran:Spora yang mengarah pada
resistensi bakteri, adalah suatu elemen klasifikasi bakteri. Berfungsi sebagai
kontrol sterilisasi.
TOPIK XIV
KLASIFIKASI,TAKSONOMI, MORFOLOGI, DAN
PEWARNAAN KUMAN

A. Klasifikasi dan taksonomi kuman


Untuk klasifikasi dan determinasi kuman, dipakai buku Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology (ed. 8. 1974) yang menggambarkan sifat-sifat kuman
yang terperinci.
Bakteri dan bakteri hijau diklasifikasikan sebagai tanaman primitif karena
1. Mempunyai dinding sel seperti tanaman
2. Beberapa jenis bakteri dan semua bakteri hijau bersifat fotosintetik.
Dalam Bergey, bakteri dan bakteri hijau dimasukkan dalam satu golongan
tersendiri yang disebut procaryotae (prokariota). Prokariota mempunyai inti primitif
dan berkembang biak secara amitosis menjadi dua bagian. Inti terdiri dari DNA
yang terbuka dan tidak terbungkus dalam suatu selaput atau membrane.
Eubacteria (bakteri sejati) dan Archaebacteria (bakteri purba) termasuk procariota.
Yang pathogen terhadap manusia termasuk dalam Eubacteria, sedangkan
eukariota mempunyai inti yang sebenarnya dan mengalami mitosis.
Prokariota bersel tunggal (uniselular) dan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Procaryoatae
Divisio : Cyanobacteria
Divisio II : Bacteria
Bacteria dibagi dalam tiga kelas dan selanjutnya adalah
1. Ordo yang berakhiran –ales
2. Familia yang berakhiran –aceae
3. Tribus yang berakhiran –eiae
4. Genus
5. Spesies
Contoh :
Ordo : Actinomycetales
Familia : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tybercolosis

151
B. Nomenklatur ( pemberian nama)
Seperti halnya tanaman, kuman juga menggunakan 2 nama, yaitu nama
binomial (binomial name), yang diajukan oleh Linnaeus untuk tanaman dalam
tahun 1753. Jadi nama kuman selalu terdiri dari nama genus dan epitheton
specificum. Nama genus dimulai dengan huruf besar dan epitheton specificum
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya Staphylococcus aureus. Nama genus
sedapatnya memberikan keterangan mengenai genus tersebut. Nama kuman
dapat berasal dari kata baru yang disesuaikan dalam bahasa latin atau nama
seorang penyelidik yang dilatinkan.
Contoh:
Bacillus : Batang
Clostridium : Spindle, pintalan
Micrococcus : Butir kecil
Erwinia : Dari nama Erwin
Pasteurella : Dari nama Pasteur
Salmonella : Dari nama salmon
Salmonella typhi : Typhi merupakan penyebab tipoid
Salmonella pullorum : Di temukan pada ayam
Brucella : Penyebab abortus pada ternak .
Hemophilus influenza : Pertama kali di asingkan dari penderita influenza
dan sebagai penyebab influenza
Clostridium welchii : Ditemukan oleh Welch
Nama-nama diatas adalah nama ilmiah. Sedangkan sehari-hari yang lebih banyak
dipakai adalah :
Gonococcus-go : Neisseria gonorrhoeae
Sifilis : Treponema pallidum
Hansen : Mycobacterium leprae
Koch, tbc : Mycobacterium tuberculosis
Pneumococcus : Stretococcus pneumonia
Spesies adalah suatu jenis mikroorganisme yang sudah tertentu. Spesies bakteri
ditentukan oleh :
a. Sifat structural : yang terdiri dari bentuk, besar, cara pergerakan, reaksi
terhadap pewarnaan Gram, pertumbuhan makroskopik (siat-siat koloni).
b. Sifat biokimia dan kebutuhan akan nutrisi, produk-produk akhir metabolisme,
susunan biokimiawi komponen sel dan metabolit-metabolitnya.
c. Sifat fisiologisnya terhadap O2, temperatur, pH dan respon terhadap zat-zat
antibakteri.
d. Sifat ekologi.
e. Komposisi basa DNA, homologi dan sifat genetik.

Strain adalah biakan murni kuman yang tersusun dari kelomok kuman yang
merupakan keturunan kuman dari satu isolate. Misalnya Staphylococcus aureus strain
Oxford, merupakan kuman standar untuk macam-macam keperluan di laboratorium.
Spesies bakteri mengandung strain-strain (galur-galur) mikroorganisme yang
sifatnya secara garis besar sama tetapi memiliki perbedaan. Biovar (biotip) tidak dapat
memperlihatkan semua strain-strain dalam suatu spesies, sehingga untuk
menentukan bentuk-bentuk tertentu pada variasi strain digunakan penggunaan
subspecies seperti serotip (serovar), pathotip (pathovar), morphotip (morphovar),
fagatip (phagovar).

C. Klasifikasi bakteri pathogen


Berbeda dengan nomenklatur, tidak ada klasifikasi bakteri yang resmi.
Bergey’s Systematic Bacteriology edisi ke-8 tidak menggunakan lagi taksa yang lebih
tinggi karena ketidak jelasan hubungan genetika. Bergey’s Manual yang terakhir
membagi prokariota dalam divisi utama:
a. Gracilicutes : Bakteri gram negatif
b. Firmicutes : Bakteri gram negative
c. Tenericutes :bacteri tanpa dinding sel
d. Archaebacteria
Dan 1, 2, 3 termasuk dalam Eubacteria

D. Taksonomi Numerik
Menggambarkan persamaan , kemiripan, dan perbedaan karakteristik bakteri.
Jaccard similarity coefficient (SJ) menyatakan sifat-sifat positif dan negative. Koefisien
–koefisien tersebut menggambarkan presentase sifat-sifat yang sama diantara
organism-organisme.

SJ =

SSM =

a = jumlah sifat-sifat pada kedua strain


b = jumlah sifat-sifat yang ada pada strain pertama saja
c = jumlah sifat-sifat yang ada pada strain kedua saja
d = jumlah sifat- sifat yang tidak ada pada kedua strain

E. Klasifikasi berdasarkan genetika


Perkembangan- perkembangan dalam biologi molekuler memungkinkan
diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme-organisme pada tingkat
genetic berdasarkan
a. Komposisi DNA
b. Homologi sekuens DNA dan RNA ( RNA ribosomal)
c. Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen
d. Polimer-polimer pada sel
e. Struktur organel pada pola regulasinya
Kekerabatan berdasarkan homologi asam nukleat (homologi sekuens DNA) :

%G+C =

G = guanin
C = sitosin
A = adenin
T = timin
TOPIK XV
FISIOLOGI DAN METABOLISM KUMAN

A. Pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan peningkatan jumlah secara teratur komponen semua komponen
organisme

B. Kebutuhan pertumbuhan bakteri


1. Sumber energi metabolik
2. Nutrisi
3. Faktor lingkungan

C. Sumber energi metabolik


Dilakukan dengan proses oksidasi reduksi, meliputi:
1. Fermentasi
2. Repirasi
3. Fotosintesis

Sumber bahan makanan bakteri:


1. Substrat anorganik
2. Substratorganic

Substansi yang diperlukan :


1. Air
2. Sumber karbon
3. Sumber nitrogen
4. Garam anorganik
5. Mineral
6. Faktor pertumbuhan

Faktor lingkungan
1. Nutrisi
2. Temperatur
3. Ph
4. Tekanan osmotik
5. Aerasi

Air
1. Bagian terbesar dari protoplasma
2. Penghantar semua
3. bahan gizi
4. Membuang zat sisaMelancarkan reaksi metabolik

Sumber karbon: proses sintesa sel


1. Kuman autotrof:
Kuman yang memerlukan C dalam bentuk senyawa anorganik dan CO 2(gas)

158
2. Kuman heterotrof
Kuman yang memerlukan C dalam bentuk senyawa organik, karbohidrat untuk
pertumbuhannya, misalnya naphtalen dan glukosa

3. Sumber Nitrogen
Komponen utama protein dan asam nukleat

4. Sumber utama:
a. Nitrit (NO3-)
b. Nitrat (NO2-)
c. Ammoniak (NH4-)

5. Mineral
a. Belerang » H2S, SO4
b. Fosfor fosfat: membentuk asam nukleat, koenzim
c. Mg, Fe, K, Ca: aktifator enzim

6. Garam anorganik
a. Mempertahankan keadaan koloidal dan tekanan osmotik
b. Keseimbangan asam basa
c. Enzim dan aktivator enzim

7. Faktor pertumbuhan
Ekstrak ragi, darah, ragi, vit B, asam amino, purin dan pirimidin

8. Aerasi : O2(gas)
Berdasar keperluan oksigen, kuman dibagi 5 golongan
a. Anaerob obligat : hidup tanpa O2, O2 toksis bagi kuman.
b. Anaerob autotoleran: tidak mati dengan adanya O2
c. Anaerob fakultatif: mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa
O2
d. Aerob obligat: tumbuh tergantung O2
e. Mikroaerofilik: tumbuh baik dalam tekanan O2 rendah
D. Tipe – tipe nutrisi bakteri

E. Kelompok bakteri berdasarkan suhu


1. Psikrofil → 0 – 30 ºC
2. Mesofil → 25 – 40 ºC
3. Termofil fakultatif → 25 – 55 ºC
4. Termofil obligat → 45 – 75 ºC

F. Pertumbuhan bakteri
1. pH
Kuman patogen mempunyai pH optimum 7,2- 7,6
2. Kekuatan ion dan tekanan osmotik
a. Halofilik: bakteri yang memerlukan kadar garam tinggi
b. Osmofilik: bakteri yang memerlukan tekanan osmotik yang tinggi

G. Reproduksi bakteri
1. Reproduksi aseksual: sifat bakteri sama seperti induknya
2. Reproduksi seksual: sifat bakteri berasal dari kedua induknya

H. Reproduksi aseksual
1. Pembelahan biner
bakteri membelah amitotik menjadi 2 bagian (binary division)
waktu diantara pembelahan disebut generation time
2. Produksi Spora
3. Pembentukan tunas/ cabang
4. Fragmentasi

I. Reproduksi seksual
1. Transformasi
2. Konjugasi
3. Transduksi
J. Fase pertumbuhan bakteri

1. Fase lamban (lag)


2. Fase logaritma (eksponensial)
3. Fase Statis
4. Fase penurunan (kematian)
TOPIK XVI
HUBUNGAN KUMAN DENGAN HOSPES DAN LINGKUNGAN

A. Hubungan Kuman dan Hospes


Adanya kuman dalam tubuh manusia tidak selalu diikuti dengan keadaan
sakit. Bahkan kebanyaakan interaksi hospes dan kuman tidak terwujud dalam bentuk
penyakit. Wujud hubungan hospes dan kuman tersebut ditentukan oleh
keseimbangan antara virulensi kuman dan daya tahan hospes.
Virulensi kuman adalah derajat patogenitas yang dinyatakan dengan jumlah
mikroorganisme atau mikrogram toxin yang dibutuhkan untuk membunuh binatang
percobaan dengan syarat-syarat tertentu patogenesis adalah kemampuan suatu
mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit.

Virulensi kuman dipengaruhi oleh:


1. Daya invasi
Daya invasi adalah kemampuan untuk berpenetrasi ke jaringan, mengatasi
pertahanan tubuh hospes, berkembang biak dan menyebar. Daya invasi
dipengaruhi oleh komponen permukaan enzim-enzim kuman tertentu yang
membantu penyebaran kuman serta membuatnya resisten terhadap fagositosis.
Komponen permukaan tersebut antara lain dapat berupa kapsul polisakarida yang
dihasilkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Klebsiella pneumoniae, M-protein dari streptococcus pyogenes, dan kapsul
polipeptida pada Bacillus anthracis.
Enzim-enzim yang dihasilkan kuman yang membantu penyebarannya
antara lain koagulase, fibrinolisin (strepto kinase), heyaluronidase, kolagenase,
lesetinase dan deogsiribonuklease.
2. Toksigenitas
Ada 2 jenis toksin yang dihasilkan kuman, yaitu:
1) Eksotoksin:
Eksotoksin dihasilkan oleh bakteri positif Gram antara lain: Corynebacterium
diphteriae, Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Staphylococcus serta
beberapa bakteri Gram negatif termasuk Shigella dysentriae, Vibrio Cholerae,
dan beberapa strain Escherichia Coli.
2) Endotoksin:

189
Bakteri yang menghasilkan endotoksin antara lain: Salmonella, Shigella,
Brucella, Neisseria, Vibrio cholerae, Escherichia . coli, dan Pseudomonas
Aerugenosa.
Daya tahan tubuh dapat berupa kekebalan yang non spesifik dan
kekebalan spesifik. Bila daya tahan tubuh Hospes menurun, organisme yang
dalam keadaan tidak biasa dapat menimbulkan penyakit. Keadaan tersebut
dinamakan oportunisme dan organismenya disebut oportunis.
Tabel dibawah menunjukkan kedua jenis toksin tersebut. Perbedaan
Eksotoksin dan Endotoksin yaitu:
No. Eksotoksin Endotoksin
Nama
1. Tempat - Dikeluarkan - Sebagai
produksi oleh kuman bagian integral
hidup, dari dinding sel
konsentrasinya kuman gram
dalam medium negatif
cair sangat
tinggi
2. Struktur - Polipeptida - Kompleks
Kimia lipopolisakarida
3. Sifat Fisik - Relatif tidak - Relatif stabil,
stabil, dengan aktivitas toksin
pemanasan menetap
aktivitas toksin walaupun
menurun dipanaaskan
4. Sifat - Sangat - Tidak
Imunologis antigenik, menginduksi
menghasilkan terbentuknya
antitoksin antitoksin
dalam jumlah - Tidak dapat
banyak dibuat toksoid
- Dapat dibuat
toksoid
5. Toksisitas - Sangat toksik, - Kurang toksik,
menimbulkan dalam dosis
kematian besar baru
meskipun menimbulkan
dalam dosis kematian
kecil
6. Reaksi - Badan tidak - Ada reaksi
Badan memberi demam
reaksi
panas/demam

B. Hubungan Kuman dan Lingkungan

Didalam alam bebas mikroorganisme hidup berkumpul di dalam suatu


medium misalnya, didalam tanah, air, udara, kotoran hewan, sampah, tumbuhan,
hewan, dan manusia. Mikroorganisme mempunyai peranan penting dalam proses-
proses alami yang diperlukan untuk survive-nya binatang, tumbuh-tumbuhan, serta
mikroba itu sendiri.
Untuk hidup mikroorganisme akan melakukan interaksi atau hubungan
dengaan lingkungannya. Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang
memungkinkan terjadunya kehidupan. Disuatu lokasi mikroorganisme tersebut
dapat bersifat transient, yaitu bertempat tinggal sementara, atau indigenous, yaitu
sudah menetap beberapa turunan. Organisme yang terakhir tersbut umumnya
dapat lebih bertahan pada kondisi buruk lingkungannya tersebut.
Bentuk hubungan mikroorganisme dengan lingkungan dapat dibagi menjadi
dua yaitu hubungan lingkungan Biotik/lingkungan hidup meliputi manusia,
binatang, dan mikroba lain. Sedangkan hubungan lingkungan Abiotik/lingkungan
tak hidup/faktor alam meliputi temperatur, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik,
pH, cahaya, substansi anorganik seperti air, CO2, O2, mineral serta substansi
organik.
C. Habitat alam mikroorganisme
a. Tanah
Merupakan sumber yang kaya akan mikroorganisme. Kebanyakan
mikroorganisme disini bersifat apatogen bagi manusia. Beberapa
mikroorganisme dapat bertahan melalui adanya ekskreta atau kadaver. Bakteri
patogen yang terdapat di tanah antara lain: Clostridium botulinium, Bacilus
anthracis.
b. Air
Kebanyakan air tawar dan laut mengandung mikroorganisme. Namun,
bakteri patogen umumnya tidak terdapat, kecuali di air yang secara langsung
tercemar oleh urin dan feses manusia binatang. Mikroorganisme patogen di air
antara lain: Salmonella dan Shigella species, Vibrio cholerae, Legionella, virus
hepatitis, virus polio, virus enterik, Entamoeba histolytica. Esherichia coli yang
ditemukan di air digunakan sebagai indeks pencemaran oleh feses karena ia
bertahan hidup di air yang relatif lebih lama.
c. Udara
Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara, mereka
sebenarnya tidak berkembang biak di sana. Udara luar jarang mengandung
kuman patogen, mungkin karena efek pengeringan, ozon, dan radiasi
ultraviolet. Udara dalam ruangan mungkin mengandung bakteri dan virus
patogen yang berasal dari kulit, tangan, pakaian dan terutama dari saluran
nafas atas manusia.
d. Makanan (Susu)
Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih
mengandung 100-1000 mikroorganisme non-patogen per ml. Kadang-kadang
terdapat miroorganisme patogen yang mungkin berasal dari sapi yang sakit
atau dari proses pemerahan, yaitu antara lain: Mycrobacterium tuberculosis,
Salmonella Streptococcus, Corynebacterium diptheriae, Shigella, Brucella, dan
Staphylococcus penyebab keracunan makanan. Pasteurisasi susu dan
pemusnahan hewan yang sakit telah menurunkan insidens penyakit yang
berasal dari susu.
D. Interaksi Mikroba
Yang dimaksud dengan interaksi mikroba disini adalah hubungan timbal balik
antara mikroba dengan mikroba yang lainnya maupun dengan organisme yang
lebih tinggi. Hubungan kuman dan lingkungan Biotik meliputi:
a. Bebas Hama
Keadaan dimana kelompok mikroorganisme bebas dari segala macam
hubungan dengan mikroorganisme lainnya.
b. Sintrofisme
Disini organisme tidak terlalu dekat berhubungan tetapi keduannya
memberi keuntungan secara timbal balik.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah ineraksi antara mikroorganisme yang merupakan
persaingan akibat keterbatasan zat makanan serta energi yang tersedia. Ada
pula organisme yang menghasilkan berbagai substandi yang menghambat
mikroorganisme lain.
Hubungan antara mikroorganisme yang bersaing untuk hidup dalam
tingkatan yang sama akibat terbatasnya zat makanan serta energi yang
tersedia dalam medium tersebut. Spesies mikroorganisme yang dapat
menyesuaikan diri dengan persaingan tersebut akan tumbuh dengan subur.
d. Netrafisme
Hubungan antara mikroorganisme yang berbeda spesiesnya, tetapi
dalam interaksi kehidupan mereka tidak saling menggangu/ merugikan dan
tidak saling menguntungkan. Mereka hidup sendiri-sendiri, walaupun hidup
dalam tingkatan yang sama.
e. Antagonisme
Hubungan antara mikroorganisme yang saling berlawanan.
Mikroorganisme yang satu dapat mengeluarkan zat atau hasil metabolismenya
yang dapat meracuni atau membunuh mikroorganisme lainnya.
Mikroorganisme ini seering di sebut juga sebagai hubungan antibiosis atau
amensalisme (dasar penemuan zat bioaktif atau antibiotika terhadap
mikroorganisme).
f. Simbiosis
Hubungan yang dekat antara dua bentuk kehidupan, berlangsung
lama atau sebentar dan memerlukan kontak fisik. Pada endosimbiosis suatu
orgamisme berada di dalam organisme yang lain, sedangkan pada
ektosimbiosis organisme berada di permukaan lain. Terdapat tiga jenis
simbiosis, yaitu:
1. Mutualisme
Mutualisme adalah bentuk hubungan yang saling menguntungkan
kedua belah pihak. Sebagai contoh adanya kerjasama antara Rhizobium
leguminosarum dengan tanaman Leguminosa. Rhizobium mendapat
tempat hidup dalam akar Leguminosa, sedangkan Leguminosa mendapat
persenyawaan Nitrogen yang diberikan Rhizobium.Bakteri diatas
menggantungkan hidupnya pada tanaman Leguminosa dan sebagai
gantinya mengikat Nitrogen udara menjadi senyawa Nitrogen yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman tersebut.
2. Komensalisme
Pada bentuk interaksi ini suatu mikroorganisme mendapat
keuntungan, sedangkan yang lain tidak dirugikan ataupun mendapat
keuntungan. Sebagai contoh adalah Staphylococcus epidermidis yang
hidup sebagai komensal pada kulit manusia.
3. Parasitisme
Suatu interaksi dikatakan sebagai parasitisme bila salah satu pihak
mendapat keuntungan sedangkan pihak lain dirugikan. Orgaanisme yang
mengandung parasit disebut hospes.
Interaksi tersebut dapat terjadi dalam bentuk gejala-gejala penyakit.
Bila gejala mereda tapi parasit masih ada, ini berarti telah tercapai
keseimbangan biologik antara parasit dan hospes. Dalam hal ini hospes
bertindak sebagai Carrier. Sebagai contoh yaitu bakteri, parasit, virus
patogen yang hidup di dalam tubuh manusia.
g. Predatorisme
Hubungan yang ada antara dua kelompok mikroorganisme yang hidup
dengan memangsa salah satu mikroorganisme tersebut. Kelompok yang
memangsa kelompok lainnya disebut predator (pemangsa). Contohnya
Amoeba dalam bakteri. Amoeba untuk hidup perlu makanan, makanan ini
diperoleh dengan memangsa bakteri tersebut.
Ada juga hubungan kuman dan lingkungan Abiotik biasanya berkaitan
dengan lingkungan alam yang sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Beberapa hubungan kuman dan lingkungan Abiotik
dijelaskan berikut ini:
1. Suhu
Masing-masing mikroorganisme mempunyai suhu optimum,
minimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan
dibawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum aktivitas enzim akan
berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
terdenaturasinya enzim mikroorganisme tersebut yang akibatnya
menimbulkan kematian pada mikroorganisme. Berdasarkan atas
kemampuan hidup mikroorganisme dalam kisaran suhu tertentu, maka
mikroorganisme dibagi tiga grup, yaitu:
1) Psikrofil
Mikroorganisme yang termasuk dalam grup ini bisa tumbuh dalam suhu
dingin. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 0 - 5, suhu
optimum 5 - 15, dan suhu maksimum 15 - 20.
2) Mesofil
Mikroorganisme yang dalam grup ini bisa tumbuh suhu kamar atau sedikit
dingin. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 10 - 20,
suhu optimum 20 - 40, dan suhu maksimum 40 - 45.
3) Termofil
Mikroorganisme yang termasuk dalam grup ini bisa tumbuh dalam suhu
hangat sampai panas. Dimana kisaran suhu minimum pertumbuhannya 25
- 40, suhu optimum 45 - 60, dan suhu maksimum 60 - 80.
Ada bebrapa ketentuan mengenai pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
sel, yaitu:
a) Pertumbuhan mikroorganisme renik terjadi pada suhu dengan kisaran
(antara suhu minimum adan suhu maksimum) kira-kira 30.
b) Kecepatan mikroorganisme meningkat lambat dengan kenaikan suhu
sampai-sampai mencapai pertumbuhan maksimum.
c) Di atas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan
cepat sesuai dengan naiknya suhu.
2. pH (konsentrasi ion nitrogen)
Sebagian besar mikroorganisme memiliki jarak pH optimal yang cukup sempit
untuk pertumbuhannya. Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Pada umumnya mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 3–
6, dan kebanyakan bakteri memiliki pH optimum yaitu pH dimana bakteri tersebut
dapat tumbuh baik atau maksimum pada kisaran pH 6,5-7,5. Kisaran pH dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme tergantung pula dengan spesies
mikroorganismenya.
Berdasarkan atas kemampuan mikroorganisme terhadap pH, maka
mikroorganisme dibagi menjadi tiga grup, yaitu:
1) Neutrofilik
Mikroorganisme yang terdapat pada kisaran pH 6,0-8,0 dan tumbuh optimum atau
maksimum pada pH netral adalah 7,0-7,5.
2) Asidofilik
Mikroorganisme yang dapat hidup pada kisaran Ph 1,0-1,5 dan tumbuh optimal
pada pH 5,0.
3) Alkalofilik
Mikroorganisme yang hidup pada kisaran pH 9,0-11,0 dan tumbuh optimal pada
pH 9,5.
3. Tersedianya air dan kelembaban udara relatif (RH)
Mikroorganisme memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Oleh
karena itu pertumbuhan jasad renik pada makanan sangat dipengaruhi oleh jumlah
air yang tersedia. Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan dapat
digunakan pada jasad renik, yaitu pada kondisi:
a. Adanya solut dan ion dapat mengikat air dalam larutan. Misalnya, gula dan garam
dalam konsentrasi tinggi akan mengikat air dari bahan pangan, bahkan dapat
mengikat air dari dalam sel mikroorganisme jika konsentrasi larutan diluar sel lebih
tinggi dari pada didalam sel.
b. Koloid Hidrofilik (gel) dapat mengikat air, sebanyak 3-4 agar dapat menghambat
pertumbuhan bakteri didalam medium.
c. Air dalam bentuk kristal es atau hidrasi tidak dapat digunakan oleh jasad renik.
Tersedianya air didalam suatu bahan pangan/ medium dinyatakan dalam istilah
aw (aktivitas air). Nilai aw suatu bahan pangan akan mencapai keseimbangan
dengan kelembaban udara relatif (RH) dari ruangan disekitar bahan pangan
tersebut. Jika RH ruangan lebih ruangaan lebih rendah dari pada aw-nya, maka
bahan pangan akan mengalami penguapan air dan jika RH ruangan lebih tinggi
dari pada aw-nya, maka akan terjadi penyerapan air. Hal ini akan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme, mikroorganisme membutuhkan aw berbeda-beda
pada pertumbuhannya. Contoh nilai aw bakteri E. Coli 0,95, Pseudomonas 0,96,
Enterobacter aerogenes 0,93, Kapang seperti Rhizopus 0,995-0,98, Penicillium
0,9935, dan Apergillus 0,98. Pada aw dibawah 0,62 baik bakteri dan kapang
pertumbuhannya akan terlambat.
4. Oksigen
Konsentrasi oksigen didalam bahan pangan dan lingkungan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen untuk
pertumbuhannya maka mikroorganisme dibedakan menjadi tiga grup, yaitu:
a. Aerob
Bakteri yang dapat tumbuh baik bila ada oksigen atau mutlak memerlukan oksigen.
Bakteri ini mempunyai enzim superoksidase dismutase yang memecah oksigen
bebas dan enzim katalase yang memecah hidrogen peroksida sehingga
menghasilkan senyawa akhir berupa air dan oksigen yang tidak beracun bagi
bakteri yang bersifat aerob. Dalam kelompok bakteri aerob terdapat kelompok
bakteri yang membutuhkan konsentrasi oksigen yang sangat rendah yaitu sekitar
5 % bakteri ini bersifat Mikroaerofilik dan mempunyai enzim hidrogenase yang
tidak aktif bila konsentrasi oksigen disekitarnya tinggi.
b. Anaerob fakultatif
Bakteri yang dapat hidup dalam keadaan dengan oksigen atau tanpa oksigen,
walaupun pertumbuhannya jauh lebih cepat bila ada oksigen. Bakteri ini
mempunyai enzim Superoksida dismutase dan enzim peroksidase yang
mengkatalis reaksi hidrogen peroksida dengan senyawa organik yang
menghasilkan senyawa organik teroksidasi dengan air, produk akhir ini tidak
bersifat racun bagi bakteri fakultatif anaerob.
c. Anaerobik
Bakteri yang mutlak dapat tumbuh bila tidak ada oksigen. Adanya oksigen bagi
bakteri ini dapat menimbulkan kematian karena bakteri ini tidak mempunyai enzim
superoksida dismutase, katalase maupun peroksidase yang akan menguraikan
hasil metabolisme yang bersifat toksik seperti Hidrogen peroksida dan radikal
bebas lainnya.
TOPIK XVII
VIROLOGI, PENCEGAHAN & PENGOBATAN PENYAKIT VIRUS

Berbagai penyakit yang di alami manusia khususnya infeksi saluran napas dan
infeksi saluran diakibatkan sebagian besar oleh virus. Tetapi yang mengherankan
justru sebagian besar penyakit tersebut diberi pengobatan antibiotika. Hal ini
menunjukkan bahwa ternyata masih banyak yang melakukan kesalahan
pengobatan berlebihan dengan antibiotika bahkan bukan orang awam tetapi juga
oleh dokter.

A. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus Hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus
merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya
virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi
baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya
ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya
virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman
(misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
B. Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus
RNA, dapat berunting tunggal (umpamanya pikornavirus yang menyebabkan polio
dan influenza) atau berunting ganda (misalnya revirus penyebab diare); demikian
pula virus DNA (misalnya berunting tunggal oada fase φ × 174 dan parvorirus
berunting ganda pada adenovirus, herpesvirus dan pokvirus). Virus RNA terdiri
atas tiga jenis utama: virus RNA berunting positif (+), yang genomnya bertindak
sebagai mRNA dalam sel inang dan bertindak sebagai cetakan untuk intermediat
RNA unting minus (-); virus RNA berunting negatif (-) yang tidak dapat secara
langsung bertindak sebagai mRNA, tetapi sebagai cetakan untuk sintesis mRNA
melalui virion transkriptase; dan retrovirus, yang berunting + dan dapat bertindak
sebagai mRNA, tetapi pada waktu infeksi segera bertindak sebagai cetakan
sintesis DNA berunting ganda (segera berintegrasi ke dalam kromosom inang )
melalui suatu transkriptase balik yang terkandung atau tersandi. Setiap virus
imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari subkelompok lentivirus dari
kelompok retrovirus RNA. Virus ini merupakan penyebab AIDS pada manusia,
menginfeksi setiap sel yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4, seperti
pembentuk T-sel yang matang.

C. Penyakit manusia akibat virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek
(yang bisa saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS
(yang disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes
simpleks). Kanker leher rahim juga diduga disebabkan sebagian oleh
papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan
contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan antara kanker dan
agen-agen infektan. Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna,
yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga
bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada manusia.
Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan
kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat
seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.
Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar,
yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu
menyebabkan kepunahan suatu bangsa. Beberapa suku bangsa Indian telah
punah akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.
Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah
terjadi dalam jumlah besar. Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu
dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.
Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus. Grup
Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg,
Jerman, dan ebola. Filovirus adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, yang
dalam jumlah besar tampak seperti sepiring mi. Pada April 2005, virus Marburg
menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober
2004 hingga 2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan
manusia.

D. Contoh-contoh virus

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)


Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih
(sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus
tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian
ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti
replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara
langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
2. Virus herpes
Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin
menjadi mARN.
3. Virus influenza
Siklus replikasi virus influenza hampir sama dengan siklus replikasi virus
herpes. Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai
tunggal ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN.
4. Paramyxovirus
Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami
replikasi menjadi mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit
campak dan gondong.

E. Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.


Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah
menjadi gen baik (penyembuh). Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor
biologi pada Purdue’s School of Science telah menemukan cara pemanfaatan
virus dalam dunia kesehatan. Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal
Virology, Edisi 15 Desember 2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang
luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel
yang sakit (paru-paru). Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan
terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan,
dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap
virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang
menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak
menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-
sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune
deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya
tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara
khusus menyerang sel darah putih. Tabel berikut ini memuat beberapa macam
penyakit yang disebabkan oleh virus.
Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan
tumbuhan. Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat
ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang berkurang.

F. Penyakit hewan akibat virus

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama
ayam. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). Penyakit kuku dan
mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau. Penyakit
kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV). Penyakit rabies, yakni jenis
penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet. Penyebabnya adalah virus
rabies.

G. Penyakit tumbuhan akibat virus

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.


Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis
penyakit yang menyerang tanaman padi. Penyebabnya adalah virus Tungro.
Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus
vein phloem degeneration (CVPD).

H. Pencegahan dan pengobatan

1. Pencegahan terbaik adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Pada


penderita alergi, asthma dan gangguan saluran cerna. Pada kasus tertentu
juga mempunyai daya tahan tubuh yang buruk seperti penderita HIV AIDS.
Malnutrisi, penderita leukemia, kelainan jantung bawaan biru, gagal ginjal dan
gangguan lainnya
2. Pencegaha lainnya yang dilakukan adalah menghindari penularan dengan
memakai masker, cuci tangan yang bersih di air mengalir pakai sabun dan
higiena sanitasi lainnya.
3. Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi,
virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap
paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh
terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi
virus.
4. Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus terjadi dengan penggunaan
antibiotik yang tidak pada tempatnya, yang sama sekali tidak mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik
adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan
oleh bakteri atau virus
TOPIK XVIII
HELMINTOLOGI SERTA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT
HELMINTOLOGI

Helmintologi adalah ilmu cabang dari parasitologi. Helmintologi, diadopsi dari


kata helmintos yang artinya cacing, dan logos yang artinya ilmu. Sementara
Parasitologi berasal dari kata parasitos yang artinya organisme yang mengambil
makan, dan logos yang artinya ilmu, telaah. Helmintologi merupakan suatu bidang
ilmu tentang cacing yang berperan sebagai parasit.(Jangkung, 2002)
Dalam kaitan dengan masalah kesehatan, maka parasitologi medik
mempelajari parasit yang menghinggapi manusia dapat menyebabkan penyakit dan
bahkan kematian.
Dalam bidang kedokteran dikenal sebagai ilmu yang mempelajari infeksi kecacingan
pada manusia, apakah itu menyangkut infeksi kecacingan, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya infeksi kecacingan, dampak yang ditimbulkan oleh infeksi
karena cacing, serta upaya pencegahan dan pengobatan infeksi kecacingan tersebut.
Cacing yang bersifat parasit pada manusia termasuk dalam 2 golongan besar,
yaitu cacing bulat (Nemathelminthes) dan cacing pipih (Platyhelminthes). Dari
Nemathelminthes yang terpenting adalah kelas Nematoda sedangkan dari
Platyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda (Indan Entjang, 2003)

A. Nemathelminthes
Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, nema=benang,
helminthes=cacing) disebut sebagai cacing gilig ukaran tubuhnya berbentuk bulat
panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum
memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun
bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu,
Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.

B. Ciri Tubuh
Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
a. Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang
panjangnya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada
individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan
ujung-ujung yang meruncing.
b. Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri.
Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang
hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk melindungi diri dari enzim pencernaan
inang. Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari
mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan
anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait
pada mulutnya.
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan
keseluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak
memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan
tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.

C. Cara Hidup dan Habitat


Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai
sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari
makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek
dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam
inangnya.

D. Reproduksi
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem
reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada
individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat
membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak
menguntungkan.
E. Klasifikasi
Nematoda merupakan salah satu kelas dari filum Nemathelminthes yang
berperan sebagai parasit terhadap manusia, meliputi:
1) Nematoda Usus:
a) Ascaris lumbricoides
b) Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
c) Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum
d) Trichuris trichiura
e) Strongyloides stercoralis
f) Enterobius vermicularis/Oxyuris vermicularis
2) Nematoda jaringan yang termasuk filaria limfatik:
a) Wuchereria bancrofti
b) Brugia malayi
c) Brugia timori
3) Nematoda jaringan yang termasuk filaria non limfatik:
a) Loa-loa
b) Onchocerca volvulus
c) Trichinella spiralis
d) Toxocara canis dan Toxocara cati

Penyakit yang disebabkan Nemathelminthes kelas Nematoda


1. Nematoda yang Infestasinya di dalam Usus (Nematoda Intestinal)
1) Trichuris trichiura
Panjang cacing betina 35-50 mm, sedangkan cacing jantan 30-40 mm.
Bentuknya seperti cambuk, bagian anterior kecil seperti benang sedang bagian
posteriornya kira-kira 2/5 (dua per lima) dari panjang cacing, jadi lebih besar.
Biasanya menempati daerah cecum dan appendix. Menular melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi telurnya.
a) Gejala Penyakitnya:
Bila infeksi ringan, biasanya asymptomatis (tanpa gejala). Bila jumlah
cacingnya banyak, biasanya timbul diarrhea dengan feces yang berlendir,
nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.
b) Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium:
Sample berupa feces penderita untuk menemukan telur cacingnya.
c) Pencegahan:
Peningkatan hygiene pribadi, cuci tangan sebelum makan, hindari makan
sayuran mentah, dan perbaikan cara pembuangan feces.

2) Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)


Cacing betina panjangnya 8-13 mm, sedangkan cacing jantan 2-5 mm. Cacing
betina yang matang bentuknya seperti kumparan dan mempunyai ekor yang langsing
memanjang dan runcing. Cacing jantan ekornya melengkung ke arah ventral dan alae
caudal lateral mengelilingi Biasanya menempati daerah bagian bawah ileum, cecum
dan colon. Menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya.
Dapat juga melalui udara yang mengandung telur cacing yang berasal dari pakaian
atau tempat tidur penderita lalu terhirup bersama udara pernapasan.
a) Gejala Penyakit dan Komplikasinya:
Karena menimbulkan gatal-gatal di anus (pruritus ani) seringkali terjadi autoinfeksi.
Bisa juga terjadi retroinfection di mana telur cacing menetas di daerah perianal yang
lembab, kemudian larvanya naik ke colon, lalu ke intestinum lewat anus. Infeksi
karena Enterobius vermicularis biasanya mengenai semua anggota keluarga dan
asymptomatis.Bila infeksinya berat, biasanya menimbulkan pruritus ani yang hebat,
insomnia, gelisah dan anorexia. Pada wanita dapat menimbulkan pruritus vulva dan
keputihan.
b) Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium:
Melakukan perianal swab (apusan perianal) yang dilakukan pagi hari, sebelum
penderita mandi dan defecate (buang air besar).
c) Pencegahan:
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan menghindari
penularan.
3) Ascaris lumbricoides
Cacing betina, panjangnya 20-35 cm, sedangkan cacing jantan 15-30 cm.
Cacing dewasa hidup di usus halus terutama di jejunum. Menular melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi telurnya.
Siklus hidupnya dimulai bila telur cacing yang berembrio tertelan bersama
makanan, menetas di dalam intestinum, menjadi larva. Larva segera menembus
dinding pembuluh darah atau lympha dinding intestinum dan dengan aliran darah
masuk ke paru-paru, menembus alveolus, naik ke trachea, pindah ke oesophagus,
tertelan dan sampai ke intestinum kemudian menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa
ini akan menghasilkan telur yang akan keluar bersama feces yang akan mengulangi
siklus tadi.
a) Gejala Penyakit:
a. Reaksi terhadap larva migran
Sewaktu larva menembus dinding intestinum dan alveolus terjadi perdarahan
kecil. Penderita akan demam, batuk-batuk, dan kadang-kadang terjadi
hemoptysis.
b. Reaksi terhadap cacing dewasa
Gejalanya berupa nyeri perut biasanya di daerah epigastrium atau daerah
umbilicus, perut buncit, muntah dan kadang-kadang obstipasi.
Seringkali ascariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali.
b) Komplikasi:
Komplikasi yang sering terjadi adalah obstruksi intestinal, baik partial maupun total.
Obstruksinya biasa terjadi di daerah ileocecal.
c) Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium:
Bahan pemeriksaan laboratorium adalah feces penderita untuk menemukan
telurnya atau cacing dewasanya.
d) Pencegahan:
Pencegahan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
Selain itu, hindari memakan sayuran mentah atau makanan lain yang
terkontaminasi telurnya.

4) Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (Cacing tambang)


a. Ancylostoma duodenale
Cacing betina, panjang 10-30 mm diameter 0,60 mm
Cacing jantan, panjang 8-11 mm diameter 0,45 mm
Mulutnya mempunyai 2 pasang gigi.
b. Necator americanus
Cacing betina, panjang 9-11 mm diameter 0,35 mm
Cacing jantan, panjang 5-9 mm diameter 0,30 mm
Mulutnya mempunyai 2 pasang gigi.
Cacing dewasa hidupnya di dalam intestinum. Penularan penyakit terjadi
bilamana larva cacing (bentuk filaria) menembus kulit.
Lingkaran hidup dimulai ketika cacing betina menghasilkan telur. Telur ini
keluar bersama feces penderita. Pada tanah yang basah telur menetas menjadi
larva bentuk rhabditia, kemudian tumbuh menjadi larva bentuk filaria.
Larva bentuk filaria ini menembus kulit manusia yang tidak terlindungi,
masuk ke dalam aliran darah, sampai ke paru-paru, menembus dinding alveolus,
naik ke saluran napas bagian atas sampai di epiglotis, pindah ke oesophagus
kemudian tertelan, sampai di intestinum, menjadi dewasa dan cacing betinanya
menghasilkan telur kemudian mengulangi siklus tadi.
a) Gejala Penyakit:
Pada tempat masuknya larva menembus kulit akan menimbulkan rasa
gatal. Migrasi larva yang menembus alveolus akan menyebabkan perdarahan-
perdarahan kecil, namun sering kali tidak menunjukkan gejala-gejala pneumonia.
Cacing dewasa menghuni intestinum dan mengisap darah sebagai
makanannya. Hal ini akan menimbulkan anemia, yang terutama disebabkan oleh
perdarahan pada bekas gigitan cacing, karena cacingnya mengeluarkan
anticoagulant ketika ia mengisap darah.
Gejala klinik timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi. Gejala
yang sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak
enak di perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi.
Anemia karena Ancylostoma duodenale dan Necator americanus biasanya
berat. Hemoglobin biasanya di bawah 10 gram per 100 cc darah dan jumlah
eritrosit di bawah 1.000.000/mm3. Jenis anemianya adalah anemia hypochromic
microcytic.
b) Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium:
Sample yang diperiksa di laboratorium adalah feces penderita, diperiksa
dengan mikroskop untuk menemukan telur cacingnya.
c) Pencegahan:
Pencegahan dilakukan dengan perbaikan cara pembuangan kotoran agar
tidak mengotori tanah permukaan, memakai sepatu bila berada di daerah di
mana tanahnya terkontaminasi, pengobatan semua penderita untuk
menghilangkan sumber penularan
TOPIK XIX
PROTOZOLOGI

Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup
sebagai parasit pada manusia.

A. Definisi
Protozoa adalah hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau
berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu sel yang merupakan kesatuan
yang lengkap, baik dalam susunan maupun dalam fungsinya.

B. Morfologi
Struktur dari sel Protozoa terdiri dari dua bagian:
1. Sitoplasma
Sitoplasma terdiri dari:
a. Ektoplasma yaitu bagian luar yang terdiri dari hialin yang jernih dan
homogen dengan struktur yang elastis. Fungsinya sebagai:
1) Alat pergerakan,
2) Mengambil makanan,
3) Ekskresi,
4) Respirasi,
5) Mempertahankan diri.
b. Ektoplasma berfungsi sebagai alat pergerakan dengan cara membuat:
1) Pseudopodia pada kelas Rhizopoda
2) Silia pada kelas Ciliata
3) Flagel pada kelas Mastigophora (Flagellata)
4) Membran bergelombang pada Mastigophora
Pseudopodia pada Rhizopoda membentuk pergerakan yang
amoeboid, sedang silia pada Ciliata bergetar secara ritmis dan flagel
yang dibantu oleh membran bergelombang pada Mastigophora dapat
bergerak ke segala jurusan. Pada Sporozoa pergerakan hampir tak
kelihatan.
c. Ektoplasma berfungsi mengambil makanan yaitu Protozoa bergerak
dan mengambil makanan dengan pseudopodia, makanan cair diserap
199
secara osmosis sedang makanan padat melalui sitoplasma (mulut
yang rudimenter) lalu melalui sitofaring membentuk tabung ke dalam
endosplasma. Dalam vakuola, makanan diubah oleh enzim hingga
dapat dicerna.
d. Ektoplasma berfungsi untuk ekskresi dilakukan dengan tekanan
osmosis dan difusi. Pada beberapa spesies ekskresi dilakukan oleh
vakuola kontraktil, tapi pada umumnya ekskresi dilakukan melalui
permukaan sel yaitu lubang khusus sitopage.
e. Ektoplasma berfungsi untuk respirasi secara langsung dengan
mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida atau secara
tidak langsung dengan mengambil oksigen yang dilepas oleh aktivitas
enzim dari persenyawaan kompleks.
f. Ektoplasma berperan dalam bertahan diri yaitu dengan melindungi
bagian yang lebih dalam. Pada stadium trofozoit ektoplasma
berbentuk selaput tipis yang tidak memberi bentuk tetap pada
golongan Amoeba, tapi memberi bentuk tetap pada Ciliata dan
Mastigophora. Pada stadium kista, ektoplasma membentuk selaput
kuat yang disebut dinding kista. Bentuk dinding kista ini diperlukan
untuk kelangsungan hidup diluar hospes dan sebagai pertahanan
terhadap zat di saluran percaernaan.
g. Endoplasma (bagian dalam)
Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidak jernih yang berbutir –
butir dan di dalamnya terdapat inti. Di dalam endoplasma ini terdapat
vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda
asing, dan benda kromatoid. Pada Mastigophora biasanya terdapat
kinetoplasma yang terdiri dari benda para basal dan bleparoplas, yaitu
tempat keluar flagel.

2. Nukleus atau Inti


Nukleus atau Inti adalah bagian terpenting yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup dan untuk reproduksi serta untuk mengatur
metabolisme. Nukleus terdiri dari membran inti (selaput inti) yang
meliputi serabut inti (retikulum) yang berisi cairan dan kariosom.
Dalam nukleus yang berbentuk vesikel, butir – butir kromatin
berkumpul membentuk butir tunggal. Dalam nukleua yang berbentuk
granula butir – butir tersebar merata. Struktur inti, terutama susunan
kromatin dan kariosom berperan dalam membedakan spesies dari
Protozoa.

C. Reproduksi
Protozoa mempunyai dua cara reproduksi yaitu:
 Cara aseksual,
 Cara seksual.

1. Cara aseksual (berkembang biak tanpa perkawinan)


Apabila keadaan lingkungan baik, maka Protozoa akan mengadakan
pembelahan diri yang dimulai dari kariosom, nukleus dan seterusnya
sitoplasma. Biasanya dari satu parasit menjadi dua dan seterusnya. Cara
ini disebut pembelahan biner (binary fission) dan cara ini hanya terjadi pada
bentuk Trofozoit (vegetatif).
Cara perkembang biakan satu sel menjadi dua ini disebut juga sebagai
endodiogenik, yaitu satu inti akan membelah menjadi dua, lalu diikuti oleh
sitoplasma.
Ada lagi perkembangbiakan yang disebut dengan endopoligenik, yaitu inti
membelah menjadi banyak, lalu diikuti oleh sitoplasma. Dalam hal ini, salah
satu sel akan berkembangbiak menjadi beberapa sel baru. Pembelahan ini
teratur dan sitoplasma juga mengikuti pembelahan ini secara teratur. Pada
pembelahan inti menjadi banyak tapi tidak teratur tiap belahan akan diikuti
oleh sitoplasma dan terjadi beberapa sel baru yang bentuknya kurang
teratur, maka pembelahan ini disebut splitting. Hal ini biasanya terjadi pada
proses infeksi yang sangat akut.
Perkembangbiakan dimana satu ini membelah menjadi banyak dan diikuti
pembelahan sitoplasma, hingga terbentuk merozoit yang banyak,
perkembangbiakan ini disebut skizogoni.
2. Cara seksual
Pada pembiakan secara seksual berupa perkawinan antara mikrogamet dan
makrogamet. Setelah terjadi perkawinan akan menhasilkan zigot (zygosis =
menjadi satu), lalu terbentuk ookinet lalu menjadi ookista yang di dalamnya
terbentuk sporozoit, proses ini disebut sporogoni.

D. Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang berperan sebagai parasit pada manusia dalam dunia
kedokteran dibagi dalam 4 kelas, yaitu:
1. Kelas Rhizopoda
2. Kelas Flagellata : Mastigophora (mastix = cambuk, phoros =
mengandung)
3. Kelas Ciliata (cilia = bulu)
4. Kelas Sporozoa
5. Pembagian Filum

Protozoa secara sitematik dapat dilihat pada pembagian secara sistematik


menurut:

 Thomas V.V.
 Chatterjee K.D.
TOPIK XX
ENTOMOLOGI

A. PENGERTIAN
1. Pengertian Entomologi
Entomologi terdiri dari dua pengertian , yaitu pengertian secara
''etimologis''(asal usul kata) dan pengertian secara ''simantik''(umum).
pengertian entomologi secara etimologis berasal dari dua kata yaitu
''entomont'' yang artinya serangga dan ''logos'' artinya ilmu pengetahuan,
sedangkan pengertian secara simantik adalah ilmu yang mempelajari
tentang serangga.
2. Pengertian Entomologi Kesehatan
Entomologi kesehatan adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang artropoda yang dapat menyebabkan penyakit secara
langsung berbagai penyakit pada manusia atau sebagai penular
mikroorganisme penyebab penyakit dari seorang ke orang lain.
3. Pengertian Vektor
Vektor adalah artropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu
'infectios agent' dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan
(susceptible host).
4. Pembagian Entomologi
Menurut pengertian arti entomologi tersebut di atas sangat luas sekali,
oleh karena itu untuk memudahkan cara mempelajarinya dapat di
bedakan menjadi 3 golongan yaitu:
a. Entomologi Kesehatan (Medical Entomology)
b. Entomologi Kehewanan ( Veterinary Entomology)
c. Entomologi Pertanian (Agricultural Entomologi)

Dari ketiga golongan tersebut yang penting bagi kita untuk dipelajari yaitu
Entomologi kesehatan, karena mempunyai hubungan langsung dengan
kesehatan manusia.

206
B. CIRI KHAS FYLUM ARTROPODA
Artropoda berasal dari kata '' Artron'' yang artinya beruas-ruas/berbuku-buku
dan ''phoda'' artinya kaki. jadi Artropoda adalah jenis serangga yang
mempunyai kaki beruas-ruas atau berbuku-buku. ada pun ciri khas dari fylum
artropoda adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai tubuh bersegmen-segmen/beruas-ruas.


2. Tubuhnya mempunyai tonjolan (appendages)
3. Mempunyai rangka luar (eksosokelet)
4. Alat pencernaan di lengkapi dengan mulut dan anus.
5. Sistim pembuluh darah terbuka (open circulatory system)
6. Sistem respirasi berupa tabung udara (trakea)
7. Di lengkapi lubang-lubang hawa (spiracle)

C. TAXONOMI SERANGGA
1. Phylum
2. Kelas
3. Ordo
4. Famili
5. Genus
6. Spesies

Kategori taxon yang terkecil dalam skema ini adalah spesies atau jenis: yaitu
sekumpulan individu atau populasi alam yang mempunyai sifat-sifat sbb:

1. Mampu kawin di antara mereka (inter breeding) dan dapat menghasilkan


keturunan yang fertil.
2. Dapat berkembang biak tanpa campur tangan manusia.
3. secara fundamental mempunyai bentuk danstruktur tubuh (morfologi)
sama.

klasifikasi dunia hewan dari golongan berderajad paling rendah hingga


berderajad paling tinggi adalah sbb:

1. Phylum Protozoa (binatang bersel satu)


2. Phylum Porifera (binatang berpori-pori)
3. Phylum Coelenterata (binatangberongga)
4. Phylum Plathyhelminthes (binatang pipih)
5. Phylum Nematelmintes (cacing gilik)
6. Phylum Annelida (cacing beruas)
7. Phylum Molusca (binatang lunak)
8. Phylum Echinodermata (binatang berkulit duri)
9. Phylum Artrhopoda (binatang berbuku-buku)
10. PhylumChordata ((binatang bertulang belakang)

D. MORFOLOGI SERANGGA
Morfologi serangga adalah ilmu yang mempelajari tantang bentuk luar dan
susunan serangga, secara umum tubuh serangga terbagi atas:
1. Kepala (head)
Bagian kepala merupakan organ yang sangat penting untuk pengenalan
serangga atau untuk identifikasi dalam menentukan spesies serangga,
adapun organ-organ yang terdapat di bagian kepala yaitu: mata, antena,
dan mulut.
2. Dada (thorax)
Dada (thorax) serangga di bagi dalam tiga bagian, yaitu: prothorax,
mesothorax, dan meta thorax.organ-organ yang terdapat pada bagian
thorax sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi serangga adalah kaki
dan sayap.
3. Perut (abdomen)
Perut (abdomen) serangga terdiri dari ruas atau segmen-segmen, alat
yang menghubungkan antara segmen dengan segmen yang lainnya di
sebut intersegmental yang berfungsi sebagai alat pelentur tubuh dalam
bergerak dan segmen atau ruas-ruas tersebut merupakan organ yang
sangat penting dalam mengidentifikasi serangga.

E. PERANAN SERANGGA DALAM KESEHATAN


Serangga menpunyai peranan yang sangat penting dalam ilmu kesehatan,
karena:
 Menularkan Penyakit
Serangga dapat menularkan penyakit dengan dua cara. yaitu:
1. Penularan secara mekanik
Penularan ini serangga hanya bertindak sebagai alat pemindah
penyakit/mikroorganisme yang pasif. dan adanya serangga ini tidak
mempuntai arti penting dalam kelanjutan hidupnya
mikroorganisme/parasit yang di tularkan. jadi mennularan ini melalui
anggota badannya, seperti kaki, mulut, antena ,dan bulu-bulu pada
badan serangga.
Contoh: Penyakit yang di sebabkan oleh golongan amoeba dan vektor
penularnya adalah lalat rumah (musca domestica).
2. Penularan secara biologis.
Penularan ini serangga bertindak sebagai tuan rumah/hospes, dan
adanya serangga sangat di perlukan untuk kelanjutan hidupnya
mikroorganisme/parasit yang di tularkan, dalam penularan ini dapat di
bedakan menjadi:

 Cara propagatif
penularan ini di dahului oleh berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam serangga atau dapat di katakan di dalam serangga
mikroorganisme berkembang biak sebelum di tularkan dan tidak
mengalami perubahan bentuk.
Contoh: # Penyakit pes dan serangga sebagai vektornya adalah golongan
pinjal tikus (Xenopsylla sp) # Penyakit demam berdarah atau DHF
(dengue Haemoragic Fever) dan vektor penularnya adalah golongan
nyamuk Aedes(Ae. aegypti, Ae, albopictus)
 Cara cyclo propagatif
Penularan ini didahului oleh berkembangbiaknya mikroorganisme dan
perubahan bentuk di dalam serangga. dalam arti kata lain yaitu
ikroorganisme i dalam serangga selain berkembang biak juga mengalami
perubahan bentuk.
Contoh: # Penyakiit malaria dan vektor penularnya adalah golongan
nyamuk Anopheles. # Penyakit kala azar dan vektor penularnya yaitu
golongan lalat pengisap darah.
 Cara cyclo depelopmental
Penularan ini di dahului oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam
tubuh serangga. jadi mikroorganisme di dalam tubuh serangga hanya
mengalami pertumbuhan saja/ bertambah besar (berganti stadium).
Contoh: # Penyakit Filariasis vektor penularnya adalah golongan nyamuk
mansoni dan culex.
 Cara keturunan
Penularan ini melalui keturunannya jadi serangga yang pertama kali
mengandung mikroorganisme/parasit tidak dapat menularkan yang dapat
menularkan adalah keturunannya.
Contoh: Penyakit scub typus dengan vektor penularnya adalah
tungau/mintes.
TOPIK XXI
INTERAKSI MIKROORGANISME

A. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling
mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat
rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang
keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara mikroba
allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous),
dan antar mikroba nonindigenous diatmosfer yang kepadatan populasinya
sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal
dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora, kista).

B. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
1. Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein
dapat digunakan oleh Legionella pneumophila.
2. Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic
Methanobacterium. Sinergisme Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan
terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia
tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau
lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme.
Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau
proses pembersihan air secara alami.

C. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling
tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut
juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu
populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain
yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil
akar tanaman kacang-kacangan. Bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar
tanaman kacang-kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh
213
karena rangsangan dari zat tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dan
juga dapat menyuburkan tanah.
Selain itu ada pula beberapa jenis bakteri yang mampu memfiksasi N2
(nitrogen bebas dari udara) di atmosfer ke dalam tanah, yang kemudian N2 ini
akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam pembentukan protein. Bakteri
tersebut antara lain, Azotobacter vinelandi, Clostriddium pasteurianum dan
Rhodospirillium rubrum.
Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis antara
algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont) sebagai produser yang
dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik.
Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi
memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral
serta membentuk faktor tumbuh untuk algae.

D. Kompetisi
Kompetensi berarti persaingan. Dalam hal ini, terjadi persaingan antarmakluk
hidup dalamsuatu ekosistem karena adanya kebutuhan hidup yang sama.
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami
kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan
pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang
menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien
terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan
Paramaecium aurelia.

E. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu
pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun.
Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba
lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika.
Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam
asetat. Thiobacillus iooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi
menghasilkan ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
F. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit)
dan populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena
keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari
inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun
metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri
Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp.
memparasit jamur Agaricus sp.

G. Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau
memakan dan mencerna organisme lain (prey). Hubungan antara pemangsa
dan hewan yang dimangsanya sangatlah erat, pemangsa tidak akan dapat
hidup jika tidak ada mangsa. Selain itu, pemangsa juga berperan sebagai
pengontrol populasi mangsa. Umumnya predator berukuran lebih besar
dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah
Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum
(predator) dengan Paramaecium caudatum (prey), dapat dilihat di gambar
sebagai berikut.
TOPIK XXII
RIKETSIA

A. DEFINISI
Ricketsia adalah suatu mikroorganisme yang mempunyai sifat antara bakteri
atau virus. Bentuknya pleomorfik, berbentuk coccus, coccobacillus, baccilus atau
filament; Gram negatif; ukuran; panjang antara 0,3-2,0 mikron dan tebal antara 0,3-
0,5 mikron. Mempunyai dinding sel yang jelas (seperti bakteri).dapat dilihat dengan
mikroskop biasa (seperti bakteri).
Ricketsia adalah parasit intra seluler (seperti virus), untuk pembenihannya
perlu sel yang masih hidup.Berkembang biak dengan jalan membelah diri (seperti
bakteri).

B. Infeksi Yang Disebabkan Oleh Ricketsia

Infeksi yang dapat disebabkan akibat terinfeksi oleh bakteri pathogen Rickettsia pada
tubuh manusia yaitu :
· Mual (Tahap Awal)
· Muntah (Tahap Awal)
· Sakit kepala (Tahap Awal)
· Demam (Tahap Awal)
· Kehilangan nafsu makan (Tahap Awal)
· Ruam Berbintik (Tahap Menengah)
· Lesi (Merah) (Tahap Lanjutan)
· Diare (Tahap Lanjutan)
· Rasa Sakit/Nyeri - Perut (Tahap Lanjutan)
· Rasa Sakit/Nyeri - Sendi (Tahap Lanjutan)
· Malaise

C. Gejala
Gejala dimulai secara tiba-tiba dalam waktu 3-12 hari setelah gigitan kutu. Makin cepat
gejala timbul, makin berat gejalanya. Terjadi sakit kepala hebat, menggigil, kelelahan
yang luar biasa (postrasi) dan nyeri otot. Demam 39,4- 40,4°Celsius terjadi selama
beberapa hari dan pada kasus yang berat, tetap tinggi sampai selama 15-20 hari.
Demam bisa menghilang di pagi hari untuk sementara waktu. Penderita juga
mengeluh batuk kering pendek. Pada hari keempat demam, ruam muncul di
pergelangan tangan, pergelangan kaki, telapak tangan, telapak kaki dan lengan
bawah; dan dengan segera akan menyebar ke leher, muka, ketiak, bokong dan
daerah yang tertutup celana pendek. Pada mulanya ruam tampak datar dan berwarna
merah muda, tapi selanjutnya akan menonjol dan berwarna lebih gelap. Mandi air
hangat akan lebih memperjelas adanya ruam ini. Dalam waktu 4 hari, muncul area
keunguan (peteki) karena adanya perdarahan di dalam kulit. Bila beberapa area ini
menyatu, bisa terbentuk koreng. Bila pembuluh darah otak terkena, akan timbul sakit
kepala, gelisah, sulit tidur, penurunan kesadaran dan koma. Hati bisa membesar,
peradangan hati menyebabkan sakit kuning, meskipun jarang terjadi. Bisa terjadi
peradangan saluran pernafasan (pneumonitis). Juga bisa terjadi pneumonia,
kerusakan otak dan kerusakan hati. Kadang tekanan darah bisa menurun dan bahkan
pada kasus yang berat, terjadi kematian mendadak.

D. Pengobatan
Umumnya penyakit Rickettsia dan penyakit yang menyerupainya masih berespon baik
dengan pilihan terapi antibiotika asal tahap pengobatan segera dimulai pada fase awal
penyakit. Pada Q fever, pengobatan saat fase akut lebih menunjukkan peluang
keberhasilan dibanding sudah memasuki fase kronis seperti pada radang selaput
pembungkus jantung yang kronis.
Upaya pencegahan melalui beberapa vaksin telah dikembangkan untuk mencapai
tingkat keamanan dan efektivitas yang diinginkan. Sebagian di antaranya dianggap
menemui kegagalan. Antibiotika sendiri bukan untuk pencegahan. Karena infeksi
sering berisiko terhadap para pelancong, peringatan diberikan untuk selalu waspada
jika memasuki daerah endemik.

Anda mungkin juga menyukai